Keragaman Kebaya Pengantin Gaya Solo (Studi Deskriptif mengenai Makna Kebaya Gaya Solo Dalam Prosesi Pernikahan di Surabaya)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

Kreativitas Busana Pengantin Agung Ningrat Buleleng Modifikasi

Penjelasan lebih lanjut mengenai mahar dan prosesi pertunangan akan dibahas di bab selanjutnya.

BAB I PENDAHULUAN. sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari. gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi juga untuk menyalurkan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk berbudaya dan secara biologis mengenal adanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang kaya akan budaya tidak lepas dari tata rias pengantin yang

KAJIAN KOMPARATIF DESAIN BUSANA NASIONAL WANITA INDONESIA KARYA BARON DAN BIYAN DENGAN KARYA ADJIE NOTONEGORO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara maritim yang terdiri dari pulau-pulau dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri

BAB I PENDAHULUAN. penutup atau pelindung anggota tubuh. Pakaian digunakan sebagai pelindung

BAB I PENDAHULUAN. idividu maupun sosial. secara individu, upacara pengantin akan merubah seseorang

2015 MANFAAT HASIL PELATIHAN TATA RIAS PENGANTIN SOLO PUTRI SEBAGAI KESIAPAN MEMBUKA USAHA SALON RIAS PENGANTIN

I. PENDAHULUAN. Manusia mengalami perubahan tingkat-tingkat hidup (the life cycle), yaitu masa

Kain Sebagai Kebutuhan Manusia

UPACARA PENDAHULUAN

STUDI TENTANG TATACARA UPACARA PERKAWINAN DI DESA TAMANAN KECAMATAN MOJOROTO KOTA KEDIRI SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan manusia dan memiliki peran yang besar didalam kegiatan bisnis,

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jenis pekerjaan, pendidikan maupun tingkat ekonominya. Adapun budaya yang di. memenuhi tuntutan kebutuhan yang makin mendesak.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diupayakan langkah-langkah ke arah peningkatan kualitas pendidikan, dari mulai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

Gambar 3.1 Busana Thailand Berbentuk Celemek Panggul, Kaftan atau Tunika

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang

kalender Mengenal 12 Baju Adat Wanita Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

Gambar Cover buku

UJIAN SEKOLAH SMP/MTs TAHUN PELAJARAN Hari/Tanggal (60 menit) P - 01

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha. Gambar 1.1

Journal of Beauty and Beauty Health Education

BAB III SURVEY LAPANGAN

BAB III PAKAIAN ADAT TRADISIONAL DAERAH BUKIT HULU BANYU KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. maupun lisan. Namun fungsi ini sudah mencakup lima fungsi dasar yakni expression,

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan fakta dan data yang ditemukan di lapangan serta kajian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

MERIAS WAJAH PENGANTIN UNTUK BENTUK WAJAH BULAT

Usaha Sampingan Jasa Rias Pengantin

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM: PECINTA BUDAYA BAJU BATIK MODERN REMAJA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN BUDAYA BANGSA BIDANG KEGIATAN

I. PENDAHULUAN. Budaya pada dasarnya merupakan cara hidup yang berkembang, dimiliki dan

1 I Made Bandem, Ensiklopedi Tari Bali, op.cit., p.55.

BAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Jawa disebut tanggap wacana (sesorah). Dalam pernikahan adat

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB IV STUDI ANALISIS TENTANG SIMBOL. A. Simbol Menurut Masyarakat Desa. Kedungrejo, Kecamatan. Kerek,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III KONSEP PERANCANGAN. tindak lanjut dari proses analisis, dimana proses perancangan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan kepribadian seseorang. Tidak hanya pakaian sehari-hari saja

BAB I GAMBARAN USAHA. India, Cina, Thailand, dan terakhir Malaysia, mengakui bahwa Seni Batik berasal

MODUL PERKULIAHAN ADIBUSANA BU 461*) Dr Mally Maeliah, M.Pd NIP

Kerajinan dan Wirausaha Tekstil

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

2015 MANFAAT HASIL BELAJAR INOVASI BUSANA ETNIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP KIMONO PADA MASYARAKAT JEPANG. Dulunya kimono adalah salah satu dari 2 jubah formal yang biasa

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAHAN AJAR BAGIAN II SEJARAH MODE HUBUNGAN BENTUK DASAR BUSANA ASLI DENGAN BUSANA TRADISIONAL INDONESIA

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisa Makna Pernikahan di Gereja Bethany Nginden Surabaya. untuk menghasilkan keturunan. kedua, sebagai wujud untuk saling

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN. Kecamatan Pariaman Utara yang menghasilkan. Ada empat desa yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. ritual injak telur sesuai dengan namanya dimana telur ayam kampung yang telah

PENGEMBANGAN MOTIF KERAWANG GAYO PADA BUSANA PESTA WANITA DI ACEH TENGAH. Tiara Arliani, Mukhirah, Novita

BAB I PENDAHULUAN. 1 M u s e u m T e k s t i l B e n g k u l u

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang bertempat tinggal dalam satu lingkungan masyarakat. Budaya

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAHAN PERKULIAHAN BUSANA PENGANTIN (BU 474) BUSANA PENGANTIN KOREA. Disusun Oleh : Mila Karmila, S.Pd, M.Ds NIP

BAB 1 PENDAHULUAN. menciptakan berbagai peralatan dan perlengkapan hidup yang berfungsi untuk

Kajian Perhiasan Tradisional

I. PENDAHULUAN. Industri kecil mempunyai peranan penting tidak saja di negara-negara sedang

BAB I PENDAHULUAN. unsur simbolis sangat berperan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam menjalani

KONTINUITAS DAN PERUBAHAN BUSANA PENGANTIN GAYA YOGYAKARTA

,-,rurt ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA. SIMBOl-SIMBOl RITUAL PROFESI PERKAWJNAN TRADISIONAl MASYARAKAT lamongan : KAJIAN SEMIOTIK SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari Tugas Akhir ini adalah membuat film dokumenter

Gambar 3. 2 Pengantin Sunda Putri (Sumber : HARPI)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Selayang Pandang Proses Evolusi Tradisi Pernikahan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG B. TUJUAN

RIAS PENGANTIN MUSLIM

BAB II KARAKTERISTIK BUSANA ETNIK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemajuan komunikasi dan pola pikir pada zaman sekarang ini

I. PENDAHULUAN. dilestarikan dan dikembangkan terus menerus guna meningkatkan ketahanan

Transkripsi:

Keragaman Kebaya Pengantin Gaya Solo (Studi Deskriptif mengenai Makna Kebaya Gaya Solo Dalam Prosesi Pernikahan di Surabaya) QONITA NABILA qntnabila@gmail.com Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Airlangga Abstrak Salah satu siklus yang dialami oleh tiap manusia adalah pernikahan. Pernikahan merupakan salah satu proses peralihan penting yang dimulai dari tingkat hidup remaja ke tingkat hidup berkeluarga. Pada tahap pernikahan ini masyarakat di Jawa memiliki beberapa ritual adat yang harus dilaksanakan guna untuk mensyukuri apa yang telah terjadi selama proses fase kehidupan tersebut. Pelaksanaan ritual adat pernikahan sesuai apa yang sudah diberlakukan secara turun-temurun. Dalam pelaksanaan ritual adat pernikahan terdapat unsur-unsur yang mendukung keberlangsungan prosesi ini, salah satunya ialah kebaya. Kebaya memiliki peran selama prosesi pernikahan adat Jawa. Peran tersebut terlihat ketika calon pengantin perempuan menggunakan busana kebaya selama prosesi pernikahan tersebut. Dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif untuk memperoleh data mengenai fenomena keragaman kebaya pengantin gaya Solo di kota Surabaya. Hasil data yang didapatkan bahwa keragaman kebaya pengantin gaya Solo yang digunakan selama proses pernikahan memiliki dua konsep, yaitu kebaya tradisional dan kebaya modifikasi. Kedua konsep kebaya yang berkembang tersebut dapat diketahui dengan klasifikasi warna, bahan, dan bentuk. Kata kunci : pernikahan, keragaman kebaya Abstract One phase of human experience is a marriage. In this phase, Indonesian societies celebrate by doing some rituals. It aims to be grateful by what happens in those process of the wedding. For Javanese people, wedding ritual is held as common custom in many years ago. One of the elements that support in Javanese traditional wedding is Kebaya. Kebaya has a role during the procession of Javanese traditional wedding. It shows when the bride wears Kebaya during the procession. This research uses qualitative method and descriptive method to attain and process the data. The result describes that Kebaya in Solo style has its own meaning. It is known by the form, colour, material and design. It shows that Kebaya has two shapes, there are Kutubaru and Kartini. Those two concepts are known by their colour material, form, and pattern. Key words: Javanese traditional wedding, the diversity of Kebaya PENDAHULUAN Keragaman suku bangsa di Indonesia sudah menjadi identitas bagi negara ini. Masing-masing suku bangsa memiliki wujud budaya yang berupa hasil karya. Salah satunya AntroUnairdotNet, Vol.VI/No.2/Juli 2017, hal 167

kebaya yang muncul di kalangan masyarakat Surabaya dalam melaksanakan pernikahan. Upacara adat perkawinan merupakan serangkaian kegiatan tradisional turun-temurun yang memiliki maksud dan tujuan agar perkawinan akan selamat sejahtera serta mendatangkan kebahagiaan di kemudian hari (Wiyasa, 1990:1). Tiap-tiap manusia mengalami siklus pernikahan, yang mana harus dirayakan dalam bentuk upacara ataupun pesta. Pelaksanaan upacara pernikahan membutuhkan persiapan yang mendetail, sehingga acara pernikahan dapat berlangsung dengan khidmat. Dewasa ini upacara adat dalam sebuah perkawinan sering dilaksanakan oleh kalangan masyarakat kota. Hampir tiap-tiap orang tua menikahkan anaknya dengan upacara adat. Di Jawa upacara pernikahan terdapat beberapa tahapan, mulai dari nontoni, lamaran, peningset, serahan, pingitan, tarub, siraman, panggih manten, dan acara resepsi. Di kota Surabaya upacara pernikahan adat Jawa masih banyak digunakan. Terutama untuk busana yang akan digunakan ketika prosesi berlangsung, yaitu kebaya. Kebaya merupakan pakaian tradisional wanita Indonesia yang dibuat dengan kreatifitas seni yang tinggi dari bahan-bahan khusus menjadi busana dengan bentuk yang unik. Kebaya tidak hanya sekedar untuk menarik perhatian orang dalam upacara pernikahan, tetapi juga untuk menciptakan suasana resmi dan hikmat, sehingga perwujudannya tidak hanya mewah dan meriah, lambang yang diungkapkan merupakan cerminan dari corak kebudayaan dalam arti nilai-nilai pada masyarakat. Seperti halnya yang dikatakan oleh Koentjaraningrat (2002) bahwa deskripsi-deskripsi diutamakan untuk memperhatikan bentuk, teknik pembuatan, motif perhiasan, dan gaya dari benda-benda kesenian. Kebaya yang digunakan pada saat pernikahan memiliki ragam mulai dari bentuk, warna, bahan, dan corak. Busana kebaya yang digunakan dalam acara pernikahan terinspirasi dari para bangsawan dan raja Keraton Kasunanan Surakarta serta Istana Mangkunegaran, Solo, Jawa Tengah. Dahulu, dalam acara pernikahan Jawa gaya Solo pada AntroUnairdotNet, Vol.VI/No.2/Juli 2017, hal 168

busana dan tata riasnya masih sederhana. Kebaya dengan bahan pakaian yang lebih baik seperti beludru, berbagai jenis kain sutera dan tenunan halus lainnya mulai muncul di lingkungan masyarakat. Penggunaan kebaya digunakan menurut kelas sosialnya (Yuana, 2007). Bagi kalangan bangsawan dan priyayi, jenis kebaya mereka dihiasi dengan renda-renda halus. Orangorang kerajaan mengenakan kebaya berbahan sutra dan beludru mewah dijahit dengan hiasan benang-benang emas dan perak. Ditambah dengan aksesoris bros dengan model beranekaragam. Beda lagi dengan rakyat biasa, kebanyakan kebaya yang mereka gunakan terbuat dari bahan katun saja. Kebaya berbahan katun ini biasanya digunakan untuk kegiatan sehari-hari maupun acaraacara resmi atau pesta. Sedikit sekali bagi mereka yang memiliki kebaya dengan bahan kain brokat atau sutra. Kebaya yang digunakan untuk pelaksanaan pernikahan khususnya adat Jawa terus mengalami perkembangan sesuai trendnya. Hal ini dilakukan agar kebaya yang tergolong busana tradisional ini dapat bertahan di kalangan masyarakat kota Surabaya. Pada penelitian ini peneliti meneliti mengenai keragaman kebaya pengantin gaya Solo yang digunakan selama prosesi pernikahan adat Jawa di kota Surabaya. Dan penelitian dilaksanakan di Surabaya yang mana masyarakatnya sudah tergolong modern dan masih mau menggunakan busana kebaya gaya Solo dalam pernikahan. METODE penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Bagi Moleong (2004) dengan menggunakan metode tersebut akan didapatkan hasil ilmiah yang didasari dengan fenomena yang sedang terjadi. Dan dapat menggambarkan fenomena tersebut dengan jelas dan mendalam sesuai dengan fenomena. Pendekatan ini diharapkan mampu menghasilkan uraian yang mendalam mengenai ucapan, tulisan, atau perilaku yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat atau organisasi tertentu. Metode ini akan menggambarkan ragam kebaya yang ada di kalangan masyarakat khususnya dalam rangka AntroUnairdotNet, Vol.VI/No.2/Juli 2017, hal 169

pernikahan. Khususnya tempat persewaan busana adat pernikahan, tempat rias pengantin, dan pemangku hajat yang melakukan pernikahan adat Jawa gaya Solo di Surabaya. Dalam menentukan lokasi ini berdasarkan fenomena masyarakat kota Surabaya masih banyak yang menggunakan busana kebaya Jawa gaya Solo. Hal ini terbukti dengan banyaknya persewaan busana yang menyediakan koleksi busana pengantin kebaya gaya Solo yaitu Citra Anda, Rias Ari, Adjie Wedding, Citra Retna, Lelly Chandra, Gemini, Griya Kencana Ayu, Hera, Kinara, Raddin, dan House of Andini. Tempat persewaan tersebut dipilih karena sudah memiliki jam terbang yang banyak. Dan tempat persewaan diatas memiliki koleksi busana pengantin gaya Solo. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori dari Spradley (1997) mengenai Realisonal Simbol. Simbol merupakan apapun yang manusia rasakan atau yang dialami oleh manusia, mulai dari adanya warna, suara, objek, tindakan, dan berbagai kegiatan dan situasi sosial yang kompleks, hal ini dapat menjadi simbol. Misalnya saja kebaya pengantin gaya Solo yang memiliki warna dan bentuk yang beragam merupakan simbol bagi yang menggunakannya. Kemudian ada rujukan yang merupakan suatu benda yang menjadikan rujukan simbol. Rujukan ini dapat berupa apapun yang dapat dipikirkan dalam pengalaman manusia. Contohnya, kita dapat menunjuk pohon atau bintang sebagai simbol, akan tetapi kita juga dapat menunjuk makhlukmakhluk mistis yang belum pernah dialami sebelumnya. Kita juga dapat merujuk pada simbol-simbol lain dan menjadikannya rujukan ke dalam rantai makna yang tidak ada hentinya (Spradley, 1997:121-122). Unsur yang terakhir yaitu ada keterkaitan antara simbol dengan sebuah rujukan. Kebaya yang merupakan simbol memiliki keterkaitan dengan pernikahan. Pada penelitian ini simbol yang terlihat ialah adanya tahapan-tahapan yang panjang dalam melaksanakan prosesi pernikahan Jawa yang didukung dengan busana yang dipakai selama proses itu berlangsung, khususnya kebaya pengantin Solo. Dalam teori relasional simbol terdapat 4 prinsip, AntroUnairdotNet, Vol.VI/No.2/Juli 2017, hal 170

yaitu prinsip relasional, prinsip kegunaan, prinsip kemiripan, dan prinsip kontras. Akan tetapi penulis hanya menggunakan beberapa prinsip yang berkaitan dengan pembahasan, yaitu kegunaan, kemiripan, dan relasional. PEMBAHASAN Surabaya dihuni oleh berbagai macam suku dari berbagai daerah. Masing-masing tentunya memiliki kebudayaan sendiri. Misalnya dalam melakukan prosesi adat pernikahan yang dilakukan di kota metropolitan ini, masing-masing individu memiliki cara sendiri. Orang Jawa menggunakan adat pernikahan sesuai dengan apa yang diturunkan dari nenek moyangnya, dimana terdapat tahap-tahap dalam prosesi pernikahan orang Jawa. Di Surabaya, dengan berbagai macam kebudayaan dalam melaksanakan pernikahan terdapat salah satu adat yang sering digunakan atau dilaksanakan yaitu pernikahan adat Jawa. Pernikahan adat Jawa memiliki simbol dan makna dalam prosesi dan unsur-unsur yang digunakan pada saat pernikahan tersebut. Mulai dari prosesi lamaran, prosesi siraman, prosesi midodareni, akad nikah, panggih manten, dan resepsi. Dalam prosesi pernikahan adat Jawa tersebut banyak yang harus dipersiapkan jauh-jauh hari. Karena unsur-unsur yang digunakan pada saat prosesi pernikahan tersebut banyak. Mulai dari tempat prosesi pernikahan, waktu pelaksanaan prosesi pernikahan, benda-benda atau alat-alat prosesi pernikahan, dan orang-orang yang berperan selama prosesi tersebut. Pernikahan adat Jawa yang ada di Surabaya mengikuti tata cara yang berasal dari Solo dan Yogyakarta. Akan tetapi, hasil wawancara yang didapat oleh peneliti dari sejumlah tempat persewaan dan perias pengantin mengatakan bahwa adat gaya Solo yang lebih banyak diminati oleh masyarakat Surabaya. Salah satu faktor munculnya kembali pernikahan adat Jawa gaya Solo disebabkan oleh penerapan pernikahan adat Jawa gaya Solo yang dilakukan salah satu tokoh besar ataupun artis. Kemudian menjadi sebuah trend dalam melaksanakan pernikahan tersebut. Beberapa perias dan persewaan busana pengantin di Surabaya mengakui hal tersebut. AntroUnairdotNet, Vol.VI/No.2/Juli 2017, hal 171

Beberapa perias menanyakan kepada calon pengantin mengapa ingin menggunakan adat Jawa Solo untuk melaksanakan prosesi pernikahan, respon yang diperoleh dari calon pengantin ialah ingin seperti artis favorit mereka. Pernikahan adat Jawa yang ada di Surabaya diawali dengan lamaran. Peran kebaya ini dapat dilihat ketika pelaksanaan lamaran ini berlangsung calon pengantin perempuan memakai kebaya, dan calon pengantin perempuan tersebut terlihat cantik dengan balutan kebaya. Kebaya tradisional merupakan kebaya yang memiliki model dari segi bahan, warna, dan bentuknya masih tetap menggunakan pakem. Dalam artian kebaya tradisional ini masih sederhana, tidak banyak warna dan tidak banyak motif atau aksesoris yang digunakan. Dalam prosesi lamaran ini kebaya tradisional hadir untuk melengkapi prosesi lamaran berlangsung. Kebaya kartini tersebut memiliki bentuk yang mengikuti tubuh si pemakai, sehingga muncul nilai eksotik yang terkandung dalam sebuah kebaya tersebut. Kebaya dengan bentuk lurus panjang hingga menutupi panggul tergolong dalam kebaya Kartini. Pola kebaya yang digunakan oleh pengantin perempuan membentuk tubuh dan panjang menutupi bagian panggul perempuan bahkan beberapa bentuk kebaya Kartini ini panjang hingga lutut atau dibawah lutut 10 cm. Siraman, siraman merupakan adanya proses menyiramkan air yang telah dipersiapkan kepada calon pengantin, dimana proses tersebut diharapkan dapat mensucikan calon pengantin dari hal-hal yang tidak diinginkan serta selamat sampai dunia akhirat. Setelah berakhir proses siraman, calon pengantin perempuan akan ganti busana yang lain dari waktu proses siraman tadi, yaitu kebaya Kutubaru. Kebaya Kutubaru memiliki bermacammacam bahan yang dijadikan sebagai busana adat prosesi pernikahan Jawa. Bahan yang digunakan ketika tahap siraman adalah katun. Kebaya Kutubaru bahan tersebut memiliki corak bunga-bunga atau yang dikenal dengan kembangan. Kebaya Kutubaru kembangan ini sudah dikenal oleh kalangan masyarakat Surabaya dalam melaksanakan prosesi pernikahan. Dan beberapa masyarakat di Surabaya AntroUnairdotNet, Vol.VI/No.2/Juli 2017, hal 172

menggunakan kebaya Kutubaru kembangan ini untuk prosesi adat Jawa yaitu pada tahapan setelah dilaksanakannya prosesi siraman. Masing-masing bahan yang tersedia belum tentu sama kegunaannya ketika melaksanakan prosesi pernikahan adat Jawa. Malam midodareni, Malam midodareni adalah malam khusuk, tenang, dan para tamu dan keluarga calon pengantin masing-masing berdoa kepada Tuhan Yang Maha Pengasih. Mereka berharap diberikan keselamatan untuk semua keluarga dan para tamu yang sudah hadir dalam malam midodareni tersebut. Dalam pelaksanaan malam midodareni menggunakan kebaya Kutubaru bahan brokat. Kebaya Kutubaru bahan brokat merupakan salah satu kebaya yang memiliki potongan pada bagian dada yang kemudian disambung dengan tepi kebaya bagian kiri dan kanan, atau disambung dengan renda sehingga kebaya tersebut terlihat indah. Kebaya Kutubaru memiliki panjang hingga kebawah lutut. Kebaya kutubaru bahan brokat ini merupakan cirikhas dari gaya Solo, karena bahan brokat memiliki sejarah yaitu berawal dari kain yang digunakan oleh para keluarga Keraton jaman dahulu, yang kemudian orang-orang Keraton mau terbuka dan kebaya ini mengalami persebaran ke masyarakat luar Keraton. Bahan brokat sendiri dinilai memiliki nilai keindahan yang tinggi, yang mana kebaya bahan brokat tersebut disulam dengan kembangan yang menempel disekeliling bagian tubuh. Dan cirikhas kain brokat yang memiliki konsep sedikit terawang ini memperlihatkan keindahan dan keunikan tersendiri bagi si pemakai atau calon pengantin perempuan. Akad nikah, Pada tahapan akad ini merupakan ritual yang sakral, karena terdapat ijab kabul yang dilaksanakan oleh pihak-pihak yang terkait. Maka dari itu agar akad ini berjalan dengan khidmat, dibutuhkan juga kelengkapan busana yang sesuai dengan tempat dan waktunya. Dalam artian busana yang digunakan untuk akad ini tidak boleh asal pilih, harus direncanakan jauhjauh hari sehingga ketika jatuh tempa untuk pelaksanaan akad sudah siap semua khususnya kebaya. Kebaya yang digunakan untuk prosesi pernikahan adat Jawa saat ini banyak AntroUnairdotNet, Vol.VI/No.2/Juli 2017, hal 173

yang menggunakan kebaya bahan brokat berwarna putih. Kebaya Kutubaru yang memiliki bahan brokat, yang tergolong ada sudah cukup lama. Ragam kebaya ini tergolong dalam kebaya tradisional yang sudah ada sejak beberapa tahun silam. Kebaya Kutubaru bahan brokat ini dapat digolongkan sebagai kebaya tradisional untuk pengantin, karena kebaya ini masih menggunakan konsep yang sebenarnya, yaitu memiliki panjang hingga lutut. Selain itu kebaya Kutubaru bahan brokat ini selalu disandingkan dengan paes Solo dan kain batik yang mana sudah menjadi cirikhas kebaya pengantin Solo. Kemudian karena perkembangan ruang dan waktu maka kebaya bahan brokat ini tetap ada hingga masuk ke wilayah Surabaya. Kebaya bahan brokat yang memiliki model Kutubaru juga merupakan hasil cipta dari kebudayaan Solo yang sudah turun-temurun. Salah satu informan mengatakan bahwa kebaya Kutubaru bahan brokat ini merupakan kebaya yang sudah lama digunakan oleh orang-orang keraton untuk melaksanakan prosesi pernikahan. Dahulu kebaya Kutubaru dengan bahan brokat tersebut hanya digunakan oleh keluarga dalam Keraton saja. Bahan brokat merupakan bahan yang susah didapatkan dan mahal untuk dijadikan sebagai pakaian. Panggih dan resepsi, Panggih atau temu manten merupakan upacara bertemunya antara pengantin lakilaki dengan pengantin perempuan. Kebaya Kartini berbahan beludru ada beberapa macam warna, yaitu hitam, merah marun, hijau tua, dan biru tua. Kebaya ini masih tergolong dalam konsep tradisional, karena masih bergantung pada pakem. Bergantung pada pakem ini dapat dilihat mulai dari tatanan rambut, kebaya Kartini bahan beludru, dan kain batik yang digunakan untuk bawahannya. Bahan beludru yang dibuat dengan model kebaya Kartini ini diberi motif bunga-bunga yang mengitari sekelilingnya. Semua tindakan, gaya hidup, warna, bahasa, dan bentuk yang terdapat pada kebaya merupakan simbol yang dapat dihubungkan satu sama lain, sehingga menjadi sebuah keragaman kebaya pengantin. Kebaya tradisional dan kebaya modifikasi merupakan simbol dari AntroUnairdotNet, Vol.VI/No.2/Juli 2017, hal 174

perilaku pernikahan yang memunculkan makna pada benda tersebut. Kebaya tradisional yang masih menggunakan pakem memiliki makna bahwa kebaya tersebut memiliki nilai-nilai kesopanan yang terlihat pada model kebaya yang panjang hingga lutut. Selain itu dari kebaya tradisional ini memunculkan nilai estetika hal ini dapat dilihat dari bentuk, warna, motif, dan bahan yang digunakan. Kemudian kebaya modifikasi yang mengalami perubahan bentuk dan bahan dapat memunculkan makna status sosial. Hal ini berkaitan dengan bahan yang digunakan semakin bagus kualitasnya maka akan menunjukkan status sosial mereka. Pada prinsip kegunaan bahwa prinsip ini berfokus pada kegunaan simbol yang tampak, misal benda yang terlihat oleh mata. Kebaya merupakan bentuk fisik yang muncul ketika prosesi pernikahan. Calon pengantin perempuan menggunakan kebaya ketika melaksanakan prosesi pernikahan adat Jawa sesuai dengan aturannya. Prosesi yang cukup panjang membuat peran kebaya cukup ambil andil dalam hal ini. Karena kebaya yang memiliki berbagai macam bentuk, warna, dan corak digunakan oleh calon pengantin perempuan. Baik mulai lamaran hingga resepsi tidak terlepas dari busana kebaya tersebut. Kebaya yang memiliki dua konsep yaitu tradisional dan modifikasi yang berhubungan dengan prosesi pernikahan adat Jawa menjadi simbol dari suatu pernikahan adat Jawa. Kebaya tradisional dan kebaya modern memiliki kemiripan dalam segi bentuk. Hal ini terlihat pada kebaya tradisional Kutubaru yang memiliki bentuk panjang ke bawah dan memiliki potongan yang ada pada bagian tengahnya, ketika dibandingkan dengan kebaya modifikasi Kutubaru terlihat ada kemiripan antara kedua busana tersebut. Kebaya tradisional Kutubaru memiliki bentuk yang lebih sederhana sedangkan kebaya modifikasi Kutubaru memiliki bentuk seperti halnya yang ada pada kebaya tradisional Kutubaru, hanya saja perbedaannya kalau yang modifikasi memiliki ragam yang berlebih, baik dari aspek bahan maupun warna. Kebaya modifikasi yang merupakan perpaduan dari kebaya tradisional dengan kebaya AntroUnairdotNet, Vol.VI/No.2/Juli 2017, hal 175

modern memberikan nuansa yang berbeda pula dari sisi corak yang ada pada kebaya modifikasi. SIMPULAN Dalam prosesi pernikahan adat Jawa memiliki tahapan-tahapan yang cukup panjang, yaitu mulai dari lamaran hingga tahapan yang terakhir yaitu resepsi. Selama prosesi pernikahan berlangsung dibutuhkan adanya peran busana untuk mendukung dan melengkapi ketika prosesi pernikahan itu berlangsung. Busana itu dikenal dengan sebutan kebaya, dimana kebaya hadir dalam tiap tahapan-tahapan dalam prosesi pernikahan adat Jawa. Kebaya untuk pengantin gaya Solo terdiri atas dua bentuk yaitu kebaya Kartini dan kebaya Kutubaru. Kedua bentuk kebaya ini sudah dikenal oleh kalangan masyarakat Surabaya. Kedua jenis kebaya tersebut masing-masing memiliki ragam dari aspek warna, bentuk, motif, bahan, dan kegunaannya. Aspek-aspek tersebut yang menjadi acuan muculnya keragaman kebaya pengantin gaya Solo. Kebaya pengantin gaya Solo tersebut digunakan sesuai kebutuhan saat prosesi pernikahan adat Jawa berlangsung. Kebaya pengantin gaya Solo selalu mengalami perkembangan dari tahun ke tahun mengikuti ruang dan waktu yang terus berkembang. Dalam konteks ini juga merupakan faktor dari munculnya keberagaman kebaya pengantin gaya Solo tersebut, yang kemudian dapat diklasifikasikan ke dalam dua konsep kebaya, yaitu kebaya tradisional dan kebaya modifikasi. Kedua konsep kebaya ini dapat diklasifikasikan karena ada beberapa aspek yang membaginya sehingga keberagaman itu dapat terlihat jelas ketika sudah ada klasifikasinya. Kebaya tradisional yang memiliki pakem tetap berpegang teguh pada apa yang sudah diajarkan secara turun temurun. Fenomena yang ada di Surabaya saat ini adalah ketertarikan masyarakat Surabaya untuk memakai konsep kebaya tradisional dalam pelaksanaan pernikahan mereka. Selain karena ada faktor gaya hidup, kebaya tradisional ini juga memiliki makna yang terkandung di dalamnya. Makna tersebut dilihat secara AntroUnairdotNet, Vol.VI/No.2/Juli 2017, hal 176

universal, dalam artian makna disini terbentuk dari adanya klasifikasi dari aspek warna, bahan, bentuk, dan corak. Lain halnya dengan kebaya modifikasi yang lahir karena adanya perkembangan pengetahuan yang diperoleh oleh tiap-tiap pelaku yang terkait baik itu perias atau desainer. Kebaya modifikasi memiliki sesuatu yang lebih fresh, dalam artian konsep yang diciptakan mengikuti perkembangan ruang dan waktu. Walaupun dalam proses modifikasi tersebut terlepas dari pakem yang sudah ada semenjak dahulu. Akan tetapi modifikasi yang dilakukan oleh desainer atau penata busana mengikuti konsep kebaya tradisional. 1945-1966. Surabaya: Universitas Airlangga Daftar Pustaka Koentjaraningrat. (2002), Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta Moleong, Lexy. (2004), Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda Karya Spradley. (1997), Metodologi Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya Wiyasa, Thomas. (1990), Upacara Perkawinan Adat Jawa. Jakarta: Pusaka Sinar Harapan Yuana, Ika. (2007), Mode Pakaian Wanita di Surabaya Tahun AntroUnairdotNet, Vol.VI/No.2/Juli 2017, hal 177