BAB II TEORI DASAR ANTENA

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISA EFISIENSI ANTENA DIPOLE DITINJAU DARI PENGGUNAAN BAHAN REFLEKTOR

BAB II ANTENA MIKROSTRIP. dalam sistem komunikasi tanpa kabel atau wireless. Perancangan antena yang baik

BAB II TINJAUAN TEORITIS

B A B 1 TEORI DASAR ANTENA

BAB II TEORI DASAR ANTENA. Dilihat dari latar belakang telekomunikasi berupa komunikasi wireless,

DESAIN DAN PEMBUATAN ANTENA LOG - PERIODIC DIPOLE ARRAY PADA RENTANG FREKUENSI MHz DENGAN GAIN 9 dbi

BAB II LANDASAN TEORI

DESAIN DAN PEMBUATAN ANTENA LOG PERIODIC DIPOLE ARRAY PADA RENTANG FREKUENSI MHz DENGAN GAIN 8,5 dbi

Unjuk Kerja Antena UWB Egg Berdasarkan Dimensinya

BAB II DASAR TEORI. Antena adalah sebuah komponen yang dirancang untuk bisa memancarkan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TEORI PENUNJANG

BAB II TEORI DASAR. tracking untuk mengarahkan antena. Sistem tracking adalah suatu sistem yang

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT DENGAN TEKNIK PLANAR ARRAY

Gambar 2.1. Diagram blog dasar dari RF energy harvesting.

PERBANDINGAN MATCHING IMPEDANSI ANTENA DIPOLE SEDERHANA 152 MHz DENGAN ANTENA DIPOLE GAMMA MATCH 152 MHz

BAB II DASAR TEORI. (transmitting antenna) adalah sebuah transduser (pengubah) elektromagnetis,

PERBANDINGAN KINERJA ANTENA MIKROSTRIP SUSUN DUA ELEMEN PATCH

DESAIN DAN PEMBUATAN ANTENA LOG PERIODIC DIPOLE ARRAY (LPDA) PADA RENTANG FREKUENSI MHZ

BAB 8 HIGH FREQUENCY ANTENNA. Mahasiswa mampu menjelaskan secara lisan/tertulis mengenai jenis-jenis frekuensi untuk

BAB II ANTENA MIKROSTRIP BIQUAD

BAB II ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT

MENDESAIN DAN MEMBUAT ANTENA LOG-PERIODIC DIPOLE ARRAY PADA RENTANG FREKUENSI MHz DENGAN GAIN 10 dbi

STUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP ARRAY PATCH SEGITIGA DUAL-BAND UNTUK APLIKASI WLAN (2,45 GHZ) DAN WiMAX (3,35 GHZ)

STUDI PERBANDINGAN EFISIENSI BAHAN PADA PEMBUATAN ANTENA HORN SEKTORAL BIDANG MEDAN LISTRIK (E)

Materi II TEORI DASAR ANTENNA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERANCANGAN ANTENA HELIX UNTUK FREKUENSI 2,4 GHz

Rancang Bangun Dan Analisis Antena Yagi 11 Elemen Dengan Elemen Pencatu Folded Dipole Untuk Jaringan VOIP

PERANCANGAN ANTENA HELIX UNTUK FREKUENSI 2,4 GHz

BAB II TINJAUAN TEORITIS

Lower Frequency (MHz) Center Frequency (MHz)

1 1. POLA RADIASI. P r Dengan : = ½ (1) E = (resultan dari magnitude medan listrik) : komponen medan listrik. : komponen medan listrik

BAB II ANTENA MIKROSTRIP

STUDI PERANCANGAN ANTENA SUSUN MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT DUAL-BAND (2.4 GHz dan 3.3 GHz)

Simulasi Pola Radiasi Antena Dipole Tunggal

BAB II TEORI DASAR ANTENA an secara terpisah Joseph Henry, profesor dari Pinceton University dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II ANTENA MIKROSTRIP

RANCANG BANGUN ANTENA MIKROSTRIP DIPOLE UNTUK FREKUENSI 2,4 GHz

: Widi Pramudito NPM :

BAB 2 DASAR PERANCANGAN COUPLER. Gambar 2.1 Skema rangkaian directional coupler S S S S. ij ji

RANCANG BANGUN ANTENA MIKROSTRIP PATCH ARRAY SEGI EMPAT TRIPLE BAND PADA FREKUENSI 2,3, 3,3 GHz DAN 5,8 GHz

RANCANG BANGUN ANTENA YAGI 2,1 GHz UNTUK MEMPERKUAT PENERIMAAN SINYAL 3G

BAB II TINJAUAN TEORITIS

Gambar 2.1 Sistem Koordinat untuk Menganalisis Antena

BAB 4 HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS ANTENA

BAB IV ANALISA ANTENA ARRAY PADA ANTENA RADAR CUACA PESAWAT EMBRAER 135

PERANCANGAN ANTENA YAGI UDA 11 ELEMEN PADA FREKUENSI MHz (TVONE) MENGGUNAKAN SOFTWARE NEC-Win Pro V e

Pertemuan 9 SISTEM ANTENA. DAHLAN ABDULLAH

BAB II ANTENA MIKROSTRIP. Antena adalah komponen pada sistem telekomunikasi nirkabel yang

ANTENA YAGI. Oleh : Sunarto YBØUSJ

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TEORI DASAR ANTENA DAN PROPAGASI GELOMBANG RADIO

Mata Kuliah: ANTENA & PROPAGASI. Oleh: Budi Aswoyo

Jenis-jenis Antena pada Wireless

Bab II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI. Gbr. 2.1 Grafik Faktor Refleksi Terhadap. Faktor Refleksi

BAB IV PENGUKURAN ANTENA

BAB III PERANCANGAN ANTENA DAN METODOLOGI PENGUKURAN

BAB II LANDASAN TEORI

Mengetahui peranan antena pada sistem telekomunikasi. Memahami macam dan bentuk antena yang digunakan dalam sistem telekomunikasi.

Gambar 4.1 Konfigurasi pengukuran port tunggal

ANALISA PENENTUAN UKURAN SLOT PADA KARATERISTIK ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT DENGAN PENCATU APERTURE COUPLED

BAB II DASAR TEORI. antena sebagai alat yang mengubah gelombang terbimbing dari saluran tranmisi

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS

BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS HASIL PENGUKURAN

LAPORAN FISIKA LABORATORIUM INSTRUMENTASI ELEKTRONIKA

BAB 4 PENERAPAN DGS PADA ANTENA SUSUN MULTIBAND

PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP MULTI-PATCH COPLANAR DIPOLE DUAL BAND UNTUK APLIKASI WIMAX

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI ANTENA HELIKAL UNTUK PENGGUNAAN FREKUENSI L-BAND

BAB II SALURAN TRANSMISI

BAB III DUAL BAND WILKINSON POWER DIVIDERS

ANALISA ANTENA DIPOLE-λ/2 PADA MODUL PRAKTIKUM B4520 MENGGUNAKAN SIMULATOR ANSOFT HFSS VERSI 10.0 DAN CST MICROWAVE STUDIO 2010

RANCANG BANGUN ANTENA OMNIDIRECTIONAL 15 dbi UNTUK PENGUAT SINYAL WIRELESS FIDELITY (Wi-Fi)

ANALISIS ANTENA MIKROSTRIP SUSUN 2 ELEMEN PATCH SEGIEMPAT DENGAN DEFECTED GROUND STRUCTURE BERBENTUK SEGIEMPAT

BAB II TEORI DASAR. Jika target yang dituju dapat bergerak, maka diperlukan suatu sistem tracking

BAB II DASAR TEORI. radiasi antena tidak tetap, tetapi terarah dan mengikuti posisi pemakai (adaptive).

BAB II TEORI DASAR. antena. Selanjutnya akan dijelaskan pula mengenai pengenalan wireless LAN.

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

TUGAS AKHIR TE Desain Antena Log Periodik Mikrostrip untuk Aplikasi Pengukuran EMC pada Frekuensi 2 GHz 3.5 GHz.

BAB III. PERANCANGAN ANTENNA YAGI 2,4 GHz

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. Penyesuaian impedansi (matching impedance) adalah suatu upaya untuk

STUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP MULTI-PATCH STACKED DUAL-BAND PADA FREKUENSI WiMAX (3,3 GHZ DAN 5,8 GHZ)

M O D U L W O R K S H O P P E N G U K U R A N A N T E N A

Desain dan Pembuatan Antena Whip Dual-Band pada VHF 144 MHz dan UHF 430 MHz untuk Perangkat Transceiver Portabel

DESAIN DAN PEMBUATAN ANTENA LOG-PERIODIC DIPOLE ARRAY PADA RENTANG FREKUENSI MHz DENGAN GAIN 10,5 dbi

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS

RANCANG BANGUN ANTENA BICONICAL UHF UNTUK APLIKASI KANAL TV

BAB II DASAR TEORI. yang dibangkitkan dengan frekuensi yang lain[1]. Filter digunakan untuk

ANTENA MIKROSTRIP PANEL BERISI 5 LARIK DIPOLE DENGAN FEEDLINE KOAKSIAL WAVEGUIDE UNTUK KOMUNIKASI 2,4 GHz

DASAR TELEKOMUNIKASI. Kholistianingsih, S.T., M.Eng

BAB I PENDAHULUAN. wireless dimana transmisi sinyal tanpa menggunakan perantara konduktor / wire.

BAB 4 PENGUKURAN ANTENA, HASIL dan ANALISA

BAB II TEORI DASAR ANTENA DAN ANALISA. Untuk sistim komunikasi tanpa kabel, antena adalah salah satu dari beberapa

Transkripsi:

BAB II TEORI DASAR ANTENA 2.1 Antena Dipole Antena dipole tunggal adalah suatu antena resonan yang mempunyai panjang total nominal ½ λ pada frekuensi pembawa, biasanya disebut antena dipole setengah gelombang atau antena dipole tunggal. Antena dipole sebenarnya merupakan sebuah antena yang dibuat dari kawat tembaga dan dipotong sesuai ukuran agar beresonansi pada frekwensi kerja yang diinginkan. Antena dipole bisa terdiri hanya satu kawat saja disebut single wire dipole, bisa juga dengan dua kawat yang ujung-ujungnya dihubungkan dinamakan two wire folded dipole, bisa juga terdiri atas 3 kawat yang ujung-ujungnya disambung dinamakan three wire folded dipole. Gambar 2.1 Antena dipole ½ λ 6

2.2 Antena Dipole Reflektor Antena dipole reflektor adalah antena direksional yaitu antena dalam bentuk satu arah sebagai pengembangan dari antena ½ λ dipole, dengan menggunakan reflektor yang dapat digunakan sebagai antena penerima pada sistem komunikasi. Setiap antena didesain dengan menentukan daerah panjang gelombang antena tersebut. Panjang gelombang (λ) antena dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan 2.1. Dimana c adalah kecepatan cahaya pada ruang hampa yang bernilai 3.10 8 m/det dan f adalah frekuensi kerja antena dalam Hz. Selanjutnya panjang elemen peradiasi antena (L) adalah : Selanjutnya untuk menentukan jarak antara antena (S) dengan reflektornya adalah: S = 0,5 λ... (2.3) Menghitung tinggi reflektor antena (H) menggunakan rumus : H = 0,6 λ... (2.4) Panjang reflektor antena (L) adalah : L = 2S..... (2.5) 7

2.3 Parameter-parameter Antena Pada sub-bab ini akan dibahas tentang parameter-parameter yang digunakan dalam membantu penyelesaian penelitian ini. Adapun parameter-parameter yang digunakan adalah VSWR, pola radiasi, direktivitas dan gain, half power beamwidth (HPBW). 2.3.1 VSWR (Voltage Standing Wave Ratio) VSWR adalah perbandingan antara tegangan maksimum dan minimum pada suatu gelombang berdiri akibat adanya pantulan gelombang yang disebabkan tidak matching-nya impedansi input antena dengan saluran feeder. V 1 +Γ( z) = = dimana Γ ( z) adalah koefisien pantul. 1 Γ ( ) max VSWR V min z Dengan 0 Γ( z) 1, sehingga nilai VSWR adalah 1 VSWR. 2.3.2 Pola Radiasi Pola radiasi suatu antena didefinisikan sebagai suatu pernyataan secara grafis yang menggambarkan sifat radiasi suatu antena (pada medan jauh) sebagai fungsi dari arah. Ada 3 jenis pola radiasi antena yaitu : a. Pola Isotropis Merupakan pola antena referensi dimana pola radiasi seperti bola menyebar ke segala arah, dalam kenyataanya tidak dapat direalisasikan, tetapi pola radiasi idealnya sebagai standart. b. Pola endfire (directional) Merupakan pola radiasi antena dimana pola radiasi terkuatnya diarahkan ke suatu arah tertentu. 8

c. Pola Broadside (omnidirectional) Merupakan pola radiasi antena yang menyebar ke segala arah. Gambar 2.2 Sifat Radiasi Antena Gambar 2.3 Pola radiasi antena 9

Gambar 2.4 Keterangan pola radiasi antena a. Beam utama (main beam) atau lobe utama (main lobe) adalah pancaran utama dari pola radiasi suatu antena. b. Lobe kecil (minor lobes) adalah pancaran-pancaran kecil selain pancaran utama dari pola radiasi antena. c. Lobe sisi (side lobes) adalah pancaran-pancaran kecil yang dekat dengan pancaran utama dari pola radiasi antena. d. Lobe belakang (back lobe) adalah pancaran yang letaknya berlawanan dengan pancaran utama dari pola radiasi antena. e. Titik setengah daya (Half power point) adalah suatu titik pada pancaran utama yang mempunyai nilai daya separuh dari harga maksimumnya. Half power beam width (HPBW) adalah lebar sudut yang memisahkan dua titik setengah daya pada pancaran utama dari pola radiasi. f. Front to back ratio adalah perbandingan antara daya maksimum yang di pancarkan pada lobe utama (main lobe) dan daya pada arah belakangnya. 10

2.3.3 Half Power Beam Width (HPBW) Parameter lain didalam pola daya adalah half power beamwidth (HPBW), yang merupakan lebar sudut yang memisahkan antara dua titik pada beam utama dari suatu pola daya, dimana daya pada dua titik itu sama dengan separuh dari daya maksimumnya. Dimana θhp left dan θhp right adalah titik-titik disebelah kiri dan kanan dari maksimum beam utama dimana harga pola daya pada kedua titik itu sama dengan separuh dari harga maksimumnya. Berdasarkan bentuk pola radiasinya, antena dapat digolongkan menjadi antena Broad Side, apabila arah maksimum beam utamanya pada arah normal (tegak lurus) bidang yang memuat antena. Dan sebaliknya, apabila arah maksimum beam utama berada didalam bidang yang memuat antena, maka pancaran utama (main beam) sejajar dengan bidang yang memuat antena (endfire). Namun demikian ada juga antena yang mempunyai pola radiasi dimana arah maksimum beam utamanya berada diantara bentuk Broad Side dan Endfire (intermediate). Antena yang mempunyai radiasi intermediate ini banyak dijumpai pada phase array antena. 2.3.4 Gain Penguatan ( gain ) adalah besarnya perbandingan intensitas daya yang dipancarkan antena dengan total daya yang diterima. Gain juga merupakan suatu ukuran dalam pengukuran karakteristik antena yang menyatakan kemampuan antena untuk menyearahkan daya. Dengan penguatan antena standar yang 11

diketahui sebesar 2,15 db. Secara matematis gain dapat dihitung dengan persamaan : Gain = [ E1 E2 ] + 2,15...(2.8) Dimana E1 = Daya yang diterima dengan antena pembanding (db) dan E2 = Daya yang diterima dengan antena yang diukur (db). Pengukuran gain juga dapat dilakukan dengan mengukur gain absolut berdasarkan rumus transmisi Friis berikut : Dimana : Got : Gain absolute antena pengirim (db), Gor : Gain absolute antena penerima (db), R : Jarak minimum antara antena pengirim dan antena penerima (m), : Panjang gelombang (m), Pr : Daya terima (watt), Pt : Daya terkirim (watt). Berdasarkan rumus Friis diatas, pengukuran gain antena dapat diukur dengan menggunakan metode 3 antena yang diukur atas dasar 3 kombinasi pasangan antena. 3 persamaan yang didapat dari 3 kali pengukuran kombinasi antena (1-2), (1-3), dan (2-3), yaitu : Kombinasi antena 1-2 Kombinasi antena 1-3 12

Kombinasi antena 2-3 Dimana : G1 = Antena 1, G2 = antena 2 dan G3 = antena 3. Dari ketiga persamaan diatas setelah, R dan perbandingan daya diukur maka gain masingmasing antena dapat diketahui. 2.3.5 Direktivitas Direktivitas gain yang didefenisikan sebagai rasio perkalian 4 dari intensitas radiasi maksimum sebagi fungsi arah dan sudut terhadap total daya yang diradiasikan melalui antena. Salah satu karakteristik antena yang dapat memberikan gambaran berapa banyak energi yang dikonsentrasikan pada arah yang dikehendaki terhadap arah yang lain disebut directivity. Pengertian directivity ini akan sama dengan power gain apabila antena itu 100% efisien. Directive gain merupakan perbandingan dari intensitas radiasi maksimum pada suatu arah tertentu dengan intensitas radiasi rata-rata. Sedangkan direktivitas merupakan harga maksimum dari directive gain, yang dapat dinyatakan dengan : Atau 13

Jika maka : Sehingga, Dimana, U m = intensitas radiasi maksimum,u av = intensitas radiasi rata-rata, Ω A = total beam area, HP = sudut pada titik setengah daya disebelah kanan (radian), HP = sudut pada titik setengah daya bidang disebelah kiri, 0 HP = sudut pada titik setengah daya sebelah kanan, 0 HP = sudut pada titik disetengah daya bidang disebelah kiri. Atau untuk menentukan direktivitas dalam satuan decibel (db) : D (db) = 10 log D... (2.18) 14

2.4 Teori Efisiensi Antena Pada sub-bab ini akan dijelaskan tentang tinjauan kepustakaan yang menjadi acuan teoritis pada penelitian ini. ada pun tinjauan kepustakaan tersebut di kelompokkan dalam 2 bagian, antara lain ; tinjauan kepustakaan yang terkait dengan efisiensi antena dan tinjauan kepustakaan yang terkait dengan metode pengukuran efisiensi antena. Berikut akan dijelaskan secara rinci pada sub-bab dibawah ini. 2.4.1 Efisiensi Antena Antena merupakan media yang dapat merubah besaran listrik dari saluran transmisi menjadi suatu gelombang elektromagnetik (GEM) untuk diradiasikan ke udara bebas. Sebaliknya antena juga menangkap gelombang elektromagnetik (GEM) dari udara bebas untuk dejadikan listrik kembali melalui saluran transmisi. Untuk menghitung efisiensi antena dapat menggunakan persamaan-persamaan berikut. Umi Fadlillah menjelaskan dalam artikelnya bahwa untuk mengetahui efisiensi antena dihitung dengan persamaan : Dimana: 2 : rugi konstruksi, R rad : rugi radiasi, R a : rugi total. Nilai Ra diketahui dari persamaan : Ra = Rdc + Rg + Rrad......................................... (2.20) Dimana: Ra : rugi-rugi total, Rdc : rugi resistif dan rugi isolasi, Rg : rugi tanah, Rrad : resistansi radiasi atau resistansi khayal. 15

Ketika antena dicatu oleh suatu daya masukkan Pin di terminal input, maka daya tersebut tidak akan seluruhnya untuk dipancarkan oleh antena ke udara. Faktor rugi-rugi antena yang disebabkan oleh material, sangat berpengaruh terhadap efisiensi antena. Dengan teori saluran transmisi, daya masukkan Pin yang masuk terminal akan terbagi menjadi dua bagian, yaitu Prad dan Pohmic. P in = P rsd + P ohmic........................................ (2.21) dimana : Prad = daya radiasi yang dipancarkan oleh antena, Pohmic = daya akibat rugi-rugi oleh material. Gambar 2.5 Transmisi saluran dari generator menuju antena Sedangkan Pohmic dapat dinyatakan sebagai : P ohmic = I 2 R ohmic... (2.22) Definisi efisiensi antena dapat dinyatakan dengan persamaan : untuk mengetahui efisiensi antena dapat dihitung dengan menggunakan hasil pengukuran direktivitas dan gain. Persamaan untuk menghitung efisiensi dapat menggunakan persamaan : 16

Dimana : e = efisiensi, G = gain, D = direktivitas. 2.4.2 Metode Pengukuran Efisiensi Antena Bagaimanapun juga, efisiensi ini sulit untuk dihitung secara tepat, karena daya radiasi total Prad dan arus antena I sulit dihitung secara tepat. Sehingga penetuan efisiensi antena pada umumnya dilakukan dengan cara pengukuran eksperimental. Untuk menghitung efisiensi antena, yaitu dengan cara membandingkan gain dan direktivitas seperti yang di jelaskan Budi Aswoyo dalam artikelnya menggunakan persamaan (2.20) sebagai pendekatan. 2.4.3 Metode Pengukuran Gain Pengukuran gain dilakukan menggunakan metode membandingkan antena yang satu dengan antena lain yang dianggap sebagai antena standard. Gambar 2.6 Metode pengukuran gain antena 17

2.4.4 Metode Pengukuran Direktivitas Direktivitas suatu antena dapat diperkirakan dengan menggunakan pola radiasi yang dihasilkan pada pengukuran pola radiasi. Untuk menghitung direktivitas dapat menggunakan persamaan 2.17 Gambar 2.7 Metode pengukuran pola radiasi 2.4.5 Metode Pengukuran VSWR VSWR (Voltage Standing Wave Ratio) merupakan perbandingan antara tegangan maksimum (Emax) dengan tegangan minimum (Emin). Dan koefisien refleksi : Hubungan VSWR dengan koefesien pantul (Г) adalah : Dimana, Γ = Koefisien pantul. 18

Dari persamaan (2.28) dapat diperoleh VSWR, yaitu : Koefesien pantul [Γ] juga dapat diperoleh dengan pengukuran return loss berikut : RL= 20 log [Г]... (2.30) Dimana, RL : Return Loss (db) Gambar 2.8 Metode pengukuran VSWR 2.5 Bahan Reflektor Adapun bahan yang digunakan untuk pembuatan reflektor pada antena ini adalah aluminium. 2.5.1 Aluminium Aluminium ialah unsur kimia. Lambang aluminium ialah (Al), dan nomor atomnya 13. Aluminium ialah logam paling berlimpah. Aluminium bukan merupakan jenis logam berat, namun merupakan elemen yang berjumlah sekitar 19

8% dari permukaan bumi dan paling berlimpah ketiga. Aluminium terdapat dalam penggunaan aditif makanan, antasida, buffered aspirin, astringents, semprotan hidung, antiperspirant, air minum, knalpot mobil, asap tembakau, penggunaan aluminium foil, peralatan masak, kaleng, keramik, dan kembang api. Aluminium merupakan konduktor listrik yang baik. Terang dan kuat. Merupakan konduktor yang baik juga buat panas. Dapat ditempa menjadi lembaran, ditarik menjadi kawat dan diekstrusi menjadi batangan dengan bermacam-macam penampang dan tahan korosi. 20