BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu periode tertentu. Menurut Sugiyarso dan Winarni (2005:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. banyak bagi kesejahteraan pemilik, karyawan, serta meningkatkan mutu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelangsungan hidup perusahaan. Keberhasilan suatu perusahaan tidak hanya

BAB II LANDASAN TEORI

Analisis Laporan Keuangan PT. UNILEVER Indonesia, Tbk Periode Tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam praktiknya laporan keuangan oleh perusahaan dibuat dan disusun sesuai dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2. TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio akan

BAB 2 LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan tata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat

BAB II LANDASAN TEORI. Pada Umumnya Laporan Keuangan terdiri dari 4 laporan penting, yaitu: neraca,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan, apalagi pada perusahaan yang sedang tumbuh senantiasa. berhadapan dengan persoalan penambahan modal yang tujuannya

BAB II LANDASAN TEORI. Manajemen keuangan adalah aktivitas pemilik dan manajemen perusahaan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengukur likuiditas atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. (yang lebih baik) mengenai prospek perusahaan daripada yang dimiliki investor.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 9 KEWAJIBAN. Setiap perusahaan umumnya memiliki kewajiban atau yang biasa disebut dengan utang yang harus diselesaikan atau dibayar oleh

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Setiap perusahaan memiliki tujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Teori. 1. Return on Assets (ROA) a. Pengertian Return on Assets (ROA)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan. Modal kerja merupakan kekayaan atau aset yang diperlukan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. luas sebagai hak atau klaim terhadap pihak lain atas uang, barang dan jasa.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Keuangan 2.2. Laporan Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. LANDASAN TEORI. dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Menurut Brigham dan Houston,

BAB II LANDASAN TEORI. pihak manajemen perusahaan yang bersangkutan. Laporan keuangan. pengertian laporan keuangan dari beberapa para ahli :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Laporan Keuangan

BAB II LANDASAN TEORI

DR. Dudi Rudianto, SE, MSi. Jl. Raya Ekonomi B/16 Komp. YPKP Bandung (022) / Fax (022)

Bab 9 Teori Rasio Keuangan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan pemohon kredit (Firdaus 2009:184). Pengambilan keputusan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kebijakan struktur modal melibatkan pertimbangan trade-off antara risiko

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membayar upah buruh dan gaji pegawai serta biaya-biaya lainnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio hutang disebut juga dengan rasio leverage. Rasio leverage

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. bahwa Modal kerja adalah investasi sebuah perusahaan pada aktiva-aktiva jangka

LAPORAN KEUANGNAN DAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN. Febriyanto, S.E., M.M.

Bab 3 Analisis Rasio Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan, serta penginterpretasian atas hasilnya sehingga dapat digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang undang (yang dapat

BAB III PEMBAHASAN. Menurut Veithzal et al (2012:616), laporan keuangan adalah laporan periodik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akan meningkatkan daya saing antar perusahaan. Perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.6 Latar Belakang Masalah. Investasi merupakan kegiatan yang sangat dianjurkan, karena dengan

RASIO LAPORAN KEUANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

lokal. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi, dalam hubungannya dengan leverage, sebaiknya menggunakan ekuitas sebagai

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TIN JAUAN PUSTAKA. Laporan keuangan dapat dengan jelas memperlihatkan gambaran kondisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Menurut Harjito dan Martono (2011:4) menyatakan:

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, umumnya suatu perusahaan memerlukan dana

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. investasi (Kasmir, 2012:114). Profitabilitas adalah kemampuaan perusahaan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II URAIAN TEORITIS. minuman yang tercatat di Bursa Efek Jakarta. Pengambilan sampel dan purposive

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau jangka waktu tertentu. Adapun tujuan dari laporan keuangan yaitu: perusahaan dalam menghasilkan laba.

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. keuangan, diperlukan kemampuan untuk membaca, menganalisa, dan menafsirkan

III. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Sedangkan Sartono. Setiap perusahaan selalu berusaha untuk meningkatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lancarnya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seperti misalnya untuk memberi uang muka pada pembelian bahan baku atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

Manajemen Keuangan LAPORAN KEUANGAN. Bentuk Bentuk Laporan Keuangan. Idik Sodikin,SE,MBA,MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

II. LANDASAN TEORI. laba ditahan (retained earnings) yang ditahan sebagai cadangan bagi perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. maksimal seperti yang telah ditargetkan, perusahaan dapat berbuat banyak bagi

MODUL ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS RASIO LIKUIDITAS, SOLVABILITAS, DAN PROFITABILITAS PADA LAPORAN KEUANGAN PT. SIANTAR TOP (PERSERO) TBK. : Sovia Yohana Lumban : 1A214419

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Economic Value Added (EVA)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Profitabilitas 2.1.1. Pengertian Profitabilitas Profitabilitas sebagai kemampuan suatu perusahaan untuk memperoleh laba dengan total aktiva, penjualan, maupun hutang jangka panjang dalam satu periode tertentu. Menurut Sugiyarso dan Winarni (2005: 118) profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dengan penjualan total aktiva maupun modal sendiri Definisi lain mengenai profitabilitas menurut Sartono (2001: 89) berpendapat: Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan total aktiva maupun modal sendiri. Berdasarkan dari definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk memperoleh laba yang merupakan hasil akhir bersih dari kebijakan dan keputusan yang diambil perusahaan dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan efektifitas manajemen. Analisis profitabilitas sangat penting bagi semua pengguna khususnya investor ekuitas dan kreditor untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba, baik dalam hubungannya dengan penjualan, modal sendiri, maupun assets. Jadi hasil profitabilitas sebagai acuan tentang efektivitas kinerja manajemen berdasarkan keuntungan yang diperoleh dengan hasil penjualan dan investasi. 18

2.1.2. Rasio Profitabilitas Dasar penilaian profitabilitas yaitu laporan keuangan yang terdiri dari laporan neraca dan rugi-laba perusahaan. Hasil analisis sejumlah rasio akan ditemukan dari kedua laporan keuangan tersebut. Rasio ini digunakan untuk menilai beberapa aspek tertentu dari operasi perusahaan. Rasio profitabilitas adalah rasio yang menghubungkan laba dari penjualan dan investasi. Kasmir (2008: 196) rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Sedangkan Horne dan Wachowicz (1997: 147) mengatakan rasio profitabilitas menghubungkan laba dengan penjualan dan laba dengan investasi yang secara bersama-sama keduanya menunjukkan efektifitas keseluruhan operasi perusahaan. Rasio profitabilitas merupakan perbandingan antara laba dengan aktiva atau presentase. Lebih lanjut karena pengertian profitabilitas sering digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal didalam perusahaan, maka rentabilitas ekonomis sering pula dimaksudkan sebagai kemampuan perusahaan dengan seluruh modal yang bekerja didalamnya untuk menghasilkan laba. Laba yang diraih dari kegiatan yang dilakukan merupakan cerminan sebuah kinerja perusahaan dalam menjalankan usahanya. Menjaga tingkat profitabilitas merupakan hal yang penting bagi perusahaan karena profitabilitas yang tinggi merupakan tujuan setiap 19

perusahaan yang menunjukkan peningkatan kinerja keuangan perusahaan yang efisien. Menurut Jhon dan Horne (2005: 222) menyatakan bahwa : Rasio Profitabilitas terdiri atas dua jenis rasio yang menunjukkan profitabilitas dalam kaitannya dengan penjualan dan rasio yang menunjukkan profitabilitas dalam kaitannya dengan investasi. Bersama-sama, rasio-rasio ini akan menunjukkan efektivitas operasional keseluruhan perusahaan. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa rasio profitabilitas adalah rasio yang menunjukkan hasil akhir dari sejumlah kebijaksanaan dan keputusan perusahaan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Intinya adalah rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan (Kasmir, 2008: 196). 2.1.3. Jenis-jenis Rasio Profitabilitas Menurut Kasmir (2008: 198) sesuai dengan tujuan yang dicapai, terdapat beberapa jenis rasio profitabilitas yang dapat digunakan. a. Profit Margin ( Profit Margin on Sales) b. Return on Investment (ROI) c. Return on Equity (ROE) d. Laba perlembar saham Untuk jelasnya dalam mengukur rasio profitabilitas dapat dijelaskan sebagai berikut : 20

a. Profit Margin ( Profit Margin on Sales) Profit Margin (Profit Margin on Sales) atau Ratio Profit Margin atau margin laba atas penjualan merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur margin laba atas penjualan. Cara penggunaan rasio ini adalah dengan membandingkan laba bersih dengan penjualan bersih, rasio ini juga dikenal dengan profit margin. Untuk margin laba kotor dapat dihitung dengan rumus : Penjualan Bersih Harga Pokok Penjualan Profit Margin = x 100 % Sales =.. % Margin laba kotor menunjukkan laba yang relatif terhadap perusahaan dengan cara penjualan bersih dikurangi harga pokok penjualan. Rasio ini merupakan cara untuk penetapan harga pokok penjualan. Untuk margin laba bersih dapat dihitung dengan rumus : Earning after Interst and Tax (EAIT) Net Profit Margin = x 100 % Sales =.. % Margin laba bersih merupakan ukuran keuntungan dengan membandingkan antara laba setelah bunga dan pajak dibandingkan dengan penjualan. Rasio laba bersih (net profit margin) digunakan untuk mengukur besarnya laba bersih ataupun keuntungan bersih yang dicapai perusahaan 21

dari sejumlah penjualan tertentu. Menurut Hanafi dan Halim (2007: 83) rasio ini diinterpretasikan juga sebagai kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya (ukuran efisiensi) di perusahaan pada periode tertentu. Menurut Bastian dan Suhardjono (2006: 48), net profit margin adalah perbandingan antara laba bersih dengan penjualan. Rasio ini sangat penting bagi manajer operasi karena mencerminkan strategi penetapan harga penjualan yang diterapkan perusahaan dan kemampuannya untuk mengendalikan beban usaha. Semakin besar NPM, maka kinerja perusahaan dapat dinilai semakin produktif, sehingga dapat menarik investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut karena manajemen perusahaan tersebut dinilai mampu menjalankan perusahaan dengan baik sehingga dapat menyisakan margin tertentu sebagai kompensasi bagi pemilik yang telah menyediakan modalnya untuk suatu resiko. Rumus untuk menghitung NPM adalah sebagai berikut : Net Profit Margin (NPM ) = 100% =.. % b. Return on Assets (ROA) Hasil pengembalian investasi atau yang lebih dikenal dengan nama Return on Assets (ROA) merupakan rasio yang menunjukkan hasil atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. Return on Assets (ROA) juga merupakan suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam 22

mengelola investasinya. Rumus untuk mencari Return on Assets (ROA) adalah : Earning After Interest and Tax Return on Investment (ROI) = x 100 % Total Assets =.. % Return On Asset merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan untuk memperoleh keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia. Menurut Hanafi dan Halim (2007: 84) rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset yang tertentu. ROA sering juga disebut ROI atau Return on Investment. ROA dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Return On Assets ( ROA) = 100% =.. % Dalam perusahaan, perhitungan ROA adalah semakin tinggi rasio ini, semakin baik keadaan suatu perusahaan. Return on asset atau return on investment menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan. Rata-rata ROA untuk industri adalah 9 % (Brigham dan Houston, 2001: 90). ROA yang tinggi menunjukkan efisiensi manajemen asset/aktiva. Rendahnya rasio ini diakibatkan oleh (a) rendahnya basic earning power (BEP) perusahaan, (b) tingginya biaya bunga karena penggunaan kewajiban di atas rata-rata yang menyebabkan laba bersih relatif rendah. 23

c. Return on Equity (ROE) Hasil pengembalian ekuitas atau Return on Equity (ROE) atau rentabilitas modal sendiri merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri semakin tinggi rasio ini semakin baik. Artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya. Rumus untuk mencari Return on Equity (ROE) adalah : Earning After Interest and Tax Return on Equity (ROE) = x 100 % Equity =.. % Profitabilitas modal sendiri atau sering disebut dengan rentabilitas usaha atau return on equity (ROE) adalah perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal sendiri di satu pihak dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut di lain pihak atau dengan kata lain profitabilitas modal sendiri adalah kemampuan suatu perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan keuntungan. Menurut Hanafi dan Halim (2007: 84) angka yang tinggi untuk ROE menunjukkan tingkat profitabilitas yang tinggi. Rasio ROE tidak memperhitungkan dividen maupun capital gain untuk pemegang saham. Karena rasio ini bukan pengukur return yang diterima pemegang saham yang sebenarnya. Menurut Husnan dan Pudjiastuti (1998: 74) 24

Return On Invesment menunjukkan seberapa banyak laba yang bisa diperoleh dari seluruh kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan. ROE dipengaruhi oleh ROA dan tingkat penggunaan utang. Rasio ini juga dipengaruhi oleh besar kecilnya utang perusahaan, apabila proporsi utang semakin besar maka rasio ini juga akan semakin besar. Rasio atau pedoman yang baik adalah antara 20% - 40%. ROE dapat dihitung dengan menggunakan rumus : Return On Equity (ROE) = 100 % =.. % Dengan memahami ROE secara mendalam, kita akan menemukan tiga hal penting diantaranya : 1). Kemampuan perusahaan menghasilkan laba (profitability) 2). Efisiensi perusahaan dalam mengelola aset (assets management) 3). Hutang yang dipakai dalam melakukan usaha (financial leverage) d. Laba perlembar saham Rasio laba per lembar saham atau disebut juga dengan rasio nilai buku merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemegang saham. Rasio yang rendah berarti manajemen belum berhasil untuk memuaskan pemegang saham, sebaliknya dengan rasio yang tinggi, kesejahteraan pemegang saham meningkat. Dengan pengertian lain tingkat pengembalian yang tinggi. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus : 25

Laba Saham Biasa Laba Per Lembar Saham = x 100 % Saham Biasa Yang Beredar 2.2. Hutang 2.2.1. Definisi Hutang =.. % Menurut Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 Pasal 1 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Utang adalah kewajiban yang dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam jumlah uang baik dalam mata uang Indonesia maupun mata uang asing, baik secara langsung maupun yang akan timbul dikemudian hari atau kontinjen, yang timbul karena perjanjian atau Undang-undang dan yang wajib dipenuhi oleh Debitor dan bila tidak dipenuhi memberi hak kepada Kreditor untuk mendapat pemenuhannya dari harta kekayaan Debitor. Dengan kata lain hutang adalah seluruh kewajiban perusahaan kepada pihak lain yang pelunasannya baru akan dilakukan di masa yang akan datang. Dengan kata lain, hutang adalah kemungkinan pengorbanan masa depan atas manfaat ekonomi yang muncul dari kewajiban saat ini entitas tertentu untuk mentransfer aktiva atau menyediakan jasa kepada entitas lainnya di masa depan sebagai hasil dari transaksi kejadian masa lalu. Berdasarkan definisi definisi tersebut di atas, hutang memiliki karakteristik sebagai berikut : 26

1. Hutang adalah kewajiban sekarang yang memerlukan penyelesaian dengan kemungkinan transfer masa depan atau penggunaan kas, barang, atau jasa 2. Hutang merupakan suatu kewajiban yang tidak dapat dihindari 3. Adanya transaksi atau kejadian lainnya yang menciptakan kewajiban itu harus telah terjadi 4. Uang, barang atau jasa merupakan barang yang digunakan dalam pelunasan hutang 5. Nilai kewajiban dinyatakan dalam bentuk kesatuan uang 6. Pihak yang berutang dan yang berpiutang saling menentukan kewajiban. Masyarakat Indonesia pada masa sekarang ini juga sering menyebutkan utang piutang sebagai kredit. Antara piutang dan kredit tidak jauh berbeda dalam pemaknaannya. Istilah kredit lebih banyak digunakan oleh masyarakat pada transaksi perbankan dan pembelian yang tidak dibayar secara tunai, sedangkan istilah utang-piutang biasanya ditemukan dalam konteks tranksaksi pinjam-meminjam. 2.2.2. Pembagian Hutang Karena hutang melibatkan pengeluaran aktiva atau jasa di masa depan, maka salah satu karakteristik yang paling penting dari hutang adalah tanggal dimana hutang harus dibayarkan. Hutang yang jatuh tempo saat ini harus diselesaikan secara tepat waktu dan dalam kegiatan bisnis yang biasa jika operasi akan dilanjutkan. Hutang dengan tanggal jatuh tempo yang lebih lama bukan, sebagai pedoman, merupakan klaim atas sumber daya 27

perusahaan saat ini. Oleh karena itu, berada dalam kategori yang sedikit berbeda. Karakteristik ini menimbulkan pembagian dasar hutang menjadi hutang jangka pendek (lancar) dan hutang jangka panjang. 1. Hutang Jangka Pendek (Hutang Lancar) Hutang lancar adalah kewajiban atau utang perusahaan yang likuiditasnya diperkirakan secara layak, memerlukan penggunaan sumber daya yang ada yang diklasifikasikan sebagai aktiva lancar, ataupun penciptaan hutang lancar lainnya. Hutang lancar juga disebut juga utang jangka pendek karena jangka waktu maksimalnya adalah 1 (satu) tahun. Hutang jangka pendek merupakan sumber pendanaan bagi kepentingan jangka pendek perusahaan yang memiliki jangka waktu penyelesaian relatif pendek. Utang dikelompokkan menjadi dua, yaitu : utang jangka pendek dan utang jangka panjang. Pengelompokan utang didasarkan pada jangka waktu pembayaran utang. Namun siklus usaha perusahaan berbeda-beda, batasan yang digunakan dapat berubah (Baridwan, 2000: 58) : Suatu kewajiban akan dikelompokkan sebagai utang jangka pendek apabila pelunasannya akan dilakukan dengan menggunakan sumber-sumber aktiva lancar atau dengan menimbulkan utang jangka pendek yang baru. Utang jangka pendek dikatakan sudah pasti bila memenuhi dua syarat : a. Kewajiban untuk membayar sudah pasti, artinya sudah terjadi transaksi yang menimbulkan kewajiban membayar. b. Jumlah yang harus dibayar sudah pasti. 28

Berikut ini merupakan beberapa jenis hutang lancar, yaitu : a. Hutang Dagang (Account Payable) Hutang dagang atau yang sering disebut juga sebagai hutang usaha merupakan jumlah uang yang terhutang kepada pihak lain atas barang, perlengkapan, atau jasa yang dibeli dengan akun terbuka atau secara kredit. Hutang usaha muncul diakibatkan oleh adanya kesenjangan waktu antara penerimaan jasa atau akuisisi hak aktiva dan pembayaran atasnya. Periode perluasan kredit ini biasanya ditemukan dalam persyaratan penjualan (misalnya 2/10, n/30, atau 1,10, E.O.M) dan biasanya adalah 30 hingga 60 hari. Pengukuran jumlah hutang usaha tidak memiliki kesulitan tertentu. Faktur yang diterima dari kreditor telah menjelaskan tanggal jatuh tempo dan pengeluaran uang yang tepat, yang diperlukan untuk melunasi hutang tersebut. b. Wesel Bayar (Notes Payable) Wesel bayar merupakan janji tertulis untuk membayar sejumlah uang tertentu pada suatu tanggal tertentu di masa yang akan datang dan dapat berasal dari pembelian, pembiayaan atau transaksi lainnya yang telah diakseptasi oleh debitur. Wesel bayar lebih sering digunakan dari pada utang usaha. Wesel bayar memberikan bukti resmi bagi pihak kreditor (yang meminjamkan) atas kewajiban yang terjadi seandainya dibutuhkan langkah-langkah hukum untuk menagih utang. 29

Wesel bayar umumnya mengharuskan peminjam untuk membayar bunga dan sering kali diterbitkan dalam rangka memenuhi kebutuhan pendanaan jangka pendek. Wesel dapat diklasifikasikan sebagai hutang jangka pendek atau jangka panjang, tergantung pada tanggal jatuh tempo pembayaran. Selain itu, wesel juga dapat diklasifikasikan sebagai wesel dengan bunga atau wesel tanpa bunga. c. Utang Jangka Pendek yang Diharapkan akan Didanai Kembali Beberapa kewajiban jangka pendek diharapkan akan didanai kembali atas dasar jangka panjang dan karena itu diperkirakan tidak memerlukan penggunaan modal kerja selama tahun berikutnya. Pada suatu waktu, profesi akuntansi umumnya mendukung pengecualian kewajiban jangka pendek dari kewajiban lancar jika hal itu diharapkan akan didanai kembali. Akan tetapi, karena karena profesi akuntansi tidak menyediakan pedoman yang khusus, maka penentuan apakah suatu kewajiban jangka pendek diharapkan akan didanai kembali biasanya hanya didasarkan pada maksud manajemen untuk mendanai kembali atas dasar jangka panjang. d. Utang Dividen (Dividend Payable) Dividen yang dapat dibayar sebagaimana diumumkan oleh dewan komisaris perusahaan tapi pada akhir periode belum dibayar dan dicatat sebagai hutang dividen. Perseroan Terbatas yang sudah mengumumkan adanya pembagian dividen kepada para pemegang saham sudah harus mengakui adanya hutang pada saat pengumuman. 30

e. Hutang Pajak Hutang pajak merupakan hutang yang timbul berdasarkan ketentuan perpajakan, misalnya pajak penghasilan perusahaan yang kurang bayar, pajak penjualan yang belum disetor, pajak karyawan yang belum disetor, pajak bumi dan bangunan yang belum disetor, dan lain-lain. Akun hutang pajak penjualan harus merefleksikan kewajiban untuk pajak penjualan yang terhutang kepada berbagai lembaga pemerintah. f. Hutang yang berhubungan dengan karyawan Jumlah yang terutang pada karyawan untuk gaji atau upah pada akhir periode akuntansi dilaporkan sebagai hutang lancar. Selain itu pos-pos berikut yang berhubungan dengan kompensasi karyawan juga sering dilaporkan sebagai kewajiban lancar, misalnya : pemotongan gaji, absensi yang dikompensasi, bonus. g. Uang muka dan deposito pelanggan Utang lancar perusahaan dapat mencakup deposito kas yang dapat dikembalikan yang diterima dari pelanggan dan karyawan. Perusahaan dapat menerima deposito dari pelanggan untuk menjamin pelaksanaan kontrak atau jasa sebagai jaminan untuk menutup pembayaran kewajiban yang diharapkan di masa depan. Beberapa perusahaan mensyaratkan pada karyawannya untuk melakukan deposito atas pengambilan kunci atau properti perusahaan lainnya. 31

h. Pendapatan diterima di muka (Deferred Revenue) Suatu perusahaan memperhitungkan pendapatan diterima di muka yang diterima sebelum barang dikirim atau jasa dilakukan adalah dengan cara: - Ketika uang diterima, kas didebet dan akun kewajiban lancar yang mengidentifikasi sumber pendapatan diterima di muka dikredit - Ketika pendapatan diterima, akun pendapatan diterima di muka di debet, dan akun pendapatan yang akan diterima di kredit. i. Jatuh Tempo Berjalan Hutang jangka Panjang Beberapa perusahaan melaporkan obligasi, wesel hipotik, dan hutang jangka panjang lainnya yang jatuh tempo dalam tahun fiskal berikutnya jatuh tempo saat ini hutang jangka panjang sebagai kewajiban lancar. Perusahaan perusahaan tersebut tidak mencatat hutang jangka panjang yang akan jatuh tempo saat ini sebagai kewajiban lancar jika akan : - Ditarik atau dilunasi dengan aktiva yang terakumulasi untuk tujuan tersebut yang secara layak tidak ditunjukkan sebagai aktiva lancar - Didanai kembali atau dilunasi dari hasil penerbitan hutang baru, atau - Dikonversi menjadi modal saham Dalam situasi ini, penggunaan aktiva lancar atau penciptaan kewajiban lancar lainnya tidak terjadi. Oleh karena itu pengklasifikasian sebagai kewajiban lancar merupakan hal yang tidak tepat. Penerimaan di muka atas kontra prestasi jasa-jasa perusahaan yang belum dilakukan oleh perusahaan kepada pihak lain yang telah melakukan pembayaran tersebut. 32

2. Kelompok Hutang Jangka Panjang (Hutang Tidak Lancar). Hutang jangka panjang terdiri dari pengorbanan manfaat ekonomi yang sangat mungkin di masa depan akibat kewajiban sekarang yang tidak dibayarkan dalam satu tahun atau satu siklus operasi perusahaan menurut mana yang lebih lama. Hutang jangka panjang biasanya muncul ketika suatu perusahaan membutuhkan tambahan dana yang berguna memberikan hasil dalam jangka panjang, misalnya dapat berupa pembangunan gedung, persediaan dan pembelian mesin. Berikut merupakan jenis-jenis hutang jangka panjang, yaitu : a. Hutang Hipotik Hutang yang hipotik adalah hutang yang harus dijamin dengan harta tidak bergerak, berkaitan dengan perolehan dana dari pinjaman yang dijaminkan dengan harta tetap. Dalam penjanjian atas hipotik hutang hipotik, tanah atau gedung akan dijadikan sebagai jaminan. Apabila peminjam tidak bisa melunasi hutang pada waktu yang telah ditentukan, pemberi pinjaman memiliki hak untuk menjual jaminan tersebut yang kemudian diperhitungkan dengan hutang. Persetujuan hipotik dibuat dengan akta notaris serta ada perjanjian secara tertulis. Biaya yang berkaitan dengan hipotik; biaya akta notaris, provisi dan lain-lain. Benda-benda yang dapat dibebani hipotik antara lain : 1) Benda-benda yang tidak bergerak dan dapat dipindah-tangankan beserta dengan semua perlengkapannya 2) Hak pakai hasil atas benda-benda tersebut beserta segala perlengkapannya 3) Hak guna usaha 33

4) Bunga tanah baik yang harus dibayar dengan uang maupun yang harus dibayar dengan hasil dengan hasil tanah dalam wujudnya. 5) Hutang Obligasi Berbeda dengan hutang hipotik, hutang obligasi adalah hutang obligasi adalah utang jangka panjang yang diperoleh melalui penjualan surat-surat obligasi. Pembeli obligasi disebut pemegang obligasi. Dalam surat obligasi dicantumkan nilai nominal obligasi, bunga pertahun, tanggal pelunasan obligasi dan ketentuan lain sesuai jenis obligasi tersebut. Dalam obligasi dicantumkan: 1) Nilai nominal obligasi 2) Bunga per tahun 3) Tanggal pelunasan 4) Tanggal kupon 5) dan lain-lain b. Wesel bayar jangka panjang Perbedaan antara wesel bayar lancar dan wesel bayar jangka panjang terletak pada tanggal jatuh temponya. Pada wesel bayar jangka pendek diharapkan akan dibayar dalam jangka satu tahun atau satu siklus operasi mana yang lebih lama. Wesel bayar jangka panjang memiliki substansi yang sama seperti obligasi di mana keduanya mempunyai tanggal jatuh tempo yang tetap dan suku bunga ditetapkan atau implisit. Akan tetapi wesel tidak langsung dapat dijual seperti obligasi di pasar sekuritas publik yang terorganisasi. Perusahaan non korporasi dan korporasi kecil mengeluarkan wesel sebagai 34

instrumen jangka panjang mereka sedangkan korporasi besar mengeluarkan baik wesel bayar jangka panjang maupun obligasi. c. Hutang Lease Leasing atau sewa-guna-usaha adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk jangka waktu tertentu, berdasarkan pembayaranpembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa uang yang telah disepakati bersama. Dengan melakukan leasing, perusahaan akan dapat memperoleh barang modal dengan jalan sewa beli untuk dapat langsung digunakan berproduksi, yang dapat diangsur setiap bulan, triwulan atau enam bulan sekali kepada pihak lessor. Pembayaran sewa dapat dilakukan dari tahun-ke tahun dalam jumlah yang meningkat atau menurun sementara nilainya dapat ditetapkan terlebih dahulu atau dapat bervariasi dengan penjualan, suku bunga utama, indeks harga konsumen, atau beberapa faktor lainnya. Umumnya jumlah sewa ditetapkan sedemikian rupa sehingga lessor dapat menutup biaya aktiva itu ditambah pengembalian yang wajar selama masa lease. 35

2.3. Tinjauan Penelitian Terdahulu Tabel II-1. Penelitian Terdahulu No. Nama Peneliti 1. Hendri Dwilaksono (2010) 2. Awunyo-vitor dan Jamil Badu (2012) Judul Pengaruh Hutang Jangka Pendek dan Jangka Panjang terhadap Perusahaan Tambang yang Terdaftar di JSX Struktur Kapital dan Kinerja Bank yang Terdaftar di Ghana Variabel Penelitian Hutang Jangka Pendek, Hutang jangka Panjang, ROE / Return on Equity Kewajiban jangka pendek, Return On Equity (ROE) Hasil Penelitian Kewajiban jangka pendek berpengaruh positif terhadap ROE, sedangkan kewajiban jangka panjang berpengaruh negatif. Kewajiban jangka pendek berpengaruh negatif terhadap Return On Equity (ROE) perusahaan perbankan sebaiknya menghindari penggunaan kewajiban pendek sumber pendanaannya. bahwa jangka sebagai 3. M. Hilmi (2010) Analisis Penggunaan Hutang Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Telekomunikasi yang Go Public di BEI Periode 2004-2009 Hutang Jangka pendek, Hutang jangka Panjang, Gross Profit Margin, Operating Profit Margin, Net Profit margin, Return on Investment, Return on Equity dan Earning per share. Hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang secara simultan berpengaruh signifikan terhadap item-item profitabilitas, kecuali item Return On investment. 36

2.4 Kerangka Konseptual Tujuan badan usaha pada umumnya adalah memperoleh laba, begitu juga dengan perusahaan yang bergerak dibidang perbankan. Menurut Hilmi (2010: 19) peningkatan utang akan mempengaruhi besar kecilnya laba perusahaan, yang mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi semua kewajibannya, yang ditunjukkan oleh bagian modal sendiri untuk membayar seluruh kewajibannya, karena semakin besar utang maka semakin besar kewajibannya. Barclay, Smith dan Watts dalam Hilmi (2010: 20), menyatakan perusahaan yang mempunyai opsi untuk tumbuh lebih besar akan mempunyai utang yang lebih sedikit dikarenakan perusahaan lebih mengutamakan solusi atas masalah-masalah yang berkaitan dengan hutangnya. Dimana perusahaan dengan laba bertumbuh mempunyai kesempatan yang profitable dalam mendanai aktivitasnya secara internal sehingga perusahaan menghindar untuk menarik dana dari luar dan berusaha mencari solusi yang tepat atas masalahmasalah yang terkait dengan hutangnya. Selain itu dengan profitabilitas yang meningkat akan meningkatkan laba ditahan sehingga akan mengurangi minat perusahaan untuk melakukan peminjaman (Hilmi, 2010: 20). Jadi, kesimpulan yang dapat diambil adalah profitabilitas perusahaan akan mengalami perubahan ketika pinjaman atau hutang mengalami perubahan. Tetapi perubahan tersebut dapat dibagi menjadi dua sisi. Pertama, jika hutang naik maka profitabilitas juga akan naik dan sebaliknya jika hutang turun, maka profitabilitas juga turun. Kedua, jika naiknya hutang menyebabkan 37

penurunan profitabilitas dan turunnya hutang akan menyebabkan kenaikkan profitabilitas. Secara sistematis kerangka berfikir dapat digambarkan sebagai berikut ini : Short-term Debt (X 1 ) Long-term Debt (X 2 ) Gambar II-1. Kerangka Konseptual Return On Equity / ROE (Y) 2.5. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka konseptual yang diuraikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: a. Ada pengaruh hutang jangka pendek terhadap ROE pada perusahaan b. Ada pengaruh hutang jangka panjang terhadap ROE pada perusahaan c. Ada pengaruh hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang secara simultan terhadap ROE pada perusahaan. 38