BAB I PENDAHULUAN. Minat dalam belajar siswa mempunyai fungsi sebagai motivating force

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU SPN) Pasal 3 mengenai

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era informasi saat

BAB I PENDAHULUAN. maksimal, hendaknya guru mempunyai kompetensi yang memadai.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Neng Sri Nuraeni, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, berbagai lembaga pendidikan baik formal maupun. menghasilkan siswa dengan prestasi yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah mempercepat pencanangan Millenium Development

2016 PERAN BIMBINGAN KARIR, MOTIVASI MEMASUKI DUNIA KERJA DAN PENGALAMAN PRAKERIN TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA SMK

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diselenggarakan di negara tersebut. Oleh karena itu, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan keterampilan siswa perlu ditingkatkan. Dalam kamus umum

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting pada tahap pembangunan dewasa ini, diantaranya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (FPTK) UPI. Lulusan JPTM FPTK UPI

I. PENDAHULUAN. suatu wadah yang disebut sebagai lenbaga pendidikan. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SMP dan MTs

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan perlu adanya evaluasi pendidikan. Fungsi evaluasi di

BAB I PENDAHULUAN. persaingan di era globalisasi seperti saat ini. (Rudiono, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan negara. Karena hal yang paling mendasar yang harus dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Disamping itu

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak mengalami perubahan, misalnya dalam menghadapi perubahan zaman,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha untuk mengembangkan potensi sumber daya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yoga Sidik Permana, 2015

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia adalah melalui pendidikan. Hal ini identik dengan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

I. PENDAHULUAN. Bagian pertama ini akan membahas beberapa hal mengenai latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan adalah SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) menuntut. meningkatkan minat belajar siswa yaitu SMK Bina Wisata Lembang.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peranan penting dalam meningkatan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting untuk kelangsungan

BAB I PENDAHULUA N. pernah tuntas dimanapun, termasuk di Negara yang sudah maju sekalipun.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan pembelajaran baik secara formal

I. PENDAHULUAN. dan dapat menyesuaikan secara aktif dalam kehidupannya. melalui pendidikan yang baik akan dihasilkan sumber daya manusia yang

2015 PENGARUH KOMPETENSI SISWA TERHADAP DAYA SAING LULUSAN PADA PROGRAM ADMINISTRASI PERKANTORAN DI SMKN 11 BANDUNG

I. PENDAHULUAN. Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran penting dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas

I. PENDAHULUAN. Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan (Saiman, 2009:22). Masalah pengangguran telah menjadi momok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi yang semakin cepat menuntut sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Seiring dengan laju pembangunan saat ini telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. strategis bagi peningkatan sumber daya manusia adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. mampu bertahan hidup dan ikut berperan pada era globalisasi. dilakukan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan masyarakat ke arah yang lebih kompleks sehingga

BAB II KERANGKA TEORITIS

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen penting yang mutlak diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan

I. PENDAHULUAN. pembelajaran. Dalam perkembangan selama ini SMP Negeri 1 Way Bungur

BAB I PENDAHULUAN. mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. pergaulan Pasar Bebas seperti GATT, WTO, AFTA dan pergaulan dunia yang

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA, IKLIMSEKOLAH, DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Susi Susanti, 2015

BAB I PENDAHULUAN. kompleksitas zaman. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Proses pendidikan berlangsung dalam suatu lingkungan pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber daya manusia ditentukan oleh tingkat pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai tempat untuk proses pendidikan yang memiliki peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses, di mana pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. erat. Hal ini terbukti dengan adanya fakta bahwa perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat dilihat dari perkembangan pendidikannya (Sanjaya,2005).

BAB I PENDAHULUAN. (Sumber Daya Manusia), terutama peningkatan dalam bidang pendidikan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu sumber penghasil tenaga-tenaga terampil di berbagai jenis

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pendapatan dalam kegiatan usahanya. siswa akan terlatih menemukan sendiri berbagai konsep secara holistic, bermakna

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era global saat ini. Seiring perkembangan itu salah satu yang dihadapi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Naima Hady, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. ini, banyak usaha atau bahkan industri yang menolak para pelamar kerja karena

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah. Pada

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan proses pembelajaran yang baik adalah mengenai hasil belajar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. dapat dihasilkan manusia pembangunan yang tangguh dan merata. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Di Indonesia banyaknya para pencari kerja tidak di imbangi dengan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan diperlukan guna meningkatkan mutu bangsa secara

I. PENDAHULUAN. usaha di negara lain. Untuk menghadapi era globalisasi ini diperlukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah A. Rahmat Dimyati, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran dan berpengaruh positif terhadap segala bidang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur yang memiliki peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan manusia yang berkualitas perlu disiapkan untuk berpartisipasi. manusia yang berkualitas adalah melalui pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ika Gita Nurliana Putri, 2013

BAB I PENDAHULUAN. menguasai materi pelajaran yang disampaikan guru di sekolah. Dalam buku

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan manusia agar dapat menghasilkan pribadi-pribadi manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan komponen yang sangat penting dalam mencetak

I. PENDAHULUAN. Sesuai dengan tujuan pendidikan yang dijelaskan dalam Undang-undang RI No.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi yang sangat cepat pada saat ini

STUDI TENTANG FAKTOR- FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI I TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO

BAB I PENGANTAR. mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan menengah kejuruan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Menurut Muhaimin (2008: 333), kurikulum adalah seperangkat

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM). Oleh karena itu, perkembangan sumber daya. pengetahuan maupun penguasaan tinggi sangat diperlukan.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Minat dalam belajar siswa mempunyai fungsi sebagai motivating force yaitu sebagai kekuatan yang mendorong siswa untuk belajar. Oleh karena itu, minat mempunyai pengaruh yang besar dalam belajar siswa karena bila bahan mata pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa maka siswa tersebut tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, sebab tidak ada daya tarik baginya. Sedangkan bila bahan mata pelajaran itu menarik minat siswa, maka ia akan mudah dipelajari dan disimpan karena adanya minat sehingga menambah kegiatan belajar yang sebelumnya tidak dapat dilakukan dan terjadi suatu perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku ini meliputi seluruh pribadi siswa, baik dalam hal aspek pengetahuannya (kognitif), keterampilannya (psikomotor), maupun sikapnya (afektif). Untuk itu, dalam meningkatkan minat belajar siswa tersebut, pihak sekolah harus melakukan suatu revitalisasi fungsi dan peranannya dalam proses pembelajaran dimana dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dilingkungannya berada. Salah satu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang sudah melakukan revitalisasi fungsi dan peranannya adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 11 Bandung, dimana pengembangan minat belajar siswa, khususnya pada program pembelajaran kewirausahaan ada di dalamnya. Berdasarkan SK Mendiknas Nomor: 3587/C5.3/Kep/KU/2007 tanggal 27 Juli 2007, SMK 1

2 Negeri 11 Bandung dinominasikan menjadi Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI). Tahun 2007 merupakan era baru dengan akan diterapkannya pencapaian visi lembaga berdasarkan profil Sekolah Berstandar Internasional. Misi SMK Negeri 11 Bandung disingkat SMK, yaitu: Siap memberikan layanan pendidikan yang berkualitas tinggi, Mewujudkan proses pembelajaran bagi siswa dengan memberi keteladanan, memotivasi, mengilhami, memberdayakan, dan membudayakan, dan Komitmen tinggi dan kreatif untuk menghasilkan tamatan yang cerdas, mandiri dan kompetitif dengan kebutuhan masyarakat lokal dan global. Pada revitalisasi fungsi dan peranan serta misinya tersebut dapat disimpulkan bahwa SMK Negeri 11 Bandung berusaha meningkatkan minat belajar pada siswanya terutama pada program-program pembelajaran kewirausahaan untuk meraih sasaran yang hendak dicapai dengan tujuan menghasilkan tamatan yang mampu mengembangkan diri/mandiri, sehingga menjadi warga negara yang produktif, adaptif, dan kreatif. Namun, yang menjadi permasalahannya adalah bagaimana memaksimalkan agar siswa mempunyai minat belajar yang tinggi pada program pembelajaran kewirausahaan? Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan koordinator BP/BK sekaligus guru Kewirausahaan SMK Negeri 11 Bandung, yaitu Ibu Dra. Hj. Euis Duryatiningsih pada hari Sabtu, tanggal 16 April 2011, diperoleh hasil bahwa secara umum diduga terjadi penurunan minat belajar siswa kelas X. Hal ini dikarenakan prakarsa dan inisiatif belajar yang kurang

3 optimal. Fenomena itu ditandai oleh kurangnya efektivitas dan efisiensi penggunaan waktu dalam belajar dikarenakan kapasitas ruang kelas yang terbatas, dan banyaknya siswa yang kurang disiplin, seperti siswa sering terlambat masuk sekolah. Contoh lain, gejala masih rendahnya minat belajar siswa adalah dalam hal ketertarikan untuk belajar, seperti terlihat pada tabel 1.1 sebagai berikut: Tabel 1. 1 Daftar Nilai Rata-Rata UAS Semester Ganjil Mata Pelajaran KWU Tahun Ajaran 2010/2011 NO. KELAS NILAI RATA-RATA 1 X TKJ 85,6 2 X MM 1 74,4 3 X MM 2 81,1 4 X RPL 1 77,1 5 X RPL 2 66,1 6 X RPL 3 72,2 7 X RPL 4 76,7 8 X PM 1 65,6 9 X PM 2 77,4 10 X AK 1 88,1 11 X AK 2 82,8 12 X AK 3 87,8 13 X AK 4 86,3 Sumber : Tim Guru Kewirausahaan SMK Negeri 11 Bandung Dilihat dari tabel daftar nilai rata-rata nilai UAS semester ganjil kelas X pada mata pelajaran kewirausahaan, tidak semua kelas X mempunyai nilai ratarata diatas KKM yaitu 70, hal ini membuktikan bahwa belum meratanya ketertarikan siswa untuk belajar mata kuliah kewirausahaan.

4 Secara umum, mengenai kenyataan rendahnya tingkat minat belajar siswa bisa dilihat dari segi motivasi belajar dimana faktor kehadiran menjadi acuannya. Untuk itu, berdasarkan data rekapan tahunan tingkat kehadiran siswa menunjukan bahwa: Kelas XII 97% 98% 99% Kelas XI 96% 97% 98% 2010 2009 Kelas X 94% 96% 97% 2008 90% 92% 94% 96% 98% Sumber : Tata Usaha (TU) SMK Negeri 11 Bandung 100% Gambar 1. 1 Persentase Rata-Rata Tingkat Kehadiran per-tahun Pada gambar tersebut membuktikan motivasi siswa yang dilihat dari tingkat kehadiran siswa mengalami penurunan dari tahun ke tahun baik kelas X, XI, maupun XII. Pada kelas X saja dari 97% tingkat kehadiran pada tahun 2008 menjadi 94% pada tahun 2010 atau selisih 3%. Hal ini menjadi sangat ironis sebab sebenarnya konsep SMK sangat baik, dimana siswa di didik untuk siap bekerja dan dibekali pula dengan kemandirian supaya bisa menjadi salah satu solusi dalam mengurangi pengangguran yang berpendidikan, sehingga seharusnya tingkat motivasi siswa di SMK harus tinggi dan lebih baik dari siswa-siswa ditingkat pendidikan sederajat lainnya.

5 Pihak lain menilai bahwa pola pembentukan SMK di Indonesia lebih berbasis pada kuantitas dan kurang memperhatikan mutu atau kualitasnya. Jika demikian, maka gejala ini tentu perlu segera diperbaiki agar tidak semakin mengakar. Mengatasi masalah tersebut, diperlukan penyelenggaraan pusat-pusat keunggulan keahlian untuk memetakan lulusan SMK agar lebih bermutu dan berdaya saing. Di samping itu, upaya sosialisasi SMK sekarang ini, perlu di imbangi pula dengan peningkatan kualitas dan bertumpu pada lulusan yang bermutu. Sebenarnya pemerintah sendiri melalui Kemendiknas sudah melaksanakan program dalam memajukan minat belajar siswa yaitu dengan menggalakkan kompetensi, khususnya kewirausahaan kepada siswa SMK melalui mata pelajaran kewirausahaan. Penambahan kompetensi siswa terkait kewirausahaan juga didukung dengan program tahunan Kemendiknas yaitu Lomba Kompetensi Siswa (LKS) (www.beritajakarta.com). Ada juga program three plus one khusus bagi siswa SMK yang telah menempuh Ujian Nasional sebagai pengganti magang. Walaupun pembekalan program-program pembelajaran kewirausahaan ini cukup aplikatif sebagai wahana belajar berkompetisi dan berwirausaha, tetapi sayangnya kurang efektif dalam output yang dihasilkan sebab kalangan terdidik cenderung menghindari pilihan pekerjaan ini karena preferensi mereka terhadap pekerjaan kantoran lebih tinggi. Hal tersebut ditegaskan pula oleh pengamat pendidikan Darmaningtyas (2008) yang mengemukakan bahwa: Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin besar keinginan mendapat pekerjaan yang aman. Mereka tak berani ambil pekerjaan berisiko seperti berwirausaha. Pilihan status pekerjaan utama para lulusan perguruan tinggi adalah sebagai karyawan atau buruh, dalam artian bekerja pada orang lain

6 atau instansi atau perusahaan secara tetap dengan menerima upah atau gaji rutin. Fenomena yang telah dijelaskan di atas, memberi peluang bagi peneliti untuk melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa. Hal ini dilakukan untuk memecahkan masalah yang terjadi di SMK Negeri 11 Bandung, yaitu rendahnya minat belajar siswa. Slameto (2003:54) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa, yaitu: 1. Faktor Intern: a) Faktor jasmaniah, seperti faktor kesehatan dan cacat tubuh. b) Faktor psikologis, seperti intelegensi, perhatian, bakat, kematangan, dan kesiapan. c) Faktor kelelahan. 2. Faktor Ekstern: a) Faktor keluarga, seperti cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan. b) Faktor sekolah, seperti metode mengajar, kurikulum, kompetensi guru, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pengajaran, waktu sekolah, standar penilaian diatas ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah. Berdasarkan pendapat dari Slameto, peneliti menduga kompetensi guru yang ada pada faktor sekolah menjadi penyebab rendahnya minat belajar siswa. Kemungkinan guru kurang mampu mengembangkan dan meningkatkan kualitas pembelajaran, sehingga minat belajar pada siswanya pun kurang. Pendekatan yang digunakan untuk memecahkan masalah rendahnya minat belajar siswa, yaitu menggunakan pendekatan belajar. Menurut Gagne belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya

7 kapabilitas tersebut adalah dari (i) stimulasi yang berasal dari lingkungan dan (ii) proses kognitif yang dilakukan oleh pebelajar. Dengan demikian belajar adalah seperangkap proses kognitif yang mengubah sifat simulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru. Disini Gagne berpendapat bahwa belajar terdiri dari tiga komponen penting, yaitu kondisi eksternal, kondisi internal, dan hasil belajar. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terutama mengenai kompetensi guru, serta bagaimana pengaruhnya terhadap minat belajar siswa yang dituangkan dalam judul skripsi: Pengaruh Kompetensi Guru terhadap Minat Belajar Siswa pada Program Pembelajaran Kewirausahaan Di SMK Negeri 11 Bandung (Penelitian terhadap Siswa Kelas X Tahun Ajaran 2010/2011). 1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi permasalahan-permasalahan sebagai berikut: 1. Secara umum diduga terjadi penurunan minat belajar siswa kelas X. Hal ini dikarenakan prakarsa dan inisiatif belajar yang kurang optimal. Fenomena itu ditandai oleh efektivitas dan efisiensi penggunaan waktu dalam belajar yang sering berubah-ubah dikarenakan kapasitas ruang kelas yang terbatas, dan banyaknya siswa yang kurang disiplin, seperti siswa sering terlambat masuk sekolah (Sumber: Hasil wawancara oleh peneliti dengan koordinator BP/BK sekaligus guru Kewirausahaan SMK Negeri 11 Bandung, 16 April 2011).

8 2. Tidak semua Nilai rata-rata nilai UAS semester ganjil kelas X pada mata pelajaran kewirausahaan diatas KKM yaitu 70, hal ini membuktikan bahwa belum meratanya ketertarikan siswa untuk belajar mata kuliah kewirausahaan. (Sumber : Tim Guru Kewirausahaan SMK Negeri 11 Bandung, 2011) 3. Motivasi siswa yang dilihat dari tingkat kehadiran siswa mengalami penurunan dari tahun ke tahun baik kelas X, XI, maupun XII. Pada kelas X saja dari 97% tingkat kehadiran pada tahun 2008 menjadi 94% pada tahun 2010 atau selisih 3%. Hal ini menjadi sangat ironis sebab sebenarnya konsep SMK sangat baik, dimana siswa di didik untuk siap bekerja dan dibekali pula dengan kemandirian supaya bisa menjadi salah satu solusi dalam mengurangi pengangguran yang berpendidikan, sehingga seharusnya tingkat motivasi siswa di SMK harus tinggi dan lebih baik dari siswa-siswa ditingkat pendidikan sederajat lainnya. (Sumber: Tata Usaha SMK Negeri 11 Bandung, 2011) 4. Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin besar keinginan mendapat pekerjaan yang aman. Mereka tak berani ambil pekerjaan berisiko seperti berwirausaha. Pilihan status pekerjaan utama para lulusan perguruan tinggi adalah sebagai karyawan atau buruh, dalam artian bekerja pada orang lain atau instansi atau perusahaan secara tetap dengan menerima upah atau gaji rutin (Sumber: Pengamat pendidikan Darmaningtyas, 2008). 5. Belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari (i) stimulasi yang berasal dari

9 lingkungan dan (ii) proses kognitif yang dilakukan oleh pebelajar. Dengan demikian belajar adalah seperangkap proses kognitif yang mengubah sifat simulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru. Belajar terdiri dari tiga komponen penting, yaitu kondisi eksternal, kondisi internal, dan hasil belajar. (Sumber: R. Gagne (dalam Djamarah dan Syaiful Bahri, 1999) 6. Faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa berasal dari faktor intern, yaitu: faktor jasmaniah, psikologis, dan kelelahan. Sedangkan yang kedua faktor ekstern, yaitu: faktor keluarga dan sekolah (Sumber: Slameto, 2003:54). Penelitian ini dibatasi pada permasalahan kompetensi guru terhadap minat belajar siswa pada program pembelajaran kewirausahaan di SMK Negeri 11 Bandung (Penelitian terhadap Siswa Kelas X Tahun Ajaran 2010/2011). 1.2.2 Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah tersebut dan gambaran permalahan yang dipaparkan dalam latar belakang masalah, maka pada penelitian ini diambil beberapa rumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran pelaksanaan kompetensi guru di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 11 Bandung? 2. Bagaimana gambaran mengenai minat belajar siswa pada program pembelajaran kewirausahaan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 11 Bandung?

10 3. Seberapa besar pengaruh kompetensi guru terhadap minat belajar siswa pada program pembelajaran kewirausahaan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 11 Bandung? 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian Adapun maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh pengetahuan dan melakukan kajian secara ilmiah, serta memperoleh data untuk memecahkan masalah persoalan dari pelaksanaan konsep kompetensi guru yang berpengaruh terhadap minat belajar siswa pada program pembelajaran kewirausahaan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 11 Bandung. 1.3.2 Tujuan Penelitian Berdasarkan dengan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan memperoleh gambaran empiris mengenai hal-hal berikut : 1. Untuk menganalisis dan memperoleh gambaran empiris mengenai pelaksanaan konsep kompetensi guru di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 11 Bandung. 2. Untuk menganalisis dan memperoleh gambaran empiris mengenai konsep minat belajar siswa pada program pembelajaran kewirausahaan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 11 Bandung. 3. Untuk menganalisis dan memperoleh gambaran empiris mengenai pengaruh kompetensi guru terhadap minat belajar siswa pada program

11 pembelajaran kewirausahaan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 11 Bandung. 1.4 Kegunaan Hasil Penelitian Apabila tujuan-tujuan peneliti dapat tercapai, maka peneliti berharap bahwa penelitian ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang tertarik pada pembahasan yang dibahas. Adapun manfaat teroretis dan manfaat praktis dijabarkan sebagai berikut: 1.4.1 Kegunaan Teoritis Hasil penelitian ini merupakan pengembangan konsep kompetensi guru, khususnya dalam tingkat pelaksanaan kompetensi guru melalui 4 indikator, yaitu: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional, yang dapat membantu mendeteksi baik buruknya pelaksanaan prinsip dari kompetensi guru terhadap suatu minat belajar siswa pada program pembelajaran kewirausahaan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 11 Bandung. Kegunaan teoritis dari penelitian ini juga diharapkan dapat memberi manfaat bagi yang membaca dan juga bisa dijadikan sebagai sumbangsih ilmu pengetahuan, dan hasil penemuan ini juga diharapkan sebagai jembatan penghubung dan sebagai bahan pengembangan terhadap teoretik yang lain.

12 1.4.2 Kegunaan Praktis Penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi dunia pendidikan sebagai bahan informasi untuk memahami adanya pengaruh antara kompetensi guru dengan minat belajar siswa terutama pada program pembelajaran kewirausahaan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 11 Bandung, dan dapat dijadikan bahan informasi sebagai bahan masukan bagi sekolah yang menjadi objek penelitian terhadap guru-gurunya untuk lebih meningkatkan minat belajar siswa pada program pembelajaran kewirausahaan. Memberikan panduan bagi peneliti untuk mengaplikasikan teori yang dimiliki dalam mencoba menganalisis fakta, gejala, dan peristiwa yang terjadi. Sehingga dapat ditarik kesimpulan yang dipertanggungjawabkan secara objektif dan ilmiah bagi kehidupan serta merupakan pengalaman yang berharga dalam melatih dan mengembangkan kemampuan.