KATEGORI POTENSI KECAMATAN BERDASARKAN SUBSISTEM KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN TRENGGALEK

dokumen-dokumen yang mirip
PEMETAAN KETERSEDIAAN PANGAN TINGKAT KECAMATAN DI KABUPATEN TRENGGALEK (MAPPING OF FOOD AVAILABILITY AT THE DISTRICT LEVEL IN TRENGGALEK REGENCY)

TIPOLOGI KECAMATAN BERDASARKAN KETERSEDIAAN PANGAN DI KABUPATEN TRENGGALEK (SUB DISTRICT TYPOLOGY BASED ON FOOD AVAILABILITY IN TRENGGALEK REGENCY)

ANALISIS NERACA BAHAN MAKANAN (NBM) DAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) KABUPATEN SIDOARJO

SITUASI PANGAN DAN GIZI WILAYAH (Kasus di Kabupaten Tuban) PENDAHULUAN

22/02/2017. Outline SURVEI KONSUMSI PANGAN. Manfaat survei konsumsi pangan. Metode Survei Konsumsi Pangan. Tujuan Survei Konsumsi Pangan

KETERSEDIAAN ENERGI, PROTEIN DAN LEMAK DI KABUPATEN TUBAN : PENDEKATAN NERACA BAHAN MAKANAN PENDAHULUAN

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Nainggolan K. (2005), pertanian merupakan salah satu sektor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh suatu kelompok sosial

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian. Tahun Publikasi BPS Kabupaten Lampung Barat

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS NERACA BAHAN MAKANAN KABUPATEN SUMBAWA (ANALYSIS OF FOOD BALANCE SHEET IN SUMBAWA REGENCY ON )

ANALISIS PENYEDIAAN PANGAN UNTUK MENINGKATKAN KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN SIDOARJO

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ANALISIS NERACA BAHAN MAKANAN DI KABUPATEN TRENGGALEK (THE ANALYSIS ON FOOD BALANCE SHEET IN TRENGGALEK REGENCY)

POLA PANGAN HARAPAN (PPH)

PENDAHULUAN Latar Belakang

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Desain Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

METODE. Keadaan umum 2010 wilayah. BPS, Jakarta Konsumsi pangan 2 menurut kelompok dan jenis pangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar se-asia

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Kontribusi Tanaman Pangan Terhadap PDB Sektor Pertanian pada Tahun (Miliar Rupiah)

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 38 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS

Pemetaan Status Gizi Balita Terhadap Kecamatan-Kecamatan Di Kabupaten Trenggalek Dengan Metode Analisis Korespondensi

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG

Kabupaten Trenggalek

NERACA BAHAN MAKANAN BAB I PENDAHULUAN

PERWILAYAHAN KOMODITAS UBI KAYU DALAM MENDUKUNG KEGIATAN AGROINDUSTRI CHIP MOCAF DI KABUPATEN TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014

1. KETAHANAN PANGAN YANG BERKELANJUTAN, TANTANGAN DAN HARAPAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN DI INDONESIA 2. PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN KEMISKINAN

prasyarat utama bagi kepentingan kesehatan, kemakmuran, dan kesejahteraan usaha pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas guna meningkatkan

BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 61 TAHUN 2013 TENTANG

Tabel Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi dari Padi Ladang Tahun

BAB I PENDAHULUAN. daerah bersangkutan (Soeparmoko, 2002: 45). Keberhasilan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. laut ini, salah satunya ialah digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan.

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Trenggalek Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar dan pokok yang dibutuhkan oleh

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. Latar Belakang

KAJIAN BASIS DAN PRIORITAS DALAM SEKTOR PERTANIAN BAGI PEMBANGUNAN WILAYAH PESISIR BENGKULU

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi

METODE. - Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura - Dinas Peternakan dan Perikanan - Dinas Perkebunan b. Data NBM tahun (sekunder)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan mempunyai

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. berkaitan dengan sektor-sektor lain karena sektor pertanian merupakan sektor

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

(PERFORMANCE ANALYSIS OF FARMER GROUP AND ITS RELATIONSHIP WITH HOUSEHOLD FOOD SECURITY LEVEL (CASE STUDY IN RASANAE TIMUR SUBDISTRICT BIMA CITY)

ANALISIS RASIO KETERSEDIAAN DAN KONSUMSI PANGAN STRATEGIS DI KOTA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. potensi sumber daya alam yang besar untuk dikembangkan terutama dalam

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkurang, ditambah lagi semakin besarnya impor pangan, pakan, dan bahan baku

BAB I PENDAHULUAN. bermakana. Peranansektor ini dalam menyerap tenaga kerja tetap menjadi yang

BAB I PENDAHULUAN. Declaration and World Food Summit Plan of Action adalah food security

Pola Konsumsi Pangan Penyandang Disabilitas di Kota Malang

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

ABSTRACT. Keywords : Food Security, Household, Ordinal Logistik Regression

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

I. PENDAHULUAN. cukup. Salah satu komoditas pangan yang dijadikan pangan pokok

Pangan Nasional Tahun

METODE PENELITIAN. No Data Sumber Instansi 1 Konsumsi pangan menurut kelompok dan jenis pangan

BAB 1 PENDAHULUAN. memegang peranan penting dalam kesejahteraan kehidupan penduduk indonesia.

BAB II LANDASAN TEORI. bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan-bahan lainnya yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk membangun daerah secara optimal guna meningkatkan

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Ketahanan Pangan dan Gizi adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Ekspor, Impor, dan Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian Menurut Sub Sektor, 2014 Ekspor Impor Neraca

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

Penilaian Tingkat Keberlanjutan Pembangunan di Kabupaten Bangkalan sebagai Daerah Tertinggal

ANALISIS PENYEDIAAN PANGAN DI KABUPATEN MALANG (PROVISION OF FOOD ANALYSIS IN MALANG REGENCY)

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17

KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI MENDUKUNG PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI

BAB I PENDAHULUAN. kedua sumber utama tidak dapat memenuhi kebutuhan. Ketersediaan pangan

Transkripsi:

AGRISE Volume XIV No. 1 Bulan Januari 2014 ISSN: 1412-1425 KATEGORI POTENSI KECAMATAN BERDASARKAN SUBSISTEM KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN TRENGGALEK (CATEGORIES OF THE DISTRICT POTENTIAL BASED ON FOOD SECURITY SUBSYSTEM IN TRENGGALEK REGENCY) Alia Fibrianingtyas 1, Nuhfil Hanani 1, Budi Setiawan 1 1 Program Pascasarjana Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Jl. Veteran, Malang E-mail: afibrianingtyas@yahoo.com ABSTRACT Food security is one of the priorities in the Medium-Term National Development Plan of 2010 to 2014 are in the drafting process involving county and city. Trenggalek regency is one of the objectives of regional development in the southern part of East Java, which is suspected to diversify the supply of food (Desirable Dietary Pattern) in some sub-districts are still low. The research purposes are: 1) to diversify food availability in Trenggalek Regency when seen from Dietary Pattern Score, 2) analysis district potential by food security analysis in Trenggalek Regency, 3) clustering of district potential by food security analysis in Trenggalek Regency. The methods used are dietary pattern score, food security analysis and cluster analysis. The results showed that dietary pattern score in Trenggalek Regency is low, which Bendungan District has a highest score 61.18. Some districts also need to be improved by food security. From this research can be formed it s about four clusters by food security, that are Cluster I named Dominated Food Utilization, Cluster II named Dominated Food Access, Cluster III named Dominated Nutritional Status, Cluster IV named Dominated Food Availability. Based on that clusters, food security must to be improve in each district. Keywords: Desirable dietary patterns, food security, cluster ABSTRAK Ketahanan pangan merupakan salah satu prioritas dalam Rencana Pembangunan Nasional Jangka Menengah Tahun 2010 hingga 2014 yang dalam proses penyusunannya melibatkan kabupaten dan kota. Kabupaten Trenggalek merupakan salah satu sasaran pengembangan wilayah di bagian selatan Jawa Timur yang diduga penganekaragaman penyediaan pangan (Pola Pangan Harapan) di beberapa kecamatannya masih rendah. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) menganalisis penganekaragaman penyediaan pangan masingmasing kecamatan di Kabupaten Trenggalek apabila dilihat dari skor Pola Pangan Harapan (PPH), 2) menganalisis potensi kecamatan berdasarkan ketahanan pangan di Kabupaten Trenggalek, 3) mengklasterkan (mengelompokkan) potensi kecamatan berdasarkan analisis ketahanan pangan di Kabupaten Trenggalek. Metode yang digunakan yaitu skor Pola Pangan Harapan, analisis ketahanan pangan dan analisis klaster. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

26 AGRISE Volume XIV, No. 1, Bulan Januari 2014 skor Pola Pangan Harapan di Kabupaten Trenggalek tergolong rendah, dengan skor Pola Pangan Harapan tertinggi adalah Kecamatan Bendungan yaitu sebesar 61.18. Beberapa kecamatan di Kabupaten Trenggalek juga masih perlu ditingkatkan potensi ketahanan pangannya. Dari penelitian ini dapat dibentuk sebanyak empat klaster berdasarkan ketahanan pangan, antara lain Klaster I dengan nama Dominan Penyerapan Pangan, Klaster II dengan nama Dominan Akses Pangan, Klaster III dengan nama Dominan Status Gizi dan Klaster IV dengan nama Dominan Ketersediaan Pangan. Berdasarkan klaster yang terbentuk tersebut perlu dilakukan peningkatan potensi ketahanan pangannya pada setiap kecamatan. Kata kunci: Pola Pangan Harapan, ketahanan pangan, klaster PENDAHULUAN Pembangunan pangan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan pembangunan nasional, karena pangan sangat berpengaruh kepada kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam menjamin stabilitas sosial, politik dan ekonomi yang diperlukan bagi pertumbuhan dan terwujudnya ketahanan pangan nasional (Kasryno, 2000). Ketahanan pangan juga merupakan salah satu prioritas dalam Rencana Pembangunan Nasional Jangka Menengah Tahun 2010 hingga 2014 yang menginstruksikan perlunya disusun Rencana Aksi Pangan dan Gizi (RAPG) tingkat nasional dan tingkat propinsi yang dalam proses penyusunannya melibatkan kabupaten dan kota. (Deptan, 2002). Oleh karena itu pemerintah Kabupaten Trenggalek terus berupaya memacu pembangunan ketahanan pangan melalui program program yang benar-benar mampu memperkokoh ketahanan pangan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat (BPS, 2009). Kabupaten Trenggalek sebagai salah satu sasaran pengembangan wilayah di bagian selatan Jawa Timur memiliki keunggulan dalam sektor pertanian. Berdasarkan PDRB (Produk Domestik Ragional Bruto), pada tahun 2008 sektor pertanian memberikan kontribusi paling besar terhadap PDRB (Produk Domestik Ragional Bruto) kabupaten yaitu sebesar 34.62%. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Trenggalek masih bersifat agraris karena mayoritas bekerja pada sektor ini. Sekitar lebih dari 60% luas total wilayah merupakan lahan pertanian. Luas tersebut meliputi 9.56% tanah sawah, 38.02% tanah kering, 1.57% perkebunan, hutan negara seluas 48.31% serta sisanya lain-lain seluas 2.54%. Penggunaan lahan di subsektor kehutanan memiliki proporsi yang besar sebab hampir 2/3 dari luas wilayah Trenggalek merupakan pegunungan (BPS, 2009). Sedangkan menurut RTRW Kabupaten Trenggalek tahun 2002 hingga 2012, subsektor yang paling potensial di Kabupaten Trenggalek adalah subsektor tanaman pangan dan perkebunan. Pada subsektor tanaman pangan, Kabupaten Trenggalek merupakan salah satu penghasil komoditas ubi kayu terbesar di Jawa Timur. Produktivitas komoditas ubi kayu ini cukup baik apabila dibandingkan dengan komoditas lainnya. Pada tahun 2008, produktivitas ubi kayu mencapai 223.09 kw/ha. Produksi ubi kayu di Kabupaten Trenggalek terus mengalami peningkatan, kecuali pada tahun 2008 mengalami penurunan akibat adanya banjir besar yang melanda Kabupaten Trenggalek (BPS, 2009). Untuk komoditas padi, meskipun produktivitasnya masih kalah dengan kabupaten atau kota lain di Jawa Timur namun di Kabupaten Trenggalek produktivitasnya sudah cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari produksi padi yang terus meningkat rata-rata 7.03% per tahun. Peningkatan ini dikarenakan padi

Alia Fibrianingtyas Kategori Potensi Kecamatan Berdasarkan Subsistem... 27 merupakan salah satu komoditas tanaman primer yang tingkat permintaan serta konsumsi masyarakatnya cukup besar (BPS, 2009). Hal ini didukung dengan data yang disajikan dalam Neraca Bahan Makanan Kabupaten Trenggalek tahun 2010 yang menunjukkan bahwa nilai total ketersediaan pangannya tinggi. Namun dalam kenyataannya masih terdapat beberapa kecamatan di Kabupaten Trenggalek yang belum mampu menyerap pangan secara baik dan merata, sehingga status gizi masyarakat di beberapa kecamatan masih buruk. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) menganalisis penganekaragaman penyediaan pangan masing-masing kecamatan di Kabupaten Trenggalek apabila dilihat dari skor Pola Pangan Harapan, 2) menganalisis potensi kecamatan berdasarkan ketahanan pangan di Kabupaten Trenggalek, 3) mengklasterkan (mengelompokkan) potensi kecamatan berdasarkan analisis ketahanan pangan di Kabupaten Trenggalek. Hal inilah yang menjadi landasan dilakukannya penelitian untuk menghitung Pola Pangan Harapan, menganalisis potensi kecamatan berdasarkan ketahanan pangan di Kabupaten Trenggalek, sehingga masyarakat dapat menyerap pangan secara baik dan merata. Dengan harapan agar antisipasi pengambil keputusan melalui kebijakan kebijakan ketahanan pangan dapat diterapkan secara tepat dan merata. II. METODE PENELITIAN Lokasi penelitian ditentukan secara purposive di Kabupaten Trenggalek. Dari 14 kecamatan yang terdapat di Kabupaten Trenggalek, kesemua kecamatan tersebut akan dipilih menjadi fokus penelitian, yaitu Kecamatan Panggul, Munjungan, Watulimo, Kampak, Dongko, Pule, Karangan, Suruh, Gandusari, Durenan, Pogalan, Trenggalek, Tugu dan Bendungan. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu Neraca Bahan Makanan (NBM) yang meliputi produksi, stok dan perubahan stok, impor atau masuk kabupaten, penyediaan di kabupaten sebelum ekspor, ekspor atau keluar kabupaten, penyediaan di kabupaten, pemakaian di kabupaten (pakan, bibit, tercecer, bahan makanan, diolah untuk makanan, diolah untuk bukan makanan). Data yang berasal dari Neraca Bahan Makanan tersebut digunakan sebagai acuan dalam menentukan ketersediaan pangan. Selain itu, data mengenai demografi penduduk seperti jumlah penduduk, luas wilayah dan jumlah penduduk pra sejahtera juga diperlukan sebagai acuan untuk menentukan akses pangan. Datadata seperti skor Pola Pangan Harapan (PPH), energi, protein, lemak, vitamin dan mineral diperlukan untuk menyusun aspek penyerapan pangan. Sedangkan data mengenai kelahiran bayi, kematian bayi dan Kurang Energi Protein (KEP) digunakan sebagai acuan untuk menghitung status gizi. Data-data yang telah terkumpul tersebut pada akhirnya digunakan sebagai acuan untuk mengklasterkan berdasarkan ketahanan pangan. Berikut disajikan jenis dan sumber data yang dapat dilihat pada Tabel 1.

28 AGRISE Volume XIV, No. 1, Bulan Januari 2014 Tabel 1. Jenis dan Sumber Data yang Digunakan Data Jenis Data Sumber Data ketersediaan pangan tahun 2010 Sekunder Neraca Bahan Makanan Kabupaten Trenggalek Data jumlah penduduk dan luas wilayah Sekunder BPS Kabupaten Trenggalek Data jumlah penduduk pra sejahtera Sekunder Kantor BKKBN Kabupaten Trenggalek Data penyerapan pangan tahun 2010 Sekunder Neraca Bahan Makanan Kabupaten Trenggalek Data kelahiran bayi, kematian bayi dan Kurang Energi Protein (KEP) Sekunder Dinas Kesehatan Kabupaten Trenggalek 1. Analisis Deskriptif Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan potensi masing-masing kecamatan di Kabupaten Trenggalek berdasarkan subsistem ketahanan pangannya, dimana terdiri dari empat subsistem yaitu subsistem ketersediaan pangan, akses pangan, penyerapan pangan dan status gizi. Pada setiap subsistem tersebut dibagi ke dalam tiga interval kelas, yaitu tinggi, sedang dan rendah. Pembagian interval kelas tersebut didasarkan pada rumus berikut ini : Interval Kelas = Perhitungan interval kelas untuk setiap indikator ketahanan pangan dapat dilihat pada terdiri dari: 1. Ketersediaan pangan 2. Jumlah penduduk 3. Luas Wilayah 4. Kepadatan penduduk 5. Pra sejahtera 6. Pola Pangan Harapan (PPH) 7. Energi 8. Protein 9. Lemak 10. Vitamin A 11. Vitamin B1 12. Vitamin C 13. Kalsium 14. Fosfor 15. Zat Besi 16. Kelahiran bayi 17. Kematian bayi 18. Kurang Energi Protein (KEP)

Alia Fibrianingtyas Kategori Potensi Kecamatan Berdasarkan Subsistem... 29 2. Analisis Klaster Dalam analisis ini dapat dibentuk sebanyak empat klaster berdasarkan subsistem ketahanan pangan, yang terdiri dari subsistem ketersediaan pangan, akses pangan, penyerapan pangan dan status gizi. Keempat subsistem ketahanan pangan tersebut menjadi dasar pengelompokan setiap klaster, sehingga penamaan untuk setiap klaster adalah sebagai berikut : a. Klaster I : Dominan Penyerapan Pangan Indikator yang dianalisis dalam klaster ini adalah Pola Pangan Harapan (PPH), energi, protein, lemak, vitamin A, vitamin B1, vitamin C, kalsium, fosfor dan zat besi. Kecamatan yang dikelompokkan ke dalam klaster ini memiliki syarat sebagai berikut : 1. Nilai Pola Pangan Harapan (PPH) berkisar antara 50.8 61.19 2. Nilai energi berkisar antara 7.586 10.757 3. Nilai protein berkisar antara 144.74 199.72 4. Nilai lemak berkisar antara 56.58 80.25 5. Nilai vitamin A berkisar antara 4636.39 6899.94 6. Nilai vitamin B1 berkisar antara 4.86 6.95 7. Nilai vitamin C berkisar antara 642.06 954.22 8. Nilai kalsium berkisar antara 1217.16 1801.28 9. Nilai fosfor berkisar antara 3642.23 5146.45 10. Nilai zat besi berkisar antara 37.35 53.56 b. Klaster II : Dominan Akses Pangan Indikator yang dianalisis dalam klaster ini adalah jumlah penduduk, luas wilayah, kepadatan penduduk dan jumlah penduduk pra sejahtera. Kecamatan yang dikelompokkan ke dalam klaster ini memiliki syarat sebagai berikut nilai kepadatan penduduk berkisar antara 319.84 682.62. c. Klaster III : Dominan Status Gizi Indikator yang dianalisis dalam klaster ini adalah kelahiran bayi, kematian bayi dan Kurang Energi Protein (KEP). Kecamatan yang dikelompokkan ke dalam klaster ini memiliki syarat sebagai berikut nilai kelahiran bayi berkisar antara 99.4 100.02 d. Klaster IV : Dominan Ketersediaan Pangan Indikator yang dianalisis dalam klaster ini adalah ketersediaan pangan. Kecamatan yang dikelompokkan ke dalam klaster ini memiliki syarat sebagai berikut nilai ketersediaan pangan berkisar antara 6.424 27.879,67. III. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Potensi Kecamatan berdasarkan Subsistem Ketahanan Pangan a. Kecamatan Bendungan Kecamatan Bendungan memiliki potensi yang baik pada subsistem penyerapan pangan, karena memiliki nilai yang dapat dikaterogikan tinggi. Hal ini ditunjang dengan tipologi wilayah Kecamatan Bendungan yang berupa pegunungan. Kecamatan ini terletak di sebelah utara dari Kabupaten Trenggalek. Dengan perbandingan jumlah penduduk yang rendah dan luas wilayah yang sedang, maka Kecamatan Bendungan memiliki kepadatan penduduk yang rendah. Sehingga masyarakat dapat menyerap pangan yang berupa energi, protein, lemak, vitamin A, vitamin B1, vitamin C, kalsium, fosfor dan zat besi dengan baik (tinggi) dan merata. Dengan adanya jumlah penduduk pra sejahtera yang tinggi, partisipasi

30 AGRISE Volume XIV, No. 1, Bulan Januari 2014 masyarakat dalam melakukan pelayanan kesehatan, seperti konsultasi mengenai sarana kontrasepsi (Keluarga Berencana) juga tinggi. Hal ini dibuktikan dengan angka kelahiran bayi yang rendah. Namun pengetahuan masyarakat akan pentingnya gizi bagi tubuh masih kurang baik, yang ditunjukkan dengan angka Kurang Energi Protein (KEP) dan angka kematian bayi yang tinggi. b. Kecamatan Panggul Kecamatan Panggul memiliki potensi yang baik pada subsistem akses pangan, karena memiliki nilai kepadatan penduduk yang rendah. Hal ini ditunjang dengan tipologi wilayah Kecamatan Panggul yang berupa pegunungan. Kecamatan ini terletak di sebelah barat daya dari Kabupaten Trenggalek. Dengan perbandingan jumlah penduduk yang tinggi dan luas wilayah yang tinggi, maka Kecamatan Panggul memiliki kepadatan penduduk yang rendah. Sehingga masyarakat dalam menyerap pangan yang berupa energi, protein, lemak, vitamin A, vitamin B1, vitamin C, kalsium, fosfor dan zat besi kurang baik (rendah) dan kurang merata. Dengan adanya jumlah penduduk pra sejahtera yang sedang, partisipasi masyarakat dalam melakukan pelayanan kesehatan, seperti konsultasi mengenai sarana kontrasepsi (Keluarga Berencana) juga cukup baik. Hal ini dibuktikan dengan angka kelahiran bayi yang tinggi. Namun pengetahuan masyarakat akan pentingnya gizi bagi tubuh tergolong baik, yang ditunjukkan dengan angka Kurang Energi Protein (KEP) dan angka kematian bayi yang rendah. c. Kecamatan Munjungan Kecamatan Munjungan memiliki potensi yang kurang baik pada subsistem ketersediaan pangan, karena memiliki nilai yang dapat dikaterogikan rendah. Hal ini ditunjang dengan tipologi wilayah Kecamatan Munjungan yang berupa pegunungan. Kecamatan ini terletak di sebelah selatan dari Kabupaten Trenggalek. Dengan perbandingan jumlah penduduk yang sedang dan luas wilayah yang tinggi, maka Kecamatan Munjungan memiliki kepadatan penduduk yang rendah. Sehingga masyarakat dalam menyerap pangan yang berupa energi, protein, lemak, vitamin A, vitamin B1, vitamin C, kalsium, fosfor dan zat besi kurang baik (rendah) dan kurang merata. Dengan adanya jumlah penduduk pra sejahtera yang rendah, partisipasi masyarakat dalam melakukan pelayanan kesehatan, seperti konsultasi mengenai sarana kontrasepsi (Keluarga Berencana) juga kurang baik. Hal ini dibuktikan dengan angka kelahiran bayi yang tinggi. Namun pengetahuan masyarakat akan pentingnya gizi bagi tubuh tergolong baik, yang ditunjukkan dengan angka Kurang Energi Protein (KEP) dan angka kematian bayi yang rendah. d. Kecamatan Watulimo Kecamatan Watulimo memiliki potensi yang baik pada subsistem akses pangan, karena memiliki nilai kepadatan penduduk yang rendah. Hal ini ditunjang dengan tipologi wilayah Kecamatan Watulimo yang berupa pesisir pantai. Kecamatan ini terletak di sebelah tenggara dari Kabupaten Trenggalek. Dengan perbandingan jumlah penduduk yang tinggi dan luas wilayah yang tinggi, maka Kecamatan Watulimo memiliki kepadatan penduduk yang rendah. Sehingga masyarakat dalam menyerap pangan yang berupa energi, protein, lemak, vitamin A, vitamin B1, vitamin C, kalsium, fosfor dan zat besi kurang baik (rendah) dan kurang merata. Dengan adanya jumlah penduduk pra sejahtera yang rendah, partisipasi masyarakat dalam melakukan pelayanan kesehatan, seperti konsultasi mengenai sarana kontrasepsi (Keluarga Berencana) juga kurang baik. Hal ini dibuktikan dengan angka kelahiran bayi yang tinggi. Namun pengetahuan masyarakat akan pentingnya gizi bagi tubuh tergolong cukup baik, yang ditunjukkan dengan angka Kurang Energi Protein (KEP) yang tinggi dan angka kematian bayi yang rendah.

Alia Fibrianingtyas Kategori Potensi Kecamatan Berdasarkan Subsistem... 31 e. Kecamatan Kampak Kecamatan Kampak memiliki potensi yang kurang baik pada subsistem ketersediaan pangan, karena memiliki nilai yang rendah. Hal ini ditunjang dengan tipologi wilayah Kecamatan Kampak yang berupa pegunungan. Kecamatan ini terletak di sebelah barat laut dari Kecamatan Watulimo. Dengan perbandingan jumlah penduduk yang rendah dan luas wilayah yang rendah, maka Kecamatan Kampak memiliki kepadatan penduduk yang rendah. Sehingga masyarakat dalam menyerap pangan yang berupa energi, protein, lemak, vitamin A, vitamin B1, vitamin C, kalsium, fosfor dan zat besi kurang baik (rendah) dan kurang merata. Dengan adanya jumlah penduduk pra sejahtera yang sedang, partisipasi masyarakat dalam melakukan pelayanan kesehatan, seperti konsultasi mengenai sarana kontrasepsi (Keluarga Berencana) juga cukup baik. Hal ini dibuktikan dengan angka kelahiran bayi yang tinggi. Namun pengetahuan masyarakat akan pentingnya gizi bagi tubuh tergolong baik, yang ditunjukkan dengan angka Kurang Energi Protein (KEP) dan angka kematian bayi yang rendah. f. Kecamatan Dongko Kecamatan Dongko memiliki potensi yang baik pada subsistem akses pangan, karena memiliki nilai kepadatan penduduk yang rendah. Hal ini ditunjang dengan tipologi wilayah Kecamatan Dongko yang berupa pegunungan. Kecamatan ini terletak di sebelah barat dari Kecamatan Kampak. Dengan perbandingan jumlah penduduk yang tinggi dan luas wilayah yang tinggi, maka Kecamatan Dongko memiliki kepadatan penduduk yang rendah. Sehingga masyarakat dalam menyerap pangan yang berupa energi, protein, lemak, vitamin A, vitamin B1, vitamin C, kalsium, fosfor dan zat besi kurang baik (rendah) dan kurang merata. Dengan adanya jumlah penduduk pra sejahtera yang tinggi, partisipasi masyarakat dalam melakukan pelayanan kesehatan, seperti konsultasi mengenai sarana kontrasepsi (Keluarga Berencana) juga baik. Namun faktor budaya memiliki pengaruh yang besar terhadap kebiasaan sehari-hari, sehingga walaupun program Keluarga Berencana (KB) sudah berjalan dengan baik, tetapi angka kelahiran bayi masih tinggi. Di samping itu, pengetahuan masyarakat akan pentingnya gizi bagi tubuh tergolong baik, yang ditunjukkan dengan angka Kurang Energi Protein (KEP) dan angka kematian bayi yang rendah. g. Kecamatan Pule Kecamatan Pule memiliki potensi yang baik pada subsistem akses pangan, karena memiliki nilai kepadatan penduduk yang rendah. Hal ini ditunjang dengan tipologi wilayah Kecamatan Pule yang berupa pegunungan. Kecamatan ini terletak di sebelah barat laut dari Kecamatan Suruh. Dengan perbandingan jumlah penduduk yang sedang dan luas wilayah yang tinggi, maka Kecamatan Pule memiliki kepadatan penduduk yang rendah. Sehingga masyarakat dalam menyerap pangan yang berupa energi, protein, lemak, vitamin A, vitamin B1, vitamin C, kalsium, fosfor dan zat besi kurang baik (rendah) dan kurang merata. Dengan adanya jumlah penduduk pra sejahtera yang sedang, partisipasi masyarakat dalam melakukan pelayanan kesehatan, seperti konsultasi mengenai sarana kontrasepsi (Keluarga Berencana) juga cukup baik. Namun faktor budaya memiliki pengaruh yang besar terhadap kebiasaan sehari-hari, sehingga walaupun program Keluarga Berencana (KB) sudah berjalan dengan baik, tetapi angka kelahiran bayi masih tinggi. Di samping itu, pengetahuan masyarakat akan pentingnya gizi bagi tubuh tergolong baik, yang ditunjukkan dengan angka Kurang Energi Protein (KEP) dan angka kematian bayi yang rendah. h. Kecamatan Karangan Kecamatan Karangan memiliki potensi yang baik pada subsistem status gizi, karena

32 AGRISE Volume XIV, No. 1, Bulan Januari 2014 Kecamatan Karangan yang berupa pegunungan. Kecamatan ini terletak di sebelah barat laut dari Kecamatan Gandusari. Dengan perbandingan jumlah penduduk yang sedang dan luas wilayah yang rendah, maka Kecamatan Karangan memiliki kepadatan penduduk yang tinggi. Sehingga masyarakat dalam menyerap pangan yang berupa energi, protein, lemak, vitamin A, vitamin B1, vitamin C, kalsium, fosfor dan zat besi cukup baik (sedang) dan kurang merata. Dengan adanya jumlah penduduk pra sejahtera yang rendah, partisipasi masyarakat dalam melakukan pelayanan kesehatan, seperti konsultasi mengenai sarana kontrasepsi (Keluarga Berencana) juga kurang baik. Hal ini dibuktikan dengan angka kelahiran bayi yang tinggi. Di samping itu, pengetahuan masyarakat akan pentingnya gizi bagi tubuh tergolong baik, yang ditunjukkan dengan angka Kurang Energi Protein (KEP) dan angka kematian bayi yang rendah. i. Kecamatan Suruh Kecamatan Suruh memiliki potensi yang baik pada subsistem penyerapan pangan, karena memiliki nilai yang tinggi. Hal ini ditunjang dengan tipologi wilayah Kecamatan Suruh yang berupa pegunungan. Kecamatan ini terletak di sebelah selatan dari Kecamatan Tugu. Berdasarkan matriks ketahanan pangan pada Tabel 20, dapat dilihat bahwa skor Pola Pangan Harapan (PPH) Kecamatan Suruh termasuk dalam kategori sedang. Hal ini berarti bahwa penganekaragaman ketersediaan pangan di Kecamatan Suruh juga sedang. Dengan ragam penyediaan pangan seperti padi-padian sebesar 15,673 ton/tahun, makanan berpati sebesar 38,301 ton/tahun, buah dan biji berminyak sebesar 207 ton/tahun, buah-buahan sebesar 159 ton/tahun, sayuran sebesar 255 ton/tahun, daging sebesar 84 ton/tahun, telur sebesar 673 ton/tahun, susu sebesar 137 ton/tahun, minyak dan lemak sebesar 8 ton/tahun, dimana ubi kayu merupakan penyumbang penyediaan pangan terbesar. Dengan perbandingan jumlah penduduk yang rendah dan luas wilayah yang rendah, maka Kecamatan Suruh memiliki kepadatan penduduk yang rendah. Sehingga masyarakat dalam menyerap pangan yang berupa energi, protein, lemak, vitamin A, vitamin B1, vitamin C, kalsium, fosfor dan zat besi tergolong baik (tinggi) dan merata. Dengan adanya jumlah penduduk pra sejahtera yang tinggi, partisipasi masyarakat dalam melakukan pelayanan kesehatan, seperti konsultasi mengenai sarana kontrasepsi (Keluarga Berencana) juga baik. Hal ini dibuktikan dengan angka kelahiran bayi yang rendah. Namun pengetahuan masyarakat akan pentingnya gizi bagi tubuh masih kurang baik, yang ditunjukkan dengan angka Kurang Energi Protein (KEP) dan angka kematian bayi yang tinggi. j. Kecamatan Gandusari Kecamatan Gandusari memiliki potensi yang baik pada subsistem status gizi, karena Kecamatan Gandusari yang berupa pegunungan. Kecamatan ini terletak di sebelah tenggara dari Kecamatan Karangan. Dengan perbandingan jumlah penduduk yang sedang dan luas wilayah yang rendah, maka Kecamatan Gandusari memiliki kepadatan penduduk yang rendah. Sehingga masyarakat dalam menyerap pangan yang berupa energi, protein, lemak, vitamin A, vitamin B1, vitamin C, kalsium, fosfor dan zat besi kurang baik (rendah) dan kurang merata. Dengan adanya jumlah penduduk pra sejahtera yang sedang, partisipasi masyarakat dalam melakukan pelayanan kesehatan, seperti konsultasi mengenai sarana kontrasepsi (Keluarga Berencana) juga cukup baik. Hal ini dibuktikan dengan angka kelahiran bayi yang tinggi. Namun pengetahuan masyarakat akan pentingnya gizi bagi tubuh masih kurang baik, yang ditunjukkan dengan angka Kurang Energi Protein (KEP) yang sedang dan angka kematian bayi yang rendah.

Alia Fibrianingtyas Kategori Potensi Kecamatan Berdasarkan Subsistem... 33 k. Kecamatan Durenan Kecamatan Durenan memiliki potensi yang baik pada subsistem status gizi, karena Kecamatan Durenan yang berupa daratan. Kecamatan ini terletak di sebelah timur dari Kecamatan Pogalan. Dengan perbandingan jumlah penduduk yang sedang dan luas wilayah yang rendah, maka Kecamatan Durenan memiliki kepadatan penduduk yang rendah. Sehingga masyarakat dalam menyerap pangan yang berupa energi, protein, lemak, vitamin A, vitamin B1, vitamin C, kalsium, fosfor dan zat besi kurang baik (rendah) dan kurang merata. Dengan adanya jumlah penduduk pra sejahtera yang rendah, partisipasi masyarakat dalam melakukan pelayanan kesehatan, seperti konsultasi mengenai sarana kontrasepsi (Keluarga Berencana) juga kurang baik. Hal ini dibuktikan dengan angka kelahiran bayi yang tinggi. Namun pengetahuan masyarakat akan pentingnya gizi bagi tubuh masih kurang baik, yang ditunjukkan dengan angka Kurang Energi Protein (KEP) yang tinggi dan angka kematian bayi yang rendah. l. Kecamatan Pogalan Kecamatan Pogalan memiliki potensi yang baik pada subsistem status gizi, karena Kecamatan Pogalan yang berupa daratan. Kecamatan ini terletak di sebelah tenggara dari Kecamatan Trenggalek. Dengan perbandingan jumlah penduduk yang sedang dan luas wilayah yang rendah, maka Kecamatan Pogalan memiliki kepadatan penduduk yang tinggi. Sehingga masyarakat dalam menyerap pangan yang berupa energi, protein, lemak, vitamin A, vitamin B1, vitamin C, kalsium, fosfor dan zat besi kurang baik (rendah) dan kurang merata. Dengan adanya jumlah penduduk pra sejahtera yang rendah, partisipasi masyarakat dalam melakukan pelayanan kesehatan, seperti konsultasi mengenai sarana kontrasepsi (Keluarga Berencana) juga kurang baik. Hal ini dibuktikan dengan angka kelahiran bayi yang tinggi. Namun pengetahuan masyarakat akan pentingnya gizi bagi tubuh tergolong baik, yang ditunjukkan dengan angka Kurang Energi Protein (KEP) dan angka kematian bayi yang rendah. m. Kecamatan Trenggalek Kecamatan Trenggalek memiliki potensi yang baik pada subsistem status gizi, karena Kecamatan Trenggalek yang berupa daratan. Kecamatan ini terletak di sebelah selatan dari Kecamatan Bendungan. Dengan perbandingan jumlah penduduk yang tinggi dan luas wilayah yang rendah, maka Kecamatan Trenggalek memiliki kepadatan penduduk yang tinggi. Sehingga masyarakat dalam menyerap pangan yang berupa energi, protein, lemak, vitamin A, vitamin B1, vitamin C, kalsium, fosfor dan zat besi kurang baik (rendah) dan kurang merata. Dengan adanya jumlah penduduk pra sejahtera yang rendah, partisipasi masyarakat dalam melakukan pelayanan kesehatan, seperti konsultasi mengenai sarana kontrasepsi (Keluarga Berencana) juga kurang baik. Hal ini dibuktikan dengan angka kelahiran bayi yang tinggi. Namun pengetahuan masyarakat akan pentingnya gizi bagi tubuh tergolong kurang baik, yang ditunjukkan dengan angka Kurang Energi Protein (KEP) yang tinggi dan angka kematian bayi yang rendah. n. Kecamatan Tugu Kecamatan Tugu memiliki potensi yang baik pada subsistem status gizi, karena Kecamatan Tugu yang berupa daratan. Kecamatan ini terletak di sebelah timur laut dari Kecamatan Pule. Dengan perbandingan jumlah penduduk yang sedang dan luas wilayah yang rendah, maka Kecamatan Tugu memiliki kepadatan penduduk yang sedang. Sehingga masyarakat dalam menyerap pangan yang berupa energi, protein, lemak, vitamin A, vitamin

34 AGRISE Volume XIV, No. 1, Bulan Januari 2014 B1, vitamin C, kalsium, fosfor dan zat besi cukup baik (sedang) dan kurang merata. Dengan adanya jumlah penduduk pra sejahtera yang rendah, partisipasi masyarakat dalam melakukan pelayanan kesehatan, seperti konsultasi mengenai sarana kontrasepsi (Keluarga Berencana) juga kurang baik. Hal ini dibuktikan dengan angka kelahiran bayi yang tinggi. Namun pengetahuan masyarakat akan pentingnya gizi bagi tubuh tergolong kurang baik, yang ditunjukkan dengan angka Kurang Energi Protein (KEP) yang tinggi dan angka kematian bayi yang rendah. 2. Analisis Klaster Berdasarkan Ketahanan Pangan Tabel 2. Pengklasteran Berdasarkan Analisis Ketahanan Pangan Klaster I (Dominan Penyerapan Pangan) Klaster II (Dominan Akses Pangan) Klaster III (Dominan Status Gizi) Klaster IV (Dominan Ketersediaan Pangan) Bendungan Dongko Durenan Kampak Suruh Panggul Gandusari Munjungan Pule Karangan Watulimo Pogalan Trenggalek Tugu Dari Tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa anggota dari klaster I adalah Kecamatan Bendungan dan Suruh; anggota dari klaster II adalah Kecamatan Dongko, Panggul, Pule dan Watulimo; anggota dari klaster III adalah Kecamatan Durenan, Gandusari, Karangan, Pogalan, Trenggalek dan Tugu; sedangkan anggota dari klaster IV adalah Kecamatan Kampak dan Munjungan. IV. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa: 1. Potensi kecamatan berdasarkan analisis subsistem ketahanan pangan di Kabupaten Trenggalek, yang terdiri dari subsistem ketersediaan pangan tergolong sedang-rendah; subsistem akses pangan tergolong rendah; subsistem penyerapan pangan tergolong rendah; dan subsistem status gizi tergolong rendah. 2. Klaster I dikelompokkan berdasarkan dominan penyerapan pangan, yang terdiri dari Kecamatan Bendungan dan Suruh. Klaster II dikelompokkan berdasarkan dominan akses pangan, yang terdiri dari Kecamatan Dongko, Panggul, Pule dan Watulimo. Klaster III dikelompokkan berdasarkan dominan status gizi, yang terdiri dari Kecamatan Durenan, Gandusari, Karangan, Pogalan, Trenggalek dan Tugu. Klaster IV dikelompokkan berdasarkan dominan ketersediaan pangan, yang terdiri dari Kecamatan Kampak dan Munjungan.

Alia Fibrianingtyas Kategori Potensi Kecamatan Berdasarkan Subsistem... 35 Saran Dalam rangka mewujudkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005 hingga 2025 tentang ketahanan pangan nasional, maka pemerintah daerah setempat dapat mendukung dan merealisasikan program tersebut dengan cepat dan tepat sasaran. Berdasarkan perhitungan Pola Pangan Harapan (PPH), potensi kecamatan berdasarkan analisis ketahanan pangan dan analisis klaster, maka hal yang perlu dilakukan antara lain: 1. Meningkatkan ketersediaan pangan pada kecamatan yang mengalami defisit kelompok pangan dengan cara mengimpor kelompok pangan dari kecamatan yang mengalami surplus kelompok pangan. Selain itu, dapat juga dilakukan dengan memperluas lahan pertanian guna meningkatkan taraf hidup masyarakat. 2. Meningkatkan akses pangan seperti perbaikan sarana prasarana, jalur distribusi, saluran pemasaran, stabilitas harga pangan, pengeluaran untuk pangan dan sebagainya. 3. Meningkatkan penganekaragaman kelompok pangan dengan melakukan kegiatan yang dapat membiasakan masyarakat untuk mengkonsumsi kelompok pangan selain beras. 4. Peningkatan taraf hidup masyarakat, seperti melibatkan masyarakat dalam diferensiasi produk-produk hasil pertanian sehingga memiliki nilai tambah dan pendapatan sampingan. 5. Melakukan pendekatan terhadap masyarakat untuk menekan laju pertumbuhan penduduk. DAFTAR PUSTAKA Badan Bimas Ketahanan Pangan, Departemen Pertanian RI. 2002. Kebijakan Umum Dan Program Pemantapan Ketahanan Pangan. BBKP Departemen Pertanian RI. Jakarta. BPS. 2009. Trenggalek Dalam Angka. BPS Kabupaten Trenggalek. Trenggalek. BPS Propinsi Jawa Timur. 2009. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten/Kota se Jawa Timur Tahun 2004-2008. BPS Propinsi Jawa Timur. Surabaya. BPS Propinsi Jawa Timur. 2009. Profil Kabupaten Trenggalek. BPS Propinsi Jawa Timur. Surabaya. Kasryno, F. 2000. Menempatkan Pertanian sebagai Basis Ekonomi Indonesia : Memantapkan Ketahanan Pangan dan Mengurangi Kemiskinan. Prosiding Widyakarya Pangan dan Gizi 2000. LIPI. Jakarta.