ASEPSIS SESUDAH TINDAKAN BEDAH MULUT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah

UNIVERSAL PRECAUTIONS Oleh: dr. A. Fauzi

Pengendalian infeksi

BAB I PENDAHULUAN. bersifat dinamis dan merupakan masalah kesehatan yang sedang dihadapi terutama

Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah penilaian terhadap upaya

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit. Rumah sakit merupakan salah satu sarana pelayanan. kesehatan kepada masyarakat. Rumah sakit memiliki peran penting

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berisiko tinggi terhadap penularan penyakit, mengingat ruang lingkup kerjanya

EFEKTIVITAS STERILISASI AUTOKLAF PADA PENGGUNAAN INSTRUMEN MEDIS DI DEPARTEMEN BEDAH MULUT FKG USU PERIODE JANUARI MARET 2015

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti keselamatan pasien adalah hukum yang tertinggi (Hanafiah & Amir,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien

PENGENDALIAN DAN PENCEGAHAN INFEKSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan di berbagai belahan dunia dan merupakan risiko terhadap sistem

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGENDALIAN INFEKSI DI YANKESGILUT. Harum Sasanti Pelatihan Dokter Gigi Keluarga

BAB 1 : PENDAHULUAN. ini mempunyai konsekuensi perlunya pengelolaan limbah rumah sakit sebagai bagian

TINGKAT PENGETAHUAN DOKTER GIGI TERHADAP STANDARD PRECAUTION SEBELUM PERAWATAN GIGI PADA TEMPAT PRAKTEK DI KECAMATAN MEDAN BARU PERIODE JANUARI 2016

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN JENAZAH

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tanggung jawab dan wewenang dalam mengelola kegiatan pelayanan

nosokomial karena penyakit infeksi. Di banyak negara berkembang, resiko perlukaan karena jarum suntik dan paparan terhadap darah dan duh tubuh jauh

Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) merupakan salah satu bagian dari kewaspadaan standar.

TINDAKAN PERAWAT DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL LUKA PASCA BEDAH

BAB 1 PENDAHULUAN. perawatan gigi dan mulut. Ketika klinik tersebut dipergunakan, personil yang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, seperti: sosial, ekonomi, budaya, pendidikan dan kesehatan. Dewasa

BAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme dapat terjadi melalui darah, udara baik droplet maupun airbone,

BAB I DEFINISI. APD adalah Alat Pelindung Diri.

BAB 1 PENDAHULUAN. langsung ataupun tidak langsung dengan mikroorganisme dalam darah dan saliva pasien.

INFEKSI NOSOKOMIAL OLEH : RETNO ARDANARI AGUSTIN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pernafasan bagian atas; beberapa spesiesnya mampu. memproduksi endotoksin. Habitat alaminya adalah tanah, air dan

STERILISASI & DESINFEKSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Infeksi yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan adalah salah satu penyebab utama kematian dan peningkatan morbiditas pada pasien rawat

Disampaikan pada Pertemuan Ilmiah Tahunan Nasional Ikatan Perawat Dialisis Indonesia (IPDI) Palembang, 17 Oktober 2014

Bagian XIII Infeksi Nosokomial

PANDUAN KEWASPADAAN UNIVERSAL PUSKESMAS KECAMATAN PASAR MINGGU

BAB I PENDAHULUAN. bahwa dengan berakhirnya kehidupan seseorang, mikro-organisme. tidak diwaspadai dapat ditularkan kepada orang orang yang menangani

VULNUS LACERATUM. 1. Pengertian

Universitas Sumatera Utara

Instrumen yaitu sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah seseorang melakukan tugas atau mencapai tujuan secara efektif atau efisien (Suharsimi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah terjadinya infeksi silang yang bisa ditularkan terhadap pasien, dokter

PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Infeksi nosokomial atau disebut juga hospital acquired infection dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup bersih dan sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil

PANDUAN WAWANCARA. Analisis Kemampuan Perawat dalam Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit Umum Mitra Medika Medan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992 tentang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi dan penyakit menular merupakan masalah yang masih dihadapi oleh negara-negara berkembang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN. Nama saya lailani Zahra, sedang menjalani pendidikan di Program D-IV Bidan

BAB I PENDAHULUAN. Alat Pelindung Diri (APD) sangat penting bagi perawat. Setiap hari

TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PENJAHITAN LUKA PADA MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK DI DEPARTEMEN BEDAH MULUT FKG USU PERIODE 8-31 OKTOBER 2014

tekanan tinggi. Akibatnya, dibutuhkan temperatur yang lebih tinggi C atau

BAB II PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI)

BAB I PENDAHULUAN. bila upaya pencegahan infeksi tidak dikelola dengan baik. 2. berkembang menjadi sirosis hati maupun kanker hati primer.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi merupakan suatu keadaan ditemukan adanya agen infeksi

KUESIONER PENELITIAN. Perbedaan Sanitasi Lingkungan dan Perilaku Petugas Kesehatan terhadap Angka

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lainya yang dapat menimbulkan rasa sakit (Putri, 2014; Simangunsong, 2015).

BAB 1 : PENDAHULUAN. mencetuskan global patient safety challenge dengan clean care is safe care, yaitu

LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Keselamatan klien merupakan sasaran dalam program Patient Safety yang

BAB I PENDAHULUAN. serta pengobatan penyakit banyak digunakan alat-alat ataupun benda-benda


Kata Kunci: Pengetahuan, HIV/AIDS, Pencegahan HIV/AIDS. Kepustakaan: 47 ( )

BAB II TINJAUAN TEORI. kecil dan hanya dapat dilihat di bawah mikroskop atau mikroskop elektron.

DAFTAR ISI. 1.1 Latar belakang Definisi Pengelolaan Linen...5

1. Pentingnya patient safety adalah a. Untuk membuat pasien merasa lebih aman b. Untuk mengurangi risiko kejadian yang tidak diharapkan Suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rumah sakit termasuk pelayanan laboratorium didalamnya oleh WHO

NOMOR RESPONDEN : PUSKESMAS :.. TGL. SURVEY :. A. IDENTITAS RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. cetak dapat melunak dengan pemanasan dan memadat dengan pendinginan karena

BAB VIII INFEKSI NOSOKOMIAL

RSCM KEWASPADAAN. Oleh : KOMITE PPIRS RSCM

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI di PELAYANAN KESGILUT. DR.drg. Harum Sasanti SpPM PERDALIN,2011

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2009, maka diperlukan adanya fasilitas pelayanan kesehatan untuk

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN PERAWAT DALAM PENERAPAN PROTAP PERAWATAN LUKA POST OPERASI DI RUANG CENDANA RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. ke pasien, operator ke lingkungan dan lingkungan ke pasien (Infection Control

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit (RS) sebagai institusi pelayanan kesehatan, di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Centre for Disease Control (CDC) memperkirakan setiap tahun terjadi

SURAT KEPUTUSAN No. TENTANG DESINFEKSI STERILISASI DIREKTUR RS. AIRLANGGA JOMBANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tenaga kesehatan gigi dalam menjalankan profesinya tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN TEORI

SOP PERAWATAN LUKA A. KLASIFIKASI LUKA BEDAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), HAI s (Healthcare

Lembar Persetujuan Menjadi Peserta Penelitian

PENGENDALIAN INFEKSI DI YANKESGILUT. Harum Sasanti Pelatihan Dokter Gigi Keluarga

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. terhadap efektivitas hand hygiene berdasarkan angka kuman di RSUD Kota

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam

Management Healthcare Associated Infections (HAIs)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI SILANG PADA TINDAKAN EKSTRAKSI GIGI DI RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT PSPDG FK UNSRAT

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. secara drastis pada dekade terakhir ini di seluruh dunia termasuk juga Indonesia.

Transkripsi:

ASEPSIS SESUDAH TINDAKAN BEDAH MULUT OLEH Ahyar Riza NIP: 132 316 965 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 Ahyar Riza : Asepsis Sesudah Tindakan Bedah Mulut, 2009

ASEPSIS SESUDAH TINDAKAN BEDAH MULUT OLEH Ahyar Riza NIP: 132 316 965 Kepala Bagian Bedah Mulut dan Maksilofasial Fakultas Kedokteran Gigi USU Eddy A. Ketaren drg., Sp. BM NIP. 130 810 196 1

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II INFEKSI SILANG... 2 BAB III PRINSIP ASEPSIS... 3 BAB IV ASEPSIS SETELAH PEMBEDAHAN... 4 BAB V KESIMPULAN... 6 DAFTAR PUSTAKA...... 7 2

BAB I PENDAHULUAN Infeksi nosokomial timbul secara berkelanjutan dalam seluruh bidang pemeliharaan kesehatan. Resiko dari infeksi nosokomial dapat dengan mudah dikurangi dengan memahami dan melakukan teknik aseptic. Manusia merupakan sumber alamiah untuk mikroba, dimana seluruh mikroba dapat menjadi sumber untuk terjadinya suatu infeksi. Pengontrolan mikroorganisme pada jaringan hidup dengan agen kimia diperlukan. Antisepsis adalah pencegahan infeksi atau sepsis dan didapatkan dengan antiseptik. Bahan kimia diaplikasikan pada jaringan untuk mencegah infeksi dengan membunuh atau menghambat pertumbuhannya, juga mengurangi jumlah total populasi mikroba. Agar tidak merusak jaringan host terlalu banyak, maka antiseptik umumnya tidak memiliki kemampuan toksik sebesar desinfektan. Asepsis merupakan suatu tindakan untuk mengurangi jumlah mikroba semaksimal mungkin. Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah penyebaran mikroba dari orang yang satu terhadap yang lainnya. Usaha dilakukan untuk menjaga agar lingkungan dari pasien dibebaskan dari kontaminasi dan juga pasien dibebaskan dari koloni mikroba. Asepsis merupakan keadaan yang bebas dari infkesi, karena itu teknik aseptik digunakan untuk menggambarkan langkah-langkah yang perlu diambil guna mencegah infeksi yang timbul dari kontaminasi luka selama pembedahan, yang dapat menyebabkan penyembuhan yang terlambat setelah pembedahan. 3

BAB II INFEKSI SILANG Transmisi dari agen infeksi antara pasien dan staff dalam lingkungan klinis dapat diterangkan sebagai infeksi silang. Transmisi dapat terjadi antara kontak orang yang satu terhadap orang yang lainnya atau melalui objek yang terkontaminasi. Organisme yang dapat menyebabkan infeksi silang pada manusia terdapat dalam : (1) sumber dari manusia lainnya, merupakan yang paling penting, (2) sumber dari hewan, kurang penting, (3) sumber tidak hidup, paling tidak penting. Transmisi infeksi dari satu orang terhadap yang lainnya, memerlukan : sumber infeksi (orang yang terinfeksi), alat transportasi (bagaimana agen infeksi ditransmisikan, contoh : darah), rute transmisi (contoh : inhalasi). Terdapat beberapa elemen di dalam protokol pengontrolan infeksi secara komprehensive, di antaranya : evaluasi pasien, perlindungan personal, pembersihan instrument, sterilisasi dan penyimpanan, penggunaan disposable, desinfeksi, laboratory asepsis, pembuangan sampah, training dari staff meliputi kelanjutan pendidikan. 4

BAB III PRINSIP ASEPSIS Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam asepsis medis adalah sebagai berikut : (1) Mengevaluasi setiap pasien untuk menentukan apakah terjadi proses infeksi, melihat dan menentukan kemungkinan barrier tepat yang terlibat dalam proses infeksi. Isolasi penyakitnya dan bukan pasiennya. (2) Ketika terjadi penetrasi pada tubuh, kulit sebagai barrier ditembus, maka kondisi pasien menjadi rentan terhadap mikroba yang masuk ke dalam tubuh. Meskipun kulit yang merupakan barrier yang baik untuk melawan kontaminasi mikroba, tetap saja mikroba dapat berkoloni jika tidak dilakukan tindakan pencegahan secepat mungkin. (3) Seluruh cairan tubuh dari pasien dipertimbangkan terkontaminasi. Team pemberi layanan kesehatan dan lingkungan dapat menjadi sumber kontaminasi bagi pasien. (4) Agen antiseptik digunakan untuk membunuh atau mencegah mikroba kulit, kulit tidak dapat disterilkan tetapi jumlah mikroba dapat dikurangi, sedangkan agen desinfektan digunakan untuk membunuh atau mencegah mikroba lingkungan. Antiseptik bukan merupakan desinfektan. (5) Karakteristik antiseptik meliputi kemampuan yang cepat untuk mengurangi flora, memiliki spektrum yang luas dalam kemampuan membunuh, tidak dapat diabsorbsi melalui kulit dan membran mukosa, dan harus dengan konsentrasi yang tepat. Terdapat aturan yang berlaku dalam teknik aseptik yaitu hanya personel yang steril yang dapat menyentuh benda steril, dan hanya bahan steril yang dapat menyentuh jaringan pasien. Benda atau bahan yang sudah steril hanya boleh berkontak dengan benda atau bahan steril lainnya, jika bahan steril berkontak dengan bahan tidak steril maka menjadi tidak steril, dan jika suatu bahan diragukan kesterilannya, maka dianggap non steril. 5

BAB IV ASEPSIS SETELAH PEMBEDAHAN Terdapat 2 hal yang perlu diperhatikan dalam tindakan asepsis setelah pembedahan, yaitu penanganan luka dan penanganan benda tajam. Beberapa prinsip perawatan setelah pembedahan berguna dalam mencegah penyebaran dari pathogen. Luka sebaiknya diinspeksi atau ditutup dengan tangan operator yang dilindungi oleh sarung tangan yang bersih. Ketika akan memeriksa beberapa pasien, maka pasien tanpa masalah infeksi sebaiknya dilihat terlebih dahulu, dan yang meliliki masalah seperti abses yang didrain, dilihat sesudahnya. Selama dan setelah pembedahan, bahan-bahan yang terkontaminasi sebaiknya di tangani dengan cara dimana staff dan pasien lainnya tidak akan terinfeksi. Resiko yang paling umum dalam penyebaran penyakit dari pasien terinfeksi terhadap staff adalah dengan tusukan jarum atau laserasi akibat scalpel. Oleh karena itu maka jarum, blade scalpel, dan instrument tajam lainnya perlu ditangani secara hati-hati untuk mencegah terjadinya luka. Luka tajam dapat dicegah dengan penggunaan jarum anestesi lokal yang dimasukkan kembali ke dalam tutupnya setelah digunakan. Jika pasien membutuhkan suntikan yang multiple dengan menggunakan satu syringe, maka jarum sebaiknya ditempatkan kembali diantara waktu pakai untuk menghindari kemungkinan tertusuk oleh jarum suntik. Jarum dapat dengan aman ditutup kembali dengan menempatkan tutupnya pada holder, dengan forcep atau instrument lainnya untuk memegang penutupnya, atau dengan mengarahkan jarum ke penutupnya yang terletak di atas tray sampai jarum secara keseluruhan berada dalam penutupnya. Karena itu, sewaktu menutupkan, penutupnya sebaiknya tidak dipegang oleh tangan operator, karena posisi ini memiliki resiko yang tinggi untuk tertusuk oleh jarum. 6

Gambar 1. Jarum ditempatkan pada penutupnya Jarum disopable tidak boleh dibengkokkan atau dihancurkan setelah digunakan, dan jarum sebaiknya tidak dilepaskan secara manual dari disposable syringe atau ditangani secara manual. Forcep atau instrument lainnya dapat digunakan untuk menangani benda tajam. Berhati-hati untuk tidak menempatkan atau melepaskan blade dari pegangan scalpel tanpa menggunakan instrument. Disposable syringe, blade, jarum, dan benda tajam lainnya sebaiknya dibuang ke dalam suatu wadah yang kaku, yang telah didesain khusus untuk benda tajam yang terkontaminasi, dan juga mudah diakses. Untuk perlindungan lingkungan, bahan-bahan terkontaminasi seharusnya dibuang dalam tas yang diberi label dengan tepat dan diambil oleh perusahaan yang memiliki reputasi yang baik dalam menangani sampah berbahaya. Sampah klinik tidak boleh dicampur dengan sampah domestik karena berbahaya, yang mana dapat diangkat ke pengadilan. 7

BAB V KESIMPULAN Pengontrolan mikroorganisme pada jaringan hidup dengan agen kimia diperlukan. Antisepsis adalah pencegahan infeksi atau sepsis dan didapatkan dengan antiseptik. Bahan kimia diaplikasikan pada jaringan untuk mencegah infeksi dengan membunuh atau menghambat pertumbuhannya, juga mengurangi jumlah total populasi mikroba. Hal yang perlu diperhatikan dalam tindakan asepsis setelah pembedahan, yaitu penanganan luka dan penanganan benda tajam. 8

DAFTAR PUSTAKA Peterson, L. J. 2003. Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery. 4 th ed. Mosby. St. Louis, Missouri. ven though intact skin is a good Crow, S. Asepsis The Foundation of Infection Control Practices. Louisiana State University Health Care Centre Samaranayake, L. P. 2 nd ed. Essential Microbiology for Dentistry. Harcourt Publishers Limited. Edinburgh. 9