I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu kelainan endokrin yang sekarang banyak dijumpai (Adeghate, et al., 2006). Setiap tahun jumlah penderita DM semakin meningkat. Prevalensi DM global pada tahun 2012 adalah 371 juta dan diperkirakan meningkat menjadi 552 juta pada tahun 2030. Angka mortalitas DM di dunia tahun 2012 dilaporkan sebanyak 4,8 juta orang (International Diabetes Federation, 2013). Prevalensi DM banyak dijumpai di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Indonesia menempati urutan ke-4 jumlah penyandang DM terbesar di dunia, yaitu 8,4 juta orang pada tahun 2000 dan diperkirakan meningkat hingga 21,3 juta orang pada tahun 2030 (Wild, et al, 2004). Besarnya angka prevalensi dan mortalitas akibat DM membuat penyedia layanan kesehatan berusaha untuk mencari jalan keluar dalam mengatasi masalah ini (Roglic, et al, 2005).
2 Dalam perkembangannya, penderita DM akan mengalami dislipidemia. Dislipidemia merupakan gangguan metabolisme lipid, yang salah satu cirinya adalah terjadi peningkatan kadar serum LDL (Low Density Lipoprotein). Selain itu pada tubuh penderita juga terjadi peningkatan produksi radikal bebas dalam jumlah besar, seperti ROS (Reactive Oxygen Superoxide). Sejalan dengan hal itu, LDL tubuh akan cenderung teroksidasi oleh ROS yang berakibat pada pembentukan plak aterosklerosis. Plak ini bisa mengakibatkan komplikasi yang mengancam jiwa, seperti penyakit jantung koroner dan stroke (Kahn and Flier, 2000; Huali, 2008). Penggunaan obat-obat hipolipemik konvensional dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan efek samping seperti kelelahan, rhabdomyolisis, depresi, impotensi, gangguan fungsi hepar, dan lain-lain (Gan et al, 2006; Miller, 2009; Briffa, 2010). Obat hipolipemik tidak selalu dapat ditoleransi oleh setiap individu yang menderita penyakit tertentu dan harganya tidak terjangkau oleh segenap lapisan masyarakat (Dachriyanus et al, 2007). Maka penderita dislipidemia banyak menggunakan obat-obat tradisional sebagai terapi alternatif dislipidemia, karena relatif lebih ekonomis, mudah didapat, tetapi mempunyai efek samping minimal (Dachriyanus et al, 2007). Tanaman jengkol banyak mengandung zat, antara lain adalah sebagai berikut: protein, kalsium, fosfor, asam jengkolat, vitamin A dan B1, karbohidrat, minyak atsiri, saponin, alkaloid, terpenoid, steroid, tannin dan glikosida. Karena
3 kandungan zat-zat tersebut, maka jengkol memberikan petunjuk dan peluang sebagai bahan obat, seperti yang telah dimanfaatkan orang pada masa lalu (Pitojo, 1992). Kandungan senyawa kimia pada biji, kulit, batang, dan daun jengkol adalah saponin, flavonoid, dan tanin (Hutapea, 1994). Flavonoid adalah komponen fenolik yang terdapat dalam buah-buahan, sayursayuran yang bertindak sebagai penampung yang baik terhadap radikal hidroksil dan superoksid, dengan melindungi lipid membran terhadap reaksi oksidasi yang merusak (Miranda, 2005). Golongan senyawa kimia yang terdapat dalam ekstrak etanol biji jengkol dari hasil skrining fitokimia menunjukkan adanya saponin, tanin, alkaloid, flavonoid, glikosida dan steroid/triterpenoid. Selain itu, ekstrak etanol biji jengkol (Pithecellobium lobatum Benth.) mempunyai efek menurunkan glukosa darah tikus diabetes (Elysa, 2011). Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan pengkajian mengenai pengaruh pemberian ekstrak etanol biji jengkol (Pithecellobium lobatum Benth.) terhadap penurunan kadar LDL dalam darah pada tikus yang diinduksi diabetes.
4 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang di atas, maka penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut: Apakah ada pengaruh pemberian ekstrak etanol biji jengkol (Pithecellobium lobatum Benth.) terhadap kadar LDL darah tikus diabetes? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol biji jengkol (Pithecellobium lobatum Benth.) terhadap kadar LDL darah tikus diabetes. D. Manfaat penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak terkait antara lain : 1. Bagi penulis, dapat mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol biji jengkol terhadap penurunan kadar LDL darah tikus diabetes. 2. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya. 3. Bagi pembaca, dapat memberikan informasi mengenai peranan biji jengkol dalam menurunkan kadar LDL.
5 E. Kerangka Teori Aloksan Pembentukan ROS (O 2 -, H 2 O 2, OH - ) Pithecellobium lobatum Benth. Nekrosis sel beta pankreas Sintesis dan sekresi insulin Autofosforilasi reseptor insulin di sel target Efek insulin di sel target untuk translokasi protein, aktivitas enzim dn transkripsi gen Jaringan adiposa Hepar Aktivitas HSL Sintesis LPL Sintesis Apo B Ekspresi reseptor LDL FFA LDL Gambar 1. Kerangka Teori (Golberg, 2001; Lanzen, 2007).
6 F. Kerangka Konsep Pemberian Aloksan Ekstrak etanol biji jengkol (Pithecellobium lobatum Benth.) Tikus Dosis I (600 mg/kgbb) Dosis II (900 mg/kgbb) Dosis III (1.200 mg/kgbb) Kadar glukosa darah tikus (DM) Lipolisis Kadar LDL darah tikus Gambar 2. Kerangka konsep I. Hipotesis Ho : Pemberian Ekstrak Etanol Biji Jengkol (Pithecellobium lobatum Benth.) tidak mampu menurunkan pada kadar LDL tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague Dawley yang diinduksi aloksan. Ha : Pemberian Ekstrak Etanol Biji Jengkol (Pithecellobium lobatum Benth.) mampu menurunkan kadar LDL tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague Dawley yang diinduksi aloksan.