I. PENDAHULUAN. berbeda-beda baik itu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan

dokumen-dokumen yang mirip
DETERMINANTS OF SOCIAL ESTABLISHMENT OF ATTITUDE OF EMPATHY VII CLASS STUDENTS AT SMP STATE 1 ABUNG BARAT LAMPUNG NORTH ACADEMIC YEAR 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan masa yang banyak mengalami perubahan dalam status emosinya,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Tentunya siswa banyak mengalami interaksi yang cukup leluasa dengan. yang dihuni oleh beberapa suku dan budaya.

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kecerdasan Interpersonal

PENGARUH SOCIAL SKILL TRAINING TERHADAP KEMAMPUAN EMPATI ANAK USIA DINI

BABI PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan satu jenis kecerdasan saja, karena kecerdasan merupakan kumpulan kepingan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak merupakan generasi penerus dan aset pembangunan. Anak menjadi

BAB PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan syarat utama kemajuan suatu bangsa. Sejarah. dunia membuktikan, bangsa-bangsa besar dan yang pernah berkuasa di

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah sekelompok individu yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak

BAB I PENDAHULUAN. penyesuaian diri di lingkungan sosialnya. Seorang individu akan selalu berusaha

BAGAIMANA MELEJITKAN 10 POTENSI KECERDASAN ANAK?

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Komunikasi Matematis

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan manusia. Dalam keluarga komunikasi orang tua dan anak itu. sangat penting bagi perkembangan kepribadian anak.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupannya, keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas

2015 PEMBELAJARAN TARI KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN EMPATI SISWA KELAS VII A DI SMPN 14 BANDUNG

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. membantu mengembangkan seluruh potensi dan kemampuan fisik,

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

I. PENDAHULUAN. kelak akan menjadi penerus pembangunan bangsa. Peranan pendidikan. membangun ditentukan oleh maju tidaknya pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesuksesan yang dicapai seseorang tidak hanya berdasarkan kecerdasan

I. PENDAHULUAN. anak-anak yang putus sekolah karena kurang biaya sehingga. dan buruh pabrik tidak mampu mencukupi kebutuhan keluarga.

BAB 1 PENDAHULUAN. berusia kurang lebih anam tahun (0-6) tahun, dimana biasanya anak tetap tinggal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan amanah dari Allah SWT, Setiap orang tua menginginkan anakanaknya

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar

BAB I PENDAHULUAN. dan musik meningkatkan mutu hidup manusia. (dalam Anggraeni, 2005)

BAB 1 PENDAHULUAN. karena remaja tidak terlepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku, pergaulan

PEMBELAJARAN DI TK AL AZHAR SOLO BARU DITINJAU DARI SUDUT PANDANG MULTIPLE INTELLIGENCES SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN INTENSI ALTRUISME PADA SISWA SMA N 1 TAHUNAN JEPARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. luas. Fenomena ini sudah ada sejak dulu hingga sekarang. Faktor yang mendorong

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) tentang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tanpa karakter adalah manusia yang sudah membinatang. Orang orang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan hubungan yang harmonis dengan orang-orang yang ada disekitarnya.

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KOHESIVITAS PEER GROUP PADA REMAJA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. emosi yang bervariatif dari waktu ke waktu, khususnya pada masa remaja yang

BAB I PENDAHULUAN. tua, lingkungan masyarakat sekitarnya, dan negara. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasiona No 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1

Prosiding Seminar Nasional Dalam Rangka Dies Natalis Universitas Tunas Pembangunan Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wilda Akmalia Fithriani, 2013

I. PENDAHULUAN. berkawan sehingga dia disebut social animal. Hal terpenting di dalam

I. PENDAHULUAN. tinggi yang mencapai puncaknya. Seiring berkembangnya zaman, rasa. nasionalisme dikalangan pemuda kini semakin memudar.

I. PENDAHULUAN. masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial emosional.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan

MENINGKATKAN EMPATI MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA SISWA KELAS X.2 SMA NEGERI 1 BRINGIN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keluarga, lingkungan teman sebaya sampai lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. serta ketat untuk menghasilkan penerus-penerus yang bermoral baik, berwawasan

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

PENDAHULUAN. dengan apa yang ia alami dan diterima pada masa kanak-kanak, juga. perkembangan yang berkesinambungan, memungkinkan individu

BAB II KAJIAN TEORI. sehari-hari. Perilaku sosial mempengaruhi penyesuaian sosial individu. Individu yang

BAB 1 PENDAHULUAN. jawab. Sebagaimana yang tertuang dalam pasal 3 Undang-Undang No. 20. tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang berbunyi :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Keberadaan kecerdasan emosional merupakan suatu kondisi yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat banyak sekali nilai-nilai dalam

BAB V PENUTUP KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

PENGEMBANGAN EMPATI ANAK USIA DINI MELALUI MENDONGENG DI TAMAN KANAK-KANAK ASYIYAH PARIAMAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia,1998), seringkali menjadi tema dari banyak artikel, seminar, dan

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Perkembangan anak terjadi melalui beberapa tahapan dan setiap

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk sosial. Di dunia ini, tidak ada manusia

Interpersonal Communication Skill

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Menolong merupakan salah satu tindakan yang diharapkan muncul dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hal yang sangat penting untuk diperoleh anak-anak ataupun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

OPTIMALISASI KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR DI TK KARTIKA 1-18 AMPLAS. Yenni Nurdin 1) dan Umar Darwis 2) UMN Al Washliyah

PENDAHULUAN Latar Belakang

Pendidikan Keluarga (Membantu Kemampuan Relasi Anak-anak) Farida

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibandingkan pertengahan masa kanak-kanak bagi remaja itu sendiri maupun

I. PENDAHULUAN. manusia dibina melalui suatu pergaulan (interpersonal relationship). Pergaulan

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang ada dalam diri peserta didik. Pendidikan dianggap sebagai. diatur oleh Undang-Undang Republik Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk berpikir, kemampuan afektif merupakan respon syaraf simpatetik atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah Tunas harapan bangsa. Mereka ibarat bunga yang tengah

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia secara kodrati tercipta dengan sifat yang unik, berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Setiap individu memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda-beda baik itu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan sosial yang berkembang dengan berbagai variasi dari setiap individu berdasarkan dari dalam diri individu masing-masing ataupun faktor yang berasal dari luar individu itu sendiri. Kecendrungan yang terjadi saat ini banyak orang yang sangat mengistimewakan kecerdasan intelaktual saja dan mengabaikan kecerdasan emosional dan kecerdasan sosial pada diri anak. Beranjak dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Goleman menyatakan bahwa setinggi-tingginya kecerdasan intelektual manyumbangkan kira-kira 20% bagi faktor-faktor yang menentukan kesuksesan individu dalam hidup. Sedangkan 80% sangat tergantung pada kecerdasan emosional, kecerdasan sosial, dan kecerdasan spiritual. Pakar Psikologi lain Howard Gardner mengemukakan kecerdasan manusia yang dimiliki manusia yaitu: kecerdasan visual / spasial, kecerdasan natural

2 (kemampuan untuk menyelaraksan diri dengan alam), atau kecerdasan linguistik (kemampuan membaca, menulis, berkata-kata), kecerdasan logika (menalar atau menghitung), kecerdasan kinestik / fisik (kemampuan mengolah fisik seperti penari, atlet), kecerdasan sosial yang dibagi menjadi intrapersonal dan interpersonal. Salah satu kecerdasan yang diungkap Gardner adalah kecerdasan interpersonal atau dapat juga dikatakan kecerdasan sosial, diartikan sebagai kemampuan dan keterampilan seseorang dalam menciptakan relasi, membangun relasi dan mempertahankan relasi sosialnya sehingga kedua belah pihak berada dalam situasi menang-menang atau menguntungkan. Kecerdasan interpersonal menurut Thomas Armstrong (2004) adalah kemampuan memersepsi dan membedakan suasana hati, maksud motivasi, serta perasaan orang lain. Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada ekspresi wajah, suara, gerak isyarat, kemampuan membedakan berbagai macam tanda interpersonal, dan kemampuan menanggapi secara efektif tanda tersebut dengan tindakan pragmatis tertentu (misalnya mempengaruhi sekelompok orang untuk melakukan tindakan tertentu). Kecerdasan interpersonal juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berlangsung antar dua pribadi, mencirikan proses-proses yang timbul sebagai suatu hasil dari interaksi individu dengan individu lainnya. Kecerdasan interpersonal menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaan orang lain (empati). Individu cenderung untuk memahami dan berinteraksi dengan orang lain sehingga mudah bersosialisasi dengan lingkungan di sekelilingnya.

3 Kecerdasan intelektual memang penting dikembangkan pada diri anak, tetapi yang tidak kalah penting yang harus diperhatikan yaitu kecerdasan emosional dan kecerdasan sosial atau interpersonal anak. Sebab, kecenderungan masyarakat modern, yang satu sama lain sering bersitegang dengan waktu karena adanya target atau bahkan ambisi, persaingan yang sangat ketat di segala bidang, kebutuhan terhadap pemenuhan materi sekaligus gengsi yang semakin menguat, akan membuat kehangatan hubungan sosial semakin berkurang. Empati dapat menjadi kunci menaikkan integritas dan kedalaman hubungan dengan orang lain. Empati yang merupakan kualitas utama dalam kecerdasan emosional ketiga untuk meningkatkan hubungan antarpribadi. Setiap hubungan yang merupakan akar kepedulian berasal dari penyesuaian emosionalnya dengan orang lain. Anak-anak yang berempati dengan baik, tidak akan tega menyakiti perasaan orang lain, bahkan dia akan merasa ikut sedih jika temannya sedang mendapatkan suatu musibah. Tingginya kepekaan empati akan berpengaruh pada kecakapan sosialnya. Dimana semakin tinggi kecakapan sosialnya, maka dia akan lebih mampu membentuk hubungan, untuk menggerakkan dan mengilhami orang lain, membina kedekatan hubungan, meyakinkan dan mempengaruhi, membuat orang-orang lain merasa nyaman. Dengan demikian orang yang memiliki empati cukup tinggi akan mempunyai etika moral yang cukup tinggi pula dalam masyarakat. Dari sini jelas bahwa empati ini amat penting untuk ditanamkan pada anak sejak usia dini, guna terbentuknya pribadi yang baik dan bermoral tinggi, memiliki sopan santun dalam bersikap dan bertindak, dapat dipercaya dan dapat diandalkan.

4 Empati membuat anak menjadi peka terhadap kebutuhan dan perasaan orang lain, mendorongnya menolong orang yang kesusahan dan kesakitan, serta menuntunnya memperlakuan orang dengan kasih sayang. Empati yang kuat mendorong anak bertindak benar karena ia bisa melihat kesusahan orang lain sehingga mencegahnya melakukan tindakan yang dapat melukai orang lain. Semakin dalam rasa empati sesorang, semakin tinggi rasa hormat dan sopan satuannya kepada sesama. Biasanya orang yang memiliki sikap empati ini sangat peduli dan rela bertindak untuk memberikan bantuannya kepada siapa saja yang memang benar-benar harus dibantu. Pada saat ini yang terjadi di masyarakat, tidak terkecuali di kalangan peserta didik SMP Negeri 1 Abung Barat mulai memudarnya kemampuan sikap berempati pada anak, masing-masing orang menjadi individual dalam bersosial dan mereka juga merasa semakin dibebani oleh kepentingankepentingan yang bagi dirinya dirasa tidak menguntungkan, kurangnya kepedulian peserta didik terhadap penderitaan orang lain dan keadaan yang ada di sekitarnya. Serta sulitnya menerima sudut pandang orang lain dan menghargai perbedaan perasaan terhadap berbagai macam hal, seperti berbeda suku. Oleh karena itu, kemampuan berempati penting dalam pergaulan untuk memahami perasaan orang lain, menerima sudut pandang mereka, menghargai perbedaan perasaan orang terhadap berbagai macam hal, menjadi pendengar dan penanya yang baik. Kemampuan-kemampuan tersebut sebagai suatu seni bekerja sama untuk menghindari konflik. Empati mengarah kepada kepedulian, mementingkan orang lain dan belas kasih, toleransi dan menerima perbedaan.

5 Kemampuan-kemampuan ini semakin dibutuhkan orang untuk hidup bersama dan saling menghormati (Goleman, dikutip Asri; 2004) Ada beberapa faktor yang diduga menentukan pembentukan sikap empati sosial yang tumbuh dan dipahami secara positif oleh seseorang, terutama para pelajar yang notabene merupakan generasi yang menjadi harapan bangsa, diantaranya adalah sebagai berikut : Faktor yang berasal dari dalam diri anak empati muncul secara alamiah dan sejak usia dini, anak-anak lahir dengan membawa sifat yang besar manfaatnya bagi perkembangan anak. Faktor genetik/keturunan merupakan faktor yang sudah ada atau karena terkait dengan syaraf-syaraf yang ada pada organ otak. Kecepatan otak mengolah atau memproses masukan yang didapat amat tergantung pada kondisi dan kematangan otak. Jika organnya dalam keadaan baik, maka proses pengolahan apapun yang di terima otak akan ditangkap dengan baik dan dijalankan sesuai perintah otak. Selain faktor genetis/keturunan, kesadaran diri yang berkembang akan membuat peserta didik mampu memahami dirinya baik keadaan internal maupun eksternal seperti menyadari emosi-emosi yang muncul (internal) atau menyadari cara berbicara dan intonasi suaranya (eksternal). Pemahaman sosial ini meliputi Kesadaran diri. Kesadaran diri adalah mampu menyadari dan menghayati totalitas keberadaannya di dunia seperti menyadari keinginan-keinginannya, cita-citanya, harapan-harapannya dan tujuan-tujuannya dimasa depan.kesadaran diri ini sangat penting dimiliki oleh peserta didik karena kesadaran diri memiliki fungsi monitoring dan fungsi kontrol dalam diri.

6 Pengaruh lingkungan keluarga dapat diartikan sebagai daya yang timbul dari lingkungan keluarga yang ikut membentuk atau membangun sifat dan karakter anak. Bagi anak, lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang paling berpengaruh. Keluarga adalah lingkungan terkecil yang dibangun oleh orang tua bersama anggota keluarga lainnya. Pembentukan sifat atau karakter anak berhubungan dengan sosialisasi atau suatu proses penanaman nilai dan aturan dari orang tua kepada anak. Keluarga memiliki dampak yang besar dalam pembentukan perilaku individu serta pembentukan vitalitas dan ketenangan dalam benak anak-anak karena melalui keluarga anak-anak mendapatkan bahasa, nilai-nilai, serta kecenderungan mereka. Kehadiran orang tua secara emosional juga sangat berpengaruh dalam pembentukan empati anak. Studi yang dilakukan John Gottman dari Universitas Washington (Borba, 2008: 17) menemukan bahwa orang tua yang bisa menumbuhkan empati dalam diri anaknya adalah mereka yang secara aktif terlibat dalam kehidupan dan kondisi emosional anaknya. Dari sebuah penelitian yang dilakukan sebuah universitas (dikutip oleh Borba, 2007: 17) menemukan bahwa ibu-ibu masa kini yang bekerja diluar rumah melewatkan waktu rata-rata sebelas menit per hari untuk berinteraksi yang berkualitas dengan anak-anaknya selama hari kerja dan sekitar tiga puluh menit selama akhir pekan. Sementara ayah melewatkan waktu bersama anaknya hanya delapan menit pada hari kerja dan empat belas menit selama akhir pekan. Tidak jauh berbeda, ibu-ibu tidak bekerja menghabiskan tiga belas menit per hari. Kurangnya waktu untuk berinteraksi dan komunikasi antara orang tua dan anak menjadi penyebab anak tidak berempati, orang tua

7 yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya melewatkan hal yang penting bagi anak. Pergaulan teman sebayanya, selain dengan lingkungan keluarga peserta didik banyak menghabiskan waktu dengan teman sebayanya. Anak lebih banyak berada diluar rumah dengan teman sebaya. Teman dapat dikatakan dunia kedua setelah orang tua yang dimana kepada teman anak dapat menuangkan segala permasalahnnya bahkan tidak jarang anak menceritakan semua permasalahannya pada temannya dibandingkan dengan orang tuanya. Dapat dimengerti bahwa sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku teman sebaya besar pengaruhnya. Di dalam kelompok sebaya, anak berusaha menemukan dirinya. Kelompok sebaya memberikan lingkungan yaitu dunia tempat anak dapat melakukan sosialisasi dimana nilai yang berlaku bukanlah nilai yang ditetapkan oleh orang dewasa melainkan oleh teman seusianya. Disinilah letak berbahayanya bagi perkembangan jiwa anak, apabila nilai yang dikembangkan dalam kelompok sebaya adalah nilai yang negatif, akan lebih berbahaya apabila kelompok sebaya ini cenderung tertutup (closed group), dimana setiap anggota tidak dapat terlepas dari kelompok nya dan harus mengikuti nilai yang dikembangkan oleh pimpinan kelompok, sikap, pikiran, perilaku, dan gaya hidupnya merupakan perilaku dan gaya hidup kelompoknya. Fenomena menipisnya kemampuan berempati dikalangan anak masa sekarang khususnya dikalangan peserta didik SMP Negeri 1 Abung Barat menjadi permasalahan yang begitu penting karena masa anak-anak mereka

8 memberikan kontribusi yang begitu menentukan bagi terbentuknya pribadi yang baik dan bermoral tinggi, memiliki sopan santun dalam bersikap dan bertindak, dapat dipercaya dan dapat diandalkan. Berdasarkan hal tersebut penulis melakukan penelitian dengan melihat faktor penentu pembentukan sikap empati sosial peserta didik SMP Negeri 1 Abung Barat Lampung Utara Tahun Pelajaran 2012/2013. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut: 1. Pentingnya kemampuan berempati dalam pergulan. 2. Empati kunci menaikkan integritas dan meningkatkan hubungan dengan orang lain. 3. Faktor keluarga yang berpengaruh terhadap pembentukan sikap empati sosial peserta didik. 4. Faktor teman sebaya yang berpengaruh terhadap pembentukan sikap empati sosial peserta didik. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti membatasi masalah pada Faktor penentu pembentukan sikap empati sosial pada peserta didik SMP Negeri 1 Abung Barat sebagai berikut: 1. Faktor dari dalam diri anak (Faktor internal) 2. Faktor dari luar diri anak (Faktor Eksternal): a) Keluarga b) Teman sebaya/teman sepermainan

9 D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah Faktor apa sajakah penentu pembentukan sikap empati sosial pada peserta didik SMP Negeri 1 Abung Barat Kabupaten Lampung Utara tahun pelajaran 2012/2013. E. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mencari dan menjelaskan faktor-faktor penentu pembentukan sikap empati sosial pada peserta didik kelas VII di SMP Negeri 1 Abung Barat Kabupaten Lampung Utara tahun pelajaran 2012/2013. 2. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Teoritis Penelitian ini secara teoritis berguna untuk mengembangkan pemahaman tentang konsep-konsep ilmu pendidikan khususnya pendidikan kewarganegaraan pada kajian pendidikan kewarganegaraan yang membahas tentang pembentukan sikap empati sosial pada diri. b. Kegunaan Praktis Secara praktis penelitian ini berguna untuk: 1. Bagi Peserta Didik Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam menumbuh kembangkan sikap empati sosial di lingkungan setempat.

10 2. Bagi Guru Penellitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan sekaligus kajian dalam rangka upaya menumbuh kembangkan sikap empati peserta didik. 3. Bagi masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tempat bergaul yang positif bagi peserta didik. F. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang Lingkup Ilmu Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah ilmu pendidikan kewarganegaraan dalam wilayah kajian pendidikan kewarganegaraan tentang pembentukan sikap empati sosial pada peserta didik. 2. Ruang Lingkup Objek Objek penelitian dalam penelitian ini adalah Faktor penentu pembentukan sikap empati sosial peserta didik kelas VII di SMP Negeri 1 Abung Barat Kabupaten Lampung Utara. 3. Ruang Lingkup Subjek Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VII di SMP Negeri 1 Abung Barat Kabupaten Lampung Utara tahun pelajaran 2012/2013. 4. Ruang Lingkup Wilayah Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Abung Barat Kabupaten Lampung Utara.

11 5. Ruang Lingkup Waktu Pelaksanaan penelitian ini adalah sejak dikeluarkannya surat izin penelitian pendahuluan oleh Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung terhitung dari tanggal 14 Desember 2012 sampai dengan tanggal 27 Maret 2013.