BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah karya seni yang dikarang menurut standar bahasa. kata-kata yang indah dan gaya bahasa serta gaya cerita yang menarik,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena kaum perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga di

BAB I PENDAHULUAN. dasar dari susunan masyarakat, untuk itulah lahir Undang-undang Nomor 1

PEREMPUAN DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Chandra Dewi Puspitasari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekerasan secara umum sering diartikan dengan pemukulan,

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Kekerasan adalah perbuatan yang dapat berupa fisik maupun non fisik,

BAB III KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PRESPEKTIF HUKUM POSITIF (UNDANG-UNDANG R.I NOMOR 23 TAHUN 2004)

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan fenomena sosial budaya yang melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya menikah. Pada hakikatnya pernikahan adalah ikatan yang

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa menangani masalahnya dapat mengakibatkan stres. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. ciptaan makhluk hidup lainnya, Hal tersebut dikarenakan manusia diciptakan dengan disertai

PERSPEKTIF GENDER DALAM UNDANG-UNDANG KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Wahyu Ernaningsih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu yang berkeluarga mendambakan kehidupan yang harmonis

BAB I PENDAHULUAN. dari perkawinan itu adalah boleh atau mubah. Namun dengan melihat

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra yang tercipta merupakan hasil dari proses kreativitas pengarang. Pengarang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan kepribadian setiap anggota keluarga. Keluarga merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat di mana penulisnya hadir, tetapi ia juga ikut terlibat dalam pergolakanpergolakan

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan terhadap perempuan merupakan suatu fenomena yang sering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah;

BAB I PENDAHULUAN. pada era reformasi adalah diangkatnya masalah kekerasan dalam rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang khususnya berkaitan dengan hukum, moralitas serta ketidakadilan.

2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA

BAB I PENDAHULUAN. proses saling tolong menolong dan saling memberi agar kehidupan kita. saling mencintai, menyayangi dan mengasihi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dian Kurnia Putri, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru

KEKERASAN BERBASIS GENDER: BENTUK KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Khoirul Ihwanudin 1. Abstrak

I. TINJAUAN PUSTAKA. kekerasan itu tidak jauh dari kebiasaan kita. Berdasarkan Undang-undang (UU) No. 23 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. dalam dan terjadi di seluruh negara di dunia termasuk Indonesia. Kekerasan

- Secara psikologis sang istri mempunyai ikatan bathin yang sudah diputuskan dengan terjadinya suatu perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. dialami perempuan, sebagian besar terjadi dalam lingkungan rumah. tangga. Dalam catatan tahunan pada tahun 2008 Komisi Nasional

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak. Di Indonesia seringkali dalam rumah tangga juga ada sanak saudara

BAB 1 PENDAHULUAN. Perselingkuhan sebagai..., Innieke Dwi Putri, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kita jumpai di berbagai macam media cetak maupun media elektronik. Kekerasan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh penyelesaian yang lebih baik. Walaupun demikian, masih banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Fenomena kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini terus meningkat dari

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing tahap perkembangannya adalah pada masa kanak-kanak, masa

STRATEGI KOPING PADA WANITA JAWA KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu organisasi kemasyarakatan yang bertujuan dengan

BAB I PENDAHULUAN. tetapi di dalam kehidupan rumah tangga sering terjadi berbagai konflik. Konflik

BAB I PENDAHULUAN. yang didukung oleh umat beragama mustahil bisa terbentuk rumah tangga tanpa. berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. berpendidikan menengah ke atas dengan penghasilan tinggi sekalipun sering

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan

Kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat.

2015 PENGARUH PROGRAM BIMBINGAN INDIVIDUA TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA

BAB II KAJIAN TEORI. dan Eksploitasi Wanita dalam Novel The Lost Arabian Women karya Qanta A.

BAB I PENDAHULUAN. Pandangan tersebut didasarkan pada Pasal 28 UUD 1945, beserta

BAB I PENDAHULUAN. terjadi dalam ruang domestik (rumah tangga). 1. kekerasan yang menimpa kaum perempuan (istri) 3

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

yang mendorong terjadinya KDRT dalam masyarakat Minangkabau perkotaan? Apakah Ada Hubungan antara pergeseran peran keluarga luas dan mamak dengan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dimulai dari lahir, masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah tangga merupakan unit yang terkecil dari susunan kelompok

BAB I PENDAHULUAN. anggota keluarga. Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga memerlukan

Wajib Lapor Tindak KDRT 1

Tindak pidana adalah kelakuan manusia yang dirumuskan dalam undang-undang, melawan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kasus kekerasan dalam rumah tangga di Indonesia dapat diibaratkan seperti gunung

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. tidak adil, dan tidak dapat dibenarkan, yang disertai dengan emosi yang hebat atau

BAB V PENUTUP. terjadi tiga macam kekerasan, meliputi kekerasan psikis, fisik, dan. penelantaran rumah tangga namun kekerasan psikis lebih dominan.

BAB I PENDAHULUAN. sesutu tentang tingkah laku sehari-hari manusia dalam masyarakat agar tidak

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

Abstraksi. Kata Kunci : Komunikasi, Pendampingan, KDRT

BAB I PENDAHULUAN. perih, mengiris dan melukai hati disebut unforgiveness. Seseorang yang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penegakan hukum adalah kegiatan menyerasikan hubungan-hubungan, nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN. kematian dan cedera ringan sampai yang berat berupa kematian.

Faisal Khadafi

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemerintah dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun

FENOMENA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang bahagia dan kekal berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. yang bahagia dan kekal berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa. memberikan jaminan bahwa orang berhak membentuk suatu keluarga guna

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak pihak merasa prihatin dengan maraknya peristiwa kekerasan

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi dalam batin seseorang (Damono, 2002: 1).

BAB I PENDAHULUAN. dampak kemajuan teknologi dan informasi, serta perubahan gaya hidup yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB III DESKRIPSI PASAL 44 AYAT 4 UU NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG KETENTUAN PIDANA KEKERASAN SUAMI KEPADA ISTERI DALAM RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman,

PERLINDUNGAN TERHADAP PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh : Listyo Budi Santoso Dosen Fakultas Hukum - Universitas Pekalongan ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. An-nisa, ayat 13 surah Al Hujurat, ayat surah As-Syura, ayat 45 surah An Najm dan

I. PENDAHULUAN. Kekerasan dalam Rumah Tangga seperti yang tertuang dalam Undang-undang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki

ANALISIS KEBIJAKAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONTEK PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PADA PEMBANGUNAN NASIONAL DI KAB.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Sastra adalah karya seni yang dikarang menurut standar bahasa kesusastraan. Standar bahasa kesusastraan yang dimaksudkan adalah penggunaan kata-kata yang indah dan gaya bahasa serta gaya cerita yang menarik, kesusastraan adalah karya seni yang pengungkapannya baik dan diwujudkan dengan bahasa yang indah. Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Masa Kini (1999: 286) sastra adalah Bahasa dalam karya tulis yang mampu menggetarkan jiwa dan menggunakan kata-kata yang indah. Karya sastra dinilai baik, apabila karya sastra tersebut mencerminkan zaman serta situasi yang berlaku dalam masyarakat, setelah melalui proses kreativitas pengarang terhadap suatu realita kehidupan sosial memilki sifat-sifat yang abadi yang memuat kebenaran-kebenaran hakiki yang selalu ada. Hubungan sastra dan sosiologi sangat erat. Hal ini sejalan dengan pernyatan Wellek dan Austin Warren (1989: 111) sosiologi sastra adalah Suatu telaah sosiologi terhadap suatu karya sastra. Telaah sosiologi ini mempunyai tiga klasifikasi yakni: 1. Sosiologi pengarang adalah yang mempermasalahkan tentang status sosial, ideologi politik dan lain-lain yang menyangkut diri pengarang. 2. Sosiologi karya Sastra adalah memasalahkan tentang suatu karya sastra, yang menjadi pokok kajian adalah tentang apa yang tersirat dalam karya sastra tersebut dan apa tujuan atau amanat yang hendak disampaikannya. 3. Sosiologi sastra adalah yang memasalahkan tentang pembaca dan pengaruh sosialnya terhadap masyarakat. 9

Dari ketiga klasifikasi tersebut dapat juga diambil kesimpulan bahwa sosiologi adalah suatu telaah yang objektif, ilmiah tentang manusia dalam masyarakat dan tentang sosial dan proses sosial. Dengan mempelajari lembagalembaga sosial dan segala masalah perekonomian, keagamaan, politik, dan lainlain. Kita mendapat gambaran tentang cara-cara manusia menyesuaikan diri dengan lingkungannya, mekanisme kemasyarakatannya, serta proses pembudayaanya. Sastra sebagaimana dengan sosiologi, berurusan dengan manusia, bahkan sastra diciptakan oleh anggota masyarakat untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Sastrawan itu sendiri adalah anggota masyarakat ia terikat oleh status sosial tertentu dan tidak dapat mengelak dari adanya pengaruh yang diterimanya dari lingkungan yang membesarkan sekaligus membentuknya. Meskipun sosiologi dan sastra adalah dua hal yang berbeda namun dapat saling melengkapi, (Laurenson dan Swingewood dalam Endraswara 2003: 77). Keduanya sama-sama membahas tentang masalah dalam kehidupan masyarakat. Berdasarkan uraian dari tiga telaah sosiologi tersebut secara khusus analisis ini ditekankan pada analisis sosiologi karya sastra yang mengungkapkan tentang karya sastra sebagai pokok permasalahan. Di dalam karya sastra terdapat hubungan-hubungan kenyataan sosial yang mengandung amanat-amanat. Hal tersebut dapat disimpulkan, novel Tea for Two karya Clara Ng dianalisis berdasarkan pendekatan sosiologi sastra yang meliputi : 1) sistem sosial (sistem kemasyarakatan, pengaruh lingkungan, pengaruh teknologi). 2) kelas sosial (mata pencaharian). 10

Masalah yang dihadapi dalam kehidupan masyarakat itu dapat berupa konflik. Konflik inilah yang dapat membuat karya sastra ini semakin realita. Karena dapat saja konflik yang dialami tokoh pernah dialami pembaca. Sehingga membuat novel tersebut semakin menarik. Konflik adalah Suatu proses sosial di mana individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan yang disertai dengan ancaman atau kekerasan, (Soekanto, 1985: 15). Berdasarkan defenisi konflik adalah proses sosial yang terjadi dalam masyarakat. Bagaimanapun keadaannya, baik pada masyarakat modern maupun pada masyarakat tradisional. Proses sosial yang terjadi karena interaksi sosial dalam masyarakat akan menimbulkan berbagai masalah, salah satunya adalah Kekerasan dalam Rumah Tangga atau disingkat dengan KDRT, hal ini dipertegas dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga pasal 1 disebutkan: KDRT adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis dan penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dan lingkup rumah tangga. Undang-undang di atas menjelaskan bahwa kasus KDRT adalah segala jenis kekerasan (baik fisik maupun psikis) yang dilakukan oleh anggota keluarga kepada anggota keluarga yang lain. Misalnya yang dilakukan suami kepada istri dan anaknya, atau oleh ibu kepada anaknya, bahkan sebaliknya. Meskipun demikian, korban yang dominan adalah kekerasan terhadap istri dan anak oleh seorang suami. KDRT dapat menimpa siapa saja termasuk ibu, bapak, suami, istri, anak atau pembantu rumah tangga. Namun secara umum pengertian KDRT lebih dipersempit artinya sebagai penganiayaan oleh suami terhadap istri. Hal ini dapat 11

dimengerti karena kebanyakan korban KDRT adalah istri. Sudah barang tentu pelakunya suami. Meskipun demikian tidak menutup kemungkinan suami dapat pula sebagai korban KDRT oleh istrinya. Diskriminasi terhadap perempuan dapat diartikan sebagai setiap pembedaan, pengucilan, atau pembatasan yang dibuat atas dasar jenis kelamin, yang bertujuan atau berpengaruh untuk menghalangi, meniadakan pengakuan terhadap dinikmatinya atau dilaksanakannya hak asasi manusia dan kebebasan dasar oleh kaum perempuan, (Schuler dan Thomas, 2001: 46). Perempuan yang menjadi korban kekerasan maupun tindak kejahatan bukan hanya dilakukan oleh seorang penjahat, tetapi dapat dilakukan oleh keluarga atau kerabat dekat. Kekerasan dalam lingkup rumah tangga atau keluarga banyak dilakukan oleh seorang suami, seperti suami melakukan kekerasan terhadap istrinya dengan memukul atau menampar istrinya, menendang, dan memaki-maki dengan ucapan yang kotor. Kultur budaya masyarakat yang mengedepankan laki-laki dapat dipastikan posisi perempuan bersifat subordinasi terhadap lakilaki. Segala bentuk kekerasan yang terjadi bagi perempuan selalu mempunyai legitimasi kultural masyarakat, karena memang posisi perempuan lebih rendah dari laki-laki. Pencegahan kekerasan dilakukan secara terus-menerus dengan diberlakukannya sistem hukum yang diharapkan dapat mengatasi masalah tindak kekerasan terhadap perempuan, (Katjasungkana, 2002: 161). Perempuan yang menjadi korban kekerasan karena adanya ketidakseimbangan relasi antara laki-laki dan perempuan dalam relasi pasangan perkawinan, keluarga, atau hubungan intim. 12

Pasal 1 UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, menyatakan bahwa dasar perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia. Kenyataannya yang terjadi di tengah masyarakat justru sebaliknya, kekerasan terhadap perempuan masih banyak dilakukan di berbagai daerah maupun di kota-kota besar. Perempuan yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga cenderung memilih diam untuk mempertahankan nilai-nilai keharmonisan keluarga tersebut. Akibatnya perempuan juga cenderung memilih penyelesaian secara perdata melalui perceraian daripada menuntut pelaku kekerasan, (Saraswati, 2004: 26-28). Terjadinya kekerasan dalam keluarga akan menimbulkan dampak yang negatif pada anak bahkan keluarga itu sendiri, seperti istri menuntut untuk bercerai karena tidak tahan akan perilaku suami yang keras. Gunarsa (2007: 89) berpendapat bahwa Perbedaan pertentangan dan kekecewaan baik dalam segi materi, mental maupun seksual, telah membentuk dinding pemisah antara suami dan istri. Ketidaksesuaian ini memberi kesempatan bagi terbentuknya hubungan segitiga atau lebih. Hubungan yang tidak wajar lagi antara beberapa individu ini memperbesar dinding pemisah dan merusak keutuhan keluarga. Penderitaan ini akan lebih dirasakan oleh kaum istri, kerena istri merupakan penampung emosi dari suami. Dari hal tersebut diambil kesimpulan bahwa segala perbuatan tindakan KDRT merupakan perbuatan melanggar hak asasi manusia yang dapat dikenakan sanksi pidana maupun hukum perdata. 13

Hal yang menarik dalam novel Tea for Two karya Clara Ng adalah permasalahan yang diungkapkannya. Novel ini mengungkap konflik yang penuh kekejaman dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Tea for Two adalah perusahaan biro jodoh milik Sassy. Baginya tidak ada tanggung jawab dan kebahagiaan yang lebih besar daripada mempertemukan dua orang yang awalnya saling tidak mengenal kemudian mengantarkan mereka pada kehidupan yang diidamidamkan. Apakah benar pernikahan adalah satu-satunya jalan terindah bertabur bunga yang diimpikan dan dicita-citakan semua orang? Ternyata tidak semua orang setuju. Contohnya dapat dilihat pada pernikahan Sassy di dalam novel Tea for Two karya Clara Ng. Pada pernikahan tersebut mengandung rangkaian rahasia kecil yang menjadi kebohongan besar-besaran. Hal ini terlihat dalam sinopsis novel yang dapat ditemukan di belakang kulit sampul pada novel Tea for Two tersebut yakni : setelah pernikahan di bulan madunya Sassy malah mendapat tamparan tepat dipipinya hanya karena Alan cemburu terhadap seorang bule yang berbicara dengan Sassy. Sassy kecewa, kaget melihat sisi Alan yang lain, tertusuk oleh kata-kata pelacur yang keluar dari mulut Alan. Dengan sikap Alan yang tidak mudah ditebak, Sassy berusaha untuk memaafkan lelaki sempurna itu, setidaknya sempurna dalam harapannya. Harihari selanjutnya adalah hari-hari penuh kejutan, kejutan yang diberikan Alan kepada Sassy. Alan adalah lelaki yang mampu berlaku semanis madu sekaligus bersikap sepahit empedu di waktu yang berdekatan. Alan dapat marah hanya karena hal-hal sepele, Alan mampu mengasari tidak hanya di mulut, tetapi pukulan. Alan membenci sahabat-sahabat Sassy, Alan semakin sulit dibaca dari hari kehari. Alan tidak menemani Sassy melahirkan, Alan menganggap Sassy gemuk dan jelek setelah melahirkan dan muak dengan bau susu dari tubuh Sassy yang memang sedang menyusui anaknya, (Goodreads, http://www.goodreads.com : 2009) diakses 29 Maret 2009. Clara Ng adalah seorang novelis, penulis buku anak, dan cerpenis yang karya-karyanya menghiasi kolom sastra di media massa. Singkatan Ng diambil dari marga suaminya yakni Nicholas Ng. Di mana marga tersebut lazim di kalangan Tionghoa di Indonesia, yakni Marga Hanyu Pinyi : Wang. Sebagai penulis buku anak, Clara Ng telah memenangkan Adikarya Ikapi selama tiga 14

tahun berturut-turut, yaitu tahun 2006-2008. Lulusan Ohio State University jurusan Interpersonal Communication ini dengan senang hati menyebut dirinya sebagai penulis. Seluruh novelnya membahas tentang perempuan, keluarga dan cinta. Saat ini Clara Ng tinggal di Jakarta bersama keluarganya. Tea for Two adalah karyanya yang sebelas yang terbit pada tahun 2009. Biografi singkat Clara Ng dapat ditemukan di halaman terakhir novel yakni pada halaman 312, (Indiana Lesmana, http://clara-ng.blogdrive.com : 2009). Alasan penulis menganalisis novel ini adalah penulis merasa tertarik karena adanya permasalahan KDRT yang sangat kompleks yang ada di dalamnya melalui tinjauan sosiologi sastra. Selain itu sepanjang pengetahuan penulis novel ini belum pernah dianalisis, terutama yang dianalisis dari tinjauan sosiologi. 1.1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang akan dianalisis adalah: 1. Bagaimanakah bentuk-bentuk KDRT pada novel Tea for Two karya Clara Ng? 2. Faktor-Faktor apa sajakah yang mempengaruhi munculnya KDRT pada novel Tea for Two karya Clara Ng? 1.1.3 Batasan Masalah Suatu penelitian harus mempunyai batasan masalah. Dengan pembatasan masalah yang ada, penelitian dapat terarah dan tidak terjadi kesimpangsiuran masalah yang hendak diteliti sehingga tujuan yang dimaksudkan peneliti dapat tercapai. 15

1. Penelitian ini membahas bentuk-bentuk KDRT pada novel Tea for Two karya Clara Ng? 2. Penelitian ini membahas faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya KDRT pada tokoh-tokoh yang ada pada novel Tea for Two karya Clara Ng. 1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.2.1 Tujuan penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis bentuk-bentuk KDRT pada novel Tea for Two karya Clara Ng? 2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi KDRT yang dialami tokoh-tokoh pada novel Tea for Two karya Clara Ng. 1.2.2 Manfaat Penelitian Manfaat dari hasil penelitian ini yang dapat diambil adalah: 1. Memperkaya pengkajian dan pengapresiasian karya sastra di Indonesia. 2. Membantu pembaca untuk memahami gambaran KDRT yang dialami tokoh-tokoh pada novel Tea for Two karya Clara Ng. 16