BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1) Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di kota Bandung, lokasi yang dijadikan tempat penelitian adalah tiga sekolah menengah petama yang bebeda cluster. Cluster I berlokasi di Bandung Utara, cluster II dua berlokasi di Bandung Selatan, dan cluster III berlokasi di Bandung Barat. 2) Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini seluruh siswa kelas VII di tiga sekolah menengah pertama di kota Bandung. Penentuan subjek penelitian menggunakan teknik purposive sample. Purposive sample dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random, atau daerah tetapi didasarkan atas dasar adanya suatu tujuan tertentu (Arikunto, 2010: 183). Jumlah siswa pada cluster I adalah 38 siswa dengan jumlah siswa laki-laki 17 siswa dan 21 siswa perempuan, cluster II adalah 40 siswa dengan jumlah siswa laki-laki 17 siswa dan 23 siswa perempuan, dan cluster III adalah 64 siswa dengan jumlah siswa lakilaki 29 siswa dan 35 siswa perempuan. B. Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya (Arikunto, 2010: 203). Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif-eksploratif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi, atau hal lain-lain yang sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian (Arikunto, 2010: 3). Penelitian eksploratif adalah penelitian yang permasalahannya belum pernah diteliti atau sedikit sekali informasi mengenai permasalahannya dan bertujuan untuk: Agustina, Tiara. 2014 ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS DAN MISKONSEPSI SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA PADA MATERI GERAK BERDASARKAN HASIL THREE-TIER TEST Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu
32 1. Memperoleh gambaran yang jelas mengenai permasalahan 2. Menentukan alternatif tindakan yang dilakukan 3. Menentukan variabel-variabel penelitian dan pengujian lebih lajut (Masyhuri dan Zainudin, 2008: 48 dan 45) Sehingga, penelitian deskriptif-eksploratif ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk menyelidiki kemampuan berpikir logis siswa dan kondisi miskonsepsi siswa SMP pada materi gerak lurus dengan menggunakan Three-tier Test. C. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian yang dilakukan terdiri dari tiga tahap yaitu sebagai berikut: 1. Tahap persiapan a. Studi literatur terhadap jurnal, artikel, mengenai TOLT dan threetier test b. Telaah kurikulum IPA SMP dan menetukan materi yang akan dijadikan bahan penelitian. c. Perumusan masalah penelitian d. Menentukan sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian e. Penentuan subjek penelitian yang terdiri dari satu kelas dari tiap cluster. f. Menyusun instrumen penelitian three-tier test. g. Melakukan judgement instrumen penelitian three-tier test. h. Mengurus surat izin penelitian dan menghubungi pihak sekolah tempat penelitian yang akan dilaksanakan. i. Melakukan uji coba instrumen. j. Menganalisis hasil uji coba instrumen yang meliputi validitas, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan reliabilitas, sehingga layak dipakai untuk tes. 2. Tahap pelaksanaan a. Pelaksanaan tes TOLT. b. Pelaksanaan tes three-tier test konsep gerak lurus.
33 3. Tahap akhir a. Mengolah data penelitian b. Melakukan analisis terhadap data penelitian c. Menarik kesimpulan dan saran d. Menyusunan laporan hasil penelitian Secara keseluruhan skema penelitian dapat digambarkan seperti pada Gambar 3.1. Tahap Persiapan Studi literatur Studi Kurikulum Merumuskan Masalah Membuat Instrumen Penelitian Judgement Uji coba Analisis hasil uji coba dan revisi Tahap Pelaksanaan Melakukan penelitian dengan memberikan soal TOLT standar Three-tier test Tahap Akhir Pengolahan dan Analisis data Pembahasan Kesimpulan Gambar 3.1 Alur Penelitian
34 D. Instrumen Penelitian Instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2010: 203). Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini Three-tier Test yang berfungsi untuk mengidentifikasi kemampuan berpikir logis, dan miskonsepsi miskonsepsi siswa. Peneliti mengadopsi dan mengadaptasi tehapan pembutan Two-tier Test yang dibuat oleh Treagust (2007: 394). 1. Tes Berpikir Logis (TOLT) Standar Instrumen yang digunakan sebagai alat pengumpulan data kemampuan berpikir logis siswa pada penelitian ini adalah seperangkat tes kemampuan berpikir logis. Soal tersebut berbentuk delapan butir pilihan ganda disertai alasan dan dua butir uraian singkat. Soal pilihan ganda memiliki lima pilihan jawaban dan lima alasan, sebagai pilihan untuk penguatan atas jawaban yang diberikan. Tes berpikir logis (TOLT) dikembangkan oleh Tobin dan Capie pada tahun 1981. Tes ini digunakan untuk mengetahui tingkat perkembangan intelektual siswa berdasarkan skor yang diperoleh siswa terhadap 10 item yang mengukur penalaran proporsional, pengontrolan variabel, penalaran probabilistik, penalaran korelasional, dan penalaran kombinatorial. Tabel 3.1. Kisi-Kisi Tes Berpikir Logis No Indikator Nomor Soal 1 Penalaran proporsional 1, 2 2 Pengontrolan variabel 3, 4 3 Penalaran probabilistik 5, 6 4 Penalaran korelasional 7, 8 5 Penalaran kombinatorial 9, 10 (Tobin dan Capie, 1981: 417)
35 2. Three-Tier Test Instrument yang digunakan untuk mengumpulkan data terkait dengan miskonsepsi yang dialami oleh siswa pada penelitian ini adalah three-tier test. Three-tier test adalah tes tiga tingkat yang dikembangkan oleh Treagust. Tingkat satu yaitu pilihan ganda biasa berupa konten pengetahuan dengan pilihan jawaban sebanyak empat buah, tingkat kedua yaitu alasan alternatif untuk menjawab tingkat satu dengan pilihan alasan sebanyak empat buah, dan tingkat tiga berupa keyakinan terhadap jawaban sebelumnya yang berbentuk yakin dan tidak yakin. Penyusunan three-tier test pada penelitian ini mengadaptasi dari TOLT standar, adapun pengadaptasian yang dilakukan merupakan kemampauan berpikir logis menjadi acuan dalam pembuat soal dengan materi gerak lurus. Jumlah threetier test yang dipergunakan pada penelitian ini adalah 15 soal, dengan kisi-kisi soal sebagai berikut: Tabel 3.2. Kisi-Kisi Three-Tier Test No Indikator Nomor Soal 1 Penalaran proporsional 1, 2, dan 3 2 Pengontrolan variabel 4,5, dan 6 3 Penalaran probabilistik 7, 8, dan 9 4 Penalaran korelasional 10,11, dan 13 5 Penalaran kombinatorial 13,14, dan 15 Langkah-langkah yang ditempuh dalam menyusunan instrument penelitian adalah sebagai berikut : a. Menentukan konten atau isi materi b. Mengumpulkan informasi konsep c. Menyusun instrument berdasakan kisi-kisi TOLT Membuat instrumen one-tier test Membuat instrumen two-tier test d. Konsultasi dengan dosen pembimbing dan revisi e. Menambahkan tingkat keyakinan pada two-tier test
36 f. Meminta judgement kepada ahli g. Melakukan uji coba instrumen penelitian terhadap siswa. h. Melakukan analisis berupa tingkat kesukaran soal, daya pembeda, validitas dan reliabilitas. E. Teknik Pengumpulan data Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu berupa tes yang diberikan kepada siswa. Tes yang diberikan berupa TOLT dan three-tier test. TOLT merupakan seperangkat tes untuk mengetahui tingkat kemampuan berpikir siswa, sedangkan three-tier test merupakan seperangkat tes untuk mengetahui miskonsepsi yang terjadi pada siswa dengan materi gerak. Kedua tes diberikan pada waktu yang bersamaan. Jam pelajaran pada saat penelitian yaitu 2 jam pelajaran. Pada satu jam pertama siswa diberikan tes berpikir logis standar, setelah 1 jam selesai maka siswa diberikan tes berpikir logis modifikasi. F. Analisis Data Penelitian Setelah dibuat instrumen berupa tes, maka instrumen tes tersebut perlu dijudgement dan diuji coba, tujuannya untuk melihat validitas dan reliabilitas instrumen sehingga ketika instrumen itu digunakan dalam penelitian telah valid dan reliabel. Data hasil uji coba tersebut dianalisis berdasarkan validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembedanya. 1. Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Sebuah instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan, dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto, 2010:211). Validitas isi yaitu dari data hasil uji coba intrumen. Teknik yang digunakannya adalah teknik korelasi product momen yang dikemukakan oleh Pearson. Rumus korelasi product moment dengan angka kasar
37 ( )( ) * ( ) +* ( ) + (Arikunto, 2010:72) r xy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y, dua variabel yang dikorelasikan. X = skor tiap butir soal. Y = skor total tiap butir soal. N = jumlah siswa. Interpretasi mengenai besarnya koefesien korelasi yang menunjukkan nilai validitas yang ditunjukkan pada Tabel 3.3 : Tabel 3.3 Klasifikasi Validitas Butir Soal Nilai r xy Kriteria 0,800-1,00 Sangat tinggi 0,600-0,800 Tinggi 0,400-0,600 Cukup 0,200-0,400 Rendah 0,00-0,200 Sangat rendah (Arikunto, 2010:75) 2. Reliabilitas Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrument tersebut sudah baik. Instrument yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu (Arikunto, 2010:100). Teknik yang digunakan untuk menentukan reliabilitas tes dengan menggunakan metode belah dua. Reliabilitas tes dapat dihitung dengan menggunakan perumusan:
38 ( ) ( ) Keterangan : r 11 p q pq N S : reliabilitas instrument : proporsi subjek yang menjawab item dengan benar : proporsi subjek yang menjawab item dengan salah : jumlah hasil perkalian antara p dan q :banyaknya item : standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians) Adapun tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas instrumen yang diperoleh dilihat pada tabel 3.4 berikut: Tabel 3.4. Interpretasi Reliabilitas Tes Koefisien Korelasi Kriteria 0.80 1.00 Sangat tinggi 0.60 0.79 Tinggi 0.40 0.59 Sedang 0.200 0.39 Rendah 0.00 0.19 Sangat rendah (Arikunto, 2010:75) 3. Daya pembeda Daya pembeda suatu butir soal adalah bagaimana kemampuan butir soal itu untuk membedakan siswa yang termasuk kelompok tinggi dengan siswa yang termasuk kelompok rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi/daya pembeda. Indeks ini berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi: (Arikunto, 2010: 213)
39 Keterangan : D B A B B : daya pembeda : jumlah siswa dari kelompok atas yang menjawab soal tersebut dengan benar : jumlah siswa dari kelompok bawah yang menjawab soal tersebut dengan benar J A : banyaknya peserta kelompok atas J B : banyaknya peserta kelompok bawah P A : proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar P B : proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar Indeks atau koefisien daya pembeda berkisar antara +1,0 sampai -1,0. Daya pembeda +1,0 artinya bahwa seluruh anggota kelompok atas menjawab dengan benar butir soal itu, sedangkan semua anggota kelompok bawah menjawab dengan salah butir soal itu. Sebaliknya, daya pembeda -1,0 artinya bahwa seluruh anggota kelompok atas menjawab dengan salah butir soal itu, sedangkan semua anggota kelompok bawah menjawab dengan benar butir soal itu. Setelah indeks daya pembeda diketahui, maka harga tersebut diinterpretasikan pada kriteria daya pembeda sebagai berikut. Tabel 3.5 Klasifikasi Daya Pembeda Indeks Daya Pembeda Kriteria Daya Pembeda Negatif Sangat buruk, harus dibuang 0,00 0,20 Buruk (poor), sebaiknya dibuang 0,20 0,40 Cukup (satisfactory) 0,40 0,70 Baik (good) 0,70 1,00 Baik sekali (excellent) (Arikunto, 2010: 218) 4. Tingkat kesukaran Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Tingkat kesukaran (difficulty indeks) adalah bilangan yang menunjukkan
40 sukar dan mudahnya suatu soal. Besar indeks kesukaran antara 0,00 sampai 1,00. Indeks ini menunjukkan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran 0,00 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,00 menunjukkan bahwa saolnya terlalu mudah. Rumus mencari P adalah: P = (Arikunto, 2010:208) Dengan P : indeks kesukaran B : banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul JS : jumlah seluruh siswa peserta tes Nilai P yang diperoleh dapat diinterpretasikan untuk menentukan tingkat kesukaran butir soal dengan menggunakan kriteria pada tabel berikut: Tabel 3.6 Interpretasi Tingkat kesukaran Nilai P Keterangan 0,10-0,30 Sukar 0,30-0,70 Sedang 0,70-1,00 Mudah (Arikunto, 2010: 210) G. Teknik Pengolahan Data 1. TOLT mengukur kemampuan berpikir logis Kemampuan berpikir logis diukur dengan menggunakan TOLT yang terdiri dari 10 nomor. Penskoran untuk TOLT dari nomor 1-8 yaitu setiap jawaban dan alasan benar maka diberi skor 1, selain itu diberi 0. Khusus untuk nomor 9 dan 10 dikarenakan berbentuk jawaban singkat maka skor 1 diberikan pada jawaban yang lengkap dan skor 0 untuk jawaban yang tidak lengkap (Hapsari, 2009: 51). Hasil skor total TOLT dapat dijadikan acuan tahap berpikir menurut Teori Piaget dengan kriteria: a. Skor antara 0-1, maka tahap berpikir siswa berada pada tahap berpikir konkret.
41 b. Skor antara 2-3, maka tahap berpikir siswa berada pada tahap berpikir transisi. c. Skor antara 4-10, maka tahap berpikir siswa berada pada tahap berpikir formal. (Valanides, 1997: 174). 2. Three-tier test Three-tier test berupa pilihan ganda bertingkat tiga. Tingkat satu yaitu pilihan ganda biasa berupa konten pengetahuan dengan pilihan jawaban sebanyak empat buah. Tingkat kedua yaitu alasan alternatif untuk menjawab tingkat satu dengan pilihan alasan sebanyak empat buah, dan tingkat ketiga yaitu respon keyakinan siswa menjawab pilihan ganda tingkat satu dan dua (two-tier test) dengan pilihan respon berupa yakin dan tidak yakin. Three-tier test digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir logis siswa dan miskonsepsi pada materi gerak. Kemampuan berpikir logis siswa dilihat berdasarkan hasil jawab siswa pada tingkat satu dan tingkat dua, setelah skor didapat siswa maka siswa diklasifikasikan pada tahap berpikir dengan kriteria yang diungkapkan oleh (Valanides, 1997: 174). Miskonsepsi siswa diperoleh dari hasil jawaban siswa yang dapat menjawab soal three-tier test. Aturan penskoran dalam tes ini (Pesman, 2005: 39-40) yaitu: a. Skor 1. Memberi skor 1 untuk jawaban benar dan skor 0 untuk jawaban salah pada tingkat satu. b. Skor 2. Memberi skor 1 untuk jawaban benar pada tingkat satu dan tingkat dua. Jika jawabanya salah pada salah satu tingkat maka diberi skor 0. c. Skor 3. Memberi skor 1 untuk jawaban benar pada tingkat satu dua dan yakin atas jawabannya, selain itu diberi skor 0. d. Skor tingkat keyakinan. Memberi skor 1 untuk jawaban yakin pada tingkat tiga. Jika jawabannya tidak yakin maka diberi skor 0. kelebihan three-tier test yaitu hasil penskoran three-tier test dapat membedakan siswa yang paham konsep, tidak tahu konsep (lack of knowledge),
42 miskonsepsi, dan eror pada Tabel 3.7 merupakan kriteria dari hasil skor three-tier test. Tabel 3.7. Analisis Kombinasi Jawaban pada One-tier, Two-tier dan Three-tier Analisis Tingkat soal One-tier Two-tier Three-tier Kategori Paham konsep Miskonsepsi Paham konsep Error Miskonsepsi Paham konsep Kurang paham konsep (lack of knowledge) Error Miskonsepsi jawaban benar jawaban salah Tipe Jawaban jawaban benar+ alasan benar jawaban salah+alasan benar jawaban benar+ alasan salah jawaban salah+alasan salah jawaban benar+ alasan benar+ yakin jawaban benar+alasan benar+ tidak yakin jawaban salah+alasan benar+tidak yakin jawaban benar+ alasan salah+tidak yakin jawaban salah+alasan salah+ tidak yakin jawaban salah+alasan benar+yakin jawaban benar+alasan salah+yakin jawaban salah+alasan salah+yakin (Kaltakci & Didi s, 2007:500)