Jawab Permasalahan Ekonomi, GNI Gelar Training Riset Potensi Sumberdaya Usaha

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. merupakan prasyarat utama untuk memperbaiki derajat kesejahteraan rakyat.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan. masyarakat meningkat dalam periode waktu yang panjang.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

LAKIP Kabupaten Aceh Barat Tahun BAB 1 PENDAHULUAN. Untuk menjamin penyelenggaraan pemerintahan yang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan

BAB II METODOLOGI PENDAMPINGAN A. PENGERTIAN PARTICIPATORY ACTION RESEARCH. Participatory Action Research (PAR). Dalam buku Jalan Lain, Dr.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Demikian juga halnya dengan kemiskinan, dimana kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. adalah penanggulangan kemiskinan yang harus tetap dilaksanakan Pemerintah Pusat

BAB I PENDAHULUAN. perkapita, dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan juga

BAB.I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Kecil Menengah (UKM) sangat berperan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak

MEMBANGUN DAN MEMBERDAYAKAN DESA MELALUI UNDANG-UNDANG DESA Oleh : Mardisontori, LLM *

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat hidup bahagia dan terpenuhi segala kebutuhannya.

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk. bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah.

BAB I PENDAHULUAN. mengelola tanah hingga menanam bibit sampai menjadi padi semuanya dilakukan

I. PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan sebuah fenomena umum yang terjadi pada negara-negara

PENDAHULUAN Latar Belakang

MEWUJUDKAN PERTUMBUHAN EKONOMI INKLUSIF DI DAERAH

I. PENDAHULUAN. kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah. Jumlah penduduk. akan menjadi faktor penyebab kemiskinan (Direktorat Jenderal

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata kehidupan yang

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah

pengolahan produksi serta menunjang pembangunan wilayah (Antonius,1993).

METODOLOGI PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Selama krisis, usaha di sektor pertanian menunjukkan kinerjanya sebagai

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ketenagakerjaan merupakan masalah yang selalu menjadi perhatian utama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dampak Positif UMKM Perempuan Kurangi Angka Kemiskinan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hasil berupa suatu karya yang berupa ide maupun tenaga (jasa). Menurut Dinas. kualitas kerja yang baik dan mampu memajukan negara.

PERTUMBUHAN EKONOMI ASAHAN TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

I. PENDAHULUAN. lapangan kerja, pengentasan masyarakat dari kemiskinan. Dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VI LANGKAH KE DEPAN

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara yang sudah menjadi agenda setiap tahunnya dan dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. Kemiskinan telah membuat pengangguran semakin bertambah banyak,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB I PENDAHULUAN. bermakana. Peranansektor ini dalam menyerap tenaga kerja tetap menjadi yang

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di dunia ini khususnya di negara berkembang. Sekitar 1,29 milyar penduduk dunia

PENTINGNYA ASPEK MENCIPTAKAN DAN MENINGKATKAN LAPANGAN PEKERJAAN MANDIRI BERBASIS UPPKS

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan selama orde baru yang telah dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia sangat bernuansa top-down karena

BAB V PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI KELURAHAN TENGAH

BAB IV TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN BUNGO

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh negara-negara berkembang adalah disparitas (ketimpangan)

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang amat serius. Kemiskinan

RPSEP-08 KEMISKINAN PROVINSI VERSUS KEMISKINAN KABUPATEN DI BALI

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada dasarnya merupakan rangkaian kegiatan dari. program-program di segala bidang secara menyeluruh terarah dan

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa, agar kelak nantinya berguna bagi dirinya dan masyarakat umumnya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan. swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Hermanto (1993 ; 4), menyebutkan bahwa pembangunan pertanian termasuk didalamnya tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan,

BAB I PENDAHULUAN. yang baik. Perencanaan berfungsi sebagai alat koordinasi antar lembaga pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan yang layak.pada umumnya mereka belum tersentuh oleh megahnya

BAB I PENDAHULUAN. pun manusia dan bangsa di dunia ini yang tidak membutuhkan kehidupan yang sedang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

agribisnis untuk mencapai kesejahteraan wilayah pedesaan (prospherity oriented) (Bappeda Kabupaten Lampung Barat, 2002). Lebih lanjut Bappeda

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

I. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang, sebagai negara berkembang

PRAKTIKUM MK. KOPERASI DAN KELEMBAGAAN AGRIBISNIS Jati diri Koperasi-Prinsip dan Nilai Koperasi

BAB I PENDAHULUAN. pencaharian penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam/bertani, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Kewirausahaan berperan penting dalam perekonomian bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan pangan di Indonesia sangat tinggi. Menurut Amang

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dari situasi sebelumnya. Otonomi Daerah yang juga dapat dimaknai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki pengetahuan dan keterampilan serta menguasai teknologi, namun juga

Optimalisasi UPK Dalam Rangka Mencapai Ketahanan Pangan Nasional

BAB I. PENDAHULUAN A.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduknya. Pembangunan dalam perspektif luas dapat dipandang

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KAKAO. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

BAB I. PENDAHULUAN. manusia untuk meningkatkan dan pemerataan taraf hidup semua anggota

Transkripsi:

KOPI - Akhir-akhir ini program pengentas kemiskinan di Indonesia mulai menjadi konsen berbagai kalangan, baik nasional, regional, daerah, maupun desa. Mulai dari sejumlah lembaga swadaya masyarakat hingga pemerintah selaku pihak pengambil kebijakan. Dengan target yang ingin dicapai meningkatnya pendapatan keluarga, menurunnya angka pengangguran sehingga terwujudnya kemandirian dan kesejahteraan masyarakat sebagaimana yang dicita-citakan bangsa dan juga negara. Namun, melihat realitas yang terjadi upaya berbagai pihak tersebut belum mampu memberikan solusi terbaik untuk terbangunnya perekonomian yang dapat menekan kesenjangan sosial dan terjadinya pemerataan ekonomi sehingga terwujudnya kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh. Berdasarkan data publikasi hasil kajian Institute for development of Acehnese Society (IDeAS) menyampaikan tingkat pengangguran Aceh tertinggi dari seluruh provinsi di Sumatera. Hal tersebut juga mengacu pada data kondisi ketenagakerjaan di Indonesia yang dipublikasi BPS RI, 5 Mei Tahun 2017. Dan secara nasional jumlah pengangguran mencapai 7,01 juta orang atau 5,33 persen. Khusus Aceh Barat daan berdasarkan publikasi Pemda Aceh Barat, tingkat kemiskinan di Kabupaten Aceh Barat tergolong tinggi, 55% masyarakatnya hidup dibawah garis kemiskinan, terdiri dari keluarga pra-sejahtera 23,52 % dan keluarga sejahtera 1 sebanyak 31,74 %. Sebagian besar masyarakatnya menggantungkan hidupnya dari sector Pertanian (49,4%), sedangkan dari sector lainnya sebanyak 50,6%, terdiri pertambangan, perdagangan, industry, jasa, telekomunikasi, kontruksi, dst (Aceh Barat dalam angka 2015). Melihat rilis data tersebut sangat mengelitik sanubari semua pihak dan penting direfleksikan kembali terhadap konsep pengembangan ekonomi yang menjadi prioritas pembangunan dan sudah tertuang dalam aturan pemerintah mulai dari pusat sampai tingkat daerah bahkan level desa yang juga telah didorong untuk melahirkan qanun tentang pentingnya memperioritaskan program pemberdayaan masyarakat dalam setiap perencanaan pembangunan desa. Hal ini menunjukkan bahwa keseriusan pemerintah dan berbagai pihak melihat permasalahan ekonomi ini merupakan isu penting dan menjadi perioritas, akan tetapi realita yang terjadi dilapangan tak sebanding dengan anggaran yang begitu besar telah dihabiskan dan peraturan 1 / 7

peraturan yang telah dibuat terkesan percuma untuk ditetapkan. Sebagaimana diketahui bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia menjamin kesejahteraan tiap-tiap warga negaranya, yang didalamnya dimaksud adalah kemandirian secara ekonomi, sosial, budaya, dan juga politik. Oleh karena itu Yayasan Gugah Nurani Indonesia (GNI) merupakan organisasi non-pemerintah untuk kemanusiaan dan pemberdayaan masyarakat yang Selama telah bekerjasama dengan pemerintah Pusat, Daerah dan juga pemerintah desa diseluruh wilayah dampingan kerja di berbagai daerah dan provinsi dalam wilayah Indonesia. Berdasarkan pengamatan dan refleksi yang dilakukan staff GNI Meulaboh devisi Income generation serta melakukan analisa dan identifikasi mendalam, Program yang berjalan belakangan ini belum menyentuh pada akar persoalan dan tidak berdasarkan sumberdaya potensial atau kearifan local. Selain itu beberapa hal yang menyebabkan belum terjadinya perubahan dikomunitas adalah sebagai berikut: 1. Sebagian besar masyarakat belum menyadari pentingnya mengidentifikasi berbagai potensi sumberdaya usaha yang mereka miliki. 2. Sebagian besar masyarakat belum menyadari besarnya peluang usaha dari potensi sumberdaya usaha yang selama ini mereka miliki. 3. Terbatasnya kemampuan dan kapasitas untuk mengelola berbagai sumberdaya usaha yang telah dimiliki. 4. Lemahnya keterampilan perencanaan usaha, analisa usaha, serta pengembangan usaha. Menurut kajian kami dari yayasan gugah nurani Indonesia terhadap sumberdaya potensial yang bila digarap dengan benar maka akan menyumbang kontribusi pada meningkatnya 2 / 7

perekonomian khususnya di Aceh Barat dan umumnya secara nasional, meski perlu dilakukan kajian ulang dan analisis mendalam oleh berbagai pihak lainnya. Sumberdaya yang dimaksud adalah sector pertanian, yang mana di Aceh Barat memiliki potensi yang sangat besar, sehingga bisa dijadikan modal utama dalam membangun ekonomi daerah dan mensejahterakan masyarakatnya, jika bisa dikelola dengan baik. Namun demikian, besar nya sumberdaya pertanian tidak sebanding dengan kemampuan dan kapasitas masyarakat dalam mengelolanya. Hal ini bisa dilihat dari rendahnya produksi dan produktifitas berbagai komoditi unggulan yang dihasilkan oleh masyarakat Aceh Barat pada umumnya. Sebagai contoh produktifitas padi sawah rata rata 5,2 ton/ha/musim, karet 0,9 ton/ha/tahun, kelapa sawit 8,5 ton/ha/tahun, kelapa 0,39 ton/ha/tahun, kakao 0,22 ton/ha/tahun dan seterusnya (Aceh Barat dalamangka 2015). Realitas masyarakat Aceh Barat secara umum tidak merasa kalau berbagai sumberdaya pertanian yang mereka miliki bisa dijadikan modal utama untuk membangun ekonomi keluarga sehingga sebagian besar (55%) masih berada dibawah garis kemiskinan. Disisi lain sebagian besar kebutuhan pokok, mulai dari beras, sayur dan buah buahan harus mendatang kan dari wilayah lain atau Sumatera Utara. Sehingga sector pertanian dapat dijadikan sebagai andalan dan modal dasar untuk membangun ekonomi masyarakat dan daerah untuk menjadi kebutuhan yang harus didorong bersama semua pemangku kepentingan yang ada di Aceh Barat. Untuk menjawab permasalahan diatas, serta demi peningkatan pendapatan masyarakat. GNI cabang meulaboh akan mengadakan training riset potensi usaha untuk sejumlah anggota komite pemberdayaan dan masyarakat dalam wilayah kecamatan Arongan lambalek dan Woyla Barat, yang akan dilaksanakan pada 23-24 Agustus di Aula kantor GNI Meulaboh. Peserta yang sudah ditraining ini akan diorganisir dalam wadah kelompok usaha besama yang tentunya berdasarkan potensi dan kesamaan jenis usaha yang ditekuni selama ini. 3 / 7

TUJUAN 1. Menumbuhkan kesadaran kritis masyarakat untuk menginventarisir berbagai sumberdaya usaha yang selama ini mereka miliki, termasuk peluang usaha yang layak dikembangkan sesuai dengan kemampuannya. Dan mengelolanya secara bersama-sama. 2. Meningkatkan kapasitas dan kemampuan masyarakat untuk memilih usaha sesuai dengan kemampuan dan sumberdaya yang dimiliki. 3. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk merintis dan mengelola usaha sesuai dengan kemampuan dan sumberdaya yang dimiliki. 4. Meningkatkan keterampilan perencanaan usaha, analisa usaha, serta pengembangan usaha. HASIL YANG DIHARAPKAN 1. Peserta mampu memetakan berbagai sumberdaya usaha yang mereka memiliki dalam bentuk data potensi sumberdaya usaha ditingkat desa. 2. Peserta mampu menggambarkan kronologis berbagai potensi sumber daya usaha yang selama ini dijadikan sebagai sumber mata pencaharian keluarga. 3. Peserta mampu memilih usaha yang layak dikembangkan oleh keluarga sesuai dengan kapasitas dan kemampuan yang dimiliki. 4. Peserta mampu membuat perencanaan usaha, analisa usaha sederhana, serta mengetahui teknik pengembangan usaha. 4 / 7

MATERI PELATIHAN 1. Identifikasi Kebutuhan dan Pendapatan Keluarga 2. Pemetaan sumberdaya usaha masyarakat 3. Pemetaan permasalahan usaha masyarakat 4. Pemilihan usaha potensial /strategis 5. Perencanaan usaha 6. Analisa Usaha dan teknik pengembangan usaha TRAINER Dr. Ir. T. Erwansyah, M.Si PROSES, METODE & Media BELAJAR Proses Belajar 5 / 7

Proses belajar dalam Training ini menggunakan azas Pendidikan orang dewasa (androgogy) dan mengikuti pendekatan partisipatori. Yaitu menempatkan semua peserta sebagai guru atau nara sumber dengan meyakini setiap orang telah memiliki bekal pengetahuan, pengalaman serta keterampilan yang bertindak berdasarkan kesadarannya sendiri dan kesadaran kelompoknya. Pengalaman dan potensi yang ada pada peserta adalah sumber yang perlu digali, dikembangkan dan dianalisis secara bersama untuk menemukan kesimpulan. Selama proses pelatihan berlangsung Fasilitator akan lebih banyak menggali gagasan peserta, mengkodifikasi masalah, dan mensistematisasi masalah peserta dan fasilitator akan menciptakan kondisi bagaimana peserta menyelesaikan masalahnya sendiri. Menjadikan mereka sebagai peneliti, perencana, dan pelaksana program pembangunan bukan sekedar obyek pembangunan. Media Belajar Training ini merupakan training penguatan kapasitas serta peningkatan pengetahuan dan wawasan, dengan meyakini prinsip pemberdayaan masyarakat sebagai berikut: Pemberdayaan masyarakat disini dipahami sebagai proses bukan tujuan, dijalankan melalui mekanisme dari, oleh dan untuk masyarakat sebagai proses demokratisasi pembangunan pedesaan. Dari dalam masyarakat sendiri digerakkan berbagai kegiatan yang menjadi kebutuhannya. Oleh masyarakat sendiri selaku pelaksana dan pengelola kegiatan mereka. Untuk memenuhi kebutuhan Masyarakat sendiri dan sekitarnya. Gerakan dari, oleh dan untuk masyarakat akan terjadi jika dalam masyarakat itu sendiri ada warga desa yang tahu, mau dan mampu berperan sebagai penggerak pemberdayaan 6 / 7

masyarakat. Salah satu penggeraknya adalah Komunitas yang terorganisir untuk memproses pemecahan masalah atau pemenuhan kebutuhan masyarakat dengan mendayagunakan potensi dan sumberdaya yang tersedia. Pembangunan ekonomi perlu ditopang oleh aktivitas riset dan pengembangan secara berkualitas agar dapat menemukan fakta dari akar permasalahan perekonomian sehingga dapat melahirkan konsep peningkatan ekonomi yang lebih efektif dan tepat sasaran. Kemampuan mengidentifikasi,menginventarisir potensi dan peluang usaha menjadi sebuah kebutuhan yang harus didorong bersama agar terwujudnya kemandirian ekonomi di masyarakat. Dengan demikian dapat berkontribusi optimal dan memiliki peran penting dalam perekonomian nasional. 7 / 7