ANALISIS UPTAKE TIROID MENGGUNAKAN TEKNIK ROI (REGION OF INTEREST) PADA PASIEN HIPERTIROID

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS UPTAKE TIROID MENGGUNAKAN TEKNIK ROI (REGION OF INTEREST) PADA PASIEN NODUL TIROID

PENENTUAN BIODISTRIBUSI DAN UPTAKE TIROID DARI Tc 99m PERTEKNETAT PADA PASIEN HIPERTIROID MENGGUNAKAN TEKNIK IN VIVO

ANALISIS SISA RADIOFARMAKA TC 99M MDP PADA PASIEN KANKER PAYUDARA

PENENTUAN SISA RADIOFARMAKA DAN PAPARAN RADIASI

ANALISIS AKUMULASI RADIOFARMAKA Tc-99m MDP PADA PASIEN KANKER PAYUDARA

MDP) MENGGUNAKAN TEKNIK ROI PADA TULANG PANGGUL KIRI DARI PASIEN KANKER PROSTAT

STUDI AWAL UJI PERANGKAT KAMERA GAMMA DUAL HEAD MODEL PENCITRAAN PLANAR (STATIK) MENGGUNAKAN SUMBER RADIASI MEDIUM ENERGY RADIUM-226 (Ra 226 )

STUDI AWAL UJI PERANGKAT KAMERA GAMMA DUAL HEAD MODEL PENCITRAAN PLANAR STATIK MENGGUNAKAN SUMBER RADIASI HIGH ENERGY IODIUM-131 (I 131 )

Jurnal Fisika Unand Vol. 3, No. 3, Juli 2014 ISSN

Estimasi Penyebaran Kanker Paru pada Bagian Tulang Belakang (Vertebra) dengan Menganalisis Nilai Uptake Tc 99m MDP

kanker yang berkembang dari sel-sel yang berada pada kelenjar payudara. Dalam

Jurnal Fisika Unand Vol. 3, No. 2, April 2014 ISSN

Jurnal Fisika Unand Vol. 4, No. 4, Oktober 2015 ISSN

5. Diagnosis dengan Radioisotop

PENGARUH DIAMETER PHANTOM DAN TEBAL SLICE TERHADAP NILAI CTDI PADA PEMERIKSAAN MENGGUNAKAN CT-SCAN

Biodistribusi radiofarmaka Tc 99m DTPA pada pemeriksaan renografi

Penentuan persentase uptake radiofarmaka Tc 99m Sulfur Colloid pada sidik hati (Liver scan)

Analisis Pengaruh Sudut Penyinaran terhadap Dosis Permukaan Fantom Berkas Radiasi Gamma Co-60 pada Pesawat Radioterapi

PENGUKURAN DOSIS RADIASI RUANGAN RADIOLOGI II RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT (RSGM) BAITURRAHMAH PADANG MENGGUNAKAN SURVEYMETER UNFORS-XI

Pengukuran Dosis Radiasi dan Estimasi Efek Biologis yang Diterima Pasien Radiografi Gigi Anak Menggunakan TLD-100 pada Titik Pengukuran Mata dan Timus

UJI KESESUAIAN PESAWAT CT-SCAN MEREK PHILIPS BRILIANCE 6 DENGAN PERATURAN KEPALA BAPETEN NOMOR 9 TAHUN 2011

BAB 2 RADIOTERAPI KARSINOMA TIROID. termasuk untuk penyakit kanker kepala dan leher seperti karsinoma tiroid.

Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN Journal of Radioisotope and Radiopharmaceuticals Vol 9, Oktoberl 2006

FISIKA INTI DI BIDANG KEDOKTERAN, KESEHATAN, DAN BIOLOGI

ANALISIS WAKTU PELURUHAN TERHADAP PERSYARATAN DOSIS RADIOISOTOP UNTUK PEMERIKSAAN GONDOK

PENGARUH TANGGAPAN DETEKTOR KAMERA GAMMA SPECT PADA PEMERIKSAAN GINJAL

PERKEMBANGAN KEDOKTERAN NUKLIR DAN RADIOFARMAKA DI INDONESIA

Analisis tingkat kontaminasi permukaan daerah kerja dan laju paparan radiasi pada Instalasi Kedokteran Nuklir

PERBANDINGAN DOSIS RADIASI DI UDARA TERHADAP DOSIS RADIASI DI PERMUKAAN PHANTOM PADA PESAWAT CT-SCAN

OPTIMASI PENGUKURAN KEAKTIVAN RADIOISOTOP Cs-137 MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

ANALISIS DOSIS YANG DITERIMA PASIEN PADA PEMERIKSAAN RENOGRAF

PENENTUAN WAKTU PARO BIOLOGI TC 99M MDP PADA PEMERIKSAAN BONE SCANNING

FAKTOR KOREKSI PENGUKURAN AKTIVITAS RADIOFARMAKA I-131 PADA WADAH VIAL GELAS TERHADAP AMPUL STANDAR PTKMR-BATAN MENGGUNAKAN DOSE CALIBRATOR

BAB I PENDAHULUAN. (target 20 Ne alami + 19 F alami untuk pengemban/carrier). 18 F kemudian disintesis menjadi

DOSIS EFEKTIF PEKERJA RADIASI PREPARASI RADIOFARMAKA DI HOTLAB KEDOKTERAN NUKLIR RSUPN DR CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. (radioimmunoassay) dan IRMA (immunoradiometric assay), atau metode

GAMBARAN HITUNG JENIS LEKOSIT PADA RADIOGRAFER DI PERUSAHAAN X SURABAYA TAHUN 2012 Laily Hidayati Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga

RADIOKALORIMETRI. Rohadi Awaludin

Bab 1: Mengenal Hipertensi. Daftar Isi

NUKLIR DI BIDANG KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

Ruang Lingkup. Penerapan konsep, teori dan metode sains dalam bidang kedokteran atau perawatan kesehatan. Bidang:

PENGGUNAAN RADIOFARMAKA UNTUK DIAGNOSA DAN TERAPI DI INDONESIA DAN ASAS KEAMANAN PENGGUNAAN OBAT

3. Pemanfaatan radioisotop sebagai sumber radiasi dan perunut dibidang kedokteran 3.1. Radioisotop sebagai sumber radiasi dibidang kedokteran

FISIKA ATOM & RADIASI

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen

IRADIASI NEUTRON PADA BAHAN SS316 UNTUK PEMBUATAN ENDOVASCULAR STENT

PERANGKAT LUNAK PELATIHAN PENCITRAAN PADA PERALATAN KAMERA GAMMA

BAB I PENDAHULUAN. beragam. Masalah gizi di Indonesia dan di Negara berkembang pada

Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN Journal of Radioisotope and Radiopharmaceuticals Vol 10, Oktober 2007

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

PENGUKURAN AKTIVITAS ISOTOP 152 Eu DALAM SAMPEL UJI PROFISIENSI MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

ABSTRAK

KALIBRASI EFISIENSI α/β COUNTER UNTUK ANALISIS RADIONUKLIDA PEMANCAR BETA DALAM CONTOH URIN

RENOGRAF DUAL PROBES Berbasis komputer personal Akurat Aman, dan Ekonomis

INTERKOMPARASI PENGUKURAN KAPSUL DALAM Ir-192 UNTUK UJI TAK MERUSAK

KAJIAN BESARNYA DOSIS YANG DITERIMA PEKERJA RADIASI PADA PROSES PRODUKSI RADIOISOTOP

I. PENDAHULUAN. sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan

Berkala Fisika ISSN : Vol. 7, No. 3, Juli 2004, hal

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PRODUKSI IODIUM-125 MENGGUNAKAN TARGET XENON ALAM

Jurnal Fisika Unand Vol. 3, No. 4, Oktober 2014 ISSN

Uji Kesesuaian Pesawat Fluoroskopi Intervensional merek Philips Allura FC menggunakan Detektor Unfors Raysafe X2 di Rumah Sakit Universitas Andalas

UJI KESTABILAN PENCACAH RADIASI DOSE CALIBRATOR

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA DOKTER KELUARGA

PENGUKURAN DOSIS PAPARAN RADIASI DI AREA RUANG CT SCAN DAN FLUOROSKOPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG. Novita Rosyida

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1202, 2012 BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR. Kedokteran Nuklir. Radiasi. Keselamatan.

ESTIMASI NILAI CTDI DAN DOSIS EFEKTIF PASIEN BAGIAN HEAD, THORAX DAN ABDOMEN HASIL PEMERIKSAAN CT-SCAN MEREK PHILIPS BRILIANCE 6

OPTIMASI ALAT CACAH WBC ACCUSCAN-II UNTUK PENCACAHAN CONTOH URIN

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan pola fertilitas, gaya hidup, sosial ekonomi, yang pada gilirannya dapat

PENENTUAN DOSIS SERAP RADIASI- 99m Tc PADA TUMOR PARU-PARU DALAM TAHAP DIAGNOSIS MENGGUNAKAN SOFTWARE MONTE CARLO N-PARTICLE X VEETHA ADIYANI

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA D3 POLITEKNIK KESEHATAN GIGI MAKASSAR MENGENAI PROTEKSI RADIASI PADA FOTO ROENTGEN SKRIPSI

PENENTUAN CALIBRATION SETTING DOSE CALIBRATOR CAPINTEC CRC-7BT UNTUK Ce-139

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

ANALISIS KOLIMASI BERKAS SINAR-X PADA PESAWAT FLUOROSCOPY (MOBILE C-ARM) DIRUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN

KOMPARASI HASIL PENGUKURAN WBC ACCUSCAN II DENGAN WBC TIPE BED

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. lemak, dan protein. World health organization (WHO) memperkirakan prevalensi

BAB I. PENDAHULUAN I.A. LATAR BELAKANG. American Thyroid Association (2014) mendefinisikan. nodul tiroid sebagai benjolan yang terbentuk karena

HUBUNGAN JENIS ALAT KONTRASEPSI HORMONAL DENGAN TINGKAT KELAINAN TIROID PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI KLINIK LITBANG GAKI MAGELANG TAHUN

Peranan Kedokteran Nuklir Pada Neoplasma. Aisyah Elliyanti RS. Dr.M.Djamil/ Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang

Pengaruh Pemberian Teh Hitam terhadap VO 2 max dan Pemulihan Denyut Nadi Pasca Melakukan Latihan Treadmill

1BAB I PENDAHULUAN. sekaligus merupakan pembunuh nomor 2 setelah penyakit kardiovaskular. World

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Widyanuklida, Vol. 15 No. 1, November 2015: ISSN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. B. Alat Dan Bahan

KARAKTERISASI DOSIMETRI SUMBER BRAKITERAPI IR-192 MENGGUNAKAN METODE ABSOLUT

PEMBUATAN NANOPARTIKEL EMAS RADIOAKTIF DENGAN AKTIVASI NEUTRON

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian ini melibatkan 61 orang subyek penelitian yang secara klinis diduga

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PENDERITA TUBERKULOSIS TERHADAP KETIDAKPATUHAN DALAM PENGOBATAN MENURUT SISTEM DOTS DI RSU

PROGRAM JAMINAN KUALITAS PADA PENGUKURAN. RADIONUKLIDA PEMANCAR GAMMA ENERGI RENDAH:RADIONUKLIDA Pb-210

SILABUS MATA KULIAH KEPERAWATAN SISTEM ENDOKRIN 1 SEMESTER 5 TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Dosen Pengampu : Yuyud Wahyudi,S.Kep.

MAKALAH RADIOKIMIA KEGUNAAN RADIOISOTOP DALAM BIDANG KEDOKTERAN DAN PERTANIAN OLEH: KELOMPOK 7 ANNA MAULINA (16064) ELVIA MAWARNI ( )

PENGUNGKUNGAN SUMBER 85 Kr, 133 Xe, 198 Au, DAN 24 Na PASCA IRADIASI

PEREKAYASAAN SISTEM DETEKSI PERANGKAT SCINTIGRAPHY MENGGUNAKAN PSPMT

BAB I PENDAHULUAN. proses metabolisme di dalam tubuh. Gangguan akibat kekurangan yodium

Pengetahuan Mengenai Insulin dan Keterampilan Pasien dalam Terapi

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK KELUARAN ANTARA PESAWAT SINAR-X TOSHIBA MODEL DRX-1824B DAN TOSHIBA MODEL DRX-1603B. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

Transkripsi:

ANALISIS UPTAKE TIROID MENGGUNAKAN TEKNIK ROI (REGION OF INTEREST) PADA PASIEN HIPERTIROID Arizola Septi Vandria 1, Dian Milvita 1, Fadil Nazir 2 1 Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Andalas, Padang, Indonesia 2 PTKMR BATAN, Jakarta, Indonesia e-mail : arizolavandria@yahoo.com ABSTRAK Telah dilakukan analisis uptake tiroid dari 12 orang pasien hipertiroid (struma difusa toksik dan non toksik). Diagnosis pasien dilakukan dengan thyroid scan menggunakan kamera gamma dual head Skylight ADAC merek Philips. Masing-masing pasien disuntikkan radiofarmaka Tc 99m pertechnetate sebanyak (3-5) mci secara intravena ke lengan pasien. Thyroid scan dilakukan pada selang waktu 5, 10 dan 15 menit pasca injeksi Tc 99m pertechnetate. Hasil analisis menunjukkan bahwa uptake tiroid pasien struma difusa toksik berada di atas batas normal uptake tiroid. Rerata uptake tiroid pasien struma difusa toksik pada selang waktu 5, 10 dan 15 menit secara berturut-turut adalah 17.5%, 18.17% dan 18.33%. Tingginya nilai uptake menunjukkan bahwa pasien memiliki tiroid yang bersifat hiperaktif dan membutuhkan penanganan lebih lanjut terhadap kelainan fungsi tiroidnya. Uptake tiroid pasien struma difusa non toksik masih berada dalam batas normal, rerata uptake pada selang waktu 5, 10 dan 15 menit adalah 2.9%, 3.35% dan 3.38%. Tinggi rendahnya uptake tiroid bergantung pada kinerja kelenjar tiroid. Kata kunci : uptake, thyroid scan, hipertiroid, kamera gamma, Tc 99m pertechnetate ABSTRACT Analysis thyroid uptake of 12 hyperthyroid patients (toxic and non toxic goiter) has been performed. Diagnosis of patients was performed with thyroid scans using a dual head gamma camera Skylight ADAC philips brand. Tc 99m pertechnetate (3-5) mci was injected intravenously into the patient's arm. Thyroid scan was performed on 5, 10 and 15 minutes after Tc 99m pertechnetate was injected. The analysis showed that Tc 99m pertechnetate thyroid uptake of toxic goiter patients are above the normal range value of thyroid uptake. Mean uptake of patients with toxic goiter on 5, 10 and 15 minutes were 17.5%, 18.17% and 18.33%, respectively. Increased uptake value indicates that the patient has hyperactive thyroid so that patient needs further treatment for thyroid dysfunction. Thyroid uptake of non-toxic goiter still within the normal range value, in which on 5, 10 and 15 minutes were 2.9%, 3.35% and 3.38%. High or low thyroid uptake depends on the activity of the thyroid gland. Keywords : uptake, thyroid scan, hiperthyroidisme, gamma camera, Tc 99m pertechnetate I. PENDAHULUAN Menurut WHO (World Health Organisation), kedokteran nuklir adalah spesialisasi kedokteran yang menggunakan energi radiasi terbuka untuk mempelajari perubahan fisiologi dan biokimia, sehingga dapat digunakan untuk tujuan diagnostik, terapi dan penelitian kedokteran. Energi radiasi terbuka diberikan dalam bentuk zat radiofarmaka yang dimasukkan ke dalam tubuh dengan cara diminum, dihirup atau disuntik. Radiofarmaka adalah senyawa radioaktif yang digunakan dalam bidang kedokteran nuklir baik untuk tujuan diagnostik maupun pengobatan (Nurlaila, 2002). Radiofarmaka Tc 99m pertechnetate merupakan radiofarmaka yang sangat ideal digunakan untuk tujuan diagnostik menggunakan kamera gamma karena memiliki kelebihan: (1) hanya memancarkan radiasi gamma dan tidak memancarkan radiasi lain, (2) radiasi gamma yang dipancarkan memiliki energi yang rendah yaitu 140,5 kev, (3) waktu paro singkat yaitu 6,03 jam, serta (4) proses pemurnian yang mudah dilakukan (Awaludin, 2011). Berbagai penyakit dapat didiagnosis menggunakan kedokteran nuklir. Salah satu penyakit yang dapat didiagnosis adalah penyakit tiroid. Kelenjar tiroid merupakan organ yang berfungsi menghasilkan hormon tiroid yang berperan penting dalam mengatur kecepatan metabolisme tubuh dan mengatur jumlah oksigen yang digunakan oleh sel (Syaifuddin, 2006). Untuk menghasilkan hormon tiroid, kelenjar tiroid membutuhkan senyawa yodium yang 20

terdapat di dalam makanan dan minuman. Asupan yodium yang berlebih menyebabkan adanya kelainan di kelenjar tiroid. Penyakit hipertiroid adalah salah satu penyakit tiroid yang disebabkan karena adanya kelebihan yodium di dalam darah, sehingga kelenjar tiroid akan memproduksi hormon tiroid secara berlebihan. Hal ini menyebabkan metabolisme tubuh akan berlangsung dengan sangat cepat dan terjadi ketidakseimbangan metabolisme di dalam tubuh.untuk mendiagnosis penyakit hipertiroid digunakan thyroid scan yaitu pencitraan tiroid menggunakan kamera gamma pasca injeksi radiofarmaka. Hasil pencitraan dari thyroid scan dapat digunakan untuk melihat kondisi morfologi serta fungsional dari kelenjar tiroid. Kondisi morfologi memberikan gambaran terjadinya pembesaran (struma) di kelenjar tiroid yang dilihat dari hasil thyroid scan, sedangkan kondisi fungsional menentukan kelenjar tiroid memproduksi hormon tiroid secara normal atau tidak yang dapat dilihat dari persentase uptake tiroid. Uptake tiroid merupakan tangkapan tiroid terhadap radioaktivitas dari radiofarmaka yang disuntikkan ke pasien. Data uptake tiroid dapat digunakan untuk mengklasifikasikan kondisi fungsional kelenjar tiroid masing-masing pasien (Yudistiro, 2012). Sukandar (1982) merumuskan uptake tiroid dalam Persamaan 1: count tiroid count background uptake tiroid x100% (1) count injeksi dimana count tiroid adalah cacahan tiroid, count background adalah cacahan latar dan count injeksi adalah cacahan dosis radiofarmaka Tc 99m pertechnetate yang disuntikkan ke pasien. Count injeksi ditentukan dengan menggunakan Persamaan 2: count injeksi count full syringe count empty syringe (2) dimana count full syringe adalah cacahan radiofarmaka dalam jarum suntik sebelum disuntikkan ke pasien, sedangkan count empty syringe adalah cacahan dari sisa radiofarmaka dalam jarum suntik. Nilai normal persentase uptake tiroid terhadap radiofarmaka Tc 99m pertechnetate adalah (1,6-7,6)% (Mettler, 1986). Count tiroid, count background dan count injeksi diperoleh dengan menggunakan ROI (Region of Interest). ROI adalah sebuah perangkat lunak yang terdapat di komputer kamera gamma dan menampilkan hasil pencitraan tiroid dalam satuan cacahan (count). Hasil cacahan ROI dapat digunakan untuk menentukan persentase uptake tiroid dengan memasukkan data-data hasil cacahan tiroid ke Persamaan 1. II. METODE 2.1 Teknik Penelitian Penelitian dimulai dengan pemilihan pasien sebagai obyek penelitian. Pasien yang diteliti merupakan pasien yang memenuhi kriteria pasien hipertiroid yaitu mengalami pembesaran tiroid (struma), dengan standar ukuran normal tiroid adalah 3 sampai 5 cm. Sebelum pelaksanaan thyroid scan, Tc 99m pertechnetate sebanyak 1 mci di-scan di bawah kamera gamma dengan jarak 10 cm sebagai cacahan kalibrasi awal. Prosedur pelaksanaan thyroid scan diawali dengan mengukur aktivitas radiofarmaka Tc 99m pertechnetate menggunakan dose calibrator. Aktivitas radiofarmaka yang akan disuntikkan ke pasien adalah (3-5) mci. Radiofarmaka yang berada dalam jarum suntik (full syringe) di-scan di bawah kamera gamma dengan jarak yang sama dengan kalibrasi awal yaitu 10 cm, hal ini bertujuan untuk melihat cacahan full syringe sebelum radiofarmaka disuntikkan ke pasien. Setelah dilakukan scan, radiofarmaka yang berada di dalam jarum suntik disuntikkan ke pasien secara intravena pada daerah lipatan lengan. Sisa radiofarmaka yang berada di dalam jarum suntik (empty syringe) di-scan kembali di bawah kamera dengan jarak 10 cm. Setelah itu pasien berbaring di tempat tidur pasien yang berada di bawah kamera gamma dengan posisi ½ ekstensi (menengadah), hal ini bertujuan agar hasil pencitraan lebih jelas. Thyroid scan dilakukan sebanyak 3 kali pencitraan dengan selang waktu pencitraan adalah 5, 10 dan 15 menit pasca injeksi radiofarmaka Tc 99m pertechnetate. Jarak kamera gamma dengan tubuh pasien adalah 10 cm. 21

2.2 Teknik Pengolahan dan Analisis Data Untuk mendapatkan uptake tiroid, hasil thyroid scan masing-masing pasien diolah menggunakan ROI. ROI dibuat pada daerah tiroid total dan di luar kelenjar tiroid yang disebut dengan background. Background digunakan untuk mengurangkan cacahan tiroid total apabila penggambaran ROI melebihi ukuran luasan tiroid yang sebenarnya. ROI untuk background dibuat dengan ukuran 0,5 x 1 cm. Penggambaran ROI dimulai dengan memilih tool dari program ROI. Jenis tool yang digunakan pada penelitian ini adalah line dan box. Line digunakan untuk menggambar luasan tiroid total, sedangkan box digunakan untuk menggambar ukuran background. Cacahan tiroid dan background akan terlihat langsung melalui komputer setelah penggambaran luasan tiroid dan background selesai. Data-data yang diperoleh dari ROI di input ke Persamaan 1 untuk mendapatkan persentase uptake tiroid untuk tiap pemeriksaan. Hasil perhitungan diolah untuk menganalisis pengaruh waktu terhadap uptake tiroid dari masing-masing pasien hipertiroid (struma difusa toksik dan non toksik). Selain itu, juga dibandingkan nilai persentase uptake tiroid dari pasien struma difusa toksik dan non toksik untuk melihat perbedaan persentase uptake dan menilai kondisi fungsional kelenjar tiroid masing-masing pasien. III. HASIL DAN DISKUSI Dari penelitian diperoleh 12 orang pasien hipertiroid. Berdasarkan diagnosis awal dari dokter, 7 orang didiagnosis struma difusa toksik dan 5 orang didiagnosis struma difusa non toksik. Klasifikasi struma difusa toksik dan non toksik dilihat berdasarkan hasil thyroid scan. Dari 12 orang pasien, 7 orang wanita dan 5 orang laki-laki. Berdasarkan jenis kelamin pasien tersebut terlihat bahwa penyakit hipertiroid lebih banyak diderita oleh wanita dibandingkan lakilaki. Menurut Schwartz (1995), perbandingan jumlah pasien hipertiroid antara wanita dan lakilaki adalah 2:1. 3.1 Uptake Tiroid Pasien Hipertiroid 3.1.1 Uptake Tiroid Pasien Struma Difusa Toksik Tabel 1 menunjukkan rerata uptake pasien struma difusa toksik pada selang waktu pencitraan 5 menit adalah (17,50 ± 5,87) %, selang waktu 10 menit adalah (18,18 ± 5,63) %, dan selang waktu 15 menit adalah (18,33 ± 5,58) %. Dari 3 kali pencitraan terlihat bahwa uptake tertinggi terjadi pada pasien 1, yaitu 25,18%, 25,65% dan 25,72%. Sedangkan uptake terendah terjadi pada pasien 6, yaitu 10,54%, 11,07% dan 11,24%. Dari 3 kali pencitraan, terlihat peningkatan uptake bertambah sesuai bertambahnya waktu, kecuali pada pasien 2 terjadi penurunan pada selang waktu 10 menit ke 15 menit. No Tabel 1 Persentase uptake pasien struma difusa toksik Uptake selang Uptake selang waktu 5 menit waktu 10 (%) Uptake selang waktu 15 1 25,18 25,65 25,72 2 16,65 17,08 16,87 3 24,93 25,24 25,46 4 12,35 13,95 14,61 5 13,75 14,60 14,71 6 10,54 11,07 11,24 7 19,11 19,65 19,72 Rerata 17,50 18,18 18,33 Nilai Minimum 10,54 11,07 11,24 Nilai Maksimum 25,18 25,65 25,72 Deviasi Standar 5,87 5,63 5,58 Dari penelitian ini terlihat bahwa pada pasien dengan diagnosis yang sama, persentase uptake akan berbeda-beda. Tinggi rendahnya uptake dari masing-masing pasien struma difusa 22

toksik ditentukan dari besar kecilnya struma (pembesaran) tiroid. Semakin besar struma maka akan semakin banyak radiofarmaka yang tersebar di tiroid. Hal ini akan mengakibatkan semakin tinggi uptake tiroid. Menurut Mettler (1986), batas normal angka penangkapan tiroid terhadap radiofarmaka Tc 99m pertechnetate adalah (1,6 7,6)%. Dari penelitian ini diperoleh nilai uptake yang lebih tinggi dibandingkan batas normal angka penangkapan tiroid tersebut. Persentase uptake tiroid pada penelitian ini berada pada rentang (10,54 25,72)%. Dari persentase uptake tiroid tersebut, pasien didiagnosis struma difusa toksik. Hasil diagnosis fungsional kelenjar tiroid berdasarkan persentase uptake tiroid pasien sesuai dengan diagnosis awal dokter sebelum dilakukan thyroid scan. Nilai persentase uptake yang tinggi menunjukkan keadaan tiroid yang sudah tidak berfungsi sesuai dengan fungsi normalnya yang diakibatkan karena tiroid yang bersifat hiperfungsi dalam memproduksi hormon tiroid. 3.1.2 Uptake Tiroid Pasien Struma Difusa Non Toksik Tabel 2 menunjukkan rerata uptake pasien struma difusa non toksik pada selang waktu 5 menit adalah (2,93 ± 0,92)%, selang waktu 10 menit adalah (3,35 ± 1,13)% dan selang waktu 15 menit adalah (3,39 ± 1,18)%. Uptake tertinggi terjadi pada pasien 4 dengan persentase uptake 4,21%, 4,98% dan 5,20%. Sedangkan uptake terendah terjadi pada pasien 2 dengan persentase uptake 1,74%, 1,87% dan 1,92%. Dari persentase tersebut, terlihat bahwa pada pasien dengan diagnosis yang sama, nilai uptake pasien berbeda-beda. No Tabel 2 Persentase uptake pasien struma difusa non toksik Uptake selang Uptake selang waktu 5 menit waktu 10 (%) 23 Uptake selang waktu 15 1 2,44 2,99 3,10 2 1,74 1,87 1,92 3 3,00 3,18 3,25 4 4,21 4,98 5,20 5 3,27 3,72 3,46 Rerata 2,93 3,35 3,39 Nilai Minimum 1,74 1,87 1,92 Nilai Maksimum 4,21 4,98 5,20 Deviasi Standar 0,92 1,13 1,18 Nilai uptake pasien struma difusa non toksik dari penelitian ini masih berada dalam rentang uptake normal yaitu (1,6-7,6)%, sehingga dapat disimpulkan bahwa tiroid masingmasing pasien masih memproduksi hormon tiroid secara normal. Rerata uptake pasien struma difusa non toksik berkisar dari 1,74% sampai 5,20%. Nilai uptake yang normal menunjukkan keadaan tiroid yang masih berfungsi dengan baik, walaupun terdapat struma (pembesaran). 3.2 Rerata Uptake Pasien Struma Difusa Toksik Dan Struma Difusa Non Toksik Rerata perubahan uptake tiroid dari 7 orang pasien struma difusa toksik dan 5 orang pasien struma difusa non toksik pada selang waktu 5, 10 dan 15 menit pasca injeksi radiofarmaka Tc 99m pertechnetate ditunjukkan pada Gambar 1 dan Gambar 2. Gambar 1 dan Gambar 2 menunjukkan bahwa rerata uptake Tc 99m pertechnetate di kelenjar tiroid pasien struma difusa toksik dan non toksik meningkat dari selang waktu pencitraan 5 menit sampai 15 menit. Peningkatan persentase uptake dipengaruhi oleh banyaknya radiofarmaka yang terdistribusi di kelenjar tiroid. Semakin banyak radiofarmaka yang tersebar maka akan semakin tinggi tangkapan radioaktivitas oleh tiroid. Pada pasien struma difusa toksik persentase penangkapan radioaktivitas tiroid lebih tinggi dibandingkan pasien struma difusa non toksik. Tingginya uptake pada pasien struma difusa toksik menunjukkan adanya kelainan tiroid. Tinggi rendahnya uptake tiroid dapat disebabkan karena

kinerja kelenjar tiroid, saat kelenjar mengalami hiperfungsi maka semakin tinggi uptake, begitu juga sebaliknya. Gambar 1 Rerata perubahan persentase uptake pasien struma difusa toksik Gambar 2 Rerata perubahan persentase uptake pasien struma difusa non toksik IV. KESIMPULAN Persentase uptake tiroid pasien hipertiroid (struma difusa toksik dan non toksik) meningkat seiring bertambahnya waktu pemeriksaan. Rerata uptake pasien struma difusa toksik lebih tinggi dibandingkan uptake normal (1,6-7,6)%, sehingga perlu dilakukan penanganan lebih lanjut terhadap pasien tersebut. Persentase uptake pasien struma difusa non toksik masih berada dalam batas uptake normal, sehingga tidak diperlukan penanganan yang lebih lanjut terhadap pasien. DAFTAR PUSTAKA Awaludin, R., 2011, Radioisotop Teknesium-99m dan Kegunaannya, Buletin Alara, Vol. 13, No. 2, BATAN, hal 61-65. Mettler, F.A dan Guiberteau, M.J., 1986, Essentials of Nuclear Medicine Second Edition, W.B Saunders Company, Philadelphia. Nurlaila Z., 2002, Penggunaan Teknik Nuklir Dalam Bidang Kedokteran Nuklir dan Sterilisasi Serta Risikonya Bagi Kesehatan, Buletin BATAN, No. 1, Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknik Nuklir, hal 1-15. Sukandar, E., 1982, Bunga Rampai Ilmu Kedokteran, ALUMNI, Bandung. Syaifuddin., 2006, Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan Ed. 3, EGC, Jakarta Schwartz, M.W., 1995, Clinical Handbook of Pediatrics, William and Wilkins, Maryland USA. World Health Organization., 1972, The medical uses of ionizing radiation and isotopes. World Health Organisation Technical Report Series, No. 492. Yudistiro, R., 2012, Evaluasi Fungsi Kelenjar Tiroid, http://dokternuklir.blogspot.com/ 2012/09/evaluasi-fungsi-kelenjar-tiroid_28.html, diakses Desember 2012. 24