TUMPANG GILIR (RELAY PLANTING) ANTARA JAGUNG DAN KACANG HIJAU ATAU KEDELAI SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN KERING DI NTB INSTALASI PENELITIAN DAN PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (IPPTP) MATARAM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN 2000
PENDAHULUAN Nusa Tengara Barat (NTB) merupakan daerah kering beriklim kering dengan luas wilayah 2.155.150 hektar, yang terdiri atas lahan sawah seluas 200.975 ha (9,33%) dan lahan kering seluas 1.807.463 ha atau 84,19 % (Angka BPS NTB,1998). Dari luas lahan kering tersebut yang berpotensi untuk pengembangan tanaman pangan berupa lahan tegalan/ huma/ladang seluas 292.443 hektar. Pemanfaatan lahan kering untuk tanaman pangan baru seluas 118.241 ha atau 6,52 % dari total lahan kering yang ada, diantaranya tanaman jagung seluas 35.266 hektar, kacang hijau seluas 20.315 hektar, dan kedelai seluas 84.052 hektar yang ditanam secara monokultur dengan hasil masing-masing komoditi belum menggembirakan karena berbagai problem lahan kering terutama permasalahan fisik (kesuburan tanah relatif rendah), gulma, hama penyakit, dan permasalahan sosial ekonomi (Suyamto, 1997). Areal tanaman kacang hijau yang terluas di NTB adalah di Kabupaten Sumbawa dengan rata-rata setiap tahun seluas 16.987 ha. (61,16% dari luas tanaman kacang hijau NTB). Luas areal tanam jagung rata-rata 12.560 ha/tahun atau 26,57% dari luas tanam jagung NTB. Demikian pula areal tanam kedelai terluas di Kabupaten Bima sebesar 40.955 ha, rata-rata luas tanam setiap musim hujan (MH) lahan kering Kabupaten Bima sebesar 20.615 hektar, dengan problem utama mesa panen di kala hujan masih banyak sehingga biji kedelai banyak rusak clan untuk perbenihan menunjukkan daya tumbuh di bawah 80 % sehingga tidak lulus sertifikasi. HASIL PENGKAJIAN Hasil pengkajian tumpang gilir tahun pertama (I) yaitu 1997/1998 pada 2 lokasi yaitu (1) Desa Labangka Kecamatan Plampang merupakan lokasi yang biasa tanam jagung menunjukkan hasil jagung rata-rata 4,85 ton/ha, dan kacang hijau sebesar 1,08 ton/ha, (2) Desa Empang Bawah Kecamatan Empang yang merupakan lokasi yang biasa tanam kacang hijau yang sebelumnya bero, menunjukkan hasil jagung sebesar 2,61 ton/ha dan kacang hijau sebesar 0,75 ton/ha. Demikian pula tahun kedua (II) yaitu tahun 1998/1999 pada lokasi SUP jagung Desa Labangka yang biasa tanam jagung menunjukkan hasil kacang hijau sebesar 0,584 ton/ha, sedangkan tahun ketiga (III) yaitu tahun 1999/2000 pada lokasi yang sama diperoleh hasil kacang hijau sebesar 1, 232 ton/ha. Dengan melakukan tumpang gilir antara jagung dengan kacang hijau diperoleh pendapatan petani sebesar Rp. 2.274.014, hingga Rp. 3.798.922,- /hektar dibandingkan dengan pendapatan petani jagung saja sebesar Rp. 558.764,- hingga Rp. 961.465,-/hektar. Hasil pengkajian perbanyakan benih kedelai di lokasi lahan kering Kabupaten Bima diperoleh hasil 2,52 kw/ha bagi varietas Argomulyo yang berumur pendek, jauh di atas hasil Wilis/Orba yang di tanam petani sebesar 1,20 kw/ha. Berhubung kedelai varietas Argomulyo berumur pendek dan di panen pada awal bulan Februari, maka masih ada peluang menanam tanaman lain dalam rangka pemanfaatan sisa hujan.
PENINGKATAN INTENSITAS TANAM Prinsip utama dalam peningkatan intensitas tanam adalah upaya meningkatkan persentase luas panen pada satu kesatuan luas lahan yang sama untuk meningkatkan produktivitas lahan. Penerapan teknologi tumpang gilir pada lahan kering yang selama hanya satu kali tanam dengan jagung maupun kacang hijau secara monokultur dapat memberi harapan peningkatan intensitas tanam dari 1 kali tanam menjadi 2 kali tanam. Pelaksanaan tanam tumpang gilir antara jagung dan kacang hijau adalah untuk memanfaatkan secara maksimal lahan dengan menanam kacang hijau atau kacang-kacangan bagi petani jagung dan menanam jagung terlebih dahulu bagi petani kacang hijau. TEKNOLOGI TUMPANG GILIR Teknologi tumpang gilir diterapkan dalam upaya peningkatan intensitas tanam lahan kering dengan pemanfaatan curah hujan yang pendek. Adapun teknologi yang diterapkan adalah: Paket Teknologi Yang Dianjurkan: 1. Perbaikan teknologi produksi jagung Pengolahan tanah sederhana atau tanpa olah tanah (TOT). Varietas yang digunakan adalah bersari bebas (varietas Bisma) maupun hibrida sebanyak 20 kg/ha, yang telah diperlakukan ridomil, benih ditugal dengan jarak tanam 80 x 40 cm dengan 2 biji /lubang. Pemupukan sesuai dengan rekomendasi setempat, yaitu seluruh pupuk SP-36, KCI dan 1 / 2 bagian Urea diberikan bersamaan tanam atau 7-10 hari setelah tanam sebagai pupuk dasar, dengan cara ditugal 5 cm dari lubang tanaman. Pupuk susulan '/ 2 bagian Urea diberikan pada umur tanaman 1 bulan setelah tanam, pupuk diberikan dengan cara tugal sedalam 5-10 cm ditutup kembali.
Penyiangan dilakukan 2 kali yaitu umur 2 minggu dan 4 minggu setelah tanam sekaligus membumbun. Pengendalian hama penyakit dilakukan dengan menerapkan konsep pengendalian hama terpadu (PHT). Panen dan pasca panen Tanaman dipanen apabila klobot berwarna keputihan/coklat dan mengering dengan biji mengkilap dan kadar air 25-30 I. 2. Penyiapan lahan untuk penanaman kacang hijau Pembersihan lahan Menjelang kelobot jagung berwarna keputihan / coklat, dilakukan pemotongan batang jagung bagian atas tongkol, yang diikuti pembersihan daun-daun dan gulma sekitar tanaman jagung. Penyemprotan herbisida Tanah tidak perlu diolah hanya dilakukan pembersihan dengan cara menyemprotkan herbisida di sekitar tanaman jagung yang belum dipanen. 3. Perbaikan Teknologi Produksi Kacang Hijau Varietas yang digunakan adalah lokal (Samsik) yang bijinya kecil-kecil yang sudah dikenal petani, atau introduksi varietas yang mampu ber adaptasi dan berdaya hasil tinggi. Kebutuhan benih sebanyak 20-25 kg/ha. Benih ditugal dengan jarak tanam 40 x 15 cm dengan 2-3 biji/lubang dengan kedalaman lubang tugal 3-5 cm. Karena jarak antar baris jagung adalah 80 cm, maka setiap antar 2 baris jagung ditugal 2 baris kacang hijau dengan jarak 20 cm dari baris jagung dengan demikian jarak tanam kacang hijau antar baris adalah 40 cm. Pemupukan tidak perlu dilakukan karena memanfaatkan residu pupuk yang telah berikan pada tanaman jagung. Penyiangan dilakukan antara 1-2 kali sesuai keadaan gulma pada umur 2 minggu setelah tugal penyiangan pertama. Pengendalian hama/penyakit sesuai konsep PHT. Panen Panen dilakukan apabila sebagian besar polong sudah berwarna coklat sampai hitam.
Naskah Disusun Oleh : Jafar Yusuf Abdulgani Nomor : 02/Folder/ARMP/2000 Oplaag : 900 eks. Produksi : IPPTP Mataram, Jln. Raya Peninjauan Narmada PO. Box 1017 Mataram 63010 Ph.0370-671312, Fax. 0370-671620 E-mail : Litran@mataram.wasantara.net id. TIDAK DIPERDAGANGKAN