BAB II TINJAUAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA. Ahmadi, Abu dan Nur Unbiyati Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Teknik Menyusui Yang Benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi. Persiapan memberikan ASI dilakukan bersamaan dengan kehamilan.

KETERAMPILAN TEKNIK MENYUSUI

LEMBAR PENDELEGASIAN

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Saya yang bernama Eliska Mayasari / adalah mahasiswi D-IV Bidan

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Perilaku manusia adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada ibu primipara. Masalah-masalah menyusui yang sering terjadi adalah puting

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Masa nifas (puerperium), berasal dari bahasa latin, yaitu puer yang artinya bayi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Engorgement) itu dikarenakan penyempitan pada duktus laktiferus,

BAB II TINJAUAN TEORI. dan posisi ibu dan bayi dengan benar (Suradi dan Hesti, 2004, 2. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI (Siregar,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan hal ini terjadi setelah orang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik ibu menyusui, teknik menyusui dan waktu menyusui. Menurut WHO/UNICEF Tahun 2004 menyusui adalah suatu cara yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mensekresi susu untuk makan bayi (Kumala, 1998). a. Struktur Makroskopis (Verralls, 1997)

B. MANFAAT ASI EKSKLUSIF

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENGELUARAN ASI PADA IBU POST PARTUM HARI KE-3 DI RSUD DR. SOEGIRI LAMONGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KUDUS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. maka memperoleh pengetahuan yang lebih baik. Pengetahuan tersebut

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG MOBILISASI DINI DENGAN TINDAKAN MOBILISASI DINI PADA IBU NIFAS 1 HARI POST SECTIO CAESAREA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANON SRAGEN

LEMBAR PENJELASAN CALON RESPONDEN. mengadakan penelitian dengan judul Hubungan Tehnik Menyusui Terhadap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengideraan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses alami bayi untuk menyusu,

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. N P2002 HARI KE-3 DENGAN BENDUNGAN ASI DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN Husnul Muthoharoh* RINGKASAN

BAB I PENDAHULUAN. Secara global angka pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan masih

Lampiran 1 LEMBAR PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. garam organik yang disekresikan oleh kedua belah kelenjar payudara ibu

BAB II. Tinjauan Pustaka. respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

BAB V PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. saat lahir kurang dari gram. Salah satu perawatan BBLR yang

AKPER HKBP BALIGE. Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns

MAKALAH KOMUNIKASI PADA IBU NIFAS

BAB I PENDAHULUAN. Masa nifas adalah masa dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta

Asuhan Keperawatan Ibu Post Partum. Niken Andalasari

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan dan proses kelahiran. Pengertian lainnya yaitu masa nifas yang biasa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bagian, yaitu : anatomi payudara, ASI, laktasi dan keefektifan proses menyusui.

MANFAAT ASI BAGI BAYI

MATERI KELAS IBU HAMIL PERTEMUAN KEDUA

MATERI PENYULUHAN ASI EKSLUSIF OLEH : dr.rizma Alfiani Rachmi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. melahirkan.( Suherni, Widyasih, Rahmawati, 2009, p.1).

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu maupun perinatal (Manuaba 2010:109). Perlunya asuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu

BAB 1 : PENDAHULUAN. kontasepsi, asupan nutrisi. Perawatan payudara setelah persalinan (1-2) hari, dan

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DENGAN WAKTU PENGELUARAN KOLOSTRUM

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Masa nifas (puerperium) merupakan masa yang dimulai setelah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. parameter utama kesehatan anak. Hal ini sejalan dengan salah satu. (AKB) dinegara tetangga Malaysia berhasil mencapai 10 per 1000

GAMBARAN PENGETAHUAN, MOTIVASI IBU NIFAS DAN PERAN BIDAN TERHADAP BOUNDING ATTACHMENT DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RADEN MATTAHER TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

NIFAS NORMAL MASA NIFAS 11/15/2010. Tujuan asuhan masa nifas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa

SATUAN ACARA PENYULUHAN. A. Tujuan Umum Agar klien dapat mengetahui dan mengerti tentang tanda-tanda bahaya kehamilan.

SENAM HAMIL BANTU MELAHIRKAN TANPA KECEMASAN Oleh : Sulastri, S.Kep., Ns. Dosen Akper PKU Muhammadiyah Surakarta. Abstrak :

ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS

LAMPIRAN Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diani Nurcahyaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2015

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. Tinjauan Pustaka. manusia melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, melalui panca

BAB 1 PENDAHULUAN. yang paling mahal sekalipun (Yuliarti, 2010). ASI eksklusif merupakan satu-satunya

BAB II LANDASAN TEORI. Skinner (Notoatmodjo, 2007), merumuskan perilaku sebagai. respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Menyusui adalah suatu proses alamiah. Berjuta-juta ibu di seluruh dunia

1. ASUHAN IBU SELAMA MASA NIFAS

LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TEKNIK MENYUSUI PADA IBU NIFAS PRIMIPARA DI DESA JABONTEGAL DAN DESA BALONG MASIN KECAMATAN PUNGGING KABUPATEN MOJOKERTO SOIDAH AHMAR SETYOWATI

BAB 1 PENDAHULUAN. puerperium dimulai sejak dua jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan enam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan

KEBUTUHAN DASAR IBU MASA NIFAS

PENGERTIAN MASA NIFAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. janin yang viable. Menurut Varney (2009), primipara adalah wanita yang pernah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.

LEMBAR PERTANYAAN. Frekuensi. Informasi 1. Presentational media - Petugas Puskesmas. a. 1-3 bulan. Asi saja - Bidan. b. 4-6 bulan

SERI BACAAN ORANG TUA. Faktor. Yang Mempengaruhi Pertumbuhan & Perkembangan Janin. Milik Negara Tidak Diperjualbelikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Purwanto (1999), perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting untuk

HUBUNGAN PERAWATAN PAYUDARA PADA IBU POSTPARTUM DENGAN KELANCARAN PENGELUARAN ASI DI DESA KARANG DUREN KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SIKAP POSITIF IBU DALAM PERAWATAN PAYUDARA MENDUKUNG KELANCARAN PRODUKSI ASI

BAB I PENDAHULUAN. ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil (Vivian, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. baik dan benar. Salah satu penyebab kegagalan menyusui adalah disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. salah. Selain faktor teknis ini tentunya Air Susu Ibu juga dipengaruhi oleh asupan

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR DI DESA CANDIROTO KECAMATAN KOTA KENDAL KABUPATEN KENDAL ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. organik yang disekresikan oleh kedua belah kelenjar payudara ibu (Ambarwati.,

MENGAPA IBU HARUS MEMBERIKAN ASI SAJA KEPADA BAYI

Senam Hamil. Pengertian Senam Hamil

ANATOMI PAYUDARA DAN FISIOLOGIS PAYUDARA PADA PROSES LAKTASI

Pemberian ASI Di Fasilitas Kesehatan

BAB II TINJAUAN TEORITIS. dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Teknik Menyusui yang Benar a. Pengertian Beberapa pengertian menyusui dari beberapa sumber, antara lain: 1) Menyusui adalah suatu cara yang tidak ada duanya dalam pemberian makanan yang bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi yang sehat serta mempunyai pengaruh biologis dan kejiwaan yang unik terhadap kesehatan ibu dan bayi (Anggraini, 2010). 2) Menyusui adalah cara yang optimal dalam memberikan nutrisi, mengasuh bayi dengan penambahan makanan pelengkap pada paruh kedua tahun pertama, kebutuhan nutrisi, imunologi, dan psikososial dapat terpenuhi hingga tahun kedua dan tahun tahun berikutnya (Varney, 2004). b. Pembentukan Air Susu Beberapa reflek yang berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu (Anggraini, 2009), antara lain : 1) Reflek Prolaktin Setelah seorang ibu melahirkan dan terlepasnya plasenta, fungsi korpus loteum berkurang maka estrogen dan progesteronpun berkurang. Dengan adanya hisapan bayi pada puting susu dan 9

10 areola akan merangsang ujung-ujung saraf sensorik, rangsangan ini dilanjtukan ke hipotalamus, hipotalamus akan menekan pengeluaran faktor-faktor yang menghambat sekresi prolaktin namun sebaliknya akan merangsang faktor-faktor tersebut merangsang hipofise anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin. Hormon prolaktin akan merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat susu. 2) Reflek Let Down Bersamaan dengan pembentukan prolaktin rangsangan yang berasal dari isapan bayi akan ada yang dilanjutkan ke hipofise anterior yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah, hormon ini diangkut menuju uterus yang dapat menimbulkan kontraksi pada uterus sehingga terjadilah proses involusi. Oksitosin yang sampai pada alveoli akan merangsang kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah terbuat keluar dari alveoli dan masuk kesistem duktulus yang untuk selanjutnya mengalir melalui duktus laktiferus masuk ke mulut bayi. c. Mekanisme Menyusui Untuk mendapatkan keberhasilan dalam menyusui dibutuhkan 3 reflek intrinsik (Anggraini, 2009), antara lain : 1) Reflek mencari (Rooting Reflek) Payudara yang menempel pada pipi atau daerah sekeliling mulut merupakan rangsangan yang menimbulkan reflek mencari pada

11 bayi sehingga menyebabkan kepala bayi berputar menuju puting susu dan kemudian puting susu ditarik masuk kedalam mulut. 2) Reflek Menghisap Teknik menyusui yang baik adalah seluruh areola payudara sedapat mungkin semuanya masuk kedalam mulut bayi, tetapi hal ini tidak mungkin dilakukan pada ibu yang mempunyai areola yang besar. Untuk itu maka sudah cukup bila rahang bayi supaya menekan sinus laktiferus. Tidak dibenarkan bila rahang bayi hanya menekan puting susu saja karena dapat menimbulkan puting susu lecet. 3) Reflek Menelan Pada saat air susu keluar dari puting susu, akan disusul dengan gerakan menghisap yang ditimbulkan oleh otot-otot pipi, sehingga pengeluaran air susu akan bertambah dan diteruskan dengan mekanisme masuk ke lambung. d. Posisi yang Benar dalam menyusui Dalam menyusui yang benar ada beberapa macam posisi menyusui (Sulistyowati, 2009), antara lain : 1) Posisi berbaring miring Posisi ini amat baik untuk pemberian ASI yang pertama kali atau bila ibu merasakan lelah atau nyeri. Ini biasanya dilakukan pada ibu menyusui yang melahirkan melalui operasi sesar. Yang harus diwaspadai dari teknik ini adalah pertahankan jalan nafas bayi

12 agar tidak tertutupi oleh payudara ibu. Oleh karena itu, ibu harus selalu didampingi oleh orang lain ketika menyusui. 2) Posisi duduk Penting untuk memberikan topangan atau sandaran pada punggung ibu, dalam posisinya agak tegak lurus (90 0 ) terhadap pangkuannya. Ini mungkin dapat dilakukan dengan duduk bersila diatas tempat tidur atau dilantai, atau duduk dikursi. e. Langkah-langkah menyusui yang benar Berberapa langkah yang benar dalam menyusui bayi, (Suradi dan Hesti, 2011), antara lain : 1) Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu dan areola sekitarnya. Cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu. 2) Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara. a) Ibu duduk atau berbaring santai. Bila duduk lebih baik menggunakan kursi yang rendah agar kaki ibu tidak tergantung dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi. b) Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu dan bokong bayi terletak pada lengan. Kepala bayi tidak boleh tertengadah dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu.

13 c) Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu, dan yang satu di depan. d) Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara (tidak hanya membelokkan kepala bayi). e) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus. f) Ibu menatap bayi dengan kasih sayang. 3) Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain menopang di bawah. Jangan menekan puting susu atau areolanya saja. 4) Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting reflek) dengan cara: a) Menyentuh pipi dengan puting susu, atau b) Menyentuh sisi mulut bayi. 5) Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dengan puting serta areola dimasukkan ke mulut bayi. a) Usahakan sebagian besar areola dimasukkan ke mulut bayi, susu berada dibawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak dibawah areola. b) Setelah bayi mulai menghisap, payudara tak perlu dipegang atau disangga lagi.

14 6) Melepas isapan bayi Setelah menyusu pada satu payudara sampai terasa kosong, sebaiknya ganti menyusui pada payudara yang lain. Cara melepas isapan bayi : a) Jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut atau, b) Dagu bayi ditekan kebawah. 7) Menyusui berikutnya mulai dari payudara yang belum terkosongkan (yang dihisap terakhir). 8) Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu dan areola sekitarnya. Biarkan kering dengan sendirinya. 9) Menyendawakan bayi Tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak muntah (gumoh-jawa) setelah menyusui. Cara menyendawakan bayi : a) Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan atau, b) Bayi tidur tengkurap dipangkuan ibu, kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan. f. Langkah-langkah menyusui bayi kembar Dalam menyusui bayi kembar terdapat beberapa posisi untuk mencapai keberhasilan (Suradi dan Hegar, 2010), antara lain :

15 1) Double Football Bayi dipegang seperti cara memegang bola disisi kanan dan kiri tubuh ibu. Tangan ibu menopang kepala bayi dengan berbaring dibawah tangan ibu. Banyak ibu menggunakan cara ini sampai mereka benar-benar berpengalaman. 2) Double Cradle Bayi dipegang seperti menyusui bayi tunggal, dimana ke-2 badan bayi menyilang diatas perut ibu. Posisi ini biasa digunakan pada ibu yang sudah berpangalaman dan bayi dapat mengontrol kepalanya dengan baik. 3) Kombinasi Football dan Cradle (posisi sejajar) Bayi pertama dipegang dengan cara football, sedangkan bayi yang lain dipegang posisi cradle. Posisi ini biasa digunakan oleh ibu dengan bayi triplet atau lebih, sehingga bayi terbiasa dan mendapat asupan ASI yang cukup. g. Tanda bayi menyusu dengan benar Beberapa tanda bayi dalam menyusui dengan menggunakan teknik menyusui yang benar (Bahiyatun, 2009). 1) Bayi tampak tenang. 2) Badan bayi menempel pada perut ibu 3) Mulut bayi terbuka lebar 4) Dagu menempel pada payudara ibu 5) Sebagian besar areola payudara masuk kedalam mulut bayi

16 6) Bayi tampak menghisap kuat dengan irama perlahan 7) Puting susu ibu tidak terasa nyeri 8) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus 9) Kepala tidak menengadah. h. Tanda bayi cukup ASI Beberapa tanda bayi cukup ASI (Sulistyawati, 2009), antara lain : 1) Bayi kencing setidaknya 6 kali dalam sehari dan warnanya jernih sampai kuning muda 2) Bayi sering buang air besar berwarna kekuningan berbiji 3) Bayi tampak puas, sewaktu-waktu merasa lapar, bangun, dan tidur cukup. Bayi setidaknya menyusu 10-12 kali dalam 24 jam 4) Payudara ibu merasa lembut dan kosong setiap kali selesai menyusui 5) Ibu dapat merasakan geli karena aliran ASI, setiap kali selesai menyusui 6) Bayi bertambah berat badannya. i. Lama dan frekuensi menyusui Sebaiknya bayi disusui secara on demand karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi menangis bukan karena sebab lain (kencing, kepanasan/kedinginan, atau sekedar ingin didekap) atau ibu sudah merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan

17 kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya bayi akan menyusu dengan jadwal yang tak teratur, dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1-2 minggu kemudian (Suradi dan Hesti, 2011). j. Masalah - masalah dalam pemberian ASI Kegagalan dalam proses menyusui sering disebabkan karena timbulnya beberapa masalah (Anggraini, 2010), antara lain : 1) Puting susu lecet a) Penyebab (1) Kesalahan dalam teknik menyusui yang benar (2) Akibat dari pemakaian sabun, alcohol, krim,dll untuk mencuci puting susu (3) Mungkin saja terjadi pada bayi yang frenulum lingue (tali lidah yang pendek), sehingga menyebabkan bayi sulit menghisap sehingga hisapannya hanya pada puting susu (4) Rasa nyeri dapat timbul jika ibu menghentikan menyusui kurang hati-hati. 2) Payudara bengkak a) Penyebab Pembengkakan ini terjadi karena ASI tidak disusui secara adekuat, sehingga sisa ASI terkumpul pada system duktus yang mengakibatkan terjadinya pembengkakan. Pembengkakan bisa terjadi pada hari ketiga dan keempat sesudah melahirkan.

18 b) Pencegahan (1) Apabila memungkinkan, susukan bayi segera setelah lahir (2) Susukan bayi tanpa dijadwal (3) Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila produksi ASI melebihi kebutuhan bayi. (4) Melakukan perawatan payudara 3) Saluran susu tersumbat (obstruvtive duct) Suatu keadaan dimana terdapat sumbatan pada duktus laktiferus, dengan penyebabnya adalah : a) Tekanan jari ibu pada waktu menyusui b) Pemakaian BH yang terlalu ketat c) Komplikasi payudara bengkak, yaitu susu yang terkumpul tidak segera dikeluarkan sehingga menimbulkan sumbatan. 4) Mastitis Hal ini merupakan radang pada payudara, yang disebabkan oleh: a) Payudara bengkak yang tidak disusui secara adekuat b) Puting lecet yang memudahkan masuknya kuman dan terjadi payudara bengkak c) BH yang terlalu ketat d) Ibu yang diit jelek, kurang istirahat, anemi akan mudah terinfeksi.

19 5) Abses payudara Abses payudara merupakan kelanjutan dari mastitis, hal ini dikarenakan meluasnya peradangan payudara. Payudara tampak merah mengkilap dan terdapat nanah sehingga perlu insisi untuk mengeluarkannya. 6) Kelainan anatomis pada puting susu (puting tenggelam/datar) Pada puting tenggelam kelainan dapat diatasi dengan perawatan payudara dan perasat Hoffman secara teratur. Jika puting masih tidak bisa diatasi maka untuk mengeluarkan ASI dapat dilakukan dengan tangan/pompa kemudian dapat diberikan dengan sendok/pipet. 2. Nifas a. Pengertian Beberapa pengertian masa nifas, antara lain: Nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai hingga alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Lama masa nifas ini, yaitu 6-8 minggu (Bahiyatun, 2009). Menurut (Sarwono, 2008), masa nifas (puerperium) adalah dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. b. Tahapan masa nifas Tahapan masa nifas dibagi menjadi 3 tahapan (Yetti Anggraini, 2010), antara lain :

20 1) Puerperium dini (immediate puerperium) Waktu 0-24 jam post partum, yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama islam telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari. 2) Puerperium intermedial (early puerperium) Waktu 1-7 hari post partum, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu. 3) Remote puerperium (later puerperium) Waktu 1-6 minggu post partum, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil dan waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat bisa berminggu-minggu, bulan atau tahun. c. Perubahan psikologi masa nifas Perubahan psikologi yang terjadi pada masa nifas dibagi menjadi 3 tahap (Anggraini, 2010), antara lain : 1) Taking in (1-2 hari post partum) Wanita menjadi pasif dan sangat tergantung serta berfokus pada dirinya, tubuhnya sendiri. Mengulang-ulang menceritakan pengalaman proses bersalin yang dialami. 2) Taking hold (2-4 hari post partum) Ibu khawatir akan kemampuannya untuk merawat bayinya dan khawatir tidak mampu bertanggung jawab untuk merawat bayinya.

21 3) Letting go Pada masa ini pada umumnya ibu sudah pulang dari RS. Ibu mengambil tanggung jawab untuk merawat bayinya. 3. Penyuluhan Kesehatan a. Pengertian Menurut Azwar dalam Machfoedz (2005) penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan, yang dilakukan dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan. b. Tujuan Menurut Azwar dalam Machfoedz (2005), membagi tujuan pendidikan kesehatan menjadi 3, antara lain : 1) Terciptanya perilaku yang menjadikan kesehatan sebagai suatu yang bernilai di masyarakat. 2) Secara mandiri mampu menciptakan perilaku sehat bagi dirinya sendiri maupun kelompok. 3) Mendorong berkembangnya dan penggunaan sarana pelayanan kesehatan yang ada secara tepat.

22 c. Tahap Penyuluhan Kesehatan Menurut Machfoedz (2005), mengubah perilaku seseorang tidak mudah, maka pendidikan kesehatan harus melalui 4 tahap, antara lain: 1) Tahap sensitisasi Pada tahap ini memberikan informasi dan kesadaran pada masyarakat terhadap adanya hal-hal penting berkaitan dengan kesehatan. 2) Tahap publisitas Tahap ini adalah kelanjutan dari tahap sensitisasi, yaitu menjelaskan lebih lanjut jenis atau macam pelayanan kesehatan. 3) Tahap edukasi Tahap ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap serta mengarahkan kepada perilaku yang diinginkan oleh kegiatan tersebut. 4) Tahap motivasi Tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap edukasi. Perorangan atau masyarakat setelah mengikuti pendidikan kesehatan, benarbenar mengubah perilaku sehari-harinya, sesuai dengan perilaku yang dianjurkan oleh pendidikan kesehatan pada tahap ini. d. Sasaran penyuluhan kesehatan Menurut Machfoedz (2005), sasaran pendidikan kesehatan di Indonesia, berdasarkan program pembangunan Indonesia, adalah :

23 1) Masyarakat umum dengan berorientasi pada masyarakat pedesaan. 2) Masyarakat dalam kelompok tertentu, seperti wanita, pemuda, remaja,. Termasuk dalam kelompok khusus ini adalah kelompok lembaga pendidikan mulai dari TK sampai perguruan tinggi, sekolah agama, swasta maupun negeri. e. Metode penyuluhan kesehatan Menurut Machfoedz (2005), metode yang digunakan pada aplikasi pendidikan kesehatan adalah belajar-mngajar. Pada garis besarnya metode tersebut dibagi 2 macam, antara lain : 1) Metode didaktik Metode ini didasarkan pada cara satu atau one way method. Pendidik aktif dan peserta didik pasif. Kelemahannya, sulit dievaluasi keberhasilannya. Contohnya siaran radio, tulisan dimedia cetak, tv, film. 2) Metode sokratik Metode ini adalah metode dua arah atau two-way trafic method. Dengan demikian peserta didik dapat aktif dan kreatif. Contohnya diskusi kelompok, diskusi panel, role playing, demonstrasi dan lain-lain. f. Media pendidikan kesehatan Menurut Machfoedz (2005), media pendidikan kesehatan adalah alat bantu pendidikan untuk menyampaikan kesehatan karena alat-alat tersebut dapat digunakan untuk mempermudah penerimaan

24 pesan-pesan kesehatan bagi masyarakat. Berdasarkan fungsinya media pendidikan kesehatan dibagi menjadi 3, antara lain : 1) Media cetak Media cetak sebagai alat untuk menyampaikan pesan-pesan atau informasi kesehatan sangat bervariasi antara lain booklet, leaflet, flyer (selebaran), flip chart (lembar balik), rubrik (tulisan pada surat kabar atau majalah), poster, foto. 2) Media elektronik Media elektronik sebagai sasaran untuk menyampaikan pesanpesan atau informasi kesehatan jenisnya berbeda-beda, antara lain : televisi, radio, video dan slide. 3) Media papan (Bill board) Papan yang dipasang di tempat-tempat umum dapat dipakai diisi dengan pesan-pesan atau informasi-informasi kesehatan. Media papan diisi juga mencakup pesan-pesan yang ditulis pada lembaran seng yang ditempel pada kendaraan-kendaraan umum. g. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyuluhan Menurut Machfoedz (2005), ada beberapa faktor yang mempengaruhi penyuluhan, antara lain: 1) Faktor Manusia Faktor ini bisa menyangkut penyuluh maupun sasaran. Hal ini berperan disini adalah :

25 a) Kematangan Termasuk kematangan fisik, psikis, dan sosial. b) Pengetahuan yang diperoleh sebelumnya Sejauh mana pengetahuan yang diperoleh baik penyuluh maupun sasaran sangat berpengaruh pada penyuluhan. Tentu akan lebih baik penyuluh maupun sasaran telah banyak memperoleh pengetahuan yang sedang dipelajari. c) Motivasi Bila penyuluh dan sasaran sama-sama memilik motivasi yang tinggi terhadap materi yang sedang dipelajari tentu hasilnya lebih baik daripada sebaliknya. 2) Faktor beban tugas dan materi penyuluhan a) Bentuk beban tugas b) Banyaknya materi beban tugas Bila beban tugas banyak dan kompleks tentu akan lebih berat daripada yang materi penyuluhan yang hanya sedikit dan sederhana. c) Jelas Materi yang jelas maka penyuluhan dapat dipahami dengan baik d) Lingkungan Lingkungan masyarakat menentang beban tugas pendidikan tentu akan sulit berhasil baik

26 4. Pengetahuan a. Pengertian pengetahuan Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap obyek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya) (Notoatmodjo, 2005). Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru didalam diri seseorang terjadi proses yang berurutan), yakni : 1) Awareness (Kesadaran) yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu. 2) Interest yakni orang mulai tertarik kepada stimulus 3) Evaluation (Menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap reponden sudah lebih baik lagi. 4) Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru. 5) Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulan.

27 Namun demikian, dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahaptahap diatas (Notoadmodjo, 2007). b. Tingkatan Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, antara lain : 1) Tahu (know) Tahu telah diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajri sebelumnya. 2) Memahami (komprehensif) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. 3) Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). 4) Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5) Sintesis (synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk

28 keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusum formulasi baru dari formulasiformulasi yang ada. 6) Evaluasi (evaluation) Evaluasi adalah kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. c. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Perilaku manusia adalah suatu aktivitas daripada manusia itu sendiri. Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulasi yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan. Blum (1986) menyatakan ada 4 faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan pada manusia yaitu genetik (hereditas), lingkungan, pelayanan kesehatan, dan perilaku (Notoatmodjo, 2007). Menurut teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2007) ada 3 faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku individu maupun kelompok sebagai berikut : 1) Faktor yang mempermudah (Predisposing factor) yang mencakup pengetahuan, sikap, kepercayaan, norma sosial, dan unsur lain yang terdapat dalam diri individu maupun masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan.

29 2) Faktor pemungkin (Enabling factor) mencakup ketersediaan sarana dan prasarana, misalnya air bersih, tempat pembuangan sampah, dll. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa, dokter dan bidan. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan. 3) Faktor pendorong (Reinforcing factor) yaitu faktor yang memperkuat perubahan perilaku seseorang yang dikarenakan adanya sikap suami, orang tua, tokoh masyarakat atau petugas kesehatan. d. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah : 1) Pendidikan Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pada umumnya, semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin mudah untuk mendapatkan informasi (Wawan dan Dewi, 2010). 2) Pekerjaan Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga (Wawan dan Dewi, 2010).

30 3) Umur Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir (Wawan dan Dewi, 2010). 4) Pengalaman Pengetahuan dapat berasal dari pengalaman, baik dari pengalaman pribadi maupun pengalaman yang berasal dari orang lain, pengalaman di anggap pengetahuan yang paling benar. 5) Ekonomi (pendapatan) Dalam memenuhi kebutuhan primer maupun kebutuhan sekunder, keluarga yang status ekonomi baik akan lebih tercukupi bila dibanding dengan keluarga yang status ekonominya rendah. Hal ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan akan informasi pendidikan yang termasuk dalam kebutuhan sekunder. 6) Faktor Lingkungan Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. 7) Sosial Budaya Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi. 8) Paparan Media Massa dan Informasi Melalui berbagai media massa baik cetak maupun elektronik sebagai alat informasi yang diterima oleh masyarakat. Sehingga

31 masyarakat yang lebih banyak mendapatkan informasi dari media massa seperti tevisi, radio, majalah, Koran dan lainnya akan memperoleh informasi dan pengetahuan yang lebih banyak dari pada yang tidak pernah terpapar media sama sekali (Notoatmodjo, 2005).

32 B. Kerangka Teori Perilaku Proses Perubahan Predisposing factors 1. Pengetahuan 2. Sikap 3. Kepercayaan 4. Tradisi 5. Nilai Enabling factors Ketersediaan sumbersumber/fasilitas Reinforcing factors Sikap dan perilaku petugas Komunikasi/ penyuluhan Pemberdayaan masyarakat Training Pendidikan kesehatan (Promosi kesehatan) Keterangan : yang diteliti yang tidak diteliti Bagan 2.1 Kerangka teori Sumber : Teori Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku

33 C. Kerangka Konsep Variabel Bebas Variabel Terikat Sebelum penyuluhan tentang teknik menyusui yang benar Sesudah penyuluhan tentang teknik menyusui yang benar Pengetahuan ibu nifas tentang teknik menyusui yang benar Bagan 2.2 Kerangka Konsep D. Hipotesis Ada perbedaan pengetahuan ibu nifas tentang teknik menyusui yang benar sebelum dan sesudah diberi penyuluhan.