BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif (qualitative approach). Pilihan terhadap pendekatan kualitatif ini karena penelitian dilakukan melalui proses menemukan, memahami, menjelaskan dan memperoleh gambaran tentang fenomena sosial dan fenomena publik yang berhubungan dengan inovasi pemerintahan daerah dalam menjalankan kewenangan mengatur dan mengurus urusan pendidikan di Kabupaten Gowa. Alasan penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini, juga salah satunya didasarkan pada penjelasan Lincoln dan Guba (1985:78) bahwa penelitian kualitatif atau naturalistic inquiry adalah suatu cara penelitian yang dimaksudkan untuk memahami aktualitas, realitas sosial, dan persepsi manusia yang ada. Mengacu pula pada pandangan menurut Nasution (1996:18) bahwa penelitian kualitatif atau penelitian naturalisitik dilakukan pada situasi lapangan penelitian yang bersifat natural atau wajar sebagaimana adanya, tanpa dimanipulasi dan diatur melalui suatu eksperimentasi. Penelitian naturalistik berusaha menyajikan peristiwa-peristiwa bagian kehidupan atau slice-of-life yang didokumentasikan melalui bahasa natural dan menyajikan sedekat mungkin bagaimana orang-orang menyatakan apa yang mereka ketahui, apa perhatian atau kepedulian, kepercayaan, persepsi dan pemahaman mereka. Sebagaimana Ezzy (2003:3) menjelaskan bahwa...meanings are constantly changing, and are produced and reproduced in each social situation with slightly different nuances and significances depending on the nature of the context as a whole. Penjelasan Ezzy (2002) tersebut menekankan 141
142 bahwa metode penelitian kualitatif lebih pada pemberian makna (meanings) dan pemberian interpretasi (interpretation) terhadap obyek yang diteliti. Jadi penelitian kualitatif penekanannya terletak pada pemaknaan obyek masalah secara khusus. Dalam konteks penelitian ini, proses pemaknaan (meanings) dan interpretasi (interpretation) dilakukan terhadap inovasi dalam penyelenggaraan urusan pendidikan di Kabupaten Gowa. 4.2. Fokus Penelitian Fokus penelitian pada jenis penelitian kualitatif berkaitan erat dengan perumusan masalah, karena masalah penelitian menjadi acuan dalam menentukan fokus penelitian. Namun demikian, fokus penelitian dapat saja berkembang sesuai dengan situasi masalah penelitian di lapangan. Hal ini sesuai dengan sifat pendekatan kualitatif yang fleksibel, yang mengikuti pola pikiran yang bersifat empirical inductive, di mana segala sesuatu dalam penelitian ditentukan dari hasil akhir pengumpulan data yang sebenarnya dilapangan. Menurut Moleong (2005:237), melalui penetapan fokus suatu penelitian, ada dua hal yang dicapai oleh peneliti, yaitu: (1) membatasi studi dengan maksud untuk bisa membatasi bidang penelitian (enquiry); (2) peneliti mengetahui secara pasti bahwa data yang dikumpulkan adalah relevan dan mendukung fokus penelitian. Berdasarkan masalah dan tujuan penelitian yang telah dirumuskan, maka ditentukan tiga fokus penelitian sebagai berikut: 1. Proses inovasi pemerintahan daerah dalam penyelenggaraan urusan pendidikan di Kabupaten Gowa. Fokus ini terdiri atas tiga sub fokus meliputi: a. Proses inovasi pada tiga tingkatan birokrasi pemerintahan, yakni (1) inovasi pada tingkatan kebijakan; (2) inovasi pada tingkatan manajerial;
143 dan (3) inovasi pada tingkatan operasional penyelenggaraan urusan pendidikan. b. Tipologi inovasi dan derajat inovasi yang dikembangkan dalam penyelenggaraan urusan pendidikan.. c. Kapasitas inovasi (capacity innovation) yakni kapasitas yang dimiliki pemerintahan daerah Kabupaten Gowa dalam penyelenggaraan urusan pendidikan. 2. Faktor-faktor yang dapat menjadi pendukung proses inovasi yang meliputi kekuatan dan peluang yang dimiliki, sementara faktor-faktor yang dapat menghambat meliputi tantangan dan kelemahan dalam inovasi penyelenggaraan urusan pendidikan di Kabupaten Gowa. 3. Pembentukan model inovasi pemerintahan daerah yang efektif dalam penyelenggaraan urusan pendidikan, yang didasarkan pada fakta data empiris dan meliputi: (a) model inovasi yang berlaku saat ini (existing model); dan (b) model yang akan diusulkan (proposed model) tentang inovasi yang efektif dalam penyelenggaraan urusan pendidikan di Kabupaten Gowa. Dalam memudahkan dalam operasionalisasi fokus penelitian, maka ditentukanlah deskripsi masing-masing fokus penelitian sebagai berikut: Tabel 14. Deskripsi Fokus Penelitian No. Fokus penelitian Deskripsi fokus penelitian
144 1. Proses inovasi pemerintahan daerah dalam penyelenggaraan urusan pendidikan. a. Apa saja tipologi inovasi dalam penyelenggaraan urusan pendidikan dan bagaimana derajat inovasi yang dikembangkan dalam penyelenggaraan urusan pendidikan. b. Bagaimana proses inovasi berlangsung pada tingkatan birokrasi pemerintahan, yakni (1) proses inovasi pada tingkatan kebijakan (eksekutif); (2) proses inovasi pada tingkatan manajerial (organisasional); dan (3) proses inovasi pada tingkatan operasional penyelenggaraan urusan pendidikan. No. Fokus Penelitian Deskripsi Fokus Penelitian 2. Faktor faktor yang merupakan pendukung (kekuatan dan peluang), dan penghambat (tantangan dan kekurangan) proses inovasi penyelenggaraan urusan pendidikan. c. Bagaimana kapasitas inovasi pemerintahan Kabupaten Gowa dalam melaksanakan urusan pendidikan. a. Faktor apa saja yang menjadi kekuatan yang dimiliki dalam melaksanakan urusan pendidikan. b. Faktor apa saja yang menjadi peluang yang dimiliki dalam melaksanakan urusan pendidikan. c. Faktor apa saja yang menjadi tantangan yang dihadapi dalam melaksanakan urusan pendidikan. d. Faktor apa saja yang menjadi kelemahan yang dimiliki dalam melaksanakan urusan pendidikan. 3. Model inovasi pemerintahan daerah yang efektif dalam penyelenggaraan urusan pendidikan di Kabupaten Gowa. a. Model inovasi pemerintahan daerah dalam melaksanakan urusan pendidikan yang berlangsung saat ini (existing model). b. Model yang akan diusulkan (proposed model) tentang inovasi penyelenggaraan urusan pendidikan yang efektif di Kabupaten Gowa. 4.3. Lokasi dan Situs Penelitian Menurut Moleong (2005:128), bahwa cara terbaik yang perlu ditempuh dalam penentuan lapangan penelitian ialah dengan jalan mempertahankan teori substantif, pergilah dan jajakilah lapangan untuk melihat apakah terdapat kesesuaian dengan kenyataan yang ada di lapangan. Keterbatasan geografis dan praktis seperti waktu, biaya, tenaga, perlu juga dijadikan pertimbangan dalam penentuan lokasi penelitian.
145 Berdasarkan pandangan tersebut, maka penelitian ini mengambil lokasi di daerah Kabupaten Gowa dan situs penelitiannya di semua institusi pemerintahan daerah dan non pemerintahan daerah yang ada kaitannya dengan program inovasi pemerintah daerah dalam urusan pendidikan. Penentuan lokasi dan situs penelitian dilakukan secara purpossive, dengan alasan-alasan sebagai berikut: a) Kabupaten Gowa termasuk salah satu daerah otonom yang cukup matang dan memiliki pengalaman dalam beberapa fase pemerintahan karena telah berdiri secara administratif sejak tahun 1957. b) Kabupaten Gowa adalah salah satu daerah otonom yang pernah menjadi daerah percontohan dalam penerapan otonomi daerah di era UU No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah. c) Kabupaten Gowa memiliki letak geografis dan administratif yang sangat strategis, yang menjadi daerah penyangga bagi kemajuan daerah Kota Makassar sebagai centre of point bagi penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di Indonesia bagian Timur. d) Di Kabupaten Gowa terdapat adanya fakta empiris tentang pengembangan program inovasi dalam penyelenggaran urusan pendidikan yang belum diterapkan di daerah lain. 4.4. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan pada penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Menurut Lincoln dan Guba (1985:187) dan Moleong (2005:157) bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan-tindakan, dapat juga berupa data tambahan seperti dokumen, arsip laporan dan lain-lain. Untuk itu, jenis dan sumber data dalam penelitian ini ditentukan dengan perincian sebagai berikut:
146 a. Data primer bersumber dari informan kunci (key informan), yaitu informan awal yang dipilih secara sengaja dan bertujuan (purposive sampling) dan informan sekunder yang ditentukan dengan teknik sampel bola salju (snowball sampling). b. Data sekunder besumber dari sejumlah dokumentasi yang tersedia, yaitu sumber data yang bersifat melengkapi data utama yang relevan dengan masalah dan fokus penelitian. 4.5. Informan Penelitian Menurut Bungin (2007:76) yang dapat menjadi informan penelitian adalah subyek yang memahami informasi obyek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami obyek dan fokus penelitian. Kemudian informan penelitian ditentukan melalui dua cara, yaitu: (1) key person atau purposive sampling, yakni melalui penunjukkan informan kunci secara sengaja karena menganggap orang tersebut telah memahami informasi obyek yang diteliti; dan (2) penunjukkan informan dengan snowball sampling; yakni menentukan beberapa orang yang dianggap dapat memberikan informasi-informasi tambahan yang memperkuat data tentang obyek yang diteliti. Demi mendapatkan informasi yang lengkap dan utuh tentang situasi obyek penelitian, terutama informasi dan keterangan yang relevan dengan fokus penelitian, maka informan penelitian ditentukan sebagai berikut: a. Informan dari unsur pemerintahan daerah Kabupaten Gowa, yakni: Kepala Daerah, Kepala Dinas Pendidikan, Ketua/Anggota Komisi Bidang Pendidikan DPRD, dan beberapa staf pegawai pada Dinas Pendidikan Kabupaten Gowa.
147 b. Informan dari non pemerintahan daerah Kabupaten Maros, yakni: masingmasing satu Kepala Sekolah pada setiap jenjang pendidikan; masingmasing satu Ketua Komite Sekolah; satu Ketua/Anggota Dewan Pendidikan Kabupaten Gowa, dan beberapa orang tua murid/siswa. 4.6. Proses Pengumpulan Data Dalam memperoleh data yang akurat, aktual dan komprehensif sesuai dengan permasalahan dan fokus penelitian, maka dalam proses pengumpulan data peneliti menggunakan teknik sebagai berikut : 1. Wawancara mendalam (in-depth interviews); teknik ini akan digunakan terutama memperdalam data-data yang terkait langsung dengan penelitian. Cara ini ditempuh untuk mengetahui secara langsung yang dimaksud oleh subjek maupun objek dalam bentuk percakapan antara dua pihak secara komunikatif dan pada informan tertentu dalam bentuk wawancara investigatif dan tidak terstruktur. Dengan demikian keterangan yang diterima oleh peneliti dari informan berbentuk keterangan lisan yang dapat menyingkap nilai-nilai yang tersembunyi (hidden value) dan memperoleh informasi yang berkualitas (valid dan reliable). 2. Observasi dan pengamatan langsung, merupakan kegiatan yang akan dilakukan oleh peneliti dengan melakukan pengamatan fenomena secara langsung, yang berhubungan dengan sasaran yang diamati. Guna memperoleh data yang aktual dan akurat dari sumber data, maka hanya membatasi pada masalah penelitian. 3. Dokumentasi adalah pengumpulan data dan informasi yang bersumber dari bahan yang tertulis, catatan suatu peristiwa atau record yang diperoleh
148 pada saat melakukan penelitian. Data-data sekunder ini akan diperoleh dari berbagai sumber yang terkait dengan masalah yang diteliti. 4.7. Instrumen Penelitian Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena, peneliti itu sendiri diasumsikan memiliki validitas yaitu kesiapan untuk terjun di lapangan dan penguasaan terhadap metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, dan kesiapan peneliti memasuki obyek penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya (Sugiyono, 2007:59). Peneliti sebagai instrumen utama dalam penelitian kualitatif karena penelitilah yang memiliki kemampuan untuk menangkap makna yang tersirat dibalik informasi dan fenomena sosial yang ditemui di lapangan. Tidak ada suatu instrumen berupa test atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi kecuali manusia. Seperti dikatakan oleh Lincoln dan Guba (1985:39), bahwa para naturalis menggunakan dirinya dan orang lain sebagai instrumen pengumpulan data utama. Alasan peneliti sendiri sebagai instrumen utama, karena antara lain: (1) manusia memiliki kemampuan beradaptasi menghadapi dan menyesuaikan dengan realitas; (2) instrumen manusia dapat menangkap dan mengevaluasi makna interaksi yang berbeda; (3) manusia dapat mengapresiasi dan menilai gangguan instrumen yang mengintervensi dalam saling terbentuknya alasanalasan lain; (4) semua instrumen berbasis nilai (value based) dan berinteraksi dengan nilai-nilai lokal tetapi hanyalah manusia dalam suatu posisi untuk mengidentifikasi dan mempertimbangkan bias-bias yang dihasilkan.
149 4.8. Teknis Analisis Data Dalam penelitian ini data dianalisis secara deskriptif. Penelitian secara deskriptif analisis dimaksudkan untuk mendiskripsikan data penelitian sesuai dengan fokus-fokus yang diteliti, tanpa melakukan pengujian hubungan antar variabel melalui pengujian hipotesis, karena dalam penelitian ini penulis tidak membuat hipotesis. Disamping melakukan analisis hasil penelitian diterjemahkan dan diuraikan secara kualitatif sehingga diperoleh gambaran mengenai situasisituasi atau peristiwa-peristiwa yang terjadi di lapangan. Terkait dengan kebutuhan analisis data penelitian digunakan teknik analisis data Model Spiral yang dipopulerkan oleh Creswell (2007:152), sebagaimana tampak pada Gambar 10 berikut ini. ssu Gambar 10. Teknik Analisis Data Model Spiral Sumber: John W. Creswell (2007:152)
150 Penggunaan Model Spiral dalam melakukan teknik analisis data seperti pada Gambar 10 dapat dijelaskan dalam beberapa tahapan. Pada tahapan awal dilakukan pengumpulan data (data collection), baik data primer dan sekunder maupun data yang dalam bentuk teks dan gambar. Pada tahapan kedua, dilakukan proses membaca (reading) dan membuat catatan-catatan (memoing) sebagai refleksi dari sejumlah jawaban atas pertanyaan penelitian. Pada tahapan ketiga dilakukan deskripsi atas data yang telah dicatat, mengklasifikasi, dan menginterpretasi semua data berdasarkan konteks dan kategori. Tahapan terakhir, melakukan representasi dan visualisasi dengan membuat kesimpulankesimpulan yang dapat dibuat dalam bentuk matriks, diagram pohon, dan selanjutnya menyusun proposisi-proposisi dari hasil penelitian. 4.9. Uji Keabsahan Data Menurut Lincoln dan Guba (1985:300), Nasution (1988:105), dan Moleong (2005:324) bahwa untuk menetapkan keabsahan (trustworthiness) data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu yang meliputi derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), ketergantungan (dependebility) dan kepastian (confirmability). 1) Uji kredibilitas (credibility) atau validitas internal, yaitu uji kepercayaan data hasil penelitian dengan melakukan, antara lain: a. Perpanjangan pengamatan (masa observasi), yakni cara yang menggunakan banyak waktu untuk benar-benar mengenal suatu lingkungan, mengadakan hubungan baik dengan orang-orang yang berada dilokasi penelitian, mengenal budaya setempat dan mengecek kebenaran berbagai informasi yang diperoleh. Perpanjangan masa
151 observasi ini dimaksudkan untuk menambah waktu penelitian demi mengantisipasi bila kemudian terdapat data yang kurang lengkap, mengingat situs penelitian yang berada pada berbagai tempat. Oleh karena itu demi efektivitas penggunaan waktu, maka dilakukan pembagian waktu untuk masing-masing situs penelitian. b. Peningkatan ketekunan dalam penelitian, yakni pengamatan yang dilakukan secara terus-menerus dengan memperhatikan sesuatu secara lebih cermat, terinci dan mendalam. Hal ini dilakukan dengan mengevaluasi data yang telah diperoleh setiap saat guna mengetahui data apa saja yang telah diperoleh dan data mana saja yang dirasa masih kurang. Data yang telah lengkap diarsip dan dibukukan (dicatat) secara baik sedangkan yang belum lengkap dilakukan penelusuran ulang sesuai teknik pengumpulan datanya dan dilakukan pada tempat atau situs sumber data diperoleh. c. Triangulasi, yakni bertujuan untuk mengecek kebenaran data tertentu dengan membandingkannya dengan data yang diperoleh dari sumber lain, pada berbagai fase penelitian di lapangan, pada waktu yang berlainan dan dengan menggunakan metode yang berlainan pula. Terdapat tiga pola triangulasi yaitu perbandingan terhadap data, sumber data, dan teknik pengumpulan data. Prosedur triangulasi ini sangat menyita waktu, tetapi disamping menguatkan validitas juga memberikan kedalaman hasil penelitian. Triangulasi data dilakukan dengan cara mencocokkan data atau memastikan kebenaran data tersebut dari informan ke informan lainnya. d. Mengadakan member check, yakni proses yang dilakukan di akhir wawancara. Mengecek ulang secara garis besar berbagai hal yang telah
152 disampaikan oleh informan berdasarkan catatan dan rekaman peneliti. Hal ini dimaksudkan agar informasi dan data yang digunakan dalam pembahasan penelitian sesuai dengan apa yang dimaksudkan oleh informan. Proses member check dilakukan dengan memberikan check list data kepada sumber data (informan) dan menanyakan kembali apakah data yang telah diperoleh dan digunakan sesuai dengan informasi yang telah diberikan oleh sumber data. 2) Uji validitas eksternal (transferability), yaitu menunjukkan derajat ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke populasi di mana sampel tersebut diambil. Pada tahapan ini, peneliti membuat laporan yang terurai secara rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya. Gunanya agar orang lain dapat memahami dan menerapkan hasil penelitian tersebut dalam konteks dan situasi sosial yang lain. Dalam rangka mendapatkan derajat validitas eksternal maka data didasarkan pada konteks empiris latar penelitian yaitu perspektif emic yang diterima oleh peneliti dan etic yakni perspektif yang merupakan hasil interpretasi peneliti. Dalam validitas eksternal ini juga dilakukan dengan membandingkan beberapa hasil penelitian terdahulu yang memiliki kemiripan permasalahan yang diteliti. 3) Uji reliabilitas (dependability), yaitu suatu penelitian dikatakan reliabel jika orang lain dapat mengulangi atau mereplikasi proses penilaian tersebut. Pada uji dependability ini, peneliti harus mampu menunjukkan jejak aktivitas lapangannya mulai dari proses menentukan masalah/fokus penelitian, memasuki lokasi, sumber data, analisis data, uji keabsahan data, sampai pada proses membuat kesimpulan. Kemudian untuk memastikan apakah hasil penelitian benar atau salah, peneliti akan senantiasa berkonsultasi dan mendiskusikan dengan pembimbing secara bertahap. Hal-hal yang
153 dikonsultasikan berupa proses peneletian itu sendiri, taraf kebenaran data serta penafsirannya. Untuk hal ini, peneliti menyediakan sejumlah data mentah, hasil analisis data dan catatan tentang proses yang digunakan. 4) Uji obyektivitas (confirmability), yaitu suatu penelitian dikatakan obyektif jika hasilnya telah disepakati banyak orang. Menguji confirmability berarti menguji hasil penelitian dikaitkan dengan proses penelitian. Derajat obyektivitas penelitian dapat dicapai melalui audit atau pemerikasaan secara cermat terhadap seluruh komponen dan proses penelitian serta hasilnya. Pemeriksaan dilakukan dan didampingi oleh pembimbing terutama yang menyangkut kepastian asal usul data, logika penarikan data, dan penilaian terhadap derajat ketelitian serta telaah terhadap kegiatan peneliti dalam menguji keabsahan data.