BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan tidak dapat ditakar hanya dengan kemampuan memenuhi kebutuhan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Tolok ukur keberhasilan pembangunan dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dua isu sentral masalah pembangunan yang masih menghantui Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu upaya untuk mewujutkan cita-cita bangsa yakni terciptanya

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 64 TAHUN 2005 TENTANG KODE DAN DATA WILAYAH ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DI KABUPATEN BADUNG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 31 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 45 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 47 TAHUN 2007 TENTANG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG PEMBERIAN BAGI HASIL DANA PERIMBANGAN KEPADA DESA / KELURAHAN DI KABUPATEN BADUNG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PEMBERIAN BAGI HASIL DANA PERIMBANGAN KEPADA DESA / KELURAHAN DI KABUPATEN BADUNG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 20 TAHUN 2005 TENTANG LOKASI PENGELOLAAN PEMBANGUNAN WILAYAH TERPADU ( PPWT ) KABUPATEN BADUNG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN BAGI HASIL DANA PERIMBANGAN KEPADA DESA DI KABUPATEN BADUNG

I. PENDAHULUAN. orang miskin khususnya di perdesaan terpuruk di bawah garis kemiskinan.

10. Peraturan Daerah Kabupaten Badung Nomor 19 Tahun 2013 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2014;

ABSTRAK. Kata Kunci: Kejelasan Sasaran Anggaran, Sistem Pelaporan, Audit Kinerja, dan Akuntabilitas.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS iii KATA PENGANTAR... iv

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan cita-cita bangsa yakni terciptanya

BAB I PENDAHULUAN. yang terkena PHK (pengangguran) dan naiknya harga - harga kebutuhan

I. PENDAHULUAN. miskin khususnya di perdesaan terpuruk di bawah garis kemiskinan. Beberapa

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Demikian juga halnya dengan kemiskinan, dimana kemiskinan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. angka ini menjadi 24,29% atau 49,5 juta jiwa. Bahkan International Labour

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Kemiskinan menjadi salah satu alasan rendahnya Indeks Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Permasalahan kemiskinan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya seperti Indonesia. Kemiskinan seharusnya menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang tengah dihadapi oleh dunia adalah kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya juga belum optimal. Kerelawan sosial dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dari situasi sebelumnya. Otonomi Daerah yang juga dapat dimaknai

BAB I PENDAHULUAN. tidak terpisahkan serta memberikan kontribusi terhadap pembangunan daerah dan

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 29 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonominya. Definisi pembangunan ekonomi semakin berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era Otonomi Daerah, Bangsa Indonesia tidak dapat melepaskan diri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menentukan maju tidaknya suatu negara. Menurut Adam Smith (2007) tidak ada masyarakat

Program Pengentasan Kemiskinan melalui Penajaman Unit Pengelola Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. sehingga harus disembuhkan atau paling tidak dikurangi. Kemiskinan merupakan

I. PENDAHULUAN. secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang akan mempercepat pemulihan ekonomi dan memperkuat ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan munculnya. menurunnya konsumsi masyarakat. Untuk tetap dapat memenuhi kebutuhan

Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus. pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto

BAB I PENDAHULUAN. keadaan dimana masyarakatnya sentosa dan makmur serta berkecukupan, baik dalam

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN ANGGARAN2013

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang amat serius. Kemiskinan

I. PENDAHULUAN. Didalam kehidupan ekonomi pada umumnya, manusia senantiasa berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia.

I Made Arnatha Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Udayana, Denpasar

I. PENDAHULUAN. upaya dan kegiatan aktifitas ekonomi masyarakat tersebut. Untuk mencapai kondisi

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berkaitan, diantaranya, tingkat pendidikan, tingkat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. upaya untuk dapat mewujudkan cita-cita bangsa yakni terciptanya kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. GBHN dikatakan bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan suatu

BAB I PENDAHULUAN. antar masing-masing daerah, antar golongan pendapatan dan di seluruh aspek. kehidupan sehingga membuat stuktur ekonomi tidak kokoh.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pada suatu negara terutama pada negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. ukuran agregat, tingkat kemiskinan di suatu wilayah lazim digunakan untuk

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

Data Akses ke Lembaga Keuangan Formal

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di

BAB I PENDAHULUAN. Hilir tahun adalah Indragiri Hilir berjaya dan gemilang Pada

Review PENETAPAN KINERJA TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Banyak permasalahan-permasalahan sosial yang terjadi di Indonesia.

EFEKTIFITAS PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN PERKOTAAN TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN MASYARAKAT DI KOTA SURABAYA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu tantangan dalam pembangunan, terencana dengan mengintegrasikan seluruh stakeholder yang terlibat di

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode

I. PENDAHULUAN. masalah kompleks yang telah membuat pemerintah memberikan perhatian khusus

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah memajukan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan daerah. Pembangunan daerah merupakan bagian yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhannya sesuai dengan kehidupan yang layak. Kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG

Visi dan Misi RPJMD Kabupaten Kediri Tahun

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Kemiskinan dapat diukur secara langsung dengan menetapkan persedian sumber

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan dan pengangguran menjadi masalah yang penting saat ini di

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala daerah dan

BAB I PENDAHULUAN. negara. Menurut Bank Dunia (2000) dalam Akbar (2015), definisi kemiskinan adalah

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

I. PENDAHULUAN. perubahan besar dalam struktur sosial, sikap-sikap mental yang sudah terbiasa

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata

REVIU RENCANA KINERJA TAHUNAN KABUPATEN BADUNG T A H U N KATA PENGANTAR

2 Peningkatan jalan lingkungan permukiman pavingisasi Jalan Bangbang Kembar di Desa Pecatu Rp ,00

BAB I PENDAHULUAN. Perdesaan (PNPM-MP) salah satunya ditandai dengan diberlakukannya UU No. 6

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terluas di

(PNPM-MP) adalah bagian dari upaya Pemerintah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditetapkan sebelumnya tercapai. Hal ini sesuai dengan pendapat para ahli.

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan penggerak perekonomian suatu Negara karena

BAB 6 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. masa depan perekonomian dunia. Menurut Kunarjo dalam Badrul Munir (2002:10),

SEKILAS TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi suatu bangsa tidak lepas dari peranan para pelaku

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fenomena kemiskinan atau sering disebut sebagai lingkaran setan kemiskinan, dapat diibaratkan seperti benang kusut yang sangat susah dibenahi. Kemiskinan tidak dapat ditakar hanya dengan kemampuan memenuhi kebutuhan makan tiga kali sehari. Kemiskinan mempunyai banyak arti. Ia lebih dari sekedar pendapatan yang rendah. Tetapi juga merefleksikan kondisi pendidikan dan kesehatan yang buruk. Kemerosotan dalam ilmu pengetahuan dan komunikasi, ketidakmampuan menegakkan hak-hak asasi manusia dan politik, serta tidak adanya kehormatan, kepercayaan dan harga diri (Bappeda Provinsi Bali, 2006:63). Menurut Mubyarto (1998:4), kemiskinan adalah suatu situasi serba kekurangan yang disebabkan oleh terbatasnya modal yang dimiliki, rendahnya pengetahuan dan keterampilan, rendahnya produktivitas, rendahnya pendapatan, lemahnya nilai tukar hasil produksi orang miskin dan terbatasnya kesempatan berperan serta dalam pembangunan. Tujuan pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan pada dasarnya ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk miskin dari dua sisi, pertama dengan meningkatkan pendapatan melalui peningkatan produktivitas, dimana masyarakat miskin memiliki kemampuan pengelolaan, memperoleh peluang dan perlindungan untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Kedua pengurangan kemiskinan melalui 1

pengurangan beban kebutuhan dasar, seperti akses pendidikan, kesehatan dan infrastruktur yang mempermudah dan mendukung kegiatan sosial ekonomi. Kemiskinan merupakan masalah yang dialami semua negara di dunia termasuk Indonesia. Berbagai upaya telah dilakukan dalam mengatasi kemiskinan tersebut yang sekaligus dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Upaya-upaya yang telah dilakukan pemerintah seperti Program Jaringan Pengaman Sosial (JPS), Program Inpres Desa Tertinggal (IDT), Program Gerakan Terpadu Pengentasan Kemiskinan (Gerdu Taksin), Program Padat Karya Terpadu (PTK), Program Beasiswa dan Dana Biaya Operasional Pendidikan Dasar dan Menengah (JPS-Bidang Pendidikan), Program Kredit Usaha Tani (KUT), JPS Bidang Kesehatan, Program Pemugaran Lingkungan Pemukiman (PLP), Program Pemugaran Perumahan Lingkungan Pemukiman(P2LP), Program Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS), Program PDM-DKE, Program OPK-Beras, Program Ekonomi Usaha Desa (EUD) dan Program KP-TTG Taskin ternyata belum memberikan hasil yang memuaskan. Beberapa faktor yang diduga sebagai penyebab terjadinya kemiskinan diantaranya : 1) tekanan ekonomi karena krisis dan berbagai tragedi yang mengikutinya, 2) bisa jadi karena kurang tepat pemberian berbagai macam program penanggulangan kemiskinan yang tidak berdasarkan penyebab kemiskinan. Pembangunan daerah Bali merupakan salah satu subsistem dari pembangunan nasional yang meliputi berbagai aspek kehidupan baik fisik maupun mental yang bertujuan untuk meningkatkan harkat, martabat serta memperkuat jati diri kepribadian masyarakat baik lokal, regional maupun nasional. Pembangunan 2

harus dipandang sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, institusi-institusi nasional, disamping tetap mengejar ekselerasi pertumbuhan ekonomi, penangan ketimpangan pendapatan serta pengentasan kemiskinan Todaro (2002:19). Komitmen Pemerintah Provinsi Bali dalam pembangunan kualitas manusia untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan, maka pemerintah berkewajiban untuk mengarahkan, membimbing, membina serta menciptakan suasana yang menunjang proses pembangunan. Keinginan yang kuat dari Pemerintah Provinsi Bali untuk mendudukkan masyarakat tidak hanya sebagai objek pembangunan, tetapi sebagai subjek guna mengembangkan kemandirian masyarakat. Strategi dan pendekatan yang demikian lebih memfokuskan pada unggulan potensi untuk memperbaiki proses pelaksanaan pembangunan dengan memberi kekuatan, kesempatan kepada masyarakat untuk mengambil keputusan. Pembangunan dalam rangka mempercepat penanggulangan kemiskinan dilakukan di perdesaan dan perkotaan. Penanggulangan kemiskinan yang terkonsentrasi di daerah perkotaan disebut dengan program penanggulangan kemiskinan di perkotaan (P2KP). Salah satu strategi yang ditempuh untuk pencapaian penanggulangan kemiskinan di perdesaan adalah melalui Program Pengembangan Kecamatan (PPK). PPK dalam operasionalnya menitik beratkan kepada pemberdayaan masyarakat desa. Hal ini dilakukan dengan memberikan kewenangan dan kepercayaan kepada masyarakat dalam pengambilan keputusan pembangunan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan 3

pelestarian pembangunan yang bertujuan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapinya. PPK diharapkan dapat menjadi suatu sistem pembangunan yang memungkinkan segala bentuk sumber daya pembangunan dapat diakses oleh masyarakat dalam rangka mempercepat proses penanggulangan kemiskinan. Pendapatan merupakan salah satu indikator untuk mengukur kesejahteraan seseorang atau masyarakat, sehingga pendapatan itu mencerminkan kemajuan ekonomi suatu masyarakat (Sukirno, 2000:43). Kemajuan itu dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu tingkat pendapatan, pertumbuhan dan perkembangan pendapatan, dan distribusi pendapatan. Ketiga aspek pendapatan tersebut dalam perekonomian yang kegiatannya diatur dan dilaksanakan secara berencana hendaknya berjalan secara seimbang agar tercapai stabilitas ekonomi yang mantap dan dinamis. Kebijakan yang telah dilaksanakan adalah pemindahan sumber-sumber pembangunan dari pusat ke daerah dalam bentuk inpres, perluasan jangkauan lembaga perkreditan untuk rakyat kecil dan pembangunan kelembagaan yang terkait dengan penanggulangan kemiskinan. Perhatian pemerintah sekarang ini masih memerlukan kiat khusus yang lebih terarah untuk menanggulangi kemiskinan yang masih besar. Kemiskinan yang besar ditandai dengan adanya Kepala Keluarga miskin yang tersebar di seluruh Kecamatan di Kabupaten Badung. Gambaran jumlah Kepala Keluarga (KK) dan Kepala Keluarga (KK) miskin di Kabupaten Badung Tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 1.1. 4

Tabel 1.1 Jumlah dan Persentase KK Miskin Menurut Kecamatan Di Kabupaten Badung Tahun 2009 No Kecamatan Jumlah Kepala Jumlah Keluarga Miskin Keluarga (KK) % 1 Kuta Selatan 16.985 437 2,57 2 Kuta 9.182 115 1,69 3 Kuta Utara 14.685 272 1,85 4 Mengwi 25.701 1.043 4,06 5 Abiansemal 22.069 1.568 7,10 6 Petang 7.589 391 5,15 Badung 96.211 3.826 3,98 Sumber : Badan Keluarga Berencana Keluarga Sejahtera Kabupaten Badung, 2009 Dari Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa jumlah KK tertinggi berada pada Kecamatan Mengwi sebanyak 25.701 KK dan terendah pada Kecamatan Petang yaitu sebanyak 7.589 KK. Sedangkan jika kita lihat KK miskin tertinggi berada pada Kecamatan Abiansemal dan Kecamatan Mengwi berada pada urutan kedua. Sedangkan KK miskin terendah berada di Kecamatan Kuta sebanyak 115 KK. Dalam penanggulangan kemiskinan, instrumen-instrumen yang akan digunakan oleh pemerintah pusat dengan regulasi berupa pedoman teknis tentang standar pelayanan minimal, bantuan-bantuan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat miskin. Peningkatan kemampuan pemerintah daerah dalam menyediakan fasilitas pelayanan umum yang paling mendasar bagi masyarakat termasuk bagi penduduk miskin. Upaya penanggulangan kemiskinan harus dilakukan komprehensip, mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat, dan dilaksanakan secara terpadu. Pada Tabel 1.2 menjelaskan tentang jumlah dan persentase Kepala Keluarga miskin menurut desa/kelurahan di Kecamatan Mengwi tahun 2009. 5

Tabel 1.2 Jumlah dan Persentase KK Miskin Menurut Desa / Kelurahan Di Kecamatan Mengwi Tahun 2009 No Desa / Kelurahan Jumlah Kepala Keluarga Jumlah keluarga Miskin (KK) % 1 Kuwum 719 38 5,29 2 Sembung 1.462 83 5,68 3 Werdi Bhuwana 1.156 28 2,42 4 Sobangan 922 22 2,39 5 Baha 995 25 2,51 6 Penarungan 1.770 104 5,88 7 Gulingan 1.748 71 4,06 8 Mengwi 1.831 59 3,22 9 Mengwitani 1.562 71 4,54 10 Kekeran 950 46 4,84 11 Kapal 2.259 93 4,12 12 Abianbase 1.055 43 4,08 13 Lukluk 1.565 50 3,19 14 Sempidi 1.262 47 3,72 15 Sading 1.693 62 3,66 16 Buduk 1.159 35 3,02 17 Tumbak Bayuh 618 51 8,25 18 Pererenan 606 18 2,97 19 Munggu 1.309 53 4,05 20 Cemagi 1.060 44 4,15 Mengwi 25.701 1.043 4,06 Keterangan : Kepala Keluarga (KK) Sumber : Badan Keluarga Berencana Keluarga Sejahtera Kabupaten Badung, 2009 Dari Tabel 1.2 dapat dilihat, Jumlah Kepala Keluarga di Kecamatan Mengwi yaitu sebanyak 25.701 Kepala Keluarga yang tersebar di 20 desa/kelurahan di Kecamatan Mengwi. Dari 25.701 Kepala Keluarga, sebesar 1.043 atau 4,06 persen tergolong Kepala Keluarga miskin. Kepala Keluarga miskin tertinggi berada pada Desa Penarungan yaitu sebesar 104 Kepala Keluarga miskin atau 5,88 persen sedangkan Kepala Keluarga miskin yang paling sedikit 6

terdapat di Desa Pererenan yaitu sebanyak 18 Kepala Keluarga miskin atau 2,97 persen. Dalam menanggulangi kemiskinan di Kabupaten Badung telah dilakukan langkah-langkah melalui program pemberdayaan ekonomi keluarga berupa bantuan pemerintah daerah untuk usaha-usaha ekonomi produktif. Sebagai salah satu contoh pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan adalah Program Pengembangan Kecamatan (PPK). PPK adalah upaya memberdayakan masyarakat perdesaan dengan menanggulangi masalah kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan. Secara umum, visi PPK adalah terwujudnya masyarakat mandiri dan sejahtera. Mandiri berarti mampu mengorganisir diri untuk memobilisasi sumberdaya yang ada dilingkungannya, mampu mengakses sumber daya di luar lingkungannya, serta mengelola sumber daya tersebut untuk mengatasi masalah yang dihadapinya, khususnya masalah kemiskinan. Sejahtera berarti terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat. Dalam mewujudkan visi tersebut, maka perlu didukung oleh misi. Adapun misi dari PPK adalah memberdayakan masyarakat dalam rangka menanggulangi permasalahan kemiskinan melalui : (1) peningkatan kapasitas masyarakat dan kelembagaannya; (2) pelaksanaan pembangunan partisipatif; (3) pengoptimalan fungsi dan peran pemerintah daerah; (4) peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana dasar masyarakat; (5) pengembangan kemitraan dalam pembangunan. Jenis kegiatan yang dibiayai melalui Bantuan Langsung Masyarakat (BLM)-PPK dikategorikan sebagai berikut : 1) kegiatan pembangunan atau 7

perbaikan prasarana/sarana dasar (infrastruktur perdesaan) yang dapat memberikan manfaat sosial ekonomi bagi masyarakat, 2) kegiatan peningkatan kualitas hidup masyarakat miskin melalui bidang pelayanan kesehatan dan pendidikan, termasuk kegiatan pelatihan pengembangan keterampilan masyarakat (pendidikan informal), 3) kegiatan simpan pinjam khusus bagi kelompok perempuan (SPP). Kegiatan yang dibiayai oleh Bantuan Langsung Masyarakat Program Pengembangan Kecamatan mengharuskan adanya keterlibatan kaum perempuan dalam pengambilan keputusan pada tahap perencanaan, pelaksanaan dan pelestarian dalam pembangunan. Dari ketiga jenis kegiatan di atas kegiatan simpan pinjam khusus perempuan (SPP) merupakan kegiatan yang harus ada pada setiap desa/kelurahan di setiap Kecamatan penerima PPK termasuk juga di Kecamatan Mengwi. Gambaran tentang kelompok PPK di Kabupaten Badung dapat dilihat pada Tabel 1.3. Dari Tabel 1.3 dapat dilihat, jumlah kelompok yang mengikuti program pengembangan kecamatan di Kabupaten Badung sebanyak 325 unit yang terdiri dari 3.424 anggota kelompok. Kecamatan yang memiliki kelompok penerima bantuan Program Pengembangan Kecamatan tertinggi berada di Kecamatan Abiansemal sedangkan Kecamatan Mengwi memiliki 67 unit kelompok yang terdiri dari 544 orang anggota. 8

Tabel 1.3 Jumlah Kelompok dan Pemanfaat Langsung Kegiatan PPK di Kabupaten Badung Tahun 2010 No Desa / Kelurahan Jumlah Kelompok (unit) Jumlah Anggota Jumlah Pemanfaat Langsung Jenis Usaha Dagang Jenis Usaha Bukan Dagang 1 Kuta Selatan 17 340 204 62 142 2 Kuta 23 345 345 241 104 3 Kuta Utara 24 250 250 150 100 4 Mengwi 67 544 544 277 267 5 Abiansemal 98 985 900 675 225 6 Petang 96 960 650 400 250 Kabupaten Badung 325 3.424 2.893 1.805 1.088 Sumber : Sekretariat PPK Kecamatan di Kabupaten Badung, 2011 Untuk mengetahui jumlah kelompok dan pemanfaat langsung Program Pengembangan Kecamatan (PPK) di Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung dapat dilihat pada Tabel 1.4. Berdasarkan Tabel 1.4 dapat diuraikan, jumlah kelompok dan pemanfaat langsung dana pinjaman Program Pengembangan Kecamatan di Kecamatan Mengwi tahun 2010 terdiri dari 67 unit kelompok yang tersebar di 13 (tiga belas) desa/kelurahan dengan jumlah anggota 544 orang. Sedangkan 7 (tujuh) desa/kelurahan lainya tidak mengikuti program karena tidak mendaftar dalam program pengembangan kecamatan tahun 2010. Dilihat dari jenis usaha yang dijalankan dari anggota pemanfaat langsung dibedakan menjadi dua, yaitu usaha dagang dan bukan dagang, dimana dari 544 orang pemanfaat langsung dana pinjaman PPK ini jenis usaha yang dijalankan dari usaha dagang sebanyak 277 orang atau 51 persen dan sisanya berjumlah 267 orang dengan usaha bukan dagang atau 49 persen. Usaha yang dijalankan antara lain usaha ternak, petani dan menjarit. 9

Tabel 1.4 Jumlah Kelompok dan Pemanfaat Langsung Program Pengembangan Kecamatan di Kecamatan Mengwi Tahun 2010 No Desa / Kelurahan Jumlah Kelompok (unit) Jumlah Anggota Jumlah Pemanfaat Langsung Jenis Usaha Dagang Jenis Usaha Bukan Dagang 1 Desa Buduk 2 10 10 8 2 2 Kelurahan Abianbase 1 10 10 10-3 Kelurahan Sempidi 3 18 18 18-4 Kelurahan Sading 3 25 25 15 10 5 Kelurahan Lukluk 7 75 75 57 18 6 Desa Kekeran 17 129 129 23 106 7 Desa Mengwitani 11 90 90 58 32 8 Desa Mengwi 3 26 26 6 20 9 Desa Gulingan 11 86 86 46 40 10 Desa Baha 2 15 15-15 11 Desa Sobangan 3 25 25 14 11 12 Desa Sembung 3 30 30 17 13 13 Desa Kuwum 1 5 5 5 - Kecamatan Mengwi 67 544 544 277 267 Sumber : Kantor UPK Kecamatan Mengwi, 2011 Efektivitas kegiatan pemberian kredit yang merupakan satu dari kegiatan PPK sangat penting untuk dievaluasi, dalam artian apakah kegiatan tersebut sudah sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Meskipun kegiatan penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Badung telah banyak dilakukan, namun kegiatan tersebut belum teridentifikasi secara maksimal sehingga belum diketahui kelemahan-kelemahan dari pelaksanaan program tersebut. Untuk mengetahui hal tersebut perlu dilakukan suatu penelitian yang berhubungan dengan efektivitas dan dampak dari pelaksanaan kegiatan pemberian kredit di Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung, agar diketahui apakah kegiatan tersebut 10

telah efektif atau tidak guna meningkatkan kesejahteraan keluarga di Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah. 1) Bagaimanakah tingkat efektivitas pemberian kredit program pengembangan kecamatan di Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung? 2) Bagaimanakah dampak pemberian kredit program pengembangan kecamatan terhadap pendapatan keluarga di Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung? 1.2 Tujuan Penelitian Berdasarkan pokok masalah tersebut yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah. 1) Untuk mengetahui tingkat efektivitas pemberian kredit program pengembangan kecamatan di Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. 2) Untuk mengetahui dampak pemberian kredit program pengembangan kecamatan terhadap pendapatan keluarga di Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. 1.3 Kegunaan Penelitian Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian dapat dibedakan menjadi dua yaitu, manfaat secara praktis dan teoritis. 11

1) Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna bagi pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan, pengelola dan pembina program serta memberikan gambaran yang jelas tentang program pengembangan kecamatan di Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. 2) Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai wahana dalam mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh dalam bangku kuliah, khususnya yang berkaitan dengan pengukuran dampak maupun evaluasi terhadap sebuah program yang dilaksanakan. 1.4 Sistematika Penyajian Untuk memberikan gambaran secara garis besar mengenai isi dan susunan dari sebuah skripsi, maka perlu disajikan sistematika penyajian. Adapun sistematika penyajian dari skripsi ini adalah sebagai berikut. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini diuraikan hal-hal yang menjadi latar belakang masalah yang kemudian dirumuskan kedalam beberapa pokok permasalahan. Pada bab ini juga dibahas mengenai tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penyajian. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS Bab ini menguraikan teori yang mendukung pokok permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu teori tentang kemiskinan, kriteria keluarga miskin, efektivitas, dampak program. Bab ini juga 12

menyajikan pembahasan hasil penelitian sebelumnya yang dipakai sebagai acuan dalam penulisan laporan penelitian ini dan menyajikan hipotesis. BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian, menjelaskan mengenai metode penelitian yang menyajikan lokasi dan objek penelitian, identifikasi variabel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data dan teknis analisis data. BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Bab ini menguraikan gambaran umum daerah penelitian yaitu, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung atau deskripsi hasil penelitian serta pembahasan hasil penelitian yang dilakukan di Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab ini membahas mengenai simpulan dari hasil pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya serta saran yang dapat disampaikan. 13