BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini merupakan era globalisasi dimana zaman menjadi modern yang

dokumen-dokumen yang mirip
KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN KERANGKA KONSEPTUAL STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL

KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAHAN (Menurut PP No 71 Tahun 2010 ttg SAP)

Lampiran I. Pokok-pokok Perbedaan Dalam Kerangka Konseptual Akuntansi Kas Menuju Akrual dengan Akuntansi Berbasis Akrual

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya pelaksanaan otonomi daerah menuntut pemerintah harus memberikan

PENDAHULUAN KEBIJAKAN AKUNTANSI

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi pemerintah merupakan salah satu bentuk organisasi non

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 238/PMK.05/2011 TENTANG PEDOMAN UMUM SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN

BAB I PENDAHULUAN. setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas,

BAB I PENDAHULUAN. Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH BERBASIS AKRUAL SEBAGAI AMANAT UNDANG-UNDANG

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang jelas tentang aktivitas suatu entitas ekonomi dalam satu periode

BAB I PENDAHULUAN. sangatlah diperlukan informasi-informasi yang menunjang bagi kemajuan dan


BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin maju dan terbukanya sistem informasi dewasa ini, isu-isu

2. Kerangka Teoritis 2.1. Laporan Keuangan Pemerintah Peranan dan Tujuan Pelaporan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. dengan Good Government Governance (GGG). Mekanisme. penyelenggaraan pemerintah berasaskan otonomi daerah tertuang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan tata kelola yang baik (good governance),

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. reformasi yang semakin luas dan menguat dalam satu dekade terakhir. Tuntutan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Dalam rangka menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik

2. TELAAH TEORITIS 2.1 Laporan Keuangan Pemerintah Laporan keuangan pemerintah disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi

I. PENDAHULUAN.

L A P O R A N K E U A N G A N T A H U N BAB

BAB I PENDAHULUAN. daerahnya dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia.

BAB I PENDAHULUAN. sistem tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. telah direvisi menjadi UU No. 32 tahun 2004 menyatakan bahwa setiap

Prinsip Dasar dan Gambaran Umum Akuntansi Pemerintahan. Ridwan Chairudin

BAB 1 PENDAHULUAN. penerapan sistem pertanggung jawaban yang tepat, jelas, terukur, dan legitimate

BAB I PENDAHULUAN. mencatat desentralisasi di Indonesia mengalami pasang naik dan surut seiring

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi, teknologi informasi komunikasi (TIK) semakin lama

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini dituntut seluruh elemen masyarakat termasuk perusahaan baik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Reformasi birokrasi bertujuan untuk menciptakan birokrasi pemerintah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. melalui pembenahan kebijakan dan peraturan perndang-undangan, penyiapan

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era

BAB II LANDASAN TEORI. Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang. maka Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

LAPORAN PUBLIKASI INFORMASI PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun. transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara.

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsinya yang didasarkan pada perencanaan strategis yang telah ditetapkan.

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan pesat terhadap akses yang dapat dilakukan masyarakat untuk. masyarakat akan adanya suatu pengukuran kinerja.

KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAHAN

BAB I PENDAHULUAN. (government) menjadi kepemerintahan (governance). Pergeseran tersebut

IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI KEUANGAN DAERAH (SIKD)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG SISTEM AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1619, 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN. Akuntansi. Pemerintah Pusat. Jurnal.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pergantian Pemerintahan dari orde baru ke orde reformasi yang. dimulai pertengahan tahun 1998 menuntut pelaksanaan otonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah yang merupakan hak, wewenang dan kewajiban daerah

BAB I PENDAHULUAN. Akuntanbilitas publik merupakan kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG PELAPORAN KEUANGAN DAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.21, 2010 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Informasi Publik. Keterbukaan.

BAB I PENDAHULUAN. yang sering disebut good governance. Pemerintahan yang baik ini. merupakan suatu bentuk keberhasilan dalam menjalankan tugas untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. arah dan tujuan yang jelas. Hak dan wewenang yang diberikan kepada daerah,

BAB 1 PENDAHULUAN. dibangku perkuliahan. Magang termasuk salah satu persyaratan kuliah yang


BAB I PENDAHULUAN. untuk menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai bentuk

B U P A T I K U N I N G A N

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ghia Giovani, 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aksesibilitas laporan keuangan SKPD, transparansi dan akuntabilitas pengelolaan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI PERWAKILAN PROVINSI JAMBI

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Tata kelola pemerintah yang baik (Good Government Governance) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. melalui Otonomi Daerah. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.22 tahun

BAB II TINJAUAN/KAJIAN PUSTAKA. mencapai tujuan penyelenggaraan negara. dilakukan oleh badan eksekutif dan jajaranya dalam rangka mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. secara terus-menerus berpartisipasi dalam mewujudkan kepemerintahan yang baik (good

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya konkret mewujudkan transparansi dan akuntabilitas

BAB III METODE PENELITIAN

BERITA NEGARA. BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL. SPIP. Penyelenggaraan. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) adalah laporan pertanggung-jawaban

BAB I INTRODUKSI. Bab I dalam penelitian ini berisi tentang latar belakang, konteks riset, rumusan

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN CIAMIS

DAFTAR ISI. Halaman I. DAFTAR ISI... i II. DAFTAR TABEL... iii III. DAFTAR LAMPIRAN... iv

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Seiring berjalannya reformasi birokrasi pemerintahan maka seluruh hal-hal

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PENYUSUNAN HIPOTESIS

SAMBUTAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMASI REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. membuat masyarakat dapat ikut berpartisipasi aktif dalam mengontrol setiap

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan jaringan informasi berbasis teknologi. pemerintah pusat dan daerah secara terpadu telah menjadi prasyarat yang penting

KORELASI OPINI AUDIT BPK ATAS LKKL DENGAN HASIL EVALUASI LAKIP K/L

BAB I PENDAHULUAN. daerah berdasarkan azas otonomi. Regulasi yang mendasari otonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance). Untuk mewujudkan tata. kelola tersebut perlunya sistem pengelolaan keuangan yang lebih

HUBUNGAN STANDAR DAN SISTEM AKUNTANSI. Standar Akuntansi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG PELAPORAN KEUANGAN DAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

PENGANGGARAN SEKTOR PUBLIK

TINJAUAN UMUM AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan yang handal, dapat dipertanggungjawabkan dan dapat digunakan sebagai dasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perhatian utama masyarakat pada sektor publik atau pemerintahan adalah

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 215/PMK.05/2013 TENTANG JURNAL AKUNTANSI PEMERINTAH PADA PEMERINTAH PUSAT

2016 PENGARUH PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN DAN GOOD GOVERNMENT GOVERNANCE TERHADAP KINERJA DINAS PEMERINTAH DAERAH KOTA BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara dapat

Proses Persiapan Pelaporan Keuangan pada Dinas Koperasi, UMKM, dan Pasar Kota Depok. : Tri Agung Laksono NPM :

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini merupakan era globalisasi dimana zaman menjadi modern yang ditandai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat pesat. Implementasi aplikasi teknologi informasi dan komunikasi diberbagai aspek kehidupan masyarakat seperti dalam lingkungan politik, sosial, ekonomi, budaya, ideologi, politik, dan pertahanan keamanan telah merubah tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara. Manfaat penerapan teknologi informasi dan komunikasi yang dirasakan oleh beragam sektor seperti pendidikan, kesehatan, manufaktur, perbankan, keuangan, transportasi, retail dan distribusi, pariwisata, serta jasa-jasa lainnya. Hal ini menunjukkan bagaimana teknologi ini akan senantiasa berkembang dan diadopsi oleh seluruh individu dan komunitas. Salah satu komponen yang dapat menggunakan aplikasi teknologi informasi dan komunikasi ini yaitu pemerintah. Oleh karena itu pemerintah harus dapat meningkatnya pelayanan publik yang diberikan kepada masyarakat karena akan lebih efektif dan efesien, serta dapat mendukung pelaksanaan pemerintahan yang baik (good governance), melalui penggunaan teknologi informasi dan komunikasi yang perkembangannya cepat dan canggih.

2 Dalam rangka merespon perkembangan teknologi informasi dan komunikasi pemerintah Indonesia megeluarkan Intruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan e-government yaitu : Ditujukan kepada Menteri, Kepala Lembaga Pemerintah Non Departemen, Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Tertinggi dan Tinggi Negara, Panglima Tentara Nasional Indonesia, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia, Jaksa Agung Republik Indonesia, Gubernur,Bupati/Walikota salah satunya adalah intruksi Mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai tugas, fungsi dan kewenangan masing-masing guna terlaksananya pengembangan e-government secara nasional dengan berpedoman pada Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan e-government sebagaimana ter-cantum dalam Lampiran Instruksi Presiden ini. Ironisnya dalam hal ini perkembangan e-government di Indonesia tidak menunjukkan kearah yang lebih baik, hal ini terlihat dengan adanya rangking e- Government di dunia yang terus menurun walaupun pada tahun 2012 ada peningkatan lebih baik, Berdasarkan World E-Government Development Ranking, peringkat Indonesia mengalami penurunan dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2010 yakni peringkat ke 85 (2004), 96 (2005), 106 (2008), 109 (2010) sedangkan pada tahun 2012 Indonesia mengalami peningkatan yakni peringkat ke 97, (Sumber: United Nation Public Administration Programme (UNPAN) : 2012) dan pada penelitian lain kondisi e- Government di Indonesia yakni menurut The 2012 Waseda University International e- Government Ranking released menempati peringkat 34 dari 55 negara di dunia (Sumber: Waseda University : 2012). Hal ini memiliki pengertian bahwa Indonesia harus lebih meningkatkan kembali dalam implementasi e-government tersebut, agar lebih baik dalam pelayanan publik.

3 Proses atas reformasi birokrasi di Indonesia terus berjalan dan berusaha ditingkatkan oleh setiap elemen yang ada didalam pemerintahan tersebut. Hal ini ditunjukkan dalam peningkatan pelayanan publik terhadap masyarakat. Yang diharapkan dapat dirasakan secara efektif dan efesien. Salah satu peningkatan dalam pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah yaitu dengan adanya pelaksanaan e-government di setiap pemerintahan, baik ranah pusat ataupun daerah. Untuk melihat pelaksanaan tersebut pemerintah melalui Kementrian Komunikasi dan Informasi memberikan apresiasi kepada pemerintah daerah yang telah melaksanakan e-government tersebut. Dan pada tahun 2011 penghargaan pemanfaatan atas Teknologi dan Informasi Komunikasi ini diberikan kepada Provinsi Jawa Barat sebagai peringkat pertama dalam Pemeringkatan e-government Tahun 2011 untuk kategori Tingkat Provinsi yang diselenggarakan Kementerian Kominfo dengan nilai rata-rata 3,17 (Sumber: www.layanan.pegi.go.id : 2012). Berlakunya Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP), kini masyarakat Indonesia seharusnya dapat meminta program, proses pengambilan kebijakan, dan keputusan Badan Publik beserta alasannya secara langsung atau melalui surat terkait kepentingan publik, kecuali informasi yang dikecualikan sebagaimana diatur dalam Undang-undang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP). Akan tetapi, setelah 4 tahun berlalu sejak UU tersebut ditetapkan, banyak pihak sepakat bahwa penerapan UU KIP masih mengecewakan Hal tersebut dapat terlihat dengan adanya tingkat pengungkapan atas informasi yang diberikan oleh

4 pemerintah tersebut. Maka sejalan dengan pengertian Informasi itu sendiri menurut UU KIP adalah : Keterangan, pernyataan, gagasan, dan tanda-tanda yang mengandung nilai, makna, dan pesan, baik data, fakta maupun penjelasannya yang dapat dilihat, didengar, dan dibaca yang disajikan dalam berbagai kemasan dan format sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi secara elektronik ataupun non elektronik. Adanya program e-government dapat membuka peluang untuk membuka informasi yang dimiliki oleh suatu pemerintahan untuk mempermudah akses masyarakat terutama informasi yang ada, baik dalam informasi keuangan atau informasi non keuangan. Salah satu hal yang menjadi sorotan masyarakat terhadap suatu kinerja pemerintahan terutama dalam manajemen keuangan adalah transparansi dan akuntabilitas. Hal tersebut dapat terlihat dengan adanya tingkat pengungkapan atas informasi yang diberikan oleh pemerintah tersebut. Pada prinsipnya tingkat atas pengungkapan dalam laporan keuangan akan membantu pengguna laporan keuangan untuk memahami isi dan angka yang dilaporkan dalam laporan keuangan. Menurut Sofyan (268:2007) terdapat tiga tingkatan pengungkapan yaitu pengungkapan penuh, pengungkapan wajar, dan pengungkapan cukup. Pengungkapan penuh mengacu pada seluruh informasi yang diberikan oleh perusahaan, baik informasi keuangan maupun informasi non keuangan. Pengungkapan penuh tidak hanya meliputi laporan keuangan tetapi juga mencakup informasi yang diberikan pada management letter, company prospect dan sebagainya. Pengungkapan cukup adalah pengungkapan yang diwajibkan oleh standar akuntansi yang berlaku. Sementara

5 pengungkapan wajar adalah pengungkapan cukup ditambah dengan informasi lain yang dapat berpengaruh pada kewajaran laporan keuangan seperti contingencies, commitments dan sebagainya. Adanya akses masyarakat terhadap laporan keuangan suatu pemerintahan dapat meningkatkan kinerja atas pemerintah serta menuntut informasi yang relevan dan andal untuk digunakan, terutama dalam hal pengungkapan atas laporan keuangan. Serta hal tersebut sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 71 tahun 2010 nomor 1 mengenai Prinsip Akuntansi dan Pelaporan Keuangan paragraph 41 yang berbunyi : Prinsip akuntansi dan pelaporan keuangan dimaksudkan sebagai ketentuan yang dipahami dan ditaati oleh pembuat standar dalam menyusun standar, penyelenggara akuntansi dan pelaporan keuangan dalam melakukan kegiatannya, serta pengguna laporan keuangan dalam memahami laporan keuangan yang disajikan. Berikut ini adalah delapan prinsip yang digunakan dalam akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah: (a) Basis akuntansi; (b) Prinsip nilai historis; (c) Prinsip realisasi; (d) Prinsip substansi mengungguli bentuk formal; (e) Prinsip periodisitas; (f) Prinsip konsistensi; (g) Prinsip pengungkapan lengkap; dan (h) Prinsip penyajian wajar. Pada delapan prinsip yang digunakan dalam akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah, salah satunya adalah prinsip pengungkapan lengkap (full disclosure) yakni Laporan keuangan menyajikan secara lengkap informasi yang dibutuhkan oleh pengguna. Informasi yang dibutuhkan oleh pengguna laporan keuangan dapat ditempatkan pada lembar muka (on the face) laporan keuangan atau Catatan atas Laporan Keuangan

6 Hal tersebut sejalan dengan pelaksanaan APBN/APBD setiap entitas baik pemerintah pusat, kementerian negara/lembaga,pemerintah daerah, dan satuan kerja di tingkat pemerintah pusat/daerah wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah, Komponen laporan keuangan pemerintah yakni terdiri atas: Laporan Realisasi Anggaran (LRA); Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (Laporan Perubahan SAL); Neraca; Laporan Operasional (LO); Laporan Arus Kas (LAK); Laporan Perubahan Ekuitas (LPE); Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK). Begitupula informasi non keuangan sangat penting untuk diketahui oleh masyarakat apalagi para investor, wisatawan dan lainnya yang dapat meningkatkan ekonomi suatu daerah tersebut. Hal tersebut sesuai dengan Buku Panduan Penyelenggaraan Situs Web Pemerintah Daerah yang diterbitkan pada bulan Agustus 2003 yakni : Dimana situs web diharapkan mampu untuk menyajikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, banyak dikunjungi dan diminati oleh banyak orang dan menjadi kebanggaan tersendiri oleh masyarakatnya sendiri dan kebanggaan Indonesia( 8 : 2010). Oleh karena itu, penerapan e-government menjadi sangat penting untuk dilaksanakan terutama dalam pengelolan website di pemerintahan karena dapat memberikan informasi yang berguna, serta relevan bagi masyarakat. Dalam implementasi informasi keuangan dan non keuangan tersebut, dapat tergambar pada fitur-fitur yang ada di website suatu pemerintahan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya keberagaman fitur-fitur sesuai dengan kebutuhan

7 pelayanan publik yang diberikan oleh pemerintah tersebut, oleh karena itu Kementerian Komunikasi dan Informasi melaksanakan Pemeringkatan e- Government (Pegi), dengan tujuan mendorong pemerintah daerah melaksanakan e- Government dengan baik, pada salah satu penilaian Pemeringkatan e-government (Pegi) yakni dimensi aplikasi dimana dimensi ini mengevaluasi terhadap ketersediaan dan tingkat penerapan dari berbagai aplikasi yang perlu dalam menjalankan fungsi e-government yang sesuai dengan tugas dan fungsi pemerintah tersebut. Kelompok aplikasi yang di evaluasi tersebut meliputi Kemasyarakatan, Administrasi dan Manajemen, Legislasi, Pembangunan, Keuangan, Kepegawaian, Kepemerintahan, Kewilayahan, Pelayanan. Dimensi aplikasi Pemeringkatan e-government (Pegi) diatas menunjukkan bahwa kriteria yang tersedia didalam suatu website pemerintahan harus mencakup 9 aplikasi tersebut yang terimplementasi dalam suatu fitur-fitur yang ada pada website tersebut. Sedangkan dalam penelitian terdahulu yakni pada Financial Transparancy on the web (Herman, Budi dan Widya Silfianti 2011) menunjukkan beberapa fiturfitur yang diteliti antara lain adalah, Pada fitur non-keuangan terdiri dari 18 fitur yakni news, kontak Pemda, buku tamu, kegiatan Pemda, Visi dan Misi, Profil, Sejarah, Struktur, Promosi, FAQ, E- procurement, Fasilitas Pencarian, Tautan Link, Peta Daerah, Site Map, Forum, Pooling. Dan pada fitur keuangan terdiri dari 15 fitur yakni meliputi Informasi Penyelewengan Keuangan, Informasi Pajak dan Retribusi, Informasi Tugas Pembantu, Informasi Dana Konsentrasi, Dokumen Peraturan Daerah, Dokumen Peraturan Pemerintah, Inventarisasi Aset, Opening Balance, Laporan Keuangan BUMD, Berita Keuangan BUMD, Informasi Keuangan, Arus Kas, Realisasi Anggaran, APBD, Neraca Pemda.

8 Kriteria fitur-fitur diatas menunjukkan bahwa informasi keuangan terdiri atas 15 fitur sedangkan informasi non keangan terdiri dari 18 fitur. Semakin tinggi atas keberadaan fitur tersebut menunjukkan bahwa pengungkapan informasi oleh pemerintah Kota / Kabupaten, telah sesuai dengan kebutuhan bagi pengguna informasi tersebut. Menurut Undang-Undang No.26 tahun 2007 tentang Tata Ruang, adalah, Bahwa kawasan perkotaan inti dengan kawasan perkotaan di sekitarnya yang saling memiliki keterkaitan fungsional dan dihubungkan dengan jaringan prasarana wilayah yang terintegrasi serta menurut besarannya Kota/Kabupaten diklasifikasikan menjadi lima kategori yakni Megapolitan, Metropolitan, Besar, Sedang dan kecil. Oleh karena itu klasifikasi Kota / Kabupaten dapat mempengaruhi jaringan yang terintegrasi atas ketersedian informasi yang diungkapkan.tetapi pada realitanya pengungkapan informasi, baik yang bersifat keuangan ataupun non keuangan sangat rendah terealisasikan hal tersebut terlihat dengan terbatasnya fitur-fitur pada website pemerintahan sehingga informasi yang diberikan oleh pemerintah terbatas.dan sesuai dengan penelitian yang terdahulu yakni pada Financial Transparancy on the web (Herman, Budi dan Widya Silfianti 2011) menjelaskan Adanya temuan menarik yakni indikasi kesenjangan digital antara tingkat pemerintah daerah yang berda di Jawa dan luar Jawa yang relatif masih kurang memiliki informasi kurang dari situs web yang dimiliki pemerintahan tersebut. Dari uraian diatas, maka penulis berharap dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai Analisis Tingkat Pengungkapan Informasi Keuangan dan Non

9 Keuangan dalam Perspektif E-Government pada Website Pemerintahan Kota / Kabupaten di Indonesia. 1.2 Rumusan Masalah Adapun permasalahan yang akan diungkap dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimanakah tingkat pengungkapan informasi keuangan dan non keuangan pada website Pemerintahan Kota / Kabupaten di Indonesia. 2. Bagaimanakah implementasi fitur keuangan dan non keuangan pada website Pemerintahan Kota / Kabupaten di Indonesia. 3. Bagaimanakah hubungan peringkat indeks pengungkapan informasi keuangan dan non keuangan Kota / Kabupaten di Indonesia dengan klasifikasi Kota / Kabupaten. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian Maksud dari penelitian adalah untuk menganalisis pengungkapan informasi keuangan dan non keuangan dalam perspektif e-government pada website

10 Pemerintahan Kota / Kabupaten di Indonesia dilihat dari pengungkapan fitur-fitur dan hubungan klasifikasi Kota / Kabupaten di Indonesia. 1.3.2 Tujuan Penelitian Adapun tujuan atas penelitian ini adalah. 1. Menggambarkan pengungkapan transparansi informasi keuangan dan non keuangan yang didasarkan pada website Kota / Kabupaten. 2. Menggambarkan ketersediaan informasi keuangan dan non keuangan pada website Pemerintahan Kota / Kabupaten di Indonesia 3. Menggambarkan peringkat Kota / Kabupaten yang ada di Indonesia dalam pengungkapan informasi. Serta mengetahui hubungannya dengan klasifikasi Kota / Kabupaten di Indonesia. 1.4 Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan peneliti ini adalah sebagai berikut.

11 1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk memperkaya khasanah atas kebijakan pemerintah, khususnya terkait dengan implementasi e-goverment. 2. Secara praktis, diharapkan penelitian ini dapat memberikan gambaran serta informasi tingkat pengungkapan informasi keuangan dan non keuangan dalam penerapan e-goverment di pemerintahan Kota / Kabupaten di Indonesia dan mengetahui peringkat Kota / Kabupaten dalam penerapan e-goverment di Indonesia serta hubungan peringkat tersebut dengan klasifikasi Kota / Kabupaten.