BAB I PENDAHULUAN. dengan aspek yang lain dalam seluruh proses belajar mengajar yang dialami

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sekolah. Dalam kegiatan ini, seorang penulis harus terampil memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam merangkai kata. Akan tetapi, dalam penerapannya banyak orang

BAB I PENDAHULUAN. negara, pembinaan bahasa Indonesia menjadi hal yang sangat penting.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Pembelajaran

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap positif yang akan. baik dalam perkembangan pengetahuan, penguasaan keterampilan, dan

PENERAPAN METODE FIELD TRIP UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI PADA SISWA KELAS X-1 SMA NEGERI 1 NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat

I. PENDAHULUAN. secara kreatif dapat memikirkan sesuatu yang baru. berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan hendaknya berupa kata-kata

BAB 1 PENDAHULUAN. Di SMP Negeri 45 Bandung, kegiatan menulis tampaknya belum begitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatnya kemampuan siswa, kondisi lingkungan yang ada di. dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran.

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI DENGAN TEKNIK PARAFRASE WACANA DIALOG: PENELITIAN TINDAKAN KELAS PADA SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. membaca, dan menulis. Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat

PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI SISWA KELAS V SD NEGERI I GEBANG NGUNTORONADI WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pembelajaran siswa di sekolah. Kegiatan menulis menjadikan siswa

BAB I PENDAHULUAN. berbahasa (Indonesia) merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa berkomunikasi di antara anggota masyarakat tidak akan dapat

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan keterampilan yang harus dikuasai setiap orang melalui proses

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan baik, seseorang perlu belajar cara berbahasa yang baik

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. empat aspek, yakni mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Dalam

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi. Oleh karena itu dalam pembelajaran Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan keterampilan yang harus dikuasai setiap orang melalui proses yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia adalah bahasa Nasional/Negara yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil dalam berbahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menulis merupakan suatu keterampilan dalam berbahasa. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan

BAB I PENDAHULUAN. pun sudah didapat para siswa sejak duduk di sekolah dasar yang dikemas. bahwa Bahasa Indonesia adalah pelajaran yang mudah, namun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat aktif,

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dituangkan melalui bahasa baik, lisan maupun tertulis.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Menulis. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari segala penjuru dunia, tidak hanya informasi dalam negeri tapi juga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang tepat dan terencana dengan strategi pembelajaran yang efektif.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bagi guru lebih terpusat pada transformasi nilai-nilai yang terpuji dan

BAB I PENDAHULUAN. menarik berbagai manfaat dari kehidupannya. Maka dari itu seorang guru harus

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan dari proses pembelajaran tersebut. Berbagai mata pelajaran diajarkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menimba berbagai ilmu. Banyak ilmu dan keterampilan diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa pada hakikatnya adalah belajar berkomunikasi,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pencapaian tujuan belajar tercermin dari kemampuan belajar siswa yang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

2015 PENERAPAN METODE IMAGE STREAMING MELALUI MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PUISI

2015 PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung saat tulisan tersebut dibaca oleh orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berbahasa, bukan pengajaran tentang bahasa. Keterampilanketerampilan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA LAGU PADA SISWA KELAS VIIIB SMP NEGERI 1 NGUTER, SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan baik, seseorang perlu belajar cara berbahasa yang baik dan. Salah satu usaha untuk meningkatkan kemampuan

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar-mengajar. membimbing dan memfasilitasi siswa dalam kegiatan belajar.

SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rizky Ananda Oktaviani, 2015

BAB 1. Pembelajaran Bahasa Indonesia adalah pembelajaran yang memiliki. beberapa aspek keterampilan berbahasa yang harus dicapai oleh siswa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, pembelajaran bahasa adalah belajar berkomunikasi,

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI DENGAN METODE FIELD TRIP PADA SISWA KELAS VB SD NEGERI GEMOLONG 1 TAHUN AJARAN 2009/2010

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia di dunia pendidikan bertujuan agar

BAB I PENDAHULUAN. belajar bahasa pada hakikatnya sama dengan belajar berkomunikasi. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan keterampilan yang harus dikuasai setiap siswa melalui proses

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, baik dalam kehidupan pendidikan maupun masyarakat. Keterampilan menulis perlu diperhatikan karena merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia merupakan salah satu alat komunikasi dan sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bercerita merupakan salah satu bentuk kemampuan berbicara. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu lingkungan sangat kaya dengan sumber-sumber media dan alat

BAB I PENDAHULUAN. benar. Ini ditujukan agar pembaca dapat memahami dan menyerap isi tulisan

PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NARATIF PADA SISWA KELAS VII A SMP MUHAMMADIYAH I SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. yaitu keterampilan menyimak, membaca, berbicara, dan menulis.

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan insan yang produksi, kreatif, inovatif, dan berkarakter.

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu masyarakat dapat dilihat dari perkembangan pendidikannya.

I. PENDAHULUAN. sekolah. Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia ada empat komponen

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF KELAS VI SD YPKP 1 SENTANI, KABUPATEN JAYAPURA PAPUA

BAB 1 PENDAHULUAN. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya anggapan bahwa keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia tidak lepas dari hubungan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan dengan baik secara lisan maupun tulisan. Pembelajaran bahasa,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang memiliki kemampuan berbahasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi dan seni. Peningkatan pengetahuan berbahasa Indonesia berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. menulis seperti membuat ikhtisar, menulis puisi, mencatat pelajaran, menulis

I. PENDAHULUAN. semakin modern, diharapkan dapat meningkatkan aktivitas serta kreativitas

Bahasa Indonesia merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus. dipelajari dan diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan serta meningkatkan kemampuan berbahasa. Tarigan (1994: 1) berpendapat bahwa.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis merupakan aspek berbahasa yang tidak dapat terpisahkan dengan aspek yang lain dalam seluruh proses belajar mengajar yang dialami oleh siswa selama menuntut ilmu di sekolah. Dalam kegiatan menulis ini, seorang penulis harus terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata. Dari pernyataan itu, dapat diketahui bahwa menulis merupakan suatu kemampuan berbahasa yang melibatkan berbagai ketrampilan. Hal tersebut dapat dikatakan demikian karena menulis memerlukan ketrampilan yang memerlukan latihan-latihan yang berkelanjutan dan terus menerus (Nurchasanah, 1997:68). Ketrampilan menulis juga digunakan untuk mencatat, merekam, meyakinkan, melaporkan, menginformasikan, dan mempengaruhi pembaca. Maksud dan tujuan dari semua itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh para pembelajar yang mampu menyusun dan merangkai jalan pikiran dan mengemukakannya secara tertulis dengan jelas, lancar, dan komunikatif (Syarkawi, 2008: 2). Ketrampilan ini meliputi ketrampilan menyusun pikiran tentang gagasan atau ide yang akan disampaikan kepada pembaca dengan menggunakan kata-kata dalam susunan yang tepat berdasarkan pikiran, organisasi, pemakaian dan pemilihan kata, dan struktur kalimat. Disamping itu, diperlukan juga ketrampilan menyusun kalimat yang merupakan prasarat untuk 1

2 membentuk kesatuan isi dalam paragraf. Paragraf yang baik bukan hanya ditentukan oleh kaidah-kaidah sintaksis, kosakata, dan penguasaan diksi yang tepat, melainkan juga bagaimana cara seseorang dalam menuliskan kalimat yang saling bertalian atau tersusun dengan baik sebagai ungkapan gagasan atau ide yang mereka ciptakan secara unik yang mewakili daya kreasi dan imajinasi orang tersebut. Tujuan yang diharapkan dari kegiatan menulis adalah agar siswa mampu mengungkapkan ide atau gagasan, pendapat, dan pengetahuan secara tertulis serta mempunyai hobi menulis. Melalui ketrampilan menulis yang dimiliki, siswa dapat mengembangkan kreativitas dan dapat mempergunakan bahasa sebagai sarana komunikasi. Akan tetapi, tidak semua orang mampu melaksanakan tugas menulis dengan baik. Karena menulis bukan pekerjaan yang mudah. Pembelajaran ketrampilan menulis pada jenjang sekolah dasar merupakan langkah awal menuju tingkat lanjut ke jenjang pendidikan lebih tinggi. Kemampuan menulis ini diajarkan di sekolah dasar kelas I sampai dengan kelas VI. Kemampuan menulis yang diajarkan di kelas I dan kelas II merupakan kemampuan tahap awal atau tahap permulaan sedangkan yang diajarkan di kelas III, IV, V, dan VI disebut tahap lanjut (Darmiyati Zuchdi dan Budiasih, 2001: 71). Melalui latihan menulis secara bertahap, siswa diharapkan dapat membangun ketrampilan menulis lebih meningkat lagi. Akan tetapi, fakta di lapangan menunjukkan bahwa kemampuan menulis siswa masih rendah bila dibandingkan dengan kegiatan berbahasa lainnya.

3 Fenomena rendahnya pembalajaran kemampuan menulis seperti fakta di atas juga terjadi di kelas IV SD Negeri III Munggung. Hal ini dapat dilihat dari data pendukung yang diperoleh pada saat guru memberikan tugas mengarang pada siswa di awal semester, rata-rata siswa mendapat nilai kurang menggembirakan yaitu mendapat nilai 65, bahkan ada yang mendapat nilai 40 (nilai terendah ). Di samping itu, rendahnya kemampuan menulis siswa dapat diidentifikasi dari kesulitan mereka dalam menemukan ide. Mengenai rendahnya kemampuan menulis itu, lebih lanjut guru kelas IV SD Negeri III Munggung mengidentifikasi penyebab kegagalan siswa dalam kegiatan menulis, terutama dalam hal ini adalah menulis narasi. Menulis narasi menjadi suatu permasalahan yang perlu diperhatikan oleh para guru karena siswa merasa kesulitan menemukan ide dalam menceritakan sesuatu dengan bahasa tulis secara runtut berdasarkan urutan waktu. Selain itu, kegiatan menulis selama ini hanya dilakukan siswa jika mereka mendapat tugas dari guru. Lebih lanjut, peneliti berwawancara langsung dengan siswa mengenai pembalajaran menulis yang diajarkan guru selama ini. Dari hasil wawancara dapat peneliti ketahui bahwa para siswa kurang termotivasi mengikuti pembelajaran menulis karena selama ini pembelajaran yang diberikan guru masih bersifat konvensional ( hanya berkutat pada teori ) dan berjalan secara monoton tanpa ada variasi. Dari sebab itulah, pembelajaran menulis di kelas yang dirasakan para siswa selama ini terasa membosankan/menjenuhkan dan menghabiskan banyak waktu. Metode pembelajaran menulis di kelas, siswa

4 hanya dijejali dengan materi melalui ceramah dan hanya mengerjakan latihan dalam buku kerja atau dalam buku tugas. Kurangnya latihan menulis yang mampu meningkatkan minat dan motivasi para siswa dalam kegiatan menulis juga merupakan salah satu penyebab rendahnya kemampuan menulis atau mengarang. Kurangnya latihan menulis ini mengakibatkan siswa mengalami kesulitan dalam mengolah kosakata yang akan ditulis. Berdasarkan hasil prasurvei (wawancara ) yang dilakukan kepada Temu, S.pd. (guru kelas IV SD Negeri III Munggung ) pada tanggal 27 September 2010, beliau menyebutkan bahwa kegiatan pembelajaran menulis yang terjadi di SD Negeri III Munggung selama ini kurang berjalan dengan baik. Secara umum pembelajaran menulis kurang berjalan dengan baik karena sampai saat ini pengajaran di sekolah dasar belum dapat di laksanakan dengan lancar dan menemuhi berbagai hambatan. Hal ini disebabkan aktivitas menulis merupakan suatu bentuk manifestasi kemampuan dan ketrampilan berbahasa yang paling akhir dikuasai setelah kemampuan mendengarkan, berbicara, dan membaca. Dari berbagai penyebab yang telah disebutkan di atas, sebenarnya penyebab rendahnya kemampuan menulis narasi yang paling mendasar adalah teknik pengajaran atau pembelajaran yang dilakukan guru masih bersifat konvensional ( hanya berkutat pada teori). Siswa mengungkapkan bahwa pengajaran menulis selama ini hanya berisi penjelasan teori menulis saja sehingga kurang berminat dan kurang termotivasi untuk menulis narasi. Dalam

5 proses pembelajaran ini, guru terlalu terpancang pada buku teks sebagai satusatunya sumber belajar mengajar. Sebagian besar siswa masih belum terbiasa memanfaatkan media tulis sebagai ruang untuk mengungkapkan ide atau gagasan mereka. Dengan kata lain, siswa belum terbiasa dengan tradisi menulis dalam bentuk tulisan apapun. Oleh karena itu, mereka membutuhkan waktu cukup lama untuk dapat menuangkan ide atau gagasan, apalagi untuk dapat menggambarkan atau menceritakan sesuatu dalam bentuk kata-kata. Hal ini dapat dilihat dari kebiasaan mereka yang sering kali melihat awang-awang di atas pintu dalam waktu cukup lama dengan tujuan untuk menemukan ide atau gagasan yang akan mereka tuangkan dalan tulisan. Dalam mendukung pengajaran menulis selama ini, guru sering kali berceramah dan hanya terpancang pada satu buku pelajaran. Oleh karena itu, jika siswa mendapat tugas menulis dari guru hasilnya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Dari fakta itulah, dapat dikatakan bahwa teknik pembelajaran yang dilakukan guru masih bersifat konvensional, yaitu dengan mengajarkan tentang teori menulis saja. Hal ini menurut peneliti dirasa kurang tepat apabila melihat perkembangan zaman yang sudah maju. Seharusnya guru dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama ( akhmad Sudrajat, 2008: 2). Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa berbagai macam teknik pembelajaran dapat digunakan dalam peningkatan pembelajaran. Untuk memastikan kebenaran informasi yang diberikan guru saat prasurvei sebelumnya (tanggal 27 September 2010), selanjutnya peneliti

6 mengadakan pengamatan dan pretes pada tanggal 11 Oktober 2010. Berdasarkan pengamatan menunjukkan bahwa pengajaran bahasa Indonesia masih sarat dengan pengajaran tentang bahasa ( teori ) dan sedikit latihan penggunaan bahasa (praktik berbahasa ), terutama praktik menulis. Oleh karena itu, banyak siswa jenuh dan kurang tertarik pada pengajaran menulis karena guru kurang menarik dalam memberikan pengajaran menulis di kelas. Dari hasil pretes pun dapat diketahui bahwa dari 27 siswa yang mendapatkan nilai 80 hanya 4 siswa, yang mendapat nilai 70 ada 6 siswa, sisanya mendapat nilai antara 60 sampai 65. Bahkan siswa yang mendapat nilai 40. dari hasil pengamatan dan pretes tersebut membuktikan bahwa siswa mengalami kesulitan mengarang, khususnya dalam hal ini adalah menulis narasi. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kemampuan menulis para siswa masih kurang. Hal tersebut dapat dikatakan demikian karena dari hasil pretes ini dapat diketahui bahwa siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar terdapat 10 siswa sedangkan sisanya (sebanyak 17 siswa) belum mencapai ketuntasan belajar. Terkait dengan permasalahan di atas, peneliti bersama guru melakukan diskusi untuk menemukan solusi atas alternative teknik pembelajaran yang tepat dilakukan guru dalam mengatasi permasalahan tentang pengajaran menulis selama ini. Dari hasil diskusi tersebut maka didapatkan satu tindakan yang diharapkan mampu meningkatkan kemampuan pembelajaran menulis, Khususnya menulis narasi, yaitu dengan menggunakan teknik paraphrase wacana dialog. Dengan teknik paraphrase wacana dialog ini diharapkan guru mampu membangkitkan siswa untuk melakukan kegiatan menulis narasi sehingga teknik ini dapat digunakan sebagai

7 alternatif untuk meningkatkan kemampuan menulis narasi, khususnya pada siswa kelas IV SD Negeri III Munggung. Pemilihan tindakan ini atas dasar bahwa dengan parafrase, seseorang bisa tepat mengatakan maksud atas tuturan tertentu dengan bahasanya sendiri dalam bentuk yang lebih sederhana, bebas dan prosais (Situmorang, 1983: 34). Parafrase ini selalu diikuti dengan penafsiran. Tanpa penafsiran dan paraphrase, murid-murid merasa sukar untuk mengerti maksud tuturan tertentu. Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa teknik parafrase dapat meningkatkan kemampuan menulis narasi. Lebih jelas, pemilihan tindakan guna meningkatkan kemampuan menulis narasi ini juga mengacu pada pendapat Hisyam Zaini, dkk (2007:194-195) yang menyatakan bahwa tujuan dari pembelajaran dengan parafrase terarah adalah: (1) mengembangkan kemampuan menerapkan prinsip-prinsip dan generalisasi yang dipelajari kepada situasi dan masalah yang baru; (2) mengembangkan kecakapan menulis; (3) mengembangkan kecakapan, strategi dan kebiasaan belajar; (4) belajar konsep-konsep dan teori-teori mata kuliah; (5) mengembangkan kecakapan manajemen, dan (6) mengembangkan kemampuan bertindak secara cakap. Dari beberapa tujuan yang telah dikemukakan, tujuan nomor dualah yang menjadi alasan yang dipilih peneliti dalam rangka meningkatkan kemampuan suatu pembelajaran tertentu, dalam hal ini adalah lebih meningkatkan kemampuan menulis narasi. Dalam hal ini, yang menjadi objek parafrase adalah wacana dialog. Wacana dialog menjadi media yang tepat digunakan untuk menerapkan teknik

8 parafrase yang dapat membantu siswa dalam mengalami kesulitan memunculkan ide tulisan. Gambaran nyata tentang wacana dialog adalah wacana yang berbentuk percakapan, biasanya melibatkan pembicara dan pendengar dan mereka berbicara secara bergantian. Dengan memparafrasekan wacana dialog dalam bentuk sajian yang sederhana, diharapkan dapat menarik antusias dan mengembangkan minat serta motivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran menulis. Dalam hal ini, siswa diharapkan lebih terpacu dalam mengikuti proses kegiatan balajar menulis narasi. Selain itu, penerapan teknik ini dalam proses kegiatan belajar mengajar juga diharapkan agar siswa mampu memunculkan ide dan mengembangkan ide tersebut ke dalam bentuk tulisan guna meningkatkan kemampuan menulis narasi dengan baik. Pembelajaran yang menggunakan teks wacana dialog ini telah diterapkan oleh Asep Aminuddin (2006: 1) di MTs PUI Kancana Kabupaten Majalengka pada siswa kelas VII. Dalam hal ini, teks wacana dialog digunakan sebagai media untuk membantu penjelasan materi tentang menulis narasi. Melalui pemanfaatan media teks wacana dialog, terbukti bahwa kakurangan dan kesalahan siswa dapat dikurangi serta mampu membuat siswa menjadi lebih mudah dalam mengembangkan karangan. Dalam penelitian tentang pembelajaran menulis narasi di kelas IV SD Negeri III Munggung ini, wacana dialog digunakan untuk menerapkan teknik parafrase yang dapat digunakan untuk membantu siswa dalam memunculkan ide tulisan dan mengembangkannya.

9 Secara umum alasan pemilihan penggunaan teknik parafrase wacana dialog tersebut adalah sebagai respon awal agar siswa mempunyai skemata cerita yang nanti akan mereka tuangkan ke dalam tulisan narasi. Adapun secara rinci, alasan pemilihan penggunaan teknik ini adalah sebagai berikut. Pertama, teknik ini dirasa mampu menumbuhkan motivasi bagi anak untuk mengikuti kegiatan pembelajaran, karena cerita dalam wacana dialog ini sesuai dengan usia mereka. Kedua, wacana dialog ini digunakan sebagai rangsangan awal pada siswa agar mampu menulis narasi dengan baik. Ketiga, kegiatan pembelajaran menulis terkesan tidak monoton dan terlalu serius sehingga siswa tidak cepat merasa bosan. Keempat, jalan cerita dalam wacana dialog akan menumbuhkan minat siswa terhadap kegiatan menulis cerita, khususnya menulis narasi. Alasan penggunaan teknik paraphrase wacana dialog dalam pembelajaran menulis narasi kelas IV SD Negeri III Munggung ini adalah teknik ini dirasa mampu menumbuhkan motivasi bagi anak untuk mengikuti pembelajaran menulis narasi. Kedua, penggunaan wacana dialog ini dapat digunakan sebagai rangsangan awal pada siswa agar dapat menulis narasi dengan baik. Ketiga, penggunaan teknik wacana dialog dalam pembelajaran menulis narasi ini terkesan tidak monoton dan terlalu serius sehingga siswa tidak cepat bosan. Dengan demikian Upaya Peningkatan Ketrampilan Menulis Narasi Dengan Teknik Wacana Dialog Pada Siswa Kelas IV SD Negeri III Munggung Kecamatan Karangdowo dapat meningkatkan kemapuan menulis narasi.

10 B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang kami uraikan sebelumnya, maka dapat di rumuskan permasalahan sebagai berikut: Apakah penggunaan teknik parafrase wacana dialog yang dapat meningkatkan kemampuan menulis narasi pada siswa kelas IV SD Negeri III Munggung Kecamatan Karangdowo Kabupaten Klaten? C. Tujuan Penelitian Tujuan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mendiskripsikan: Penggunaan teknik parafrase wacana dialog yang dapat meningkatkan kemampuan menulis narasi pada siswa kelas IV SD Negeri III Munggung Kecamatan Karangdowo Kabupaten Klaten. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat memperluas wawasan dalam khasanah keilmuan pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya pembelajaran menulis narasi.

11 2. Manfaat praktis a. Bagi Siswa 1) Memberikan kemudahan bagi siswa dalam menemukan ide tulisan. 2) Memberikan suasana pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa. 3) Meningkatkan kemampuan menulis narasi siswa. b. Bagi Guru 1) Dapat meningkatkan kinerja guru dalam mengajar dan mengelola kelas, khususnya dalam mengatasi kesulitan guru dalam membelajarkan menulis narasi. 2) Menjadi acuan bagi guru dalam mengembangkan pembelajaran menulis narasi yang lebih inovatif. c. Bagi Sekolah 1) Hasil penelitian dapat dijadikan acuan dalam upaya pengadaan inovasi pembelajaran bagi para guru bahasa yang lain. 2) Memotivasi para guru untuk selalu melakukan inovasi dan strategi pembelajaran yang lain. d. Bagi kolaborator antar guru bahasa 1) Dapat memperoleh pengalaman dan wawasan nyata tentang penerapan teknik pembelajaran dengan teknik parafrase wacana dialog sebagai penunjang dalam proses penulisan narasi. 2) Dapat meningkatkan kemitraan antar guru.

12 e. Manfaat bagi peneliti 1) Dapat mengaplikasikan teori yang telah diperoleh. 2) Menambah pengalaman peneliti dalam penelitian tentang pembelajaran menulis. 3) Hasil penelitian dapat memberikan fakta empiris bahwa peningkatan menulis narasi dapat dilakukan dengan penggunaan teknik parafrase wacana dialog.