1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. yang kaya. Hal ini sesuai dengan sebutan Indonesia sebagai negara kepulauan

Melestarikan habitat pesisir saat ini, untuk keuntungan di esok hari

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian

KAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR KOTA TEGAL TERHADAP ADANYA KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Kecamatan Tegal Barat) T U G A S A K H I R

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. negara yang memiliki kawasan pesisir yang sangat luas, karena Indonesia

MODEL PENGELOLAAN PENCEMARAN PERAIRAN PESISIR BAGI KEBERLANJUTAN PERIKANAN DAN WISATA PANTAI KOTA MAKASSAR HAMZAH

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Makassar Untuk Keperluan Budidaya

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KEGIATAN DITJEN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN TAHUN Jakarta, 7 Desember 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Bandar Lampung sebagai kota pesisir, terletak pada posisi 5º20-5º31 LS

3. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. garis pantai sepanjang kilometer dan pulau. Wilayah pesisir

BAB I PENDAHULUAN km dan ekosistem terumbu karang seluas kurang lebih km 2 (Moosa et al

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari pulau dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas,

BAB I PENDAHULUAN. seperti tercantum dalam Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 di dalam

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENYEMPURNAAN RANCANGAN RTR KAWASAN STRATEGIS PANTURA JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Wilayah pesisir kota Bandar Lampung merupakan suatu wilayah yang mempunyai

PENGARUH AKTIVITAS PARIWISATA TERHADAP KEBERLANJUTAN SUMBERDAYA WISATA PADA OBYEK WISATA PAI KOTA TEGAL TUGAS AKHIR

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sumberdaya alam adalah unsur lingkungan yang terdiri atas sumberdaya alam

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang

Konservasi Lingkungan. Lely Riawati

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diandalkan pemerintah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki beragam masalah

RENCANA AKSI KEBIJAKAN KELAUTAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai Negara Kepulauan (Archipilagic State) terbesar di

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pembangunan Pariwisata Pesisir dan Lautan Berkelanjutan

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

Kimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Propinsi Sumataera Utara memiliki 2 (dua) wilayah pesisir yakni, Pantai

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.

PENANGANAN TERPADU DALAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DI WILAYAH PESISIR, LAUTAN DAN PULAU

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara dengan garis pantai terpanjang di

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang sifatnya kompleks, mencakup

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

I. PENDAHULUAN. mangrove. Sebagai salah satu ekosistem pesisir, hutan mangrove merupakan

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gastropoda atau dikenal sebagai siput merupakan salah satu kelas dari filum

METODE PENELITIAN. Dalam beberapa tahun terakhir ini terdapat kecenderungan berupa

TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa penelitian dan kajian mengenai banjir pasang. Beberapa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAMPAK PEMBANGUNAN PINGGIR PANTAI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. Indonesia yang memiliki garis pantai sangat panjang mencapai lebih dari

BAB 3 TINJAUAN LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem dengan fungsi yang unik dalam lingkungan

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

: Pedoman Pembentukan Kelembagaan Lingkungan Hidup Daerah. KRITERIA FAKTOR TEKNIS BIDANG PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN. 40 Skor 70 Skor 100 Skor

BAB I PENDAHULUAN. kedua di dunia setelah Kanada, sehingga 2/3 luas wilayah Indonesia merupakan. untuk menuju Indonesia yang lebih maju dan sejahtera.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Wilayah pesisir dan lautan Indonesia terkenal dengan kekayaan

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. dan juga nursery ground. Mangrove juga berfungsi sebagai tempat penampung

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem unik dengan fungsi yang unik dalam

KELURAHAN BAROMBONG KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. dari pulau besar dan kecil dengan panjang garis pantai km

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGENDALIAN AIR DALAM REKLAMASI DI DKI JAKARTA

VI. REKOMENDASI 6.1. Analisis dan Rekomendasi Penggunaan Lahan berdasar RTRW Rekomendasi Kebijakan untuk RTRW

BAB I PENDAHULU 1.1. Latar Belakang

BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TUGAS MATA KULIAH PERENCANAAN SISTEM INFRASTRUKTUR WILAYAH DAN KOTA. ARAH KEBIJAKAN REVITALISASI PANTAI LOSARI KOTA MAKASSAR (Kasus Reklamasi Pantai)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JENIS PENGGUNAAN LAHAN PESISIR SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: ARI KRISTIANTI L2D

Transkripsi:

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan kota pantai merupakan tempat konsentrasi penduduk yang paling padat. Sekitar 75% dari total penduduk dunia bermukim di kawasan pantai. Dua pertiga dari kota-kota di dunia dengan penduduk lebih dari 2,5 juta jiwa terdapat di wilayah pantai (UNESCO, 1993; Edgen, 1993; dalam Kay dan Alder, 1999). Keadaan serupa juga terjadi di Indonesia yang hampir 60% jumlah penduduk kota-kota besar (seperti Jakarta, Surabaya, Semarang, Medan dan Makassar) menyebar di kawasan pantai (Dahuri, dkk, 2001). Pertumbuhan dan konsentrasi penduduk yang tinggi seperti Kota Makassar mengakibatkan tekanan yang tinggi terhadap lingkungan pantai, sepert pencemaran perairan Berdasarkan rencana tata ruang, wilayah pantai Kota Makassar akan menjadi berbagai kawasan yang dibagi berdasarkan kesesuaian lingkungan dan pemanfaatannya. Kawasan-kawasan tersebut diantaranya kawasan pariwisata, perikanan terpadu, pelabuhan terpadu, bisnis dan perdagangan serta kawasan pemukiman. Dalam perkembangan terakhir, pantai kota Makassar telah banyak mengalami perubahan dan perkembangan akibat dari adanya kegiatan pembangunan. Kawasan pantai Kota Makassar sendiri telah mengalami perubahan sesuai dengan laju pertumbuhan pembangunan yang mengalami kendala dalam penyediaan lahan untuk pembangunan. Salah satu cara untuk mengatasi keterbatasan lahan akibat pembangunan adalah dengan melakukan reklamasi. Beberapa daerah di Indonesia juga melakukan kegiatan reklamasi untuk memenuhi kebutuhan pembangunan akan lahan seperti reklamasi pantai utara Jakarta untuk kawasan pemukiman, reklamasi laut Bali Benoa seluas 300 Ha, Pantai utara semarang serta reklamasi pantai utara Surabaya. Pada Negara-negara maju lainnya, kegiatan reklamasi merupakan salah satu alternative solusi dalam mengantisipasi kebutuhan lahan untuk pembangunan. Salah satu contoh kegiatan reklamasi pantai dan laut yang terkenal adalah Jepang yang membangun bandara internasional Kansai di tengah laut.

2 Sejak tahun 2003 pemerintah Kota Makassar menerapkan sistem manajemen pesisir dan lautan terpadu (integrated coastal zone Management) pada pantai kota dengan revitalisasi, yaitu upaya untuk memperbaiki kembali suatu kawasan atau bagian kota yang dulunya baik tetapi mengalami kemunduran atau degradasi. Proses revitalisasi sebuah kawasan mencakup perbaikan aspek fisik, aspek ekonomi dan aspek sosial. Pendekatan revitalisasi harus mampu mengenali dan memanfaatkan potensi lingkungan (sejarah, makna, keunikan lokasi dan citra dari suatu tempat) (Danisworo, 2002). Kegiatan revitalisasi yang dilakukan untuk memperbaiki kondisi perairan dan lingkungan pantai kota agar dapat mendukung aktivitas pemanfaatan. Pendekatan pembangunan pesisir secara terpadu sangat diperlukan mengingat adanya berbagai kegiatan pemanfaatan antara lain pariwisata, perikanan, bisnis dan pemukiman, sehingga diharapkan berbagai jenis kegiatan pemanfaatan pada pantai kota dapat berjalan dengan baik. Kegiatan reklamasi di kawasan pantai kota selain memberikan manfaat ketersediaan ruang untuk pembangunan juga akan menimbulkan sisi negatif berupa perubahan habitat dan ekosistem seperti penurunan kualitas lingkungan, perubahan pola arus, erosi dan sedimentasi yang akan merusak ekosistem pantai diantaranya terumbu karang dan padang lamun. Akibat-akibat negatif ini juga akan terjadi bila kegiatan pembangunan berupa revitalisasi dan reklamasi tidak dilakukan dengan bijak dan pertimbangan yang matang. Reklamasi dalam artian umum adalah suatu pekerjaan penimbunan tanah/pengurukan pada suatu kawasan atau lahan yang relatif tidak berguna/masih kosong dan berair menjadi lahan berguna. Misalnya di kawasan pantai, daerah rawa-rawa, di lepas pantai/di laut, di tengah sungai yang lebar, ataupun di danau. Tekanan terhadap ekosistem pantai kota dan kualitas perairan pesisir terjadi semakin tinggi dengan adanya proyek Central Point of Indonesia (CPI). Proyek CPI ini sendiri telah dimulai tahun 2009, dengan membangun berbagai fasilitas di sepanjang pantai kota antara lain museum, kawasan bisnis, taman dan lapangan golf. Luas area yang dibangun dari reklamasi pantai adalah sekitar 157 ha Pada berbagai aktivitas pemanfaatan yang ada di kawasan pantai Kota Makassar seperti kegiatan wisata pantai, pemukiman, pelabuhan, dapat memberikan dampak pada perubahan kualitas perairan. Hal ini dikarenakan

3 adanya pencemaran dari limbah yang dihasilkan oleh berbagai aktivitas yang ada. Limbah yang dihasilkan dapat berupa limbah cair maupun limbah padat. Fardiaz (1992) mengemukakan bahwa polusi air adalah penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal, dengan demikian perairan yang sudah tidak lagi berfungsi secara normal dapat dikategorikan sebagai perairan tercemar. Ketchum (1971) lebih jauh menegaskan bahwa pencemaran disebabkan oleh masuknya zat-zat asing ke dalam lingkungan, sebagai akibat dari tindakan manusia, yang merubah sifat-sifat fisik, kimia, dan biologis lingkungannya. Bahan-bahan pencemar tersebut digolongkan ke dalam tiga tipe yaitu: (1) patogenik (menyebabkan penyakit pada manusia), (2) estetik (menyebabkan perubahan lingkungan yang tidak nyaman berdasarkan panca indera) dan (3) ekomorpik (bahan cemar yang menyebabkan perubahan sifat sifat fisika lingkungan). Pencemaran pada perairan pantai Makassar diduga sangat tinggi karena terdapat 2 sungai besar yakni Jenneberang dan Tallo serta kanal dan drainase kota yang kesemuanya bermuara di Pantai Kota Makassar. Kualitas perairan dapat diperkirakan dengan membandingkan dengan standar baku mutu kualitas air. Dinamika kualitas air pantai ditentukan oleh laju beban limbah yang masuk pada perairan yang terbawa oleh aliran sungai dan kanal. Selain itu tingkat pencemaran yang ada juga berasal dari limbah yang dihasilkan oleh berbagai aktivitas pemanfaatan yang ada disepanjang pantai. Apabila pencemaran berupa limbah yang masuk ke dalam perairan pantai kota tidak tertangani dengan baik, maka diperkirakan daya dukung perairan pantai akan mengalami penurunan dan tidak mampu menopang aktivitas pemanfaatan yang ada Dalam Perda Kota Makassar No 6 tahun 2006 tentang Tata Ruang Wilayah kota Makassar mencakup kawasan wisata pantai dan perikanan. Aktivitas pada kawasan ini sangat dipengaruhi oleh kualitas lingkungan ekologis yang ada. Selain dari faktor ekologis, aktivitas pemanfaatan pada kawasan ini juga dipengaruhi oleh faktor lain yakni kondisi sosial dan ekonomi. Berbagai faktor sosial dan ekonomi yang dapat mempengaruhi aktivitas wisata dan perikanan diantaranya pertumbuhan penduduk, tingkat kesejahteraan dan tingkat pendapatan

4 Faktor sosial seperti jumlah penduduk misalnya selain mempangaruhi banyaknya limbah yang dihasilkan, juga mempengaruhi jumlah pengunjung serta besarnya permintaan terhadap wisata. Jumlah konsumsi ikan yang dihasilkan dari aktivitas perikanan, juga dpengaruhi oleh jumlah penduduk. Adapun faktor ekonomi misalnya tingkat pendapatan akan menentukan kemampuan konsumsi dan daya beli masyarakat yang berkaitan dengan jumlah kunjungan untuk wisata, serta jumlah konsumsi ikan yang dihasilkan dari aktivitas perikanan yang ada di pantai kota Makassar. Jadi keberadaan dan keberlanjutan aktivitas wisata pantai dan perikanan yang ada di Pantai Kota Makassar bukan saja ditentukan oleh kelayakan ekologis berupa daya dukung lingkunan, tetapi juga dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial dan ekonomi Beban limbah yang masuk ke parairan pesisir Kota Makassar saat ini sedang diusahakan untuk dapat diatasi oleh pemerintah Kota Makassar. Salah satu program yang sedang dilakukan oleh pemerintah adalah membangun sistem pengolahan air limbah (IPAL). Dengan adanya IPAL ini diharapkan beban limbah yang berasal dari penduduk dan industry kecil yang ada di Kota Makassar dapat diatasi, yakni dengan mengalirkan limbah dari rumah penduduk yang dialirkan melalui pipa-pipa limbah untuk diolah di IPAL. Setelah limbah-limbah tersebut diolah sampai memenuhi standar yang aman bagi lingkungan, kemudian akan dibuang ke perairan. Jadi dengan dibangunnya IPAL diharapkan akan membuat lingkungan perairan pesisir Kota Makassar dapat bebas dari limbah. Salah satu kendala yang dihadapi adalah bagaimana IPAL tersebut dapat dibangun oleh pemerintah mengingat biaya pembuatan IPAL yang relatif besar. Mengacu pada uraian di atas, kegiatan pemanfaaan lingkungan pantai untuk wisata dan perikanan terpadu yang ada di pantai Kota Makassar tidak hanya didukung oleh faktor ekologis tetapi juga dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial dan ekonomi. Terdapat hubungan yang saling mempengaruhi antara aktivitas pemanfaatan lingkungan pantai untuk wisata dan perikanan dengan kualitas perairan dan ekosistem serta kondisi sosial dan ekonomi. Kualitas air yang ada di perairan pantai yang baik, kondisi sosial dan ekonomi yang kondusif akan mendukung aktivitas perikanan dan wisata pantai, sebaliknya wisata pantai dan aktivitas perikanan yang ada juga memberikan kontribusi terhadap kualitas

5 perairan pantai dari limbah atau sampah yang dihasilkan. Untuk itu diperlukan suatu penelitian yang diarahkan untuk mengelola dan mengatasi beban dan dampak pencemaran terhadap lingkungan pesisir Kota Makassar. Selain itu dibutuhkan suatu model dan rancangan pengelolaan pencemaran yang baik untuk aktivitas wisata dan perikanan yang berkelanjutan di Kota Makassar. 1.2 Perumusan Masalah Kota Makassar adalah salah satu kota yang berada di pesisir pantai dengan perkembangan pembangunan yang cepat dengan daya tarik dan potensi yang besar. Perkembangangan dan pertumbuhan Kota Makassar tidak terlepas dari pertumbuhan dan perkembangan bagian pesisir pantai Kota yang sangat dinamis. Hampir semua aspek pemanfaatan untuk pembangunan di Kota Makassar dapat kita temui di kawasan pesisir pantai kota, mulai pemanfaatan sumberdaya perikanan, pemukiman, pariwisata, perdagangan, pelabuhan dan pelayaran terjadi kawasan ini. Pengelolaan sumberdaya pesisir pantai Kota Makassar apakah dapat dilakukan dengan konsep dan tujuan pemanfaatan yang terpadu dan berkelanjutan seperti yang dikemukakan Dahuri (2001) Pemanfaatan yang ada di pantai Kota Makassar selama ini mengalami berbagai perkembangan yang sangat dinamis. Hal ini ditandai dengan adanya berbagai bentuk kegiatan pemanfaatan sumberdaya di sepanjang pantai kota Makassar. Bentuk-bentuk kegiatan pemanfaatan yang telah dilakukan di lingkungan pantai Kota Makassar antara lain pembukaan kawasan wisata Tanjung Bunga, pembuatan anjungan pantai, pembangunan kawasan pemukiman, pusat perdagangan dan bisnis serta perhotelan. Kegiatan pemanfaatan ini bisa saja berdampak pada perubahan kualitas perairan pantai kota yang diakibatkan dari limbah yang dihasilkan Pencemaran di sepanjang pantai Kota Makassar diduga berasal dari aktivitas pemanfaatan yang ada di sepanjang kawasan tersebut. Selain itu pencemaran yang terjadi berasal dari limbah yang terbawa aliran Sungai Tallo dan Jenneberang serta aliran kanal dan drainase kota yang kesemuanya bermuara di kawasan pantai. Jumlah dan intensitas limbah yang terbawa oleh aliran sungai dan kanal berasal dari aktivitas industri, pemukiman dan pertanian di daerah daratan.

6 Pencemaran yang terjadi di sepanjang pantai Kota Makassar dan kontribusi limbah yang dibawa oleh aliran sungai dan kanal akan mempengaruhi kualitas perairan. Kualitas perairan juga bergantung pada berbagai faktor diantaranya daya asimilasi lingkungan yang bergantung pada berbagai faktor fisik, biologi dan kimia dari perairan tersebut. Kondisi lingkungan perairan yang baik, akan memberikan dukungan pada aktifitas wisata pantai bagi masyarakat pengunjung yang akan merasa lebih nyaman. Aktifitas perikanan dapat juga dilakukan dengan baik apabila didukung oleh kondisi lingkungan perairan yang baik Kualitas lingkungan yang kurang baik akibat dari pencemaran yang terjadi pada pesisir pantai Kota Makassar dapat memberikan pengaruh pada aktivitas wisata bahari dan perikanan. Pengaruh yang terjadi bukan saja pada penurunan daya dukung terhadap aktivitas perikanan dan wisata, akan tetapi sekaligus dapat mengancam keberlanjutannya. faktor sosial dan ekonomi diantaranya laju pertumbuhan penduduk, industri dan perhotelan serta pemukiman juga turut mempengaruhi keberlanjutan dari kegiatan wisata dan perikanan di Pantai Kota Makassar. Dari uraian permasalahan tersebut diatas maka diperlukan suatu penelitian tentang pengelolaan pencemaran di perairan pesisir dan mengukur tingkat keberlanjutan wisata pantai dan perikanan di Kota Makassar yang dirumuskan sebagai berikut : a) Bagaimana tingkat pencemaran dan beban limbah serta kapasitas asimilasi di perairan pantai Kota Makassar akibat limbah yang berasal aliran sungai serta kanal yang berasal dari daratan b) Bagaimana pengaruh pencemaran terhadap kondisi daya dukung lahan yang diperuntukkan bagi kegiatan wisata dan perikanan di Pantai Kota Makassar c) Apakah kegiatan wisata pantai dan perikanan dapat berkelanjutan dan bagaimana membentuk model pengelolaan pencemaran di pantai Kota Makassar 1.3 Tujuan dan manfaat Untuk dapat mengatasi berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pemanfaatan sumberdaya pantai kota terutama yang berkaitan dengan

7 pemanfaatan untuk kegiatan pembangunan di sepanjang pantai kota akibat dari pencemaran yang ditimbulkan adalah sebagai berikut : a) Mengetahui tingkat pencemaran dan mengukur beban limbah serta kapasitas asimilasi di perairan pantai Kota Makassar akibat limbah yang berasal aliran sungai serta kanal yang berasal dari daratan b) Mengetahui kondisi daya dukung lahan yang diperuntukkan bagi kegiatan wisata dan perikanan di Pantai Kota Makassar akibat pencemaran yang terjadi c) Membuat model pengelolaan pencemaran yang terjadi di perairan pesisir untuk keberlanjutan perikanan dan wisata di Pantai Kota Makassar Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Pengembangan ilmu pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan, terutama pengelolaan untuk mengatasi pencemaran di kawasan perikanan dan wisata. 2. Sumber informasi bagi pemerintah dan stakeholder lain dalam upaya pengelolaan wisata dan perikanan yang berkelanjutan di Kota Makassar. 1.4 Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran dari dinamika dan dampak pencemaran terhadap aktivitas pemanfaatan sumberdaya pantai bagi kegiatan perikanan dan wisata pantai adalah sebagai berikut :

8 Pengelolaan Pesisir Kota Makassar Pertumbuhan penduduk Tata ruang pesisir Kota Makassar Aktivitas daratan (Up land) Pemukiman Penduduk Wisata Pantai Perikanan Terpadu Industri dan Perdagangan Perubahan Habitat Pencemaran Pencemaran dari sungai dan Kanal Lingkungan Pesisir Perikanan Wisata Daya Dukung (Kelayakan ekologis) Desain Model pengelolaan pencemaran Wisata pantai dan Perikanan Berkelanjutan Gambar 1 Kerangka pemikiran dampak Pencemaran terhadap aktivitas perikanan dan wisata di Pantai Kota Makassar Sulawesi Selatan