BAHAN PERKULIAHAN BUSANA PENGANTIN (BU 474) BUSANA PENGANTIN MALAYSIA. Disusun Oleh : Mila Karmila, S.Pd, M.Ds NIP

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap upacara biasanya diiringi dengan syair, dan pantun yang berisi petuahpetuah

BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK. Sungai Apit Kabupaten Siak yang memiliki luas daerah 300 Ha.

BAHAN PERKULIAHAN BUSANA PENGANTIN (BU 474) BUSANA PENGANTIN SINGAPURA. Disusun Oleh : Mila Karmila, S.Pd, M.Ds NIP

BAB II GAMBARAN UMUM DESA MUARA JALAI

kalender Mengenal 12 Baju Adat Wanita Indonesia

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAHAN PERKULIAHAN BUSANA PENGANTIN (BU 474) BUSANA PENGANTIN RIAU. Disusun Oleh : Mila Karmila, S.Pd, M.Ds NIP

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang terletak pada garis khatulistiwa. Dengan

BAHAN AJAR BAGIAN II SEJARAH MODE HUBUNGAN BENTUK DASAR BUSANA ASLI DENGAN BUSANA TRADISIONAL INDONESIA

BAB III KONDISI UMUM Geografis. Kondisi Umum 14. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga

II. TINJAUAN PUSTAKA. harus mendapat pengakuan dari masyarakat. Begawai, begitulah istilah yang

Adat Istiadat Kemuncak: Perkahwinan

BAB I PENDAHULUAN. manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain. 1. Pertalian darah menurut garis bapak (Patrilineal)

BAB 1 PENDAHULUAN. Agama Republik Indonesia (1975:2) menyatakan bahwa : maka dilakukan perkawinan melalui akad nikah, lambang kesucian dan

BAB I PENDAHULUAN. jenis pekerjaan, pendidikan maupun tingkat ekonominya. Adapun budaya yang di. memenuhi tuntutan kebutuhan yang makin mendesak.

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun

BAB I PENDAHULUAN. disebut gregariousness sehingga manusia juga disebut sosial animal atau hewan sosial

BAB I PENDAHULUAN. besar.segala hal yang menyangkut tentang perkawinan haruslah dipersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. watak pada individu. Karena salah satu faktor yang mempengaruhi terbentuknya

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Pengenalan kepada Adat Istiadat Melayu

BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIMPANG PELITA. A. Geografis dan demografis desa Simpang Pelita

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan, sebuah tindakan yang telah disyari atkan oleh Allah SWT

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KECAMATAN RUMBAI PESISIR. orang jawa yang masuk dalam Wilayah Wali Tebing Tinggi. Setelah itu

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. keluarga dalam ikatan suatu perkawinan.ikatan perkawinan adalah ikatan lahir

BAB I PENDAHULUAN. beberapa aspek yang perlu untuk diperhatikan baik itu oleh masyarakat sendiri

BAB EMPAT KESIMPULAN DAN CADANGAN. tradisi dalam kalangan masyarakat Islam pada umumnya. Oleh kerana itu, amalan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai bahasa tersendiri yang membedakannya dengan suku lain. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. dengan Kecamatan Bangkinang Barat. Hal ini disebabkan karena Salo telah

BAB 11 SABAH. 2. Mengapakah negeri Sabah dinamakan sedemikian? (ms 193) a. 3. Jelaskan keadaan sistem pemerintahan Sabah sebelum abad ke 16?

BAB 11 PROFIL DESA KOTO PERAMBAHAN. Kampar Timur Kabupaten Kampar. Menurut beberapa tokoh masyarakat, Desa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Batak Angkola bermukim di daerah Tapanuli Bagian Selatan yang merupakan. Etnis Angkola bekerja sebagai petani dan beragama Islam.

Orang Ujung Gading. Etnografi. Nuriza Dora 1)

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya terdiri dari suku yang berbeda-beda, dan hal itu menjadikan

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

HASIL WAWANCARA. Konteks Tatap Muka dalam Komunikasi Antarpribadi

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kampar Kabupaten Kampar. Desa Koto Tuo Barat adalah salah satu desa dari 13

BAB 1 PENDAHULUAN. belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam

BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA

LATAR BELAKANG PENDUDUK SARAWAK

Kreativitas Busana Pengantin Agung Ningrat Buleleng Modifikasi

BAB I PENDAHULUAN. Nilai budaya yang dimaksud adalah nilai budaya daerah yang dipandang sebagai suatu

BAB I PENGENALAN. Mandarin di Kelantan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Pada zaman moden ini,

BAB 10 : SARAWAK. 1.Nama asal Sarawak berasal daripada : (ms 180) a. b.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk berbudaya dan secara biologis mengenal adanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

b. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan

LAMPIRAN HASIL WAWANCARA

KERAJAAN MALAYSIA SURAT PEKELILING PERKHIDMATAN BILANGAN 1 TAHUN 2006

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara dengan ibu kotanya Medan. Sumatera Utara terdiri dari 33. dan Dokumentasi Ornamen Tradisional di Sumatera Utara:

BAB I PENDAHULUAN. khas dan beragam yang sering disebut dengan local culture (kebudayaan lokal)

Gesture. Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

I. PENDAHULUAN. Suku Lampung terbagi atas dua golongan besar yaitu Lampung Jurai Saibatin dan

SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI FEM3313

beragam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri

BAB I PENDAHULUAN. yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. wilayah dari Desa Kasikan Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar yaitu:

TUGAS MATAPELAJARAN AGAMA ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MAJLIS PENGETUA SEKOLAH MALAYSIA (KEDAH)

Pakaian tradisonal Iban

DAFTAR ISI BAB I. PENGANTAR... 1

BAB I PENDAHULUAN. peraturan perundang-undangan, hukum adat dan hukum agama. Berdasarkan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Geografis dan Demografis Desa Balam Sempurna

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Besarnya jumlah mahar sangat mempengaruhi faktor hamil di luar nikah. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. diberi nama. Meski demikian, Indonesia memiliki lima pulau besar yaitu

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN. Desa Pagaran Dolok merupakan salah satu desa dari Kecamatan Hutaraja

I. PENDAHULUAN. mempunyai keinginan untuk hidup bersama dan membina rumah tangga yaitu. dengan melangsungkan pernikahan atau perkawinan.

BAB I PENDAHULUAN. yang dinamakan kematian. Peristiwa hukum tersebut menimbulkan akibat

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan kepribadian seseorang. Tidak hanya pakaian sehari-hari saja

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Demografis Desa Tanjung

BAB I PENDAHULUAN. dan agamanya, semenjak dahulu menjadi perhatian khas dari para ilmuwan dan para

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. RT dengan jumlah penduduk jiwa yang terdiri dari kepala

BAB I PENDAHULUAN. dan perilaku hidup serta perwujudannya yang khas pada suatu masyarakat. Hal itu

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Karo dikenal sebagai masyarakat yang menganut stelsel

BAB I PENDAHULUAN. kekerabatan yang baru akan membentuk satu Dalihan Natolu. Dalihan Natolu

Rajah di atas menunjukkan sistem pemerintahan di Sabah sebelum abad ke-16. Apakah sistem X?

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti

Nama : Charnan A/L Murliah COUSE CODE: MPU 2323.(G2) LECTURER S NAME: ENCIK AHMAD TARMIZI BIN ZAKARIA. SUBJECT: AGAMA-AGAMA DI MALAYSIA.

UPACARA ADAT DAYAK NGAJU KALIMANTAN TENGAH ACARA ADAT PENGANTEN MANDAI

BAB I PENDAHULUAN. menerus dan tak terputus dari generasi kegenerasi dimanapun di dunia ini. Upaya memanusiakan manusia melalui pendidikan 1

BAB V PENUTUP. Perkawinan campuran suku bangsa Jawa dengan suku bangsa Batak. Mandailing yang terjadi pada masyarakat di daerah Kelurahan Gedung Johor

I. PENDAHULUAN. satu suku di Indonesia yang bertempat tinggal di ujung selatan Pulau Sumatera.

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir.

Transkripsi:

BAHAN PERKULIAHAN BUSANA PENGANTIN (BU 474) BUSANA PENGANTIN MALAYSIA Disusun Oleh : Mila Karmila, S.Pd, M.Ds NIP. 19720712 200112 2 001 PRODI PENDIDIKAN TATA BUSANA JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2010 1

A. Latar Belakang Sejarah Bangsa Melayu Di Malaysia 1. Definisi Melayu Malaysia adalah sebuah negara yang hidup dalam suasana yang penuh harmoni. Upacara perkawinannya selalu mendapat perhatian penuh dari semua golongan di Malaysia. Di balik keramaian yang penuh warna-warni, upacara ini melambangkan perpaduan kaum yang mempunyai latar belakang budaya dan adat istiadat yang berbeda. Pemerintah Malaysia mendefinisikan Melayu sebagai penduduk pribumi yang bertutur dalam bahasa Melayu, beragama Islam, dan yang menjalani tradisi dan adat-istiadat Melayu. Tetapi dari segi definisi budaya (cultural definition), Melayu itu mencakup seluruh penduduk pribumi di dunia Melayu (Nusantara), yaitu penduduk serumpun agama, bahasa, dan adat istiadat masing-masing yang diikuti oleh masing-masing kelompok serumpun tersebut. Di Malaysia, penduduk pribumi dari keturunan Minang, Jawa, Aceh, Bugis, Mandailing, dll, yang bertutur dalam bahasa Melayu, beragama Islam dan mengikuti adat istiadat Melayu, semuanya dianggap sebagai orang Melayu. Bahkan orang bukan pribumi yang menikah dengan orang Melayu dan memeluk agama Islam juga diterima sebagai orang Melayu. Mereka dikatakan telah "masuk Melayu". 2. Penyebaran Penduduk Melayu di Malaysia Pada tahun 1997 Vital Statistics Malaysia Report, penduduk Malaysia semuanya berjumlah hampir 21 juta (jumlah sebenar 20.997.220), dan daripada jumlah tersebut, penduduk Melayu ialah 10,2 juta (48,5%). Penduduk pribumi lain 2

(termasuk Iban, Kadazan, Melanau, Bidayuh, Murut, dll) berjumlah 2,2 juta (10,5%). Selebihnya terdiri daripada penduduk bukan pribumi, yaitu orang Tionghoa (5,4 juta 25,7%), dan orang India, Serani (orang Indo), dll (3,1 juta 14,7%). Sebagian besar daripada penduduk Melayu (kurang lebih 65%) tinggal di kawasan desa, di kampung-kampung. Pada masa lalu, sebuah kampung Melayu merupakan satu unit politik, satu unit ekonomi, satu unit genealogi, dan satu unit keagamaan. Suku yang ada di Malaysia 1. Suku Melayu - Malaysia, Bumiputra, terdiri dari : Suku Aceh, Suku Arab, Suku Banjar, Suku Batak-Mandailing, Suku Bawean/Boyan, Suku Bugis, Suku Cham, Suku Jambi, Suku Jawa, Suku Kerinchi, Suku Melayu Asli, Suku Minangkabau, Suku Rawa/Rao, Suku Riau, Suku Kokos, Suku Brunei, Suku Indonesia di Tawau, Sabah, Suku Terengganu, Suku Yunnan. 2. Suku Bumiputra Lain (Bukan Melayu di Borneo) terdiri dari : Suku Bajau asal Filipina, Suku Suluk asal Filipina, Suku Dayak Bidayuh, Suku Dayak Bisayah, Suku Dayak Iban, Suku Dayak Kadazan, Suku Dayak Dusun-Sabah, Suku Dayak Kelabit, Suku Dayak Melanau, Suku Dayak Murut. 3. Suku Tionghoa, terdiri dari : Suku Hainan, Suku Hakka, Suku Henghua, Suku Hokkien, Suku Hoklo, Suku Hui, Suku Kantonis, Suku Peranakan, Suku Teochew 4. Suku India, terdiri dari : Suku Bengali, Suku Gujerati, Suku Hindi, Suku Malayali, Suku Sinhala Suku Tamil, Suku Telugu, Suku Urdu 5. Suku Orang Asli, terdiri dari : Suku Jakun, Suku Senoi, Suku Semai, Suku Temiang,, Suku Mahmeri, Suku Temuan 6. Suku lainnya, terdiri dari : Suku Burma, Suku Khmer, Suku Serani (Melayu-Portugis), Suku Thai, Suku Vietnam. 3

3. Adat Istiadat Adat istiadat Melayu banyak memperlihatkan campuran unsur lokal dan unsur luar sesuai dengan kedatangan pengaruh Hindu, Islam, dan Barat ke alam Melayu. Dalam pemerintahan Malaysia, unsur-unsur adat yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam dibenarkan. Melalui principle of co-existence ini orang Melayu dapat menyesuaikan adat dan agama secara harmonis, walaupun ada aspek-aspek tertentu yang bertentangan 4. Sistem Kekeluargaan dan Perkawinan Dari segi kekeluargaan, masyarakat Melayu dibagi kedalam dua kelompok: a. Yang mengamalkan sistem kekeluargaan dwisisi (bilateral) b. Yang mengamalkan sistem kekeluargaan nasab ibu (matrilineal system) Tetapi karena kedua kelompok tersebut menganut agama Islam, maka sistem kekeluargaan Melayu itu banyak dipengaruhi oleh sistem kekeluargaan Islam. Orang Melayu melakukan perkawinan monogami dan poligami. Bentuk perkawinan endogami dan eksogami, bahkan di sebagian tempat diutamakan. Perkawinan campur juga ada, tetapi tidak begitu populer. Semua perkawinan Melayu dijalankan mengikut peraturan dan undang-undang perkawinan Islam (Mazhab Shafie). B. Busana Perkawinan Bangsa Melayu Pakaian adalah aspek budaya yang membuktikan kewibawaan adat istiadat wilayah budaya Melayu. Pakaian cara Melayu yang pertama kali disebut pada abad ke-16 adalah kesinambungan pola asas yang berkembang di istana Kerajaan Melayu Melaka pada zaman keagungannya di Kepulauan Melayu. Pemakaiannya tidak berkembang di istana Kerajaan Melayu Melaka pada zaman keagungannya di Kepulauan Melayu. Pemakaiannya tidak berkembang di Semenanjung Tanah Melayu dan Sumatera saja, tetapi sampai ke Brunei dan Sulawesi. 4

BUSANA PENGANTIN SUKU MELAYU DI MALAYSIA 1 5 6 2 7 8 9 3 4 10 Keterangan : Busana laki-laki : Busana Wanita : 1. Hiasan kepala tarbus 5. Mahkota 2. Selendang 6. Sanggul lintang 3. Baju jubah cekak musang 7. Hiasan bunga melati 4. Celana panjang bahan satin 8. Sibar layang 9. Baju kurung telok belanga 10. Sarung satin 5

Busana perkawinan masyarakat Melaka sangat unik dan menarik karena pengaruh dari Portugis, China, India juga dari Kepulauan Melayu. Pakaian Baba dan Nyonya merupakan gabungan budaya Melayu dan China bermula semenjak zaman Kesultanan Melayu Melaka dengan lagenda Puteri Hang Li Po. Busana pengantin laki-laki Melayu mengenakan Baju Melayu Cekak Musang, berkain songket bermotifkan bunga penuh, memakai selendang yang memakai hiasan, hiasan kepala yang dinamakan tarbus, serta celana panjang bahan satin. Busana pengantin wanita Melayu memadu padankan baju kurung telok belanga yang terbuat dari kain songket. Kainnya disusun menyerupai ombak mengalun. Baju Kurung Teluk Belanga broked dipadankan dengan kain sarung satin. Dada dihiasi sibar layang dari baldu berhiaskan manik-manik dan labuci. Kepala memakai sanggul lintang serta mahkota. Makna atau lambang dari busana pengantin melayu yaitu melambangkan keagungan, kesucian dari kedua mempelai dimana busana ini menandakan kedua calon mempelai telah siap untuk disatukan dalam mengarungi bahtera rumah tangga. C. Adat Perkawinan Bangsa Melayu Adat perkawinan tradisional masyarakat Melayu dibagi menjadi beberapa proses yaitu pengenalan, merisik atau meninjau, upacara peminangan, upacara menghantar tanda, hantaran belanja, menjemput, upacara nikah, berinai besar, hari persandingan, jemput menantu. 1. Pengenalan Anak-anak mereka menikah di usia yang masih muda yaitu sekitar 13 tahun bagi anak perempuan dan 15 hingga 18 tahun bagi anak laki-laki. Orang tua yang bertanggung jawab dalam memilih pasangan hidup anak-anak mereka Dalam adat perkawinan masyarakat Melayu, sistem barian yaitu hantaran sampai mati atau barian kawin seumur hidup digunakan. Sistem ini dianggap sebagai penunjang adat untuk mengukuhkan tali persaudaraan antara ibu bapak dan anak perempuan yang telah menikah. 6

2. Merisik atau Meninjau Adat ini sama seperti adat merisik yang dilakukan dengan tujuan untuk memastikan perempuan yang dipilih oleh seseorang laki-laki itu belum mempunyai calon atau belum dirisik oleh orang lain. Orang tua dari pihak lakilaki terlebih dahulu akan menyampaikan keinginan mereka pada keluarga perempuan. Dalam hal ini keluarga pihak perempuan akan memutuskan apakah lamaran atau risikan itu diterima atau sebaliknya berdasarkan kepada persetujuan anak perempuan mereka. Seterusnya adat meminang dan bertunang pula akan menyusul. 3. Upacara Peminangan Meminang perempuan hanya dilakukan bila keluarga perempuan menyatakan persetujuannya. Tugas meminang biasanya dilakukan oleh wakil kedua belah pihak, biasanya oleh ketua adat dan syarak. Semasa meminang akan ditetapkan tarikh menghantar tanda. Masalah yang dibicarakan sewaktu upacara peminangan ialah hantaran belanja, persalinan dan tempo bertunang. Setelah peminangan selesai maka akan diumumkan ke seluruh kampung oleh ketua adat atau syarak. 4. Upacara Menghantar Tanda Sewaktu upacara menghantar tanda, pihak laki-laki akan memberikan sebuah cincin yang akan dipakaian ke jari tunangannya. Memberikan cincin itu dilakukan di rumah sigadis. Cincin ini disebut sebagai cincin tanda, biasanya ditambah juga dengan uang hantaran belanja. 5. Hantaran Belanja Pada tarikh yang dijanjikan upacara menghantar belanja dilaksanakan pada tahap ini. Kedua belah pihak diketuai oleh Ketua Kampung atau Ketua Syarak. Uang hantaran itu biasanya disertai dengan busana untuk perempuan. Hantaran itu diubah dalam berbagai bentuk atau dibungkus menggunakan kain mengikuti adat daerah masing-masing. Iringan yang lain termasuk bunga rampai; sirih junjung atau tepak sireh sahaja, pahar telor merah dan nasi semangat, alat kosmetik, buahbuah dan lain-lain. 7

6. Menjemput Waris bakal pengantin (ayah atau ibu, atau orang yang wajib dan diwakilkan) akan berkunjung ke rumah orang tua di kampung itu untuk memberitahu tentang hari perkawinan itu. Mereka akan membawa tepak sireh lalu menjemput dan meminta saudara-saudara serta teman-teman datang ke rumahnya untuk mengurus pernikahan anak mereka. 7. Upacara Nikah Upacara akad nikah dijalankan sebelum upacara berinai besar dan bersanding. Imam mewakili wali perempuan menjadi juru nikah. Dalam upacara ini juga disahkan memberikan hantaran dan lain-lain. Mas kawin disebut samada hutang atau tunai. Mas kawin akan diserahkan kepada pangantin perempuan dan menjadi haknya. Dari saat ini sahlah mereka menjadi suami isteri. 8. Berinai Besar Kedua pengantin memakai pakaian pengantin. Pengantin lelaki datang ke rumah pengantin perempuan dengan iringan arakan rebana. Upacara berinai didahului oleh pengantin lelaki yang duduk di pelaminan. Ahli keluarga akan bergilir-gilir menjalankan upacara itu. Pengantin perempuan akan mengambil tempat selepas pengantin lelaki. 9. Hari Persandingan Dihari persandingan, jamuan diadakan secara besar-besaran di rumah pengantin perempuan. Pengantin lelaki serta rombongannya akan diarak dan diiringi dengan selawat dan pukulan rebana dari rumahnya atau tempat persinggahannya ke rumah pengantin perempuan. 10. Jemput Menantu Acara jemput menantu atau menyambut menantu diadakan di rumah pengantin lelaki. Pengantin perempuan dijemput datang ke rumah pengantin lelaki biasanya dilaksanakan pada hari ketiga, kelima atau seminggu selepas diadakan acara persandingan. 8

D. Soal 1. Sebutkan ada berapa suku yang ada di Malaysia 2. Apa yang dimaksud dengan suku/budaya melayu 3. Berapa jumlah penduduk melayu di Malaysia 4. Sebutkan 2 teori mengenai asal usul bangsa melayu 5. Sebutkan mayoritas mata pencaharian bangsa melayu 6. Sebutkan negara-negara yang mempengaruhi busana perkawinan bangsa melayu. 7. Sebutkan busana pengantin yang digunakan oleh masyarakat melayu 8. Sebutkan proses adat perkawinan bangsa melayu 9. Disebut apakah hiasan kepala yang digunakan oleh pengantin laki-laki 10. Bahan/kain apa yang digunakan untuk busana pengantin di masyarakat melayu di Malaysia Jawaban 1. Ada 6 yaitu : - Suku Melayu Bumiputra - Suku Bumiputra Lain (Bukan Melayu di Borneo) - Suku Tionghoa - Suku India - Suku Orang Asli - Suku lainnya 2. Di Malaysia, penduduk pribumi dari keturunan Minang, Jawa, Aceh, Bugis, Mandailing, dll, yang bertutur dalam bahasa Melayu, beragama Islam dan mengikuti adat istiadat Melayu, semuanya dianggap sebagai orang Melayu. Bahkan orang bukan pribumi yang menikah dengan orang Melayu dan memeluk agama Islam juga diterima sebagai orang Melayu. Mereka dikatakan telah "masuk Melayu". 3. Penduduk Melayu adalah 10,2 juta (48,5%) 4. Teori Yunani dan Teori Nusantara 9

5. Bagi orang Melayu yang tinggal di desa, mayoritasnya menjalankan aktivitas pertanian dan menangkap ikan. Aktivitas pertanian termasuk mengusahakan tanaman padi, karet, kelapa sawit, kelapa, dan tanaman campuran (mixed farming). Orang Melayu yang tinggal di kota kebanyakannya bekerja pada sektor dinas, sebagai pekerja di sektor perindustrian, perdagangan, pengangkutan, dan lain-lain. 6. Busana perkawinan masyarakat Melaka sangat unik dan menarik karena pengaruh dari Portugis, China, India juga dari Kepulauan Melayu 7. Busana pengantin laki-laki Melayu ini mengenakan Baju Melayu Cekak Musang, berkain songket bermotifkan bunga penuh. Wanita Melayu ini pula Memadu padankan Baju Kurung Telok Belanga yang terbuat dari kain songket. Kainnya disusun menyerupai ombak mengalun. Baju Kurung Teluk Belanga broked dipadankan dengan kain sarung satin. Dada dihiasi sibar layang dari baldu berhiaskan manik-manik dan labuci. Kepala memakai sanggul lintang 8. Adat perkawinan tradisional masyarakat Melayu dibagi menjadi beberapa proses yaitu: Pengenalan, Merisik atau meninjau, Upacara peminangan, Upacara menghantar tanda, Hantaran belanja, Menjemput, Upacara nikah, Berinai besar, Hari persandingan, Jemput menantu. 9. Tarbus 10. Kain songket 10

DAFTAR PUSTAKA Arifah A Riyanto. (2003). Teori Busana. YAPEMDO. Bandung www.warisan Budaya Malaysia.or.id www.ensiklopedi.co.id http://id.wikipedia.org/wiki/daftar_suku_bangsa_di_malaysia http://id.wikipedia.org/wiki/masyarakat_melayu_di_malaysia#lihat_pula http://images.google.co.id/images?um=1&hl=id&q=proses+upacara+perkawinan+ adat+melayu+malaysia+&btng=cari+gambar 11