BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa pengembangan. intelektual, dikarenakan pada masa itu anak memiliki keinginan dan

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah anak antara 6-14 tahun, merupakan siklus hidup manusia

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah. pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis.

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Jika tubuh tidak cukup mendapatkan zat-zat gizi

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber daya manusia (SDM) memiliki peranan penting. bangsa, membutuhkan SDM berkualitas tinggi (Sibuea, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari anak-anak menuju dewasa

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN. pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan. perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, masalah gizi perlu mendapatkan perhatian dari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No.

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia saat ini tengah menghadapi beban ganda masalah gizi. Di

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan antara bangun pagi sampai jam 9 (Hardinsyah, 2012). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. dewasa yang ditandai dengan pubertas. Remaja yang sehat adalah. remaja yang produktif dan kreatif sesuai dengan perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Tujuan. penerus harus disiapkan sebaik-baiknya. Salah satu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja dalam bahasa Inggris adolescence berasal dari bahasa. latinadolescere berati tumbuh menjadi dewasa. Menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya diserap oleh sel dan dioksidasi untuk menghasilkan energi. Bahan

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sebelum berangkat melakukan aktivitas sehari-hari (Utter dkk, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

I. PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumber daya manusia bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Titik berat tujuan pembangunan Bangsa Indonesia dalam pembangunan jangka

BAB I PENDAHULUAN. terutama di negara berkembang. Data Riset Kesehatan Dasar (R iskesdas)

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan arah pembangunan nasional. Salah satunya adalah meningkatkan

PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI SMA PEDESAAN DAN PERKOTAAN DI KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia Gizi Besi (AGB) dan Kekurangan Energi Protein (KEP) di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. balita, anak-anak, remaja, dewasa dan usia lanjut, makanan yang memenuhi syarat

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan fisiknya dan perkembangan kecerdasannya juga terhambat.

BAB I PENDAHULUAN. anak menjadi lemah dan cepat lelah serta berakibat meningkatnya angka absensi serta

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ramadani (dalam Yolanda, 2014) Gizi merupakan bagian dari sektor. baik merupakan pondasi bagi kesehatan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

GIZI SEIMBANG BAGI ANAK REMAJA. CICA YULIA, S.Pd, M.Si

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah merupakan investasi bangsa yang sangat penting, karena

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. generasi sebelumnya di negara ini. Masa remaja adalah masa peralihan usia

BAB I PENDAHULUAN. lemak, karena itu agar energi tercukupi perlu pemasukan makanan. serta tumbuh kembang anak (Anggaraini, 2003:11).

BAB I PENDAHULUAN. dengan prevalensi tertinggi dialami negara berkembang termasuk Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam memilih jenis makanan yang di konsumsi. Kecukupan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta benar. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Program Studi : Ilmu Gizi / Ilmu Kesehatan Masyarakat (Lingkari salah satu) Umur Sampel : tahun

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan

Semuel Sandy, M.Sc*, Maxi Irmanto, M.Kes, ** *) Balai Litbang Biomedis Papua **) Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Cenderawasih

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. zat-zat gizi. Oleh karena itu, manusia dalam kesehariannya tidak terlepas dari

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan. berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian.

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Remaja adalah tahapan umur yang datang setelah masa anak anak

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. dewasa yang ditandai dengan pubertas. Remaja yang sehat adalah remaja

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 : PENDAHULUAN. antara jumlah energi yang masuk dengan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk

BAB I PENDAHULUAN. berakhir pada usia 19 tahun (Proverawati, 2010) Remaja adalah kelompok yang

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN ASUPAN PROTEIN DAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMP AL-AZHAR PALU 2014 ABD. HAKIM, NIKMAH UTAMI, ARUM M

HUBUNGAN KESEIMBANGAN ASUPAN GIZI DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KONDISI FISIK ANAK SD DI KECAMATAN KOTANOPAN

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Sarapan Pagi

HUBUNGAN SIKAP TENTANG PENGATURAN MENU SEIMBANG DENGAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI SMU NEGERI 2 SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. Santri merupakan sebutan untuk murid yang bertempat tinggal di suatu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan makan dan zat gizi yang digunakan oleh tubuh. Ketidakseimbangan asupan makan tersebut meliputi kelebihan dan kekurangan asupan serta kesalahan dalam pemilihan bahan makanan (Arisman, 2010). Suhardjo (1989) dalam Sartika (2012) mengatakan status gizi seseorang dipengaruhi oleh jumlah dan mutu pangan yang dikonsumsi serta keadaan tubuh seseorang yang mempengaruhi penyerapan zat gizi. Masalah gizi pada remaja di Indonesia masih tinggi. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2013, prevalensi kurus pada remaja umur 16-18 tahun secara nasional sebesar 9,4% (1,9% sangat kurus dan 7,5% kurus), sedangkan prevalensi gemuk pada remaja umur 16-18 tahun sebanyak 7,3% (5,7% gemuk dan 1,6% obesitas). Daerah Istimewa Yogyakarta termasuk dalam provinsi dengan prevalensi gemuk tertinggi. Berdasarkan IMT/U anak usia 16-18 tahun yang kurus di DIY sebanyak 8,1%, di Kabupaten Sleman sendiri menyumbang prevalensi kurus paling tinggi yaitu 9,5% dan merupakan tertinggi dari kabupaten lainnya (Kemenkes RI, 2013). Makanan memiliki banyak fungsi di dalam tubuh. Menurut Sediaoetama (2008) dalam Mustaqimah (2015) fungsi dari zat-zat makanan yang masuk ke dalam tubuh antara lain sebagai sumber energi, penyokong pertumbuhan badan, memelihara jaringan tubuh, mengatur metabolisme tubuh dan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Makanan yang kita makan akan dimetabolisme oleh tubuh kemudian hasil dari metabolisme makanan digunakan sebagai bahan 1

2 bakar dalam melakukan suatu kegiatan. Asupan makanan akan menaikkan kadar gula darah sehingga sel tubuh bisa menggunakannya untuk melakukan reaksi. Kadar gula yang rendah menyebabkan badan lemas, mengantuk, sulit menerima pelajaran, serta turunnya gairah belajar dan kemampuan merespon (Irianto, 2007 dalam Pustika, 2015). Remaja berada pada fase adolescence growth spurt membutuhkan zat gizi yang cukup banyak untuk fase pertumbuhan tersebut. Peningkatan kebutuhan energi dibutuhkan untuk kegiatan fisik yang tinggi pada masa remaja. Sedangkan peningkatan protein digunakan dalam pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Pada kondisi konsumsi zat gizi tidak sesuai dengan kebutuhannya maka akan berakibat pada defisiensi zat gizi (Sediaoetama, 1991 dalam Camelia, 2002). Selain pertumbuhan fisik, remaja membutuhkan zat gizi untuk perkembangan kemampuan intelegensi antara lain energi, protein, vitamin C, seng, zat besi dan kalsium (Wirakusumah, dkk, 1993 dalam Rina, 2008). Kurangnya zat gizi dalam tubuh akan mengurangi kemampuan dan konsentrasi belajar siswa (Purnakarya, 2010 dalam Masdewi, 2011). Kekurangan gizi pada anak sekolah akan mengakibatkan lemah, cepat lelah dan sakit-sakitan sehingga anak akan sering absen serta mengalami kesulitan dalam memahami dan mengikuti pelajaran (Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi, 2000). Kekurangan gizi pada masa remaja akan memiliki dampak pada aktifitas siswa di sekolah seperti sluggishness (lesu), mudah letih/lelah, hambatan pertumbuhan, penurunan prestasi dan akhirnya akan berdampak pada kekurangan gizi pada masa dewasa nanti (Elnovriza, dkk, 2008 dalam Masdewi, 2011). Kondisi kekurangan gizi kronis atau berlangsung lama akan berakibat kekurangan energi protein (KEP) yang memiliki pengaruh terhadap IQ siswa. Dalam penelitian

3 Baliwati, dkk (2004) dalam Minatun (2011) penurunan IQ yang diakibatkan oleh kekurangan energi dan protein sebesar 10 hingga 13 skor dari anak yang normal. Kondisi kekurangan gizi pada remaja diakibatkan oleh pola konsumsi yang salah yaitu lebih mengkonsumsi makanan yang disukai dan jarang mengkonsumsi makanan yang dipantang atau tidak disukai, menurut Hurlock (1997) dalam Rina (2008) surveynya mengatakan bahwa remaja sangat menyukai makanan yang manis, roti serta permen, sedangkan sayur dan buah yang banyak mengandung vitamin C jarang dikonsumsi sehingga diet yang dikonsumsi rendah zat besi, seng, kalsium dan vitamin C. Disamping konsumsi makanan tersebut remaja juga menyukai minuman ringan (soft drink), teh, dan kopi daripada susu yang memiliki kandungan kalsium yang cukup tinggi. Kebiasaan diatas mengakibatkan keadaan kekurangan zat gizi mikro dalam tubuh yaitu mengalami defisiensi vitamin dan mineral. Salah satunya yaitu anemia defisiensi besi yang sering terjadi pada masa remaja. Menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga 2001 pada remaja Indonesia usia 15-19 tahun mengalami anemia sebanyak 26,5% (Subeno, 2007 dalam Fauzi, 2011). Penelitian rata-rata asupan zat besi dilakukan pada 106 mahasiswa Universitas Andalas dihasilkan hanya 6,56 mg/hari zat besi yang masuk ke dalam tubuh (Aryani, 2010 dalam Fitri, dkk, 2013). Angka Kecukupan Gizi 2013 (AKG 2013) pada remaja umur 16-18 tahun membutuhkan asupan zat besi 26 mg/hari pada remaja putri dan 15 mg/hari pada remaja laki-laki untuk dapat memenuhi kebutuhannya. Anemia defisiensi besi memberikan dampak luas termasuk menurunkan kapasitas kerja, menurunkan regulasi panas, disfungsi imunitas,

4 gangguan saluran cerna, menurunkan kemampuan kognitif (Clark, 2008 dalam Zulaekah, dkk, 2014). Masalah lain yang terjadi pada remaja adalah kurangnya kebiasaan sarapan pagi. Apabila tidak sarapan, tubuh akan menggunakan cadangan makanan untuk memenuhi energi yang dibutuhkan untuk belajar selama berada di sekolah sebelum makan siang dan jika tidak terpenuhi hal ini akan mengganggu konsentrasi sehingga kegiatan belajar tidak maksimal (Khomsan, 2003 dalam Rahmiwati, 2014). Membiasakan sarapan merupakan salah satu pesan umum gizi seimbang. Sarapan dilakukan antara bangun pagi sampai jam 9 untuk memenuhi 15-30% kebutuhan gizi harian dalam mewujudkan hidup sehat, aktif dan produktif. Membiasakan sarapan bertujuan untuk membekali tubuh dengan zat gizi yang dapat digunakan untuk berfikir, bekerja dan melakukan aktifitas fisik secara optimal. Bagi anak sekolah sarapan dapat meningkatkan konsentrasi belajar dan stamina. Sedangkan bagi remaja dan orang dewasa dapat mencegah terjadinya kegemukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 40% anak sekolah tidak sarapan pagi. Padahal dengan tidak sarapan akan menyebabkan berbagai hal yang tidak baik terutama pada proses belajar di sekolah. Selain itu akan menurunkan aktivitas fisik dan menyebabkan kegemukan pada remaja dan orang dewasa. Tidak sarapan juga akan meningkatkan risiko jajan yang tidak sehat (Kemenkes RI, 2014). Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan sekolah yang lebih mengutamakan penguasaan keterampilan sedangkan Sekolah Menengah Atas (SMA) lebih mengutamakan penguasaan teori. SMK menjadi pilihan yang bagus untuk para siswa yang ingin segera bekerja karena bekal keterampilan yang diberikan pada masa pendidikan lebih banyak. Pemerintah mengeluarkan

5 kebijakan untuk mengembangkan pertumbuhan SMK yang lebih banyak daripada SMA. Proporsi SMK akan ditingkatkan hingga 70:30 dibandingkan dengan SMA Bahkan di Kabupaten Bantul memiliki target rasio peserta didik SMK: SMA sebanyak 67:33. DIY tercatat memiliki 203 sekolah menengah kejuruan, dimana 53 diantaranya berada di Kabupaten Sleman (Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga DIY, 2012). Menurut data Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Jogja (2012) jumlah siswa SMK yang berada di Kabupaten Sleman sekitar 12.612 (swasta) dan 6.981 (negeri) siswa. Dalam hal ini Dikpora (2012) memiliki tujuan untuk meningkatkan lulusan SMK untuk segera terjun dalam dunia kerja. Untuk menunjang tujuan ini status gizi perlu diperbaiki sehingga lulusan SMK yang memiliki produktivitas yang tinggi dan siap terjun ke dalam dunia kerja. Siswa SMK memiliki banyak kompetensi keahlian sesuai dalam Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman yang menyatakan bahwa Kabupaten Sleman memiliki 33 kompetensi keahlian dengan 196 rombongan belajar/kelas. Kompetensi keahlian Teknik Kendaraan Ringan memiliki rombongan belajar yang paling besar yaitu sebesar 40 (Jatmoko, 2013). Besarnya jumlah tersebut akan membuat persaingan dalam belajar menjadi lebih tinggi. Padahal untuk mendapatkan prestasi terutama dalam hal ketrampilan yang baik banyak hal yang dapat mempengaruhinya. Salah satu hal yang mempengaruhi prestasi adalah status gizi. Menurut Sa adah, dkk (2014) terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi stunting dan status gizi wasting dengan prestasi belajar siswa Sekolah Dasar Negeri 01 Guguk Malintang Kota Padangpanjang. Asupan merupakan salah satu faktor dari status gizi. Menurut penelitian Fitriani (2014) terdapat hubungan yang signifikan asupan makan

6 dengan kejadian anemia, asupan makan dengan nilai praktik dan anemia dengan nilai praktik pada siswi Boga SMK Negeri 1 Buduran Sidoarjo. Sedangkan di Kabupaten Sleman belum pernah ada penelitian tentang asupan makan dan status gizi yang dihubungkan dengan keterampilan siswa. Hal ini menjadi dasar penelitian hubungan asupan zat gizi dan status gizi dengan keterampilan siswa sekolah menengah kejuruan (SMK) di Kabupaten Sleman. B. Rumusan Masalah Apakah terdapat hubungan asupan zat gizi (energi, karbohidrat, protein, lemak, zat besi, vitamin C, seng dan kalsium), sarapan dan status gizi dengan keterampilan siswa sekolah menengah kejuruan (SMK) di Kabupaten Sleman C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan asupan zat gizi (energi, karbohidrat, protein, lemak, zat besi, vitamin C, seng dan kalsium), sarapan dan status gizi dengan keterampilan siswa sekolah menengah kejuruan (SMK) di Kabupaten Sleman. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui tingkat asupan zat gizi (energi, karbohidrat, protein, lemak, zat besi, vitamin C, seng dan kalsium) pada siswa sekolah menengah kejuruan (SMK) di Kabupaten Sleman b. Mengetahui status gizi siswa sekolah menengah kejuruan (SMK) di Kabupaten Sleman

7 c. Mengetahui tingkat keterampilan siswa sekolah menengah kejuruan (SMK) di Kabupaten Sleman d. Mengetahui hubungan antara asupan zat gizi (energi, karbohidrat, protein, lemak, zat besi, vitamin C, seng dan kalsium) dengan keterampilan siswa sekolah menengah kejuruan (SMK) di Kabupaten Sleman e. Mengetahui hubungan antara status gizi dengan keterampilan siswa sekolah menengah kejuruan (SMK) di Kabupaten Sleman f. Mengetahui hubungan antara asupan zat gizi (energi, karbohidrat, protein, lemak, zat besi, vitamin C, seng dan kalsium) dengan status gizi siswa sekolah menengah kejuruan (SMK) di Kabupaten Sleman g. Mengetahui hubungan antara sarapan dengan status gizi siswa sekolah menengah kejuruan (SMK) di Kabupaten Sleman h. Mengetahui hubungan antara sarapan dengan keterampilan siswa sekolah menengah kejuruan (SMK) di Kabupaten Sleman D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Instansi Terkait Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan kepada instansi terkait termasuk staf pendidik dan seluruh staf sekolah maupun instansi yang berkaitan dengan pendidikan dan gizi pada siswa SMK. 2. Bagi Peneliti Penelitian ini akan memberikan tambahan informasi dan wawasan bagi penelliti mengenai gizi dan keterampilan siswa SMK.

8 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini dapat menjadi dasar/acuan bagi peneliti selanjutnya yang tertarik pada gizi anak sekolah terkait keterampilan siswa SMK. E. Keaslian Penelitian 1. Penelitian Rina (2008) yang berjudul Konsumsi Pangan, Status Gizi dan Prestasi Belajar pada Siswa-siswi SMA Assalaam Surakarta. Jenis penelitian dan rancangan penelitian : penelitian ini menggunakan desain cross-sectional study. Ringkasan penelitian : penelitian ini memiliki tujuan umum untuk mengetahui penyelenggaraan makanan, konsumsi pangan serta hubungannya dengan status gizi dan prestasi belajar siswa-siswi SMA Assalaam Surakarta. Tujuan khususnya yaitu mengetahui sistem penyelenggaran makanan di pondok pesantren serta menganalisis sumbangannya terhadap konsumsi pangan siswa-siswi SMA Assalaam Surakarta, menganalisis status gizi siswa-siswi SMA Assalaam Surakarta, menganalisis prestasi belajar serta faktor-faktor yang diduga berhubungan dan mempengaruhi prestasi belajar siswa-siswi SMA Assalaam Surakarta. Kesimpulan : uji korelasi Spearman menunjukkan lingkungan belajar, kelengkapan fasilitas belajar, pola belajar dan status gizi berhubungan nyata dengan prestasi belajar. Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan konsumsi energi dan protein berhubungan nyata dengan status gizi. Hasil analisis Regresi Linier berganda menunjukkan bahwa prestasi belajar dipengaruhi oleh status gizi, fasilitas belajar, dan lingkungan belajar.

9 Persamaan : variabel yang diteliti mengenai konsumsi pangan, status gizi dan prestasi belajar siswa-siswi SMA. Pada penelitian ini juga menggunakan desain penelitian cross-sectional. Status gizi pada penelitian ini menggunakan subvariabel IMT. Perbedaan : meskipun SMA dan SMK memiliki jenjang yang sama tetapi pada siswa SMK memiliki tambahan penilaian kejuruan yaitu nilai praktek kejuruan. Data konsumsi makan dikumpulkan dengan cara food recall yang dilakukan selama 2x24 jam. 2. Penelitian Effendy (2012) yang berjudul Hubungan Status Gizi dengan Tingkat Prestasi Belajar pada Siswa Kelas X SMK Negeri 2 Indramayu. Jenis penelitian dan rancangan penelitian : penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif yang termasuk jenis penelitian analitik survey dengan pendekatan cross-sectional. Ringkasan penelitian : penelitian ini bertujuan umum untuk mengetahui hubungan status gizi dengan prestasi belajar siswa di SMK Negeri 2 Indramayu. Tujuan khusus penelitian ini antara lain mengetahui status gizi siswa kelas X Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Indramayu, mengetahui tingkat prestasi belajar siswa kelas X Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Indramayu, mengetahui hubungan status gizi dengan tingkat prestasi belajar siswa SMK kelas X SMK Negeri 2 Indramayu. Kesimpulan : tidak ada hubungan yang kuat antara status gizi dan tingkat prestasi belajar siswa kelas X SMK Negeri 2 Indramayu. Persamaan : variabel yang diteliti mengenai status gizi dan prestasi belajar. Penelitian ini mengunakan desain cross-sectional. Sampel yang dalam penelitian ini siswa sekolah menegah kejuruan. Status gizi (IMT) diperoleh

10 dari data pengukuran berat badan dan tinggi badan kemudian diolah menggunakan program nutrisurvey 2005 Indonesian Versions. Perbedaan : penelitian ini tidak meneliti tentang asupan zat gizi pada siswa. Uji statistik yang digunakan yaitu uji korelasi Pearson Product Moment dengan taraf signifikasi 0,05. 3. Penelitian Fitriani (2014) yang berjudul Hubungan Asupan Makanan dengan Kejadian Anemia dan Nilai Praktik pada Siswi Kelas XI Boga SMK Negeri 1 Buduran Sidoarjo Jenis penelitian dan rancangan penelitian : jenis penelitian ini adalah crosssectional Ringkasan penelitian : penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan asupan makanan dengan kejadian anemia, mengetahui hubungan asupan makanan dengan nilai praktik dan mengetahui hubungan kejadian anemia dengan nilai praktik. Kesimpulan : ada hubungan asupan makanan dengan kejadian anemia siswi kelas XI Jasa Boga 1 SMK Negeri 1 Buduran Sidoarjo. Ada hubungan asupan makanan dengan nilai praktik siswi kelas XI Jasa Boga 1 SMK Negeri 1 Buduran Sidoarjo. Ada hubungan kejadian anemia dengan nilai praktik siswi kelas XI Jasa Boga 1 SMK Negeri 1 Buduran Sidoarjo Persamaan : subjek penelitian merupakan siswa SMK. Penelitian ini merupakan jenis penelitian cross-sectional. Variabel terikat pada penelitian ini adalah prestasi belajar siswa meskipun hanya pada nilai praktik saja. Perbedaan : asupan makan diperoleh menggunakan Food Recall 24 jam selama dua hari. peneltian ini tidak memasukkan status gizi dalam variabel bebas yang mempengaruhi variabel terikat yaitu prestasi siswa.