5 GAMBARAN UMUM AGRIBISNIS KELAPA SAWIT

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

V. GAMBARAN UMUM INDUSTRI KELAPA SAWIT INDONESIA

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

Lampiran 1. Lanjutan. Keterangan : *) sementara **) sangat sementara. Sumber : Ditjenbun dan PPKS, 2006

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN

Nusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara.

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi

KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016

IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Perkebunan Dunia

V. GAMBARAN UMUM. sebagai produsen utama dalam perkakaoan dunia. Hal ini bukan tanpa alasan, sebab

PANDUAN. Aplikasi Database Tanah, Bangunan/Gedung, dan Rumah Negara Gol. 2

BAB I PENDAHULUAN. Tahun

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN UMUM MINYAK NABATI DUNIA DAN MINYAK KELAPA SAWIT INDONESIA

RENCANA KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2018

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian

TABEL 1 GAMBARAN UMUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KURUN WAKTU 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2011

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA BARAT MARET 2016 MULAI MENURUN

I. PENDAHULUAN. agribisnis, agroindustri adalah salah satu subsistem yang bersama-sama dengan

RILIS HASIL AWAL PSPK2011

PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016

Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN

2

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Arsip Nasional Re

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakh

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kelestarian sumber daya alam (Mubyarto, 1994).

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI LAMPUNG NAIK 0,61 PERSEN

Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Kalimantan Timur* Menurut Sub Sektor Bulan September 2017

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA. NOMOR 30 /KPPU Pat /X/2017 TENTANG PENILAIAN

BAB I. PENDAHULUAN. kerja seluas-luasnya sekaligus pemerataan pembangunan. Data kontribusi sub

Tabel V.1.1. REKAPITULASI PRODUKSI KAYU BULAT BERDASARKAN SUMBER PRODUKSI TAHUN 2004 S/D 2008

Jumlah Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang Tersedia pada Hotel Bintang Menurut Provinsi,

BAB I PENDAHULUAN. ditanam di hampir seluruh wilayah Indonesia. Bagian utama dari kelapa sawit yang diolah adalah

Rekapitulasi Luas Penutupan Lahan Di Dalam Dan Di Luar Kawasan Hutan Per Provinsi Tahun 2014 (ribu ha)

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN

. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan.

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SEPTEMBER 2016.

BAB I PENDAHULUAN. sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan.

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP)

Fungsi, Sub Fungsi, Program, Satuan Kerja, dan Kegiatan Anggaran Tahun 2012 Kode Provinsi : DKI Jakarta 484,909,154

BAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pembinaan. Pengawasan. Perubahan.

Jumlah Ternak yang dipotong di rumah potong hewan (RPH) menurut Provinsi dan Jenis Ternak (ekor),

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2014

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PAPUA BARAT MARET 2017 MEMBAIK

Tabel Lampiran 39. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Bawang Merah Menurut Propinsi

PREVALENSI BALITA GIZI KURANG BERDASARKAN BERAT BADAN MENURUT UMUR (BB/U) DI BERBAGAI PROVINSI DI INDONESIA TAHUN Status Gizi Provinsi

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2017

I. PENDAHULUAN konstribusi yang besar bagi devisa negara, khususnya karena pergeseran pangsa

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

BAB V GAMBARAN UMUM PRODUK PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2013

4. Upaya yang telah dilakukan dalam mengendalikan serangan OPT dan menangani banjir serta kekeringan adalah sebagai berikut:

Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Kalimantan Timur* Menurut Sub Sektor Bulan Oktober 2017

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 72/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 31 Oktober 2011

- 1 - KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/HUK/2018 TENTANG PENETAPAN PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN TAHUN 2018

I. PENDAHULUAN. diarahkan pada berkembangnya pertanian yang maju, efisien dan tangguh.

Estimasi Kesalahan Sampling Riskesdas 2013 (Sampling errors estimation, Riskesdas 2013)

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA

PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL PROVINSI BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 31 OKTOBER 2015

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR ECERAN RUPIAH FEBRUARI 2016

Desa Hijau. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

KEBIJAKAN PROGRAM DAN KEGIATAN DITJEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2017

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mendorong pembangunan ekonomi nasional, salah satu alat dan

I. PENDAHULUAN. (BPS 2012), dari pertanian yang terdiri dari subsektor tanaman. bahan makanan, perkebunan, perternakan, kehutanan dan perikanan.

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA FEBRUARI 2011

I. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU APRIL 2015

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa sawit, berasal dari daerah tropis di Amerika Barat yang penting

Jumlah Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang Tersedia pada Hotel Bintang Menurut Provinsi,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

PERMASALAHAN PENGELOLAAN PERKEBUNAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE-07/PJ/2016 TENTANG

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2015

KEGIATAN PRIORITAS PENGEMBANGAN PERKEBUNAN TAHUN Disampaikan pada: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN NASIONAL Jakarta, 31 Mei 2016

KELAPA. (Cocos nucifera L.)

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK INDONESIA MARET 2017 MENURUN

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

KEPUTUSAN BADAN AKREDITASI NASIONAL ( BAN PAUD DAN PNF ) NOMOR: 024/BAN PAUD DAN PNF/AK/2017

Transkripsi:

27 5 GAMBARAN UMUM AGRIBISNIS KELAPA SAWIT Perkembangan Luas Areal dan Produksi Kelapa Sawit Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak sawit dan inti sawit yang menjadi salah satu tanaman unggulan subsektor perkebunan yang menjadi sumber penghasil devisa bagi Indonesia. Cerahnya prospek komoditi minyak kelapa sawit dalam perdagangan minyak nabati dunia telah mendorong pengembangan areal perkebunan kelapa sawit. Luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia tumbuh setiap tahunnya. Luas areal perkebunan kelapa sawit mengalami perkembangan yang pesat sejak tahun 1990 hingga saat ini. Total luas areal kelapa sawit Indonesia tahun 2011 adalah 8 908 399 ha, dan pada tahun 2014 diperkirakan meningkat menjadi 10 586 339 ha (Ditjenbun, 2011). Komposisi perkebunan kelapa sawit Indonesia berdasarkan status kepemilikannya terdiri dari Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan Besar Negara (PBN), dan Perkebunan Besar Swasta (PBS). Dari areal kebun yang ada, PBS adalah yang terbesar yang dimiliki oleh pengusaha lokal maupun asing. Khusus untuk kepemilikan asing, Malaysia memiliki kontribusi terbesar di Indonesia (Yunanto, 2012). Pada tahun 2010, hampir 50 persen perkebunan kelapa sawit merupakan PBS, 42 persen merupakan PR, dan delapan persen PBN. Kepemilikan perkebunan kelapa sawit pada tahun 2014 diperkirakan akan semakin didominasi oleh PBS sebesar 53.7 dari total luas pertanaman. kemudian PR 39.3 persen dan PBN 6.9 persen. Gambar 14 Perkembangan luas areal kelapa sawit Indonesia. Tahun 2011 adalah angka sementara dan tahun 2012, 2013, 2014 adalah angka estimasi. (Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan, 2011) Pertumbuhan perkebunan kelapa sawit yang pesat mendorong tumbuhnya industri turunan kelapa sawit. Hal ini tidak dapat dilepaskan dari peranan perkebunan swasta yang berkontribusi paling besar terhadap produksi nasional. Pada tahun 2011, kontribusi perkebunan swasta sekitar 53 persen (11.9 juta ton)

28 dari produksi nasional. Sementara itu perkebunan rakyat menyumbang hampir 38.3 persen (8.6 juta ton), sedangkan perkebunan negara 8.6 persen (1.9 juta ton). Gambar 15 Perkembangan produksi kelapa sawit Indonesia. Tahun 2011 adalah angka sementara dan tahun 2012, 2013, 2014 adalah angka estimasi. (Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan, 2011) Keberadaan perkebunan kelapa sawit di Indonesia sudah semakin tersebar. Saat ini perkebunan kelapa sawit telah tersebar di 21 provinsi di Indonesia. Dari data Ditjenbun (2011) terlihat bahwa sentra perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Pulau Sumatera. Penyebaran perkebunan kelapa sawit yaitu Pulau Sumatera 80.7 persen, Pulau Kalimantan 15.8 persen, Pulau Sulawesi 2.4 persen, serta Papua dan Jawa masing-masing 0.8 persen dan 0.2 persen. Perkebunan Besar Negara terkonsentrasi di Provinsi Sumatera Utara, sedangkan Perkebunan Besar Swasta di Provinsi Riau, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, dan Aceh. Semakin tersebarnya perkebunan kelapa sawit menunjukkan bahwa perkebunan kelapa sawit masih berpotensi untuk dikembangkan di berbagai provinsi di Indonesia. Tabel 2 Luas areal dan produksi kelapa sawit menurut provinsi tahun 2011 a Provinsi Luas (Ha) b Produksi (Ton) b Aceh 348 438 676 907 Sumatera Utara 1 100 820 3 179 952 Sumatera Barat 379 185 987 251 Riau 2 176 864 6 518 290 Kepulauan Riau 9 170 13 743 Jambi 521 759 1 545 240 Sumatera Selatan 826 743 2 283 971 Kep. Bangka Belitung 177 683 526 081 Bengkulu 294 152 705 638 Lampung 168 069 406 528 D.K.I Jakarta 0 0

29 Tabel 2 (Lanjutan) Provinsi Luas (Ha) b Produksi (Ton) b Jawa Barat 12 613 24 423 Banten 16 296 26 575 Jawa Tengah 0 0 D.I. Yogyakarta 0 0 Jawa Timur 0 0 Bali 0 0 Nusa Tenggara Barat 0 0 Nusa Tenggara Timur 0 0 Kalimantan Barat 783 732 1 130 998 Kalimantan Tengah 974 813 2 316 020 Kalimantan Selatan 375 859 718 505 Kalimantan Timur 471 969 822 259 Sulawesi Utara 0 0 Gorontalo 0 0 Sulawesi Tengah 58 831 161 433 Sulawesi Selatan 20 667 33 543 Sulawesi Barat 103 181 292 648 Sulawesi Tenggara 27 341 0 Maluku 0 0 Maluku Utara 0 0 Papua 37 318 86 254 Papua Barat 22 896 51 752 a Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian (2011); b Angka sementara. Industri Hilir Kelapa Sawit Industri hilir kelapa sawit merupakan subsistem yang berperan penting dalam penciptaan nilai tambah terhadap komoditas kelapa sawit. Kelapa sawit merupakan tanaman tahunan yang mulai menghasilkan pada umur tiga tahun. Usia produktif kelapa sawit mencapai 25 sampai 30 tahun. Daging dan kulit buah kelapa sawit mengandung minyak yang dapat diolah menjadi minyak sawit untuk bahan baku berbagai produk turunan antara lain minyak goreng, sabun, dan lilin. Selain itu, bungkil kelapa sawit dapat dimanfaatkan untuk makanan ternak sedangkan tempurungnya digunakan sebagai bahan bakar dan arang. Indonesia sebagai penghasil terbesar komoditas kelapa sawit berpotensi memaksimalkan pengembangan industri hilir dalam memproduksi berbagai produk turunan kelapa sawit sehingga dapat memberikan nilai ekonomi yang lebih tinggi.

30 Gambar 16 Pohon industri hilir kelapa sawit (Sumber: Kementerian Peridustrian, 2011) Industri Pengolahan Minyak sawit Industri hilir kelapa sawit yang mengolah tandan buah segar menjadi minyak sawit terus mengalami peningkatan. Indonesia menjadi penghasil minyak sawit mentah (CPO dan PKO) terbesar di dunia sejak tahun 2006 dengan total produksi CPO sebesar 16 juta ton sedangkan Malaysia hanya sekitar 14.9 juta ton. Permenperin No. 111/M-IND/PER/10/2009 tentang panduan (roadmap) pengembangan klaster industri pengolahan kelapa sawit, menyebutkan bahwa pembangunan klaster industri hilir kelapa sawit jangka menengah (2010-2014) akan difokuskan di Sumatera Utara dan Riau, sedangkan untuk jangka panjang akan diintegrasikan di Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan Papua. Strategi dasar pengembangan industri hilir kelapa sawit adalah mendorong pengolahan minyak sawit mentah hingga turunan produk ketiga

31 (antara lain metalic salt, fatty amine, fatty alcohol, fatty amide) di dalam negeri, minimal 50 persen dari total produksi minyak sawit mentah nasional tahun 2015. Pemerintah menargetkan produksi minyak sawit tahun 2015 sebesar 30 juta ton. Dari produksi tersebut 18.7 juta ton diolah di dalam negeri dan hanya 11.3 juta ton yang diekspor. Pengolahan di dalam negeri di antaranya untuk minyak goreng 11 juta ton, biodiesel 5.7 juta ton, dan oleokimia dua juta ton. Sementara pada 2020, target produksi minyak sawit adalah 40 juta ton dan hanya 12 juta ton yang diekspor. Adapun yang diolah di dalam negeri 28 juta ton di antaranya untuk minyak goreng 12 juta ton, biodiesel 12 juta ton, serta oleokimia 4 juta ton. Pergerakan harga minyak sawit dunia menunjukkan kecenderungan harga yang meningkat. Selama beberapa tahun terakhir, harga minyak sawit dunia cenderung berfluktuasi dengan peningkatan yang relatif tajam pada tahun 2008 dan tahun 2011. Harga minyak sawit dunia mencapai level tertinggi pada tahun 2011 yaitu mencapai US$ 1 125.42/mt. Peningkatan harga tersebut disebabkan karena meningkatnya permintaan. Selain itu, peningkatan harga minyak sawit terkait dengan fluktuasi harga minyak mentah dunia. Meningkatnya eskalasi dunia terhadap penggunaan biofuel turut meningkatkan harga minyak sawit sebagai salah satu sumber energi biofuel sebagai substitusi energi dari minyak bumi. Harga minyak sawit dan harga minyak mentah dunia memiliki hubungan positif yang kuat. Hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi yang tinggi antara ke-2 komoditas tersebut yaitu 0.83. Naiknya harga minyak sawit erat kaitannya dengan naiknya harga minyak mentah dunia. Pergerakan harga antara minyak sawit dan minyak mentah dunia memperlihatkan pola yang hampir sama. Gambar 17 Perkembangan harga minyak sawit dunia dan minyak mentah dunia (Sumber: World Bank, 2013) Sesudah mencapai harga tertinggi pada tahun 2011, harga minyak sawit dunia terlihat kembali mengalami penurunan pada tahun 2012. World Bank (2013) meramalkan bahwa penurunan harga minyak sawit akan terus berlanjut hingga mencapai US$ 800/mt pada tahun 2025.

32 Gambar 18 Ramalan harga minyak sawit dunia (Sumber: World Bank, 2013) Industri Pengolahan Minyak Goreng Minyak goreng merupakan salah satu komoditas turunan berbasis minyak sawit yang dominan di Indonesia. Industri minyak goreng berkembang di beberapa sentra industri yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan, dan Papua. Pelaku usaha minyak goreng dengan pangsa terbesar di Indonesia terdapat pada Tabel 3. Tabel 3 Pangsa pasar 10 perusahaan minyak goreng terbesar di indonesia a Pelaku usaha Kapasitas produksi (ton/thn) Pangsa pasar (%) Wilmar Group 2 819 400 18.27 Musim Mas 2 109 000 13.67 Permata Hijau Group 932 000 6.04 PT Smart 713 027 4.62 Salim Group 654 900 4.24 PT Bina Karya Prima 370 000 2.40 PT Tunas Baru Lampung 355 940 2.31 BEST Group 341 500 2.04 PT Pacific Palmindo Industri 310 800 2.01 PT Asian Agro Agung Jaya 307 396 1.99 Lainnya 6 542 637 42.40 a Sumber: KPPU (2010). Menurut KPPU (2010), pola pemilikan perusahaan minyak goreng terdiri dari perusahaan minyak goreng yang terintegrasi dengan perkebunan sawit dan yang tidak terintergrasi perkebunan sawit. Saat ini, sebanyak 68 persen perusahaan minyak goreng di Indonesia merupakan perusahaan yang terintegrasi, sedangkan sebanyak 32 persen tidak terintegrasi.