KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA LAUNDRY DI KECAMATAN DENPASAR SELATAN, BALI

dokumen-dokumen yang mirip
MUSCULOSKELETAL DISORDER (MSD) PADA PEKERJA LAUNDRY DI KECAMATAN DENPASAR SELATAN, BALI

BAB I PENDAHULUAN. Laundry dikenal sebagai kegiatan binatu atau pencucian pakaian dengan. mencucikan pakaian-pakaian (Samsudin, 2009).

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia

GAMBARAN DISTRIBUSI KELUHAN TERKAIT MUSKULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) PADA TUKANG SUUN DI PASAR ANYAR BULELENG TAHUN 2013

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

GAMBARAN POSISI KERJA DAN KELUHAN GANGGUAN MUSCULOSKELETAL PADA PETANI PADI DI DESA KIAWA 1 BARAT KECAMATAN KAWANGKOAN UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran

SARANA KERJA YANG TIDAK ERGONOMIS MENINGKATKAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA GARMENT DI BALI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluhan muskuloskeletal adalah kerusakan pada bagian-bagian otot

FAKTOR-FAKTOR SEKUNDER YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PEKERJA LAUNDRY DI KELURAHAN MUKTIHARJO KIDUL SEMARANG

GAMBARAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PENJAHIT DI KOTA DENPASAR

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

FAKTOR-FAKTOR PRIMER YANG MEMILIKI HUBUNGAN TERHADAP KELUHAN MUSCULOSKELETAL PADA PEKERJA LAUNDRY SEKTOR INFORMAL DI WILAYAH TLOGOSARI

ANALISIS POSTUR KERJA PADA MEKANIK BENGKEL SEPEDA MOTOR HIDROLIK X DAN NON-HIDROLIK Y KOTA SEMARANG

Metode REBA Untuk Pencegahan Musculoskeletal Disorder Tenaga Kerja

Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDS) Pada Aktivitas Manual Handling Pekerja Jasa Pengiriman Barang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Hubungan Tingkat Risiko Ergonomi Dan Masa Kerja Dengan Keluhan Muskuloskeletal Pada Pekerja Pemecah Batu

Riana Gustarida Jamal 1 Hendra 2. Sarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Abstrak

As'Adi, et al, Hubungan Antara Karakteristik Individu dan Manual Material Handling dengan Keluhan...

HUBUNGAN SIKAP KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA UNIT WEAVING DI PT DELTA MERLIN DUNIA TEXTILE IV BOYOLALI

IDENTIFIKASI RISIKO ERGONOMI OPERATOR MESIN POTONG GUILLOTINE DENGAN METODE NORDIC BODY MAP (STUDI KASUS DI PT. XZY) ABSTRAK

JURNAL "ANALYSIS OF COMPLAINTS AGAINST RISK OF INJURY IN MUSCLE BODY POSTURE SCAVENGERS"

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan. hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang. memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pekerja merupakan salah satu komponen yang perlu mendapatkan

Corelation Between Ergonomics Exposure And Musculosceletal Disorder of Dentist Working

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PERBAIKAN POSTUR KERJA DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA HOME INDUSTRY JKS SNACK & CATERING DI SERANG-BANTEN

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade

BAB I PENDAHULUAN. dengan program pengembangan dan pendayagunaan SDM tersebut, pemerintah juga memberikan jaminan kesejahteraan, kesehatan dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia dewasa ini lebih dikonsentrasikan pada

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk berusaha atau bekerja dalam rangka memenuhi

PERANCANGAN ULANG STASIUN KERJA UNTUK MENGURANGI KELUHAN BIOMEKANIK PADA AKTIFITAS LOUNDRY DI PT X

ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN STAGEN PADA AKTIVITAS ANGKAT-ANGKUT DI PASAR LEGI SURAKARTA

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. industri rumah tangga laundry. Saat ini industri rumah tangga laundry

BAB I PENDAHULUAN. permanen dalam bekerja. Pada tahun 2010 World Health Organization

BEBAN KERJA DAN KELUHAN SISTEM MUSCULOSKELETAL PADA PEMBATIK TULIS DI KELURAHAN KALINYAMAT WETAN KOTA TEGAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan kerja merupakan salah satu bidang kesehatan masyarakat

Edukasi ergonomi menurunkan keluhan muskuloskeletal dan memperbaiki konsistensi postur tubuh pada mahasiswa PSPDG Universitas Udayana

Analisis Postur Kerja Operator Penyusunan Karton Box di Departemen Produksi PT XYZ dengan Metode Rapid Entire Body Assessment (REBA)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. harus sesuai dengan kondisi tubuh serta tenaga yang dimiliki oleh masing-masing individu

BAB I PENDAHULUAN. industri pengolahan air minum dalam kemasan (AMDK) dengan merk dagang. keselamatan dan kesehatan akan aman dari gangguan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Analisis Postur Kerja Menggunakan Metode Ovako Work Posture Analysis System (OWAS) (Studi Kasus: PT Sanggar Sarana Baja Transporter)

ANALISIS POSTUR KERJA DAN KELUHAN PEKERJA PADA AKTIVITAS PEMOTONGAN BAHAN BAKU PEMBUATAN KERIPIK

BAB I PENDAHULUAN. dengan pekerjaan manual handling. Suatu hal yang sangat beralasan,

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab

ANALISA RESIKO MANUAL MATERIAL HANDLING PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI UD. CITRA TANI

BAB I PENDAHULUAN. Stasiun Kerja Bawahan. Stasiun Kerja Finishing. Gambar 1.1 Stasiun Kerja Pembuatan Sepatu

BAB I PENDAHULUAN. kerja, modal, mesin dan peralatan dalam suatu lingkungan untuk menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Analisis Risiko Manual Handling pada Pekerja PT. XYZ

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs)

Hubungan Antara Umur dan Masa Kerja dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada Pekerja Laundry

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

USULAN PERBAIKAN RANCANGAN MEJA-KURSI SEKOLAH DASAR BERDASARKAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA SISWA/I DI SDN MERUYUNG

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Bekerja sebagai tenaga kesehatan merupakan suatu profesi yang

BAB I PENDAHULUAN. Postur kerja kurang ergonomis saat bekerja bersumber pada posisi kerja operator

Oleh: DWI APRILIYANI ( )

BAB I PENDAHULUAN. dengan peraturan yang terdapat di masing-masing perguruan tinggi. Di

BAB VI PEMBAHASAN. Perbaikan Sikap Kerja Dan Penambahan Penerangan Lokal Menurunkan Keluhan

ERGONOMI PADA BURUH GENDONG PEREMPUAN. ( Oleh : Risma A Simanjuntak, Prastyono Eko Pambudi ) Abstrak

Kata kunci : Sikap Kerja, Keluhan Muskuloskeletal Disorder

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan

1 Universitas Indonesia

USULAN PERBAIKA STASIUN KERJA MENCANTING DENGAN ANALISIS KELUHAN MUSKULOSCELETAL (Studi Kasus: Industri Batik Gress Tenan)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

GAMBARAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DAN GANGGUAN KESEHATAN PADA OPERATOR SPBU DI DENPASAR

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id

ASPEK ERGONOMI DALAM PERBAIKAN RANCANGAN FASILITAS PEMBUAT CETAKAN PASIR DI PT X.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA POSISI KERJA DENGAN KELUHAN MUKULOSKELETAL PADA EKSTREMITAS BAWAH TENAGA KERJA MATAHARI MEGA MALL DI MANADO

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MUSCULOSKELETAL DISORDERS PADA PEKERJA BATIK DI KECAMATAN SOKARAJA BANYUMAS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

perusahaan lupa untuk memperhatikan akibat dari pengangkutan material secara manual tersebut bagi kenyamanan dan kesehatan pekerja atau operator. Pabr

ANALISIS PERBAIKAN POSTUR KERJA OPERATOR PADA PROSES PEMBUATAN PIPA UNTUK MENGURANGI MUSCULOSKELETAL DISORDERS DENGAN MENGGUNAKAN METODE RULA

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

ANALISIS ERGONOMI PADA PEKERJA LAUNDRI

PERBAIKAN WORKSTATION DI PT. YUSHIRO INDONESIA UNTUK MENGURANGI RESIKO KELUHAN MUSKULOSKELETAL

BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 UU Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja) (Kuswana,W.S, 2014).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015

NASKAH PUBLIKASI TUGAS AKHIR ANALISIS MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) UNTUK MENGURANGI KELUHAN FISIK PADA OPERATOR TENUN IKAT TROSO

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih dominan dialami oleh para pekerja. secara fisik yang berat. Salah satu akibat dari kerja secara manual, seperti

sesuatu dari satu tempat ke tempat lainnya. Pentingnya transportasi terlihat pada

Program Studi Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Jurusan Teknik Permesinan Kapal, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya 60111

Abstrak. Teknik Mengangkat Beban Berat dengan Keluhan Nyeri Otot Leher pada Pekerja Kuli Angkut di Gudang Bulog Mangkubumi dan Pamalayan

HUBUNGAN ANTARA POSTUR KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA BAGIAN PRESS DRYER UD. ABIOSO, BOYOLALI

Metode dan Pengukuran Kerja

Transkripsi:

KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA LAUNDRY DI KECAMATAN DENPASAR SELATAN, BALI Joice Sari Tampubolon 1, I Putu Gede Adiatmika 2 1. Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, 2. Bagian Ilmu Faal Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Bali, Indonesia ABSTRAK Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada otot yang disebabkan oleh faktor-faktor kerja dan lingkungan saat melakukan pekerjaan. Keluhan muskuloskeletal merupakan masalah kesehatan yang paling sering terjadi dalam dunia industri termasuk industri rumah tangga laundry. Saat ini industri rumah tangga laundry berkembang sangat pesat yang disebabkan oleh tingkat kesibukan yang sangat tinggi pada masyarakat terutama masyarakat di kota besar. Oleh sebab itu, penulis ingin mengkaji tentang distribusi keluhan muskuloskeletal pada pekerja laundry di Kecamatan Denpasar Selatan, Bali. Studi deskriptif cross sectional dilakukan dengan menggunakan kuesioner Nordic Body Map yang dibagikan pada 30 orang pekerja di 26 tempat laundry yang berada di Kecamatan Denpasar Selatan, Bali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pekerja berumur < 35 tahun (63,33%), masa kerja 1-2 tahun (53,33%), durasi kerja 9-12 jam/hari (80%) dan lama istirahat 1 jam (83,33%). Keluhan muskuloskeletal yang terdapat pada pekerja yaitu bahu kanan 22 orang (73,33%), betis kiri dan betis kanan masing-masing berjumlah 17 orang (56,66%) serta pinggang dan bahu kiri masingmasing berjumlah 16 orang (53,33%). Studi lebih lanjut diperlukan untuk mengkaji faktor yang mempengaruhi terjadinya keluhan muskuloskeletal pada pekerja. Kata Kunci: Musculosceletal disorder (MSD), pekerja, laundry MUSCULOSKELETAL DISORDER ON LAUNDRY WORKERS IN SOUTH OF DENPASAR DISTRICT, BALI ABSTRACT Musculosceletal disorder is the complaint of the muscles caused by work factors and the environment while doing the job. Musculosceletal disorder is a health problem that is most common in the industry including household laundry industry. Currently household laundry industry is growing very rapidly due to the very high level of activity in the community, especially people in urban. Therefore, the authors wanted to research about distribution of a musculoskeletal disorder at the laundry workers, in the District of South Denpasar, Bali. Descriptive cross-sectional study was conducted using questionnaires Nordic Body Map that distributed to 30 laundry workers at 26 sites located in the District of South Denpasar, Bali. The result of this study showed that the majority of workers were as follows: age <35 years (63.33%), period of work 1-2 years (53.33%), duration of work 9-12 hour/day (80%) and rest time 1 hour (83.33%). The most common musculoskeletal disorder are right shoulder 22 people (73.33%), left calf and right calf amounted to 17 people (56.66%), waist and left shoulder each of 16 1

people (53.33%). Further studies are needed to examine the factors that influence the occurrence of musculoskeletal complaints in workers. Key words: Musculosceletal disorder (MSD), laundry, worker PENDAHULUAN Keluhan muskuloskeletal merupakan masalah kesehatan yang paling sering terjadi dalam dunia pekerjaan. Berdasarkan data dari European Agency for Safety and Health at Work (EASHW) disebutkan bahwa banyak pekerja yang mengalami keluhan muskuloskeletal. Pada 27 negara di Uni Eropa didapatkan sekitar 25% dari pekerjanya mengeluh sakit punggung, 23% dilaporkan adanya nyeri otot. 1 Keluhan muskuloskeletal dalam pekerjaan akan menyebabkan nyeri dan ketidaknyamanan dalam bekerja. Hal ini dapat memicu stress atau ketidakpuasan dalam bekerja, penurunan produktivitas, ketidakmampuan menyelesaikan kewajiban pekerjaan, bahkan kesulitan dalam beraktivitas di rumah. 2 Salah satu industri yang memiliki potensi untuk mengalami bahaya keluhan muskuloskeletal adalah pada aktivitas pekerjaan industri rumah tangga laundry. Saat ini industri rumah tangga laundry berkembang sangat pesat dan dapat kita temukan dengan mudah terutama di kota-kota besar. Dahulu kebanyakan jasa laundry masih dikelola oleh pihak hotel namun saat ini telah menjadi peluang usaha bagi masyarakat umum. Hal ini disebabkan tingkat kesibukan yang sangat tinggi pada masyarakat di kota besar sehingga mereka lebih memilih untuk memanfaatkan jasa laundry untuk mencuci dan menyetrika pakaiannya. Proses kerja yang dilakukan di laundry dimulai dari penyortiran, penimbangan, pencucian, pengeringan, finishing dan pendistribusian. 3,4 Pekerja laundry umumnya melakukan kegiatan mendorong (pushing), menarik (pulling), melipat (folding), mengangkat (lifting) dan mengangkut barang. 2,5 Hal tersebut dapat meningkatkan resiko terjadinya keluhan muskuloskeletal. Permasalahan ini timbul akibat sarana dan lingkungan kerja yang tidak ergonomis. Diperlukan desain stasiun kerja dan pola sikap kerja yang sesuai agar dapat meningkatkan produktivitas. Oleh sebab itu, penulis ingin mengkaji lebih lanjut tentang distribusi keluhan 2

muskuloskeletal pada pekerja laundry di Kecamatan Denpasar Selatan, Bali. METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan rancangan penelitian cross sectional. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat laundry yang berada di Kecamatan Denpasar Selatan, Bali. Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2013 sampai Januari 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah pekerja laundry yang ada di Kecamatan Denpasar Selatan, Bali. Sampel dalam penelitian ini adalah pekerja laundry yang bersedia terlibat sebagai sampel dalam penelitian ini dan tidak sedang dalam keadaan mengalami cedera otot, sendi, dan/atau ligamen. Besar sampel penelitian ini berdasarkan hasil penghitungan menggunakan rumus syarat minimal jumlah sampel diperoleh jumlah subjek penelitian minimal sebesar 28 orang. Pengumpulan data responden dilakukan dengan menggunakan kuesioner yaitu kuesioner data responden untuk mengetahui karakteristik responden dan kuesioner Nordic Body Map untuk mengetahui sebaran keluhan muskuloskeletal pada responden. Variabel yang diukur dalam penelitian ini meliputi umur, jenis kelamin, masa kerja, durasi kerja dan lama istirahat, indeks massa tubuh (IMT), dan keluhan muskuloskeletal. Data dianalisis dengan statistik deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel, grafik, dan narasi. HASIL Karakteristik Lingkungan Kerja Penelitian dilakukan di beberapa tempat industri rumah tangga laundry yang berada di Kecamatan Denpasar Selatan. Tempat usaha laundry yang diobservasi berjumlah 26 tempat dengan total jumlah pekerja adalah 30 orang. Pada setiap lokasi usaha laundry biasanya hanya terdapat 1 orang pekerja dan terdapat beberapa tempat yang memiliki 2-3 orang pekerja. Setiap pekerja melakukan kegiatan yang sama yang dilakukan di usaha laundry mulai dari penimbangan, penyortiran, pencucian, pengeringan, penyetrikaan sampai dengan pengemasan pakaian. Peralatan yang digunakan di tempat laundry berupa timbangan, mesin cuci, setrika, meja setrika dan plastik pembungkus pakaian yang telah bersih. Beberapa tempat laundry ada yang menggunakan mesin pengering sedangkan tempat laundry yang tidak 3

memiliki mesin pengering biasanya hanya memanfaatkan tenaga matahari. Karakteristik Responden Karakteristik responden dicantumkan dalam Tabel 1. Proporsi umur pekerja laundry tertinggi adalah < 35 tahun sebanyak 19 orang (63,33%) sedangkan pekerja dengan usia 35 tahun sebanyak 11 orang (36,66%). Dari 30 responden didapatkan umur minimum 19 tahun, maksimum 50 tahun dengan mean (rerata) 30,3 tahun. Sebagian besar responden memiliki masa kerja 1-2 tahun yaitu sebanyak 16 orang (53,33%). Durasi kerja yang terbanyak adalah 9-12 jam/hari berjumlah 24 orang (80%) dan durasi kerja yang paling sedikit yaitu < 8 jam/hari berjumlah 1 orang (3,33%). Waktu istirahat pekerja sebagian besar 1 jam sebanyak 25 orang (83,33%). Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki indeks massa tubuh (IMT) normal yaitu < 25 sebanyak 20 orang (83,33%) dan responden dengan IMT 25 berjumlah 5 orang (16,66%). Tabel 1. Karakteristik Pekerja Laundry di Kecamatan Denpasar Selatan, Bali (n=30) Karakteristik Jumlah % Umur (tahun) < 35 35 19 11 63,33 36,66 Minimum = 19 Maksimum = 50 Mean (rerata) = 30,3 Simpang baku = 8,043631 Masa Kerja < 1 tahun 1-2 tahun > 2 tahun Durasi Kerja < 8 jam 8 jam 9-12 jam >12 jam Lama Istirahat 30 menit 1 jam > 1 jam 10 16 4 1 3 24 2 3 25 2 33,33 53,33 13,33 3,33 10 80 6,66 10 83,33 6,66 Total 30 100 4

Tabel 2. Indeks Massa Tubuh (IMT) Pekerja Laundry di Kecamatan Denpasar Selatan, Bali (n=30) No. IMT Jumlah % 1. < 25 25 83,33 2. 25 5 16,66 Total 30 100 Gambaran Keluhan Hampir semua responden mengalami keluhan muskuloskeletal yaitu sebanyak 27 orang (90%). Gambaran keluhan responden didapatkan berdasarkan hasil dari kuesioner Nordic Body Map. Tabel 3. Distribusi Keluhan Muskuloskeletal pada Pekerja Laundry di Kecamatan Denpasar Selatan, Bali (n=30) Tingkat Keluhan No. Jenis Keluhan Tidak Sakit Agak Sakit Sakit Sangat Sakit 1. Leher 16 (53,3%) 11 (36,6%) 3 (10%) 0 2. Bahu kiri 14 (46,6%) 7 (23,3%) 9 (30%) 0 3. Bahu kanan 8 (26,6%) 6 (20%) 15 (50%) (3,33%) 4. Lengan atas kiri 26 (86,6%) 2 (6,66%) 2 (6,66%) 0 5. Punggung 16 (53,3%) 3 (10%) 9 (30%) 2 (6,66%) 6. Lengan atas kanan 17 (56,6%) 1 (3,33%) 11 (36,6%) 1 (3,33%) 7. Pinggang 14 (46,6%) 4 (13,3%) 11 (36,6%) 1 (3,33%) 8. Pantat 29 (96,6%) 0 1 (3,33%) 0 9. Siku kiri 29 (96,6%) 0 1 (3,33%) 0 10. Siku kanan 27 (90%) 1 (3,33%) 2 (6,66%) 0 11. Lengan bawah kiri 30 (100%) 0 0 0 12. Lengan bawah kanan 26 (86,6%) 3 (10%) 1 (3,33%) 0 13. Pergelangan tangan kiri 27 (90%) 2 (6,66%) 1 (3,33%) 0 14. Pergelangan tangan kanan 26 (86,6%) 2 (6,66%) 2 (6,66%) 0 15. Tangan kiri 29 (96,6%) 1 (3,33%) 0 0 16. Tangan kanan 29 (96,6%) 1 (3,33%) 0 0 17. Paha kiri 29 (96,6%) 0 1 (3,33%) 0 18. Paha kanan 29 (96,6%) 0 1 (3,33%) 0 19. Lutut kiri 28 (93,3%) 1 (3,33%) 1 (3,33%) 0 20. Lutut kanan 28 (93,3%) 1 (3,33%) 1 (3,33%) 0 21. Betis kiri 13 (43,3%) 2 (6,66%) 15 (50%) 0 22. Betis kanan 13 (43,3%) 2 (6,66%) 15 (50%) 0 23. Pergelangan kaki kiri 24 (80%) 3 (10%) 3 (10%) 0 24. Pergelangan kaki kanan 24 (80%) 3 (10%) 3 (10%) 0 25. Kaki kiri 30 (100%) 0 0 0 26. Kaki kanan 30 (100%) 0 0 0 Tabel 3 menyajikan presentasi keluhan muskuloskeletal pada pekerja laundry nyeri muskuloskeletal pada bagian tubuh pekerja laundry. Urutan bagian tubuh yang paling sering mengalami keluhan adalah bahu kanan 22 orang (73,33%), betis kiri dan betis kanan masing-masing berjumlah 17 orang (56,66%) serta 5

pinggang dan bahu kiri masing-masing berjumlah 16 orang (53,33%) (Tabel 4). Deskripsi keluhan responden dapat dilihat pada Gambar 1. Tabel 4. Distribusi Keluhan Muskuloskeletal Terbanyak pada Pekerja Laundry di Kecamatan Denpasar Selatan, Bali (n=30) Keluhan Jumlah % Bahu kanan 22 73,33 Betis kiri 17 56,66 Betis kanan 17 56,66 Pinggang 16 53,33 Bahu kiri 16 53,33 Gambar 1. Deskripsi Keluhan Muskuloskeletal pada Pekerja Laundry di Kecamatan Denpasar Selatan, Bali (n=30) PEMBAHASAN Dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa dari 30 orang responden terdapat 19 orang (63,33%) responden yang berusia < 35 tahun dan responden dengan usia 35 tahun sebanyak 11 orang (36,66%). Keluhan otot skeletal mulai dirasakan pada usia kerja, yaitu 25-65 tahun. Keluhan pertama biasanya dirasakan pada usia 35 tahun dan tingkat keluhan akan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Hal ini terjadi karena pada usia setengah baya, kekuatan dan ketahanan otot mulai menurun sehingga resiko terjadinya keluhan otot meningkat. Pada umur 50-60 tahun kekuatan otot menurun 6

sebesar 25%, kemampuan sensoris-motoris menurun sebanyak 60%. Pengaruh umur harus selalu dijadikan pertimbangan dalam memberikan pekerjaan pada seseorang. 6,7,8 Masa kerja menunjukkan lamanya seseorang terkena paparan di tempat kerja. 8 Hasil penelitian menggambarkan bahwa responden dengan masa kerja < 1 tahun berjumlah 10 orang (33,33%); kategori masa kerja 1-2 tahun berjumlah 16 orang (53,33%); dan kategori > 2 tahun berjumlah 4 orang (13,33%). Dapat dilihat bahwa sebagian besar pekerja laundry memiliki masa kerja 1 tahun (66,66%). Semakin lama masa kerja seseorang, semakin lama terkena paparan di tempat kerja sehingga semakin tinggi resiko terjadinya penyakit akibat kerja. 3,8 Di Indonesia batas waktu kerja yang ditetapkan pemerintah adalah 8 jam/hari. Namun berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa kebanyakan pekerja memiliki durasi kerja melebihi 8 jam/hari (86,66%). Berdasarkan survei yang dilakukan di Ingris diketahui pengalaman kerja dengan waktu singkat akan menghasilkan output yang lebih tinggi tiap jam dan pekerjaan selesai lebih cepat dengan sedikit waktu istirahat. Sebaliknya, jika pekerja bekerja lebih lama akan menyebabkan tempo bekerja menurun dan output per jam juga akan berkurang. 3,7 Apabila jam kerja melebihi dari ketentuan akan ditemukan hal-hal seperti penurunan kecepatan kerja, gangguan kesehatan, angka absensi karena sakit meningkat, yang dapat mengakibatkan rendahnya tingkat produktivitas kerja. 9 Waktu kerja harus diimbangi dengan waktu istirahat. Dari hasil penelitian diketahui 83,33% pekerja memiliki waktu istirahat 1 jam/hari. Setiap fungsi tubuh manusia dapat dilihat sebagai keseimbangan ritmis antara konsumsi energi dan penggantian energi atau dengan kata lain antara bekerja dengan beristirahat. Waktu istirahat sangat dibutuhkan sebagai kebutuhan fisiologis tubuh dan efisiensi kerja. Oleh sebab itu waktu istirahat harus diberikan secukupnya, baik antara waktu kerja maupun di luar jam kerja. 3,7 Dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa Indeks Massa Tubuh (IMT) < 25 (normal) berjumlah 20 orang (83,33%) dan responden dengan IMT 25 berjumlah 5 orang (16,66%). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kebanyakan IMT pekerja adalah normal. IMT merupakan alat sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Mempertahankan berat badan normal dapat menghindari seseorang dari berbagai macam penyakit. Walaupun pengaruhnya 7

relatif kecil, berat badan, tinggi badan dan massa otot tubuh merupakan faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan otot skeletal. 8 Hasil dari pengisian kuesioner Nordic Body Map didapatkan bahwa bagian tubuh yang paling banyak disebutkan dalam keluhan pekerja adalah bahu kanan yaitu sebanyak 22 orang (73,33%). Keluhan lainnya yaitu pada betis kiri dan betis kanan masing-masing berjumlah 17 orang (56,66%) serta bahu kiri dan pinggang yang masing-masing berjumlah 16 orang (53,33%). Keluhan muskuloskeletal dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti posisi kerja yang tidak natural (awkward posture), sikap kerja statis dan pekerjaan yang dilakukan berulang-ulang (repetitive) dalam jangka waktu yang lama. 2,10 Dilihat dari bagian tubuh yang paling banyak dikeluhkan adalah bagian bahu kanan karena bagian tersebut merupakan bagian tubuh yang paling banyak digunakan saat menyetrika. Jika dihubungkan dari hasil kuesioner didapatkan bahwa aktivitas yang paling sering menimbulkan keluhan pada pekerja yaitu pada saat menyetrika. Selain itu, kebanyakan pekerja menyetrika dalam posisi berdiri sehingga keluhan tersering berikutnya adalah pada betis kiri dan kanan pekerja. SIMPULAN DAN SARAN Hampir semua pekerja laundry mengalami keluhan muskuloskeletal. Berdasarkan hasil dari penelitian ini diketahui bahwa distribusi keluhan muskuloskeletal pada bagian tubuh pekerja laundry adalah bahu kanan, betis kiri, betis kanan, bahu kiri dan pinggang. Penelitian ini hanya mengidentifikasi keluhan muskuloskeletal yang dirasakan pekerja laundry berdasarkan kuesioner Nordic Body Map. Diperlukan studi lanjutan untuk menilai faktor risiko yang belum diteliti seperti faktor lingkungan kerja (suhu, pencahayaan, desain tempat kerja) dan pemeriksaan lebih detail tentang keluhan pekerja sehingga dapat diketahui penyebab yang pasti dan dapat dilakukan upaya pengendalian terhadap faktor risiko. DAFTAR PUSTAKA 1. European Agency for Safety and Health at Work. Work-related Musculoskeletal Disorder: Prevention Report. Belgium; 2008. 2. Occupational Health and Safety Agency for Healthcare in BC. Guide Ergonomic for Hospital Laundries. British Columbia; 2003. 3. Laraswati, Hervita. Analisis Resiko Musculoskeletal Disorders (MRDs) pada Pekerja Laundry Tahun 2009. Fakultas Kesehatan Masyarakat 8

Keselamatan Dan Kesehatan Kerja: Depok; 2009. 4. Anonim. Sistem K3 di Instalasi Laundry RS. 2012 [ diakses 19 November 2013]. Diunduh dari http://aneukngupi.wordpress.com/201 2/11/29/sistem-k3-di-instalasi-laundry -rs-kesmas-stase-k3/ 5. Anonim. OSH in Laundries and Drycleaners. 2009 [ diakses 20 November 2013]. Diunduh dari http://www.commerce.wa.gov.au/wor ksafe/pdf/infokits/laundries_newslet ter.pdf 6. Solichul Hadi AB. Managemen Ergonomi. Manajemen Bisnis Syariah, 2011; 02/Th.V. 7. Kroemer K.H.E. dan Grandjean E. Fitting the Task to The Human, 5th edt. Taylor & Francis Inc. British; 1997. 8. Heru Septiawan. Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah pada Pekerja Bangunan di PT Mikroland Property Development Semarang Tahun 2012. Universitas Negeri Semarang; 2013. 9. Tarwaka, dkk. Ergonomi Untuk Keselamatan Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta: UNIBA press; 2004. 10. PSHSA. Musculoskeletal Disorders. 2010 [diakses 19 November 2013]. Diunduh dari http://pshsa.ca/wpcontent/uploads/ 2013/01/MSDs.pdf 9