PENDAHULUAN PENDAHULUAN PENDAHULUAN 27/07/2010. Efek Limbah Batubara. Pencemaran Logam Berat (Pb, Cr, Ar) Pencemaran lindi limbah batubara

dokumen-dokumen yang mirip
TATA CARA DAN PERSYARATAN TEKNIS PENYIMPANAN DAN PENGUMPULAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

Keputusan Kepala Bapedal No. 1 Tahun 1995 Tentang : Tata Cara Dan Persyaratan Teknis Penyimpanan Dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun

PENYIMPANAN SEMENTARA LIMBAH B3

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : KEP-01/BAPEDAL/09/1995

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : KEP- 01/BAPEDAL/09/1995 TENTANG

Persyaratan Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3 Yulinah Trihadiningrum 11 Nopember 2009

KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN,

BAB V PEMBAHASAN. Beracun (B3) yang dihasilkan di PT Saptaindra Sejati site ADMO bahwa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu sumber air baku bagi pengolahan air minum adalah air sungai. Air sungai

BAB I PENDAHULUAN. dan panas bumi dan Iain-lain. Pertumbuhan industri akan membawa dampak positif,

BUPATI PENAJAM PASER UTARA

BAB II LANDASAN TEORI. Pemerintah No 18 tahun 1999).

PENYIMPANAN DAN PENGUMPULAN LIMBAH B3

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

MANFAAT LIMBAH HASIL PEMBAKARAN BATUBARA Alisastromijoyo, ST, MT

BUPATI KUDUS. PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR : 1 Tahun TENTANG IZIN PENYIMPANAN SEMENTARA DAN/ ATAU PENGUMPULAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling

IMPLEMENTASI PERATURAN DAN KEBIJAKAN DI BIDANG PENGUMPULAN DAN PEMANFAATAN LIMBAH B3

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Skema Proses Pengolahan Air Limbah

selanjutnya penulis mengolah data dan kemudian menyusun tugas akhir sampai

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil pengukuran suhu incinerator Pada Ruang Bakar utama

Disampaikan Pada Kegiatan Bimbingan Teknis Pengelolaan Limbah B3 dan Limbah Non B September 2016

KUESIONER PENELITIAN. SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR, PADAT dan GAS di BAGIAN EKSPLORASI PRODUKSI (EP)-I PERTAMINA PANGKALAN SUSU TAHUN 2008

PERANCANGAN TEMPAT PENYIMPANAN SEMENTARA (TPS) LIMBAH B3 (STUDI KASUS : BENGKEL MAINTENANCE PT. VARIA USAHA)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Bahan Berbahaya dan Beracun) dan menghasilkan limbah B3 yang. berasal dari sumber spesifik dan sumber non spesifik.

BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI PELAPISAN LOGAM

LEMBAR OBSERVASI UNTUK PIMPINAN ATAU PEGAWAI DI BIDANG LINGKUNGAN ANALISIS PENGOLAHAN LIMBAH PADA PLTU LABUHAN ANGIN DI KABUPATEN TAPANULI TENGAH

2014, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disin

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan umat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan penduduk dan populasi penduduk yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia mempunyai visi yang sangat ideal, yakni masyarakat Indonesia

Studi Pemanfaatan Limbah Karbon Aktif sebagai Bahan Pengganti Agregat Halus pada Campuran Beton Ringan (Studi Kasus di PT PETRONIKA)

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

L A M P I R A N DAFTAR BAKU MUTU AIR LIMBAH

2. DETONATOR 1. DEFINISI BAHAN PELEDAK

Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Usaha dan/atau kegiatan pembangkit listrik tenaga termal adalah usaha dan/atau kegiatan

PERENCANAAN SUBSURFACE FLOW CONSTRUCTED WETLAND PADA PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI AIR KEMASAN (STUDI KASUS : INDUSTRI AIR KEMASAN XYZ)

GUNAKAN KOP SURAT PERUSAHAAN FORMULIR PERMOHONAN IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH KE SUMBER AIR

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan bangunan rumah, gedung, sekolah, kantor, dan prasarana lainnya akan

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PROBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman.

LAMPIRAN 1 TABEL PENGAMATAN SWA PANTAU IPAL (diisi oleh operator IPAL) Hari dan tanggal. COD (mg/l)

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

BAB I PENDAHULUAN. udara, air dan tanah berupa kegiatan industri dan pertambangan.

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU UTARA NOMOR 48 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1994 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEDOMAN. Penggunaan tailing untuk lapis pondasi dan lapis pondasi bawah DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

Air mineral SNI 3553:2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG SIMBOL DAN LABEL LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 51/MENLH/10/1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN INDUSTRI

BAB I PENDAHULUAN. Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) Sewon dibangun pada awal

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-138

BAB I PENDAHULUAN. contohnya adalah tailing yang merupakan limbah hasil pengolahan mineral

PEMBINAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

BAB I PENDAHULUAN. biasanya disertai dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat.

III. METODE PENELITIAN

Fasilitas penampungan limbah dan sampah dari kegiatan pelabuhan

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

Pemanfaatan Abu Batubara BAB I PENDAHULUAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN,

PEMBINAAN PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA

TATA CARA PENGELOLAAN LIMBAH B3. Oleh : Iyan Suwargana Kabid Pemanfaatan Limbah B3 Pada Asdep Administrasi Pengendalian Limbah B3 3R LIMBAH B3

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

IDENTIFIKASI & TEKNIK PENYIMPANAN LIMBAH B3

TARIF LINGKUP AKREDITASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian. Pengambilan Sampel Rhizophora apiculata. Dekstruksi Basah

-14- TATA CARA PENYIMPANAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DARI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

( Sumber : Data primer, 2005 )

Bab V Hasil dan Pembahasan

hasil analisis tersebut akan diketahui karakteristik (sifat fisik, biologi dan kimia)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGELOLAAN LIMBAH B3 BENGKEL KENDARAAN BERMOTOR RODA EMPAT DI KECAMATAN TEGALSARI SURABAYA

MERAH KUNING KUNING UNGU COKLAT

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Beberapa waktu yang lalu kita mendengar berita dari koran ataupun

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 28 Tahun : 2015

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya aktivitas kehidupan manusia yang dirasakan

TATA CARA PERIZINAN INSINERATOR LIMBAH B3

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/231/KPTS/013/2005 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 26 TAHUN 2010 TENTANG TATA LAKSANA PERIZINAN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1994 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/330/KPTS/013/2012 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/331/KPTS/013/2012 TENTANG

Transkripsi:

DACHLIANA SARASWATI 3306.100.052 Dosen Pembimbing IDAA Warmadewanthi, ST, MT, PhD Latar Belakang Limbah PT. SRC Limbah Sisa dan Ceceran Lem Limbah Sisa dan Ceceran Tinta Limbah Batubara Wastewater Treatment Plan 500 kg/hari = 12 ton/bulan Efek Limbah Batubara Pencemaran Logam Berat (Pb, Cr, Ar) Pencemaran lindi limbah batubara Rumusan Masalah Bagaimana upaya penanganan limbah batubara hasil proses pembakaran di PT. SRC, Krian Sidoarjo secara teknis sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia. Upaya penanganan limbah batu bara yang meliputi pengumpulan, pengemasan, dan penyimpanan akan dibahas dalam tugas akhir ini. 1

Tujuan Merencanakan secara teknis upaya penanganan limbah batubara hasil proses pembakaran sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia. Adapun tujuan khusus dalam tugas akhir ini adalah: 1. Merencanakan pengumpulan limbah padat batubara 2.Merencanakan pengemasan limbah padat batubara 3.Merencanakan penyimpanan limbah padat batubara Ruang Lingkup 1. Wilayah perencanaan adalah PT. SRC, Krian Sidoarjo. 2.Upaya penanganan limbah batubara meliputi pengumpulan, pengemasan, dan penyimpanan 3.Limbah berupa limbah padat batubara yaitu bottom ash dan boiler slag dari sisa pembakaran pada boiler. 4.Gas yang dihasilkan oleh unit boiler tidak dibahas dalam tugas akhir ini. Peraturan Perundangan yang digunakan, antara lain: 1. Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun 1999 Tentang : Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.74 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun. 3. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No.01 Tahun 1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. 4. Keputusan Badan Pengendali Dampak Lingkungan No. 05/BAPEDAL/09/1995 tentang Simbol dan Label Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Manfaat Hasil dari perencanaan ini diharapkan dapat menjadi masukan kepada pihak industri dalam perencanaan upaya penanganan limbah batubara b hasil proses pembakaran yang meliputi pengumpulan, pengemasan, dan penyimpanan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia. 2

TINJAUAN PUSTAKA Limbah Batubara Fly Ash Abu yang keluar dari tempat pembakaran melalui cerobong. Bottom Ash Abu sisa pembakaran yang bentuknya kasardengan ukuran beragam dikeluarkan di dasar tungku pembakaran Boiler Slag Kerak boiler yang dikumpulkan di dasar tungku pembakaran batubara bersama bottom ash. TINJAUAN PUSTAKA Penanganan Limbah Batubara Pengumpulan 1. Mengetahui karakteristik limbah 2. Pengujian karakteristik k klimbah 3. Bentuk, ukuran, dan bahan wadah sesuai dengan karakteristik limbah 4. Bahan wadah tidak bereaksi dengan limbah Pengemasan TINJAUAN PUSTAKA 1. Kemasan (drum, tong, atau bak kontainer) yang digunakan harus dalam kondisi baik, tidak bocor, berkarat atau rusak, terbuat dari bahan yang cocok dengan karakteristik limbah 2. Limbah yang disimpan dalam satu kemasan adalah yang memiliki karakteristik yang sama, atau dengan limbah lain yang karakteristiknya saling cocok. 3. Kemasan yang telah diisi atau terisi penuh dengan limbah B3 harus ditandai dengan simbol dan label TINJAUAN PUSTAKA Penyimpanan 1. Penyimpanan kemasan harus dibuat dengan sistem blok. Setiap blok terdiri atas 2 (dua) x 2 (dua) kemasan 2. Lebar gang untuk lalu lintas manusia minimal 60 cm dan lebar gang untuk lalu lintas kendaraan pengangkut (forklift) disesuaikan dengan kelayakan pengoperasiannya 3. Jika kemasan berupa drum logam (isi 200 liter), maka tumpukan maksimum adalah 3 (tiga) lapis dengan tiap lapis dialasi palet (setiap palet mengalasi 4 drum). 4. Jarak tumpukan kemasan tertinggi dan jarak blok kemasan terluar terhadap atap dan dinding bangunan penyimpanan tidak boleh kurang dari 1 (satu) meter. 3

TINJAUAN PUSTAKA Ruang Penyimpanan TINJAUAN PUSTAKA 1. Memiliki rancang bangun dan luas ruang penyimpanan yang sesuai dengan jenis, karakteristik dan jumlah limbah B3 yang dihasilkan/akan disimpan. 2. Terlindung dari masuknya air hujan baik secara langsung maupun tidak langsung. 3. Dibuat tanpa plafon dan memiliki sistem ventilasi udara yang memadai untuk mencegah terjadinya akumulasi gas di dalam ruang penyimpanan, serta memasang kasa atau bahan lain untuk mencegah masuknya burung atau binatang kecil lainnya ke dalam ruang penyimpanan. METODOLOGI PERENCANAAN Ide Tugas Akhir SISA PROSES PEMBAKARAN PT. SRC Studi Literatur Upaya Penanganan Limbah Batubara Penulisan Laporan Kesimpulan dan Saran Pengumpulan Data METODOLOGI PERENCANAAN Data Primer 1. Data Pengujian Lindi Limbah Batubara yaitu BOD, COD, ph, TSS, serta kandungan timbal (Pb) 2. Uji Toxicity Characterization Leaching Procedures (TCLP) limbah padat dt batubara tb Data Sekunder 1. Gambaran Umum PT. Surya Rengo Containers 2. Proses Produksi PT. Surya Rengo Containers 3. Sumber dan Jenis Limbah B3 yang dihasilkan dari proses 4. Volume limbah padat batubara yang dihasilkan 5. Peraturan perundangan yang berlaku 4

METODOLOGI PERENCANAAN Identifikasi Limbah B3 yang dihasilkan Penentuan sumber sumber limbah B3 hasil proses produksi Penentuan jenis limbah B3 yang dihasilkan Uji kandungan lindi limbah padat batu bara Uji TCLP limbahpadat batu bara Perencanaan Sistem Pengumpulan: Penentuan karakteristik limbah batubara hasil proses produksi Penentuan volume limbah batubara yang dihasilkan per hari Penentuan jangka waktu pengumpulan limbah batubara Perencanaan pengumpulan limbah batubara METODOLOGI PERENCANAAN Perencanaan Sistem Pengemasan: Penentuan jenis kemasan yang sesuai dengan limbah yang dihasilkan Penentuan ukuran kemasan yang diperlukan Penentuan bentuk kemasan yang diperlukan Penentuan jumlah kemasan yang diperlukan Penentuan label kemasan Perencanaan Sistem Penyimpanan: Persyaratan penyimpanan Desain ruang penyimpanan limbah padat batubara RAB upaya penanganan limbah batu bara GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN PT. Surya Rengo Containers adalah perusahaaan karton box berbahan baku kertas. Lokasi PT. Surya Rengo Containers berada di Jl. Raya By Pass Krian KM 29,2 2 Sidoarjo. GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN atas Wilayah Sebelah Barat: Aliran Sungai Kali Surabaya Sebelah Timur: PT. Hasil Karya Sebelah Sblh Utara: By Pass Krian Sebelah Selatan: Tanah Desa Tambak Kemeraan Luas Lahan 34. 607 m 2 5

GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN Limbah yang dihasilkan 1. Limbah cair Limbah cair diolah di Wastewater Treatment Plant GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN Limbah yang dihasilkan 2. Limbah Batubara Identifikasi Sumber Limbah Identifikasi dan Karakteristik Limbah Batubara Bottom Ash Boiler Slag 6

Identifikasi dan Karakteristik Limbah Batubara PT. Surya Rengo Containers (PT.SRC) Hasil Uji TCLP Limbah Batubara Konsentrasi Baku Mutu No Parameter Satuan Bottom ash Fly ash TCLP 1. Arsen (As) mg/l 0,03 0,01 5 2. Barium (Ba) mg/l 68,8 32,5 100 3. Kadmium (Cd) mg/l 0,5 1,14 1 4. Kromium (Cr) mg/l 3,83 tt 5 5. Tembaga (Cu) mg/l tt tt 10 6. Timbal (Pb) mg/l 11,69 14,1 5 7. Merkuri (Hg) mg/l tt tt 0,2 8. Perak (Ag) mg/l 0,37 0,44 5 9. Seng (Zn) mg/l 0,62 1,55 50 Identifikasi dan Karakteristik Limbah Batubara PT. Surya Rengo Containers (PT.SRC) Hasil Uji Lindi Limbah Batubara Parameter Unit Hasil Uji Metode Uji Baku Mutu BOD mg/l O 2 299 Winkler 30 COD mg/l O 2 620 Refluks 80 ph 8,85 phmeter 6-9 TSS mg/l 3600 Gravimetri 100 Timbal mg/l Pb 0,046 AAS 0,1 Kromium (Cr) mg/l Cr 0,06 AAS 0,1 Hasil Uji TCLP Parameter Unit Hasil Uji Metode Uji Timbal (Pb) mg/l 1200 Agitasi/AAS Kromium (Cr) mg/l 0,04 AAS Berdasarkan data sekunder dan data primer yang ada dapat dilakukan identifikasi terhadap limbah padat batubara sebagai berikut: 1. Limbah padat batubara termasuk dalam limbah B3 sumber spesifik dalam Lampiran I PP No. 85 tahun 1999 dengan kode limbah D223. 2. Uji TCLP oleh PT.SRC menunjukkan bahwa limbah padat batubara yang dihasilkan merupakan limbah B3. 3. Uji TCLP yang dilakukan terhadap limbah padat batubara menunjukkan bahwa Pb melampaui ambang batas maksimum uji TCLP Berdasarkan identifikasi tersebut, dapat disimpulakan bahwa limbah padat batubara merupakan limbah B3. Rencana Penanganan Limbah Batubara Outlet Limbah Batubara Pengangkutan oleh vendor Wadah Pengumpul (Kontainer) Penyimpanan Forklift Forklift Ruang Pengemasan Drum Pengemasan oleh pekerja 7

Volume Bottom Ash dan Boiler Slag Total timbunan per bulan = jumlah timbunan per hari x hari kerja per bulan Total timbunan = 500 kg/hari x 24 hari/bulan = 12000 kg = 12 ton Volume batubara = berat batubara/densitas batubara = 12000 kg/1200 kg/m 3 = 10 m 3 Volume batubara/bulan = 10 m 3 Rencana Pengumpulan Direncanakan bahwa limbah padat batubara akan ditempatkan di kontainer hanya selama 2 hari Volume Vl limbah padat batubara b yang terkumpul selama 2 hari adalah: (Berat limbah batubara/hari x 2 hari)/densitas batubara = (500 kg/hari x 2 hari)/1200 kg/m 3 = 0,83 m 3 = 833 L Desain untuk wadah pengumpulan limbah batubara adalah sebagai berikut: Panjang : 150 cm Lebar : 130 cm Tinggi : 75 cm Volume = panjang x lebar x tinggi = 150 cm x 130 cm x 75 cm = 1.462.500 cm 3 = 1,46 m 3 1,5 m 3 Bahan yang digunakan adalah: Profil besi ( besi UNP 100 mm) Plat besi 2 mm 8

Rute Pengumpulan Limbah padat batubara yang telah ditampung selama 2 hari pada kontainer diangkut ke tempat pengemasan dengan menggunakan forklift. 9

Rencana Pengemasan Drum yang akan digunakan untuk menampung limbah padat batubara adalah drum besi dengan ukuran: Diameter = 50 cm Tinggi = 100 cm Volume = πr 2 t = 3,14 x (25 cm) 2 x 100 cm = 196.250 cm 3 = 196, 25 m 3 Tutup Karet Cincin Pengunci Jumlah kemasan yang akan dihitung adalah jumlah kemasan yang diperlukan setiap bulannya. Volume limbah batubara dalam 1 bulan adalah: 500 kg/hari x 6 hari/minggu x 4 minggux 1200 kg/m 3 = 10 m 3 Kapasitas drum = πr 2 t = 3,14 x (25 cm) 2 x (100 cm 10 cm) = 176.625 cm 3 = 176,625 m 3 Jumlah drum berkapasitas 176,625 liter yang diperlukan untuk menampung 10 m 3 limbah batubara dalam adalah: 10000 liter/176,625liter = 57 drum 10

Label dan Simbol Simbol 10 cm x 10 cm Label 15 cm x 20 cm Rencana Penyimpanan 1. Lahan yang tersedia untuk dijadikan tempat penyimpanan kemasan limbah padat batubara berukuran 18 m x 8 m. 2. Tempat penyimpanan dikelilingi dinding yang terbuat dari batako dengan ketinggian 4,5 m. 3. Ruang penyimpanan ini diberi atap untuk menghindari kemasan limbah terkena hujan dan panas secara langsung.tinggi atap 4 m dengan ventilasi setinggi 0,5 m. 4. Lantai ruangan penyimpanan terbuat dari cor beton yang kuat dan kedap air. Lantai ruangan ditinggikan 20 cm dari permukaan tanah untuk menghindari terjadinya banjir. 5. Ruang penyimpanan dirancang agar forklift dapat masuk ke ruangan ini untuk meletakkan drum yang disusun bertingkat. 6. Direncanakan banyaknya drum yang dapat disimpan didalam bangunan penyimpanan adalah sebanyak 60 buah drum 7. Maksimal tumpukan untuk drum logam 200 liter adalah 3 (tiga) tumpukan dengan tiap lapis dialasi palet (tiap palet mengalasi 4 buah drum) 8. Jarak tumpukan kemasan tertinggi dan jarak blok kemasan terluar terhadap atap dan dinding bangunan penyimpanan adalah 1 (satu) meter. 9. Lebar gang antar blok adalah 60 cm. 10. Pekerja yang melakukan penyimpanan limbah batubara adalah pekerja yang melakukan pengemasan dibantu dengan operator forklift yang menjalankan forklift. 11

Kemungkinan Pemanfaatan Limbah Batubara 1. Solidifikasi Perbandingan antara semen : bottom ash = 2.45 : 1 dengan ukuran batako yaitu 190 x 90 x 57 mm 3 (Park, et.al., 2007). Jumlah batako yang dapat dibuat dari bottom ash PT. SRC dalam 1 bulan adalah: Volume 1 buah batako = 974.700 mm 3 Volume bottom ash yang diperlukan untuk 1 buah batako 692.178, 26 mm 3 Banyaknya batako yang dapat dibuat dalam 1 bulan 14.492 batako 2. Campuran bahan beton 3. Campuran pembuatan konstruksi tanggul dan jalan Binder Contaminant Soil Reagent Principle : 12

PENUTUP Kesimpulan 1. Pengumpulan limbah batubara PT.SRC menggunakan kontainer besi 1,5 m 3. Kontainer yang digunakan sebanyak 1 buah dan 1 buah sebagai kontainer kosong pengganti. 2. Pengemasan limbah batubara menggunakan drum besi 200 liter yang sesuai dengan karakteristik limbah. Pengemasan limbah padat batubara dilakukan setiap 2 hari sekali. Pengemasan dilakukan di ruang penyimpanan. 3. Penyimpanan limbah batubara dilakukan di ruangan penyimpanan dengan luas 18 m x 8 m. Ruangan dikelilingi dinding batako setinggi 4,5 m dan atap setinggi 4 m dengan ventilasi 0,5 m 4. Ruang penyimpanan direncanakan dapat menampung 60 drum limbah. Saran PENUTUP 1. Perlu adanya rancangan Standard Operational Procedure (SOP) yang baik dan lengkap agar penanganan limbah batubara dapat berjalan dengan baik. 2. Perlu adanya pemanfaatan limbah batubara yang dapat dilakukan oleh perusahaan sebagai nilai tambah dalam penanganan limbah batubara ini. 3. Perlu dilakukan penelitian tentang jenis dan jumlah gas yang dikeluarkan oleh limbah batubara. TERIMA KASIH 13