KAJIAN KEMAMPUAN EKONOMI PETANI DALAM PELAKSANAAN PEREMAJAAN KEBUN KELAPA SAWIT DI KECAMATAN SUNGAI BAHAR KABUPATEN MUARO JAMBI

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan.

SKRIPSI KASEH LESTARI

I. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Kondisi Geografis dan Persebaran Tanaman Perkebunan Unggulan Provinsi Jambi. Jambi 205,43 0,41% Muaro Jambi 5.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi daerah dan nasional. Pertanian yang berkelanjutan

PROGRAM PENGEMBANGAN KELAPA BERKELANJUTAN DI PROVINSI JAMBI

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

I. PENDAHULUAN. berkaitan dengan sektor-sektor lain karena sektor pertanian merupakan sektor

SKRIPSI MUTIARA VIANI SINAGA

I. PENDAHULUAN. pertanian sebagai sumber pendapatan bagi sebagian besar penduduknya.

I. PENDAHULUAN. sumber pangan utama penduduk Indonesia. Jumlah penduduk yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

I. PEDAHULUAN. di Indonesia adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu hal yang cukup penting dalam mewujudkan

BAB I. PENDAHULUAN. kegiatan pertanian yang mendominasi perekonomian masyarakat desa, dimana

Hermanto (1993 ; 4), menyebutkan bahwa pembangunan pertanian termasuk didalamnya tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dari 1,0 juta ton pada tahun 1985 menjadi 1,3 juta ton pada tahun 1995 dan 1,9

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

I. PENDAHULUAN. perekonomian di Bali. Sektor ini menyumbang sebesar 14,64% dari total Produk

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan proses produksi yang khas didasarkan pada proses

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian dan perkebunan memegang peranan penting dan

I. PENDAHULUAN. titik berat pada sektor pertanian. Dalam struktur perekonomian nasional sektor

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Luas Lahan Komoditi Perkebunan di Indonesia (Ribu Ha)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki peran penting dalam

I. PENDAHULUAN. pertanian. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu. menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun,

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPUTUSAN PETANI DALAM PEREMAJAAN (REPLANTING) KELAPA SAWIT DI KECAMATAN SUNGAI BAHAR KABUPATEN MUARO JAMBI

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sektor pertanian merupakan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PROGRAM REHABILITASI KARET DI PROVINSI JAMBI : UPAYA UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sosio Ekonomika Bisnis ISSN ANALISIS EKONOMI PERKEBUNAN KELAPA DALAM TERHADAP PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

REKOMENDASI SEMINAR STRATEGI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI 22 DESEMBER 2005

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. daya yang dimiliki daerah, baik sumber daya alam maupun sumber daya

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana

PENDAHULUAN Latar Belakang

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tanggamus terbentuk atas dasar Undang-undang Nomor 2 tertanggal 3

I. PENDAHULUAN. tersebut petani hanya dapat melakukan kegiatan pertanian ala kadarnya sesuai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Analisis Nilai Sektor Basis Perkebunan Kelapa-Dalam (Cocos nucifera L) Di Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

Boks.1 UPAYA PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI JAMBI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik

PENDAHULUAN Latar Belakang

RINGKASAN EKSEKUTIF. Tim Peneliti: Almasdi Syahza; Suwondo; Djaimi Bakce; Ferry HC Ernaputra; RM Riadi

I PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. (agribisnis) terdiri dari kelompok kegiatan usahatani pertanian yang disebut

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam

ANALISIS KETERKAITAN ANTAR SUBSISTEM DI DALAM SISTEM AGRIBISNIS KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN

BAB I PENDAHULUAN. yang berlimpah. Dimana sebagian besar penduduknya. menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Hal ini sebenarnya tidak terlalu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Bagi perekonomian Indonesia, sektor pertanian merupakan sektor yang

BAB I PENDAHULUAN. (pendapatan) yang tinggi. Petani perlu memperhitungkan dengan analisis

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim

I. PENDAHULUAN. Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris, yang ditunjukkan oleh luas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan salah satu tindakan yang mendukung untuk

PENDAHULUAN. pertanian. Kenyataan yang terjadi bahwa sebagian besar penggunaan lahan di. menyangkut kesejahteraan bangsa (Dillon, 2004).

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONVERSI USAHA TANI KARET KE USAHA TANI KELAPA SAWIT DI DESA BATIN KECAMATAN BAJUBANG KABUPATEN BATANG HARI

PENDAHULUAN. kadang-kadang tidak mencukupi (Ekstensia, 2003). Peran sektor pertanian di Indonesia terlebih di Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

3.3.Metode Penarikan Sampel Model dan Metode Analisis Data Konsepsi Pengukuran BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Transkripsi:

KAJIAN KEMAMPUAN EKONOMI PETANI DALAM PELAKSANAAN PEREMAJAAN KEBUN KELAPA SAWIT DI KECAMATAN SUNGAI BAHAR KABUPATEN MUARO JAMBI SKRIPSI YAN FITRI SIRINGORINGO JURUSAN/PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI 2017

ABSTRAK Yan Fitri Siringoringo. Kajian Kemampuan Ekonomi Petani dalam Pelaksanaan Peremajaan Kebun Kelapa Sawit di Kecamatan Sungai Bahar Kabupaten Muaro Jambi. Dibimbing oleh Ir. Adlaida Malik, MS dan Dr. Ir. Saidin Nainggolan M.Si. Penelitian ini ditujukan untuk (1) Mengkaji besarnya pendapatan rumah tangga dari berbagai sumber pendapatan, (2) Mengkaji kemampuan ekonomi rumah tangga dalam membiayai kebutuhan rumah tangga dan peremajaan kebun kelapa sawit, (3) Mengkaji pengaruh faktor ekonomi rumah tangga petani terhadap luas lahan peremajaan kebun kelapa sawit. Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Sungai Bahar Kabupaten Muaro Jambi yang ditentukan secara purposive. Jumlah sampel sebanyak 60 petani. Metode analisis secara deskriptif dan analisis linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan kebun kelapa sawit sebesar Rp. 33.467.368 atau 86,69 persen. Ratarata pendapatan kebun lain sebesar Rp. 1.857.779 atau 4,81 persen dan rata-rata pendapatan non kebun sebesar Rp. 3.278.500 atau 8,49 persen. Alokasi konsumsi pangan rumah tangga sebesar Rp. 18.317.579 atau 32,46 persen, konsumsi sandang rumah tangga sebesar Rp. 10.353.248 atau 18,35 persen, konsumsi papan rumah tangga sebesar Rp. 16.138.433 atau 28,60 persen, konsumsi investasi sumber daya manusia rumah tangga sebesar Rp. 5.135.683 atau 9,10 persen. Kemampuan ekonomi rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga dan peremajaan kebun kelapa sawit sebesar 66,69 persen. Hasil analisis faktor yang berpengaruh nyata terhadap luas lahan yang diremajakan adalah kemampuan pendapatan rumah tangga, persediaan tenaga kerja dalam keluarga dan pengalaman bertani. Kata kunci : Kemampuan Ekonomi, Peremajaan, Kebun Kelapa Sawit

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman i ii v viii ix I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Perumusan Masalah... 8 1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian... 10 1.3.1 Tujuan Penelitian... 10 1.3.2 Kegunaan Penelitian... 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peremajaan Kebun Kelapa Sawit... 11 2.2 Keberagaman Pendapatan Rumah Tangga... 13 2.2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Rumah Tangga Petani... 15 2.2.1.1 Umur... 15 2.2.1.2 Tingkat Pendidikan... 16 2.2.1.3 Pengalaman Petani... 16 2.2.1.4 Luas Lahan... 17 2.2.1.5 Tenaga Kerja... 17 2.3 Kemampuan Ekonomi Rumah Tangga dalam Membiayai Kebutuhan Rumah Tangga dan Peremajaan Kebun Kelapa Sawit... 18 2.4 Biaya Kebutuhan Rumah Tangga Petani Kelapa Sawit... 21 2.4.1 Hubungan Pendapatan Terhadap Konsumsi dan Peremajaan Kebun Kelapa Sawit... 22 2.4.2 Hubungan Jumlah Tanggungan Anggota Keluarga Terhadap Konsumsi dan Peremajaan Kebun Kelapa Sawit... 23 2.4.3 Hubungan Pendidikan Terhadap Konsumsi dan Peremajaan Kebun Kelapa Sawit... 24 2.5 Konstribusi dari Berbagai Sumber Pendapatan Rumah Tangga Terhadap Peremajaan Kebun Kelapa Sawit... 25 2.6 Pembentukan Modal untuk Peremajaan Kebun Kelapa Sawit 26 2.6.1 Hubungan NTP dengan Kemampuan Peremajaan... 27 2.6.2 Hubungan Finansial dengan Peremajaan... 29 2.7 Hasil Penelitian Terdahulu... 30 2.8 Kerangka Pemikiran... 33 2.9 Hipotesis... 36

III. METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian... 37 3.2 Sumber dan Metoda Pengumpulan Data... 37 3.2.1 Sumber Data... 37 3.2.2 Metode pengumpulan Data... 38 3.3 Metode Penarikan Sampel... 38 3.4 Metode analisis Data... 40 3.4.1 Analisis Pendapatan... 40 3.4.2 Analisis Kemampuan Ekonomi Rumah Tangga... 41 3.4.3 Analisis Pengeluaran Konsumsi... 42 3.4.4 Analisis Pembentukan Modal... 43 3.5 Konsepsi Pengukuran... 43 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian... 45 4.1.1 Keadaan Geografis... 45 4.1.2 Keadaan Penduduk... 46 4.1.3 Mata Pencaharian Penduduk... 47 4.1.4 Sarana dan Prasarana... 48 4.1.4.1 Pendidikan... 48 4.1.4.2 Kesehatan... 48 4.1.4.3 Agama... 48 4.1.4.4 Transportasi... 48 4.2 Karakteristik Rumah Tangga Petani... 49 4.2.1 Umur Petani... 49 4.2.2 Pengalaman Berusahatani... 50 4.2.3 Pendidikan... 51 4.2.4 Jumlah Tanggungan Keluarga... 52 4.2.5 Luas Lahan Usahatani... 54 4.3 Keadaan Peremajaan Kebun Kelapa Sawit... 55 4.4 Penerimaan Usahatani... 56 4.5 Biaya Produksi Usahatani... 57 4.5.1 Biaya Pupuk... 58 4.5.2 Biaya Pestisida... 58 4.5.3 Biaya Tenaga Kerja... 59 4.5.3.1 Biaya Tenaga Kerja Dalam Keluarga... 59 4.5.3.2 Biaya Tenaga Kerja Luar Keluarga... 60 4.5.4 Total Biaya Kelapa Sawit yang Dibayarkan... 61 4.6 Pendapatan Usahatani Kelapa Sawit... 62 4.7 Pendapatan Usahatani Lain... 63 4.8 Pendapatan Diluar Usahatani... 64 4.9 Total Pendapatan Rumah Tangga... 66 4.10 Kontribusi Pendapatan Rumah Tangga dari Berbagai Sumber 67 4.11 Alokasi Konsumsi Rumah Tangga Petani... 68 4.11.1 Konsumsi Pangan... 69 4.11.2 Konsumsi Sandang... 70 4.11.3 Konsumsi Papan... 71 4.11.4 Konsumsi Sosial dan Keagamaan... 72

4.11.5 Konsumsi Investasi SDM... 73 4.11.6 Total Konsumsi Rumah Tangga... 74 4.12 Analisis Kemampuan Ekonomi Rumah Tangga Petani... 76 4.13 Biaya Finansial Peremajaan Kebun Kelapa Sawit... 78 4.14 Pengaruh Faktor EkonomiRumah Tangga Petani Terhadap Luas Lahan yang Diremajakan... 81 4.15 Analisis Pengeluaran Konsumsi... 84 4.16 Analisis Pembentukan Modal Rumah Tangga Petani... 87 4.17 Implikasi Hasil Penelitian... 90 V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 92 5.2 Saran... 93 DAFTAR PUSTAKA... 94 LAMPIRAN... 98

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Subsektor perkebunan dalam perekonomian Indonesia mempunyai peranan strategis, antara lain sebagai penyerap tenaga kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat, penopang pertumbuhan industri manufaktur, mengoptimalkan pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan. Peranan sektor perkebunan yang demikian besar bagi peningkatan pemanfaatan petani dan penyediaan bahan baku untuk industri dalam negeri serta sebagai sumber devisa negara (Arifin, 2001). Provinsi Jambi memiliki potensi yang cukup besar dibidang perkebunan karena memiliki berbagai jenis komoditi unggulan yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah dan memberikan sumbangan terhadap Pendapatan Daerah Regional Bruto (PDRB). Menurut BPS Provinsi Jambi tahun 2015 kontribusi sektor perkebunan terhadap PDRB Provinsi Jambi berfluktuasi dari tahun 2011-2015. Kontribusi perkebunan terhadap PDRB pada tahun 2015 sebesar Rp. 26.397.209,8 atau sebesar 17,02 % (Lampiran 1). Penduduk Provinsi Jambi sebagian besar tinggal di daerah pedesaan dengan mata pencaharian utama berada pada subsektor perkebunan komoditas kelapa sawit. Perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu pondasi bagi tumbuh dan berkembangnya sistem agribisnis kelapa sawit. Sistem agribisnis kelapa sawit merupakan gabungan subsistem sarana produksi pertanian (agroindustri hulu), industri hilir, dan pemasaran yang dengan cepat akan merangkaikan seluruh subsistem untuk mencapai skala ekonomi (Pahan, I 2008).

Kebutuhan akan peremajaan kelapa sawit khususnya Provinsi Jambi baik bagi pemerintah maupun masyarakat merupakan prioritas, karena rendahmya produktivitas kelapa sawit sehingga masyarakat Provinsi Jambi yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani kelapa sawit tidak terganggu dari segi perekonomian. Keadaan perkebunan kelapa sawit di Provinsi Jambi pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2015, berdasarkan data Dinas Perkebunan Provinsi Jambi dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit dan Jumlah Produksi Tandan Buah Segar (TBS) di Provinsi Jambi Tahun 2011-2015 Luas (Ha) Produksi Tahun TBM TM TTM/TR Jumlah (Ton) 2011 110.259 417.304 4.730 532.293 1.426.081 2012 150.998 433.405 4.937 589.34 1.472.852 2013 143.172 444.405 5.673 593.433 1.555.698 2014 125.655 519.710 17.481 662.846 1.571.535 2015 141.352 532.119 16.495 689.966 1.619.896 Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Jambi, Tahun 2015 Tabel 1 menunjukkan bahwa luas lahan tanaman belum menghasilkan (TBM), tanaman menghasilkan (TM), tanaman tidak menghasilkan (TTM) atau tanaman rusak (TR), dan produksi kelapa sawit di Provinsi Jambi pada umumnya mengalami peningkatan selama 5 tahun terakhir (2011-2015). Dengan adanya peningkatan luas areal dan produksi kelapa sawit setiap tahunnya dapat memberikan arti ekonomi, karena selain sebagai devisa negara juga dapat memberikan peningkatan pendapatan petani khususnya di Provinsi Jambi. Tetapi yang menjadi permasalahan adalah semakin tingginya luas lahan tanaman tidak menghasilkan (TTM) atau tanaman rusak (TR) khususnya pada tahun 2014 yaitu sebesar 17.481 Ha dan tahun 2015 sebesar 16.495 Ha. Tingginya luas lahan kelapa sawit tanaman tidak menghasilkan (TTM) atau tanaman rusak (TR) ini

mengakibatkan kerugian bagi petani karena tanaman tidak dapat memberikan hasil atau pendapatan kepada petani. Perkebunan kelapa sawit masih menjadi komoditi unggulan petani Provinsi Jambi dimana produksinya masih dapat ditingkatkan dengan adanya pelaksanaan peremajaan terhadap tanaman tidak menghasilkan (TTM) atau tanaman rusak (TR). Untuk lebih jelasnya mengenai luas areal, produksi dan produktivitas tanaman kelapa sawit rakyat yang ada di Provinsi Jambi menurut kabupaten tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Luas dan Produksi Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat di Provinsi Jambi Menurut Kabupaten Tahun 2015 Kabupaten TBM Luas Areal TTM/ TM TR Jumlah Total Produksi (Ton) Produk tivitas Kg/Ha Jumlah Petani Kk Batanghari 12.015 35.024 842 47.881 121.809 3.478 15.857 Muaro Jambi 12.594 72.992 12.044 97.630 188.534 2.583 44.704 Bungo 21.906 31.826 115 53.847 103.382 3.248 18.157 Tebo 12.143 31.803 47 43.994 93.631 2.944 17.991 Merangin 13.669 44.967 1 58.637 173.414 3.856 42.156 Sarolangun 9.672 25.323 375 35.370 59.776 2.361 20.659 Tanjung Jabung Barat 18.790 70.227 1 89.018 228.376 3.252 35.846 Tanjung Jabung Timur 9.475 22.644 1.370 33.489 44.879 1.982 11.357 Kerinci 80 9 5 94 10 1.111 60 Jumlah 110.345 334.815 14.800 459.960 1.013.811 24.815 206.787 Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Jambi, Tahun 2015 Tabel 2 menunjukkan bahwa Kabupaten Muaro Jambi merupakan kabupaten yang mengusahakan kelapa sawit terluas di Provinsi Jambi dengan luas lahan 97.630 Ha atau sebesar 21,2 % dari total luas lahan kelapa sawit rakyat di Provinsi Jambi. Untuk produksi sebesar 188.534 Ton atau sebesar 18,59 % dan jumlah produktivitas sebesar 2.583 Kg/Ha atau sebesar 10,40 %. Produksi dan produktivitas kelapa sawit di Kabupaten Muaro Jambi masih rendah dibandingkan dengan produksi dan produktivitas kelapa sawit di kabupaten lain yang ada di

Provinsi Jambi. Hal ini dikarenakan luasnya areal tanaman tidak menghasilkan (TTM) atau tanaman rusak (TR) di Kabupaten Muaro Jambi yaitu sebesar 12.044 Ha atau sebesar 81,37 % dari total keseluruhan tanaman tidak menghasilkan (TTM) atau tanaman rusak (TR) yang ada di Provinsi Jambi yang menyebabkan produktivitas kelapa sawit tidak sesuai dengan jumlah produksi yang diperoleh dari lahan yang diusahakan oleh petani. Luas areal, produksi dan produktivitas tanaman kelapa sawit rakyat di Kabupaten Muaro Jambi menurut Kecamatan tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3. Luas dan Produksi Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat di Kabupaten Muaro Jambi Menurut Kecamatan Tahun 2015 Kecamatan LUAS AREAL TTM/ TM TR Jumlah Total Produksi (Ton) Produktivitas Kg/Ha Jumlah Petani Kk TBM Jambi Luar Kota 545 4.330-4.875 16.350 3.776 1.428 Sekernan 3.637 13.930 49 17.616 37.390 2.684 6.818 Kumpeh Ilir 391 11.951 22 12.364 24.726 2.069 6.058 Muaro Sebo 4.467 6.580-11.047 15.995 2.431 5.505 Mestong 307 3.109-3.416 6.569 2.113 1.911 Kumpeh Ulu 1.921 12.987-14.908 39.210 3.019 8.194 Sungai Bahar 949 19.433 11.930 32.312 46.414 2.388 14.148 Sungai Gelam 377 672 43 1.092 1.880 2.798 642 Jumlah 12.594 72.992 12.044 97.630 188.534 2.583 44.704 Sumber: Dinas Kehutanan dan Perkebunan Muaro Jambi, Tahun 2015 Tabel 3 menjelaskan bahwa Kecamatan Sungai Bahar merupakan kecamatan yang memiliki luas lahan kelapa sawit yang paling luas dengan produksi tertinggi di Kabupaten Muaro Jambi dengan luas lahan sebesar 32.312 Ha atau sebesar 33,09 % dan jumlah produksi sebesar 46.414 Ton atau sebesar 24,61 % dari total jumlah produksi yang ada di Kabupaten Muaro Jambi. Sedangkan produktivitasnya masih rendah sebesar 2.388 Kg/Ha atau sebesar

12,13 %. Rendahnya produktivitas disebabkan oleh luasnya lahan tanaman tidak menghasilkan (TTM) atau tanaman rusak (TR) di Kecamatan Sungai Bahar yaitu sebesar 11.930 Ha atau sebesar 99,05 % dari keseluruhan tanaman tidak menghasilkan (TTM) atau tanaman rusak (TR) yang ada di Kabupaten Muaro Jambi. Peningkatan produktivitas kelapa sawit di Kecamatan Sungai Bahar masih sangat mungkin dilakukan yakni melalui program peremajaan. Pertimbangan utama dilakukan peremajaan kelapa sawit adalah umur tanaman yang akan dan telah melampaui umur ekonomis yaitu sekitar 25 tahun, tanaman tua dengan produktivitas rendah atau dibawah 12 ton TBS/Ha/Tahun yang mengakibatkan keuntungan yang diperoleh oleh petani menurun, kesulitan panen dimana pada saat tanaman tua tinggi tanaman sudah menyulitkan pemanen sehingga efektivitas panen rendah, kerapatan tanaman dimana areal dengan kerapatan rendah tidak ekonomis untuk dikelola sehingga perlu diremajakan (Ginting et al., 2008). Menurut Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Muaro Jambi (2015) kelapa sawit di Kecamatan Sungai Bahar telah lama diusahakan dimulai pada tahun 1983 sehingga usia kelapa sawit sudah memasuki umur 33 tahun. Sesuai dengan daur umur teknis budidaya tanaman kelapa sawit yang harus mulai diremajakan setelah umur 25 tahun ke atas, maka kegiatan usaha perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Sungai Bahar telah tiba waktunya dilakukan peremajaan, bahkan sudah melewati batas waktu yang seharusnya, yang menyebabkan produksi kelapa sawit semakin menurun. Untuk lebih jelasnya mengenai tahun tanam, luas lahan, jumlah petani dan status desa yang sudah melakukan peremajaan di Kecamatan Sungai Bahar dapat dilihat pada berikut:

Tabel 4. Jumlah Kelompok Tani dan Petani, Tahun Tanam dan Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit di Kecamatan Sungai Bahar Menurut Desa Tahun 2015 Nama Desa Tahun Tanam Luas (Ha) Jumlah Petani Kelompok Tani Status Suka Makmur 83/84 494 247 12 Peremajaan Mekar Sari Makmur 84/85 486 247 12 Peremajaan Marga Mulya 84/85 990 500 24 Peremajaan Panca Mulya 86/87 1000 500 24 Belum Marga Manunggal Jaya 86/87 1000 500 20 Belum Rantau Harapan 86/87 768 384 15 Belum Bhakti Mulya 86/87 730 365 15 Belum Tanjung harapan 87/88 1060 530 24 Belum Berkah 87/88 842 421 15 Belum Bukit Makmur 92/93 1200 600 24 Belum Bukit Mas 93/94 1100 550 22 Belum Jumlah 9.670 4.844 207 Sumber: UPTD Kecamatan Sungai Bahar 2015 Tabel 4 menunjukkan bahwa petani kelapa sawit yang sudah melakukan peremajaan di Kecamatan Sungai Bahar masih tiga desa. Ketiga desa tersebut merupakan desa yang memiliki umur tanaman kelapa sawit yang paling tua dibandingkan desa lainnya dengan tahun tanam kelapa sawit pada tahun 83-85. Peremajaan dilakukan supaya produksi tanaman kelapa sawit meningkat didalam jangka panjang. Selain itu dilakukannya peremajaan adalah untuk mendapatkan komposisi tanaman yang ideal sehingga produksi rata-rata per hektar akan sama dengan produksi rata-rata tanaman yang diusahakan sepanjang siklus hidupnya (Yusuf et al., 2012). Secara ekonomi, program peremajaan kelapa sawit yang dilaksanakan membutuhkan biaya yang tidak sedikit, fakta ini merupakan titik berat petani dalam melakukan peremajaan. Masalah ekonomi dalam peremajaan adalah biaya yang akan dikeluarkan petani selama masa peremajaan, tanpa adanya masukan pendapatan dari kebun kelapa sawit seperti sebelumnya sementara petani harus

membiayai kebutuhan rumah tangganya. Banyaknya biaya yang dibutuhkan petani selama masa peremajaan baik untuk konsumsi rumah tangga maupun untuk biaya peremajaan sehingga jika dikaitkan dengan kemampuan ekonomi petani dalam melakukan peremajaan kelapa sawit sangatlah rendah. Mengingat kebutuhan rumah tangga yang terus meningkat sementara usahatani kelapa sawit masih tahap peremajaan maka diperlukan solusi bagi petani dalam pelaksanaan peremajaan. Hal ini menyebabkan munculnya pengambilan keputusan untuk mencurahkan waktu kerja lebih banyak ke dalam kegiatan on farm atau aktivitas kerja non farm. Perilaku pencurahan waktu kerja petani sangat dipengaruhi oleh karakteristik rumah tangga petani yang tergambar dari umur, pendidikan, jumlah anggota keluarga, tenaga kerja keluarga, dan pengalaman berusahatani. Untuk pendapatan on farm petani melakukan peremajaan dengan menggunakan teknik underplanting yaitu menanam tanaman baru diantara barisan tanaman tua sehingga petani tetap memiliki pendapatan dari kebun kelapa sawit. Dengan adanya penambahan pendapatan on farm, off farm maupun non farm yang dilakukan petani selama pelaksanaan peremajaan diharapkan kebutuhan rumah tangga petani tetap terpenuhi. Kemampuan untuk meremajakan kebun kelapa sawit sangat ditentukan oleh kemampuan modal yang dimiliki oleh petani kelapa sawit sehingga menjadi penting untuk diamati terkait dengan kajian ekonomi petani, terutama pada faktor yang mempengaruhi pola konsumsi rumah tangga dan kesiapan modal petani untuk melakukan peremajaan dalam menghadapi masa tunggu. Selain itu rendahnya perencanaan dan pengelolaan keuangan, menyebabkan tidak adanya pencadangan dana/modal yang diperlukan baik untuk peremajaan maupun

peningkatan produktivitas kebun. Adanya keterbatasan modal petani untuk melakukan peremajaan kebun kelapa sawit mengakibatkan rendahnya luas lahan kelapa sawit yang dapat diremajakan (Sipayung, T 2012). Berkaitan dengan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Kajian Kemampuan Ekonomi Petani dalam Pelaksanaan Peremajaan Kebun Kelapa Sawit di Kecamatan Sungai Bahar Kabupaten Muaro Jambi. 1.2 Perumusan Masalah Perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Sungai Bahar telah lama diusahakan sehingga memiliki umur yang sudah tua yang menyebabkan produksi kelapa sawit semakin menurun. Untuk meningkatkan produksi kelapa sawit diperlukan usaha-usaha yang nyata diantaranya melalui program peremajaan. Peremajaan kebun kelapa sawit yang dilakukan petani memerlukan waktu yang lama untuk mulai menghasilkan. Oleh sebab itu petani belum memperoleh pendapatan dari usahatani kelapa sawit sedangkan kebutuhan rumah tangga terus berlangsung sehingga ada kemungkinan ekonomi rumah tangga petani tidak mampu dalam melakukan peremajaan dan membiayai kebutuhan rumah tangganya. Sehingga petani meningkatkan pendapatan rumah tangga dari on farm, off farm maupun non farm. Masa tunggu merupakan masa dimana lahan perkebunan kelapa sawit yang sudah tua atau rusak telah diremajakan untuk ditanam dengan tanaman kelapa sawit yang baru sampai dengan tanaman perkebunan tersebut menghasilkan atau petani sudah mendapatkan penghasilan dari usaha tanaman kelapa sawit yang diremajakan. Selama masa tunggu petani tidak memperoleh pendapatan dari

kebun kelapa sawit seperti sebelumnya dari lahan yang diremajakan namun petani harus tetap melakukan pengeluaran terutama untuk memenuhi kebutuhan seharihari. Dalam hubungannya dengan faktor yang mempengaruhi pengeluaran rumah tangga, konsumsi akan semakin menurun dengan semakin kecilnya pendapatan yang diterima. Karena dengan berkurangnya pendapatan, pengeluaran konsumsi mengalami penurunan. Pola konsumsi selama ini yang cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya pendapatan petani pada saat masih produktif akan sulit untuk dirubah dalam waktu seketika. Sehingga penting dikaji terkait kemampuan petani dalam memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Pada tahap awal tanaman kelapa sawit mulai produksi, pengeluaran rumah tangga sebesar 68,02 % digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan selebihnya 31,98 % untuk kebutuhan non pangan (Taryono, 2010). Upaya untuk meningkatkan kemampuan pendapatan rumah tangga atau kemampuan ekonomi rumah tangga petani dapat dilakukan dengan meningkatakan pendapatan rumah tangga dari berbagai sumber pendapatan atau menekan biaya kebutuhan rumah tangga. Peningkatan pendapatan dapat dilakukan dengan pola tanaman sela kelapa sawit dengan meningkatkan produksi sela kelapa sawit dan pemanfaatan waktu luang untuk bekerja produktif. Penekanan atau penurunan biaya kebutuhan rumah tangga petani relatif sulit dilakukan karena kebutuhan rumah tangga belum dapat terpenuhi seluruhnya oleh petani terutama kebutuhan pangan, sandang dan papan sehingga apabila terjadi peningkatan pendapatan maka petani akan meningkatkan kualitas konsumsi pangan, sandang, papan dan juga kegiatan sosial lainnya dilingkungan sosial petani. Hal ini

mengakibatkan terbatasnya kemampuan petani dalam melakukan peremajaan kebun kelapa sawit. Berdasarkan latar belakang dan uraian diatas maka rumusan masalah yang diambil di daerah penelitian adalah: 1. Berapa besar tingkat pendapatan rumah tangga petani dari berbagai sumber pendapatan? 2. Berapa besar tingkat kemampuan ekonomi rumah tangga petani dalam membiayai kebutuhan rumah tangga dan peremajaan kebun kelapa sawit? 3. Bagaimana pengaruh faktor ekonomi rumah tangga petani terhadap luas lahan peremajaan kebun kelapa sawit? 1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, tujuan dari penelitian adalah: 1. Mengkaji besarnya pendapatan rumah tangga dari berbagai sumber pendapatan. 2. Mengkaji kemampuan ekonomi rumah tangga dalam membiayai kebutuhan rumah tangga dan peremajaan kebun kelapa sawit. 3. Mengkaji pengaruh faktor ekonomi rumah tangga petani terhadap luas lahan peremajaan kebun kelapa sawit. 1.3.2 Kegunaan Penelitian 1. Sebagai bahan masukan dan sumber informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan. 2. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Pertanian Universitas Jambi.

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan berikut: Berdasarkan hasil penelitian, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai 1. Besarnya pendapatan rumah tangga petani dari berbagai sumber pendapatan didaerah penelitian masih rendah. 2. Secara keseluruhan kemampuan ekonomi rumah tangga petani untuk membiayai kebutuhan rumah tangga dan peremajaan kebun kelapa sawit masih rendah. 3. Faktor yang berpengaruh nyata terhadap luas lahan yang diremajakan adalah kemampuan pendapatan rumah tangga, persediaan tenaga kerja dalam keluarga dan pengalaman bertani. Faktor yang berpengaruh nyata terhadap pengeluaran konsumsi rumah tangga adalah pendapatan kebun kelapa sawit, pendapatan non kebun dan jumlah tanggungan keluarga. Faktor yang berpengaruh nyata terhadap pembentukan modal peremajaan adalah pendidikan, pendapatan kebun lain, dan pendapatan non kebun.

5.2 Saran Saran dan tindak lanjut hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kepada para petani agar lebih giat dalam berusahatani dan memperhatikan teknik budidaya yang bagus terhadap kelapa sawit mulai dari pemilihan bibit, penanam, pemeliharaan, pemupukan, hingga pemanenan. Petani juga diharapkan mau dan mampu menerima inovasi, teknologi baru yang berkaitan dengan peningkatan produktivitas kelapa sawit. Selain itu petani perlu meningkatkan pendapatan dari sumber lain diluar usahatani. 2. Petani sebaiknya melakukan peminjaman modal untuk peremajaan agar mampu memenuhi kebutuhan hidup rumah tangga dan pelaksanaan peremajaan kebun kelapa sawit. 3. Perlunya perhatian pemerintah terhadap petani dengan memberikan penyuluhan kepada petani bagaimana teknik budidaya kelapa sawit yang baik, pemerintah juga perlu membantu dalam bentuk pendampingan, pinjaman modal, dan bantuan bibit unggul kepada petani kelapa sawit di Kecamatan Sungai Bahar.