BAB V PEMBAHASAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PEMBAHASAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Profil Berpikir Analitis Masalah Aljabar Siswa Ditinjau dari Gaya Kognitif Visualizer dan Verbalizer

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id BAB V PEMBAHASAN

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. VII di MTs Jabal Noer Taman Sidoarjo, (2) Profil pengajuan masalah

DAFTAR ISI. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. 1. Profil Metakognisi Siswa yang Bergaya Kognitif Refleksif

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIK

Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Wonosari

BAB V PEMBAHASAN. hasil atau jawaban dari fokus penelitian yang yang telah disusun oleh peneliti

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

REPRESENTASI SISWA SMA DALAM MEMAHAMI KONSEP FUNGSI KUADRAT DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF (VISUALIZER VERBALIZER)

DAFTAR ISI. SAMPUL LUAR... i HALAMAN JUDUL... ii. PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI... iii PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI... iv

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. tentang kemampuan relating siswa, kemampuan experiencing siswa, kemampuan

SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL

LAMPIRAN 1 SOAL TES 34

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah

BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Symbol Sense Siswa Berkemampuan Matematika Tinggi dalam Memecahkan Masalah Aljabar

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATEMATIKA BERBASIS MIND MAPPING PADA POKOK BAHASAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL KELAS VIII SMP NEGERI 7 MALANG

KETRAMPILAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) PADA SISWA SMP

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V PEMBAHASAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

DESKRIPSI DAYA SERAP SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 BUA DALAM MENYELESAIKAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II ANALISIS KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DALAM MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL (SPLDV) MELALUI STRATEGI PROBLEM SOLVING

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. yang unsur-unsurnya logika dan intuisi, analisis dan konstruksi, generalitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemampuan pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode deskriptif adalah suatu penggambaran atau penjelasan terhadap suatu

BAB V PEMBAHASAN. Pada bab ini dilakukan pembahasan hasil penelitian mengenai proses

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE PROBLEM SOLVING PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI SMA N 2 BOYOLALI

PERSAMAAN & SISTEM PERSAMAAN LINEAR

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN

Profil Literasi Matematis Konten Change and Relationship Siswa Kelas X Ditinjau Dari Gaya Kognitif Visualizer dan Verbalizer

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Representasi Matematis

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembelajaran membutuhkan strategi yang tepat. Kesalahan

Melatih Literasi Matematis Siswa dengan Metode Naive Geometry

BAB I PENDAHULUAN. diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar sampai perguruan

1 King s Learning. Nama Siswa. Kelas KOMPETENSI DASAR: x = 4. Untuk x = 4 disubstitusikan ke persamaan (1) 4 y = 2 y = 4 2. y = 2

BAB III METODE PENELITIAN. mengambarkan situasi yang mungkin muncul dalam proses belajar mengajar di

BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Penalaran Proporsional Siswa Bergaya Kognitif Sistematis dalam Menyelesaikan Masalah Perbandingan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV DES KRIPS I DAN ANALIS IS DATA PEN ELITIAN

Noor Fajriah 1), R. Ati Sukmawati 2), Tisna Megawati 3) Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dasar matematika yang telah diterima siswa. konsep dengan soal untuk aspek penilaian yang lain. Indikator-indikator

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika. Disusun Oleh:

BAB II KAJIAN TEORITIK. Pendidikan Matematika menyatakan bahwa masalah merupakan soal (pertanyaan)

MODUL PENDALAMAN MATERI ESENSIAL DAN SULIT MATA PELAJARAN : MATEMATIKA ASPEK : ALJABAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pengalaman Belajar sesuai Teori Berpikir van Hiele

BAB I PENDAHULUAN Secara sederhana Flavell mengartikan metakognisi sebagai knowing

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Khaeratun Nisa, 2013

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Representasi Matematis. a) Pengertian Kemampuan Representasi Matematis

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG PERISTIWA BENDA PADAT DALAM AIR MELALUI KEGIATAN PRAKTIKUM

STRATEGI PEMECAHAN MASALAH DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA PADA MATERI SPLDV SISWA KELAS VIII DI SMP KRISTEN 2 SALATIGA

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan dan mengembangkan

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Berpikir Reflektif Matematis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pengalaman belajar yang berlangsung dalam. lingkungan dan kehidupan. Lingkungan kehidupan pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. Pendidikan usia dini dilakukan melalui

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Dengan PISA (Program for International Student Assessment) dan

MEMPERBAIKI PEMAHAMAN KONSEPTUAL DAN PROSEDURAL PADA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL MELALUI WAWANCARA KLINIS VIKA PUSPITASARI NIM F

BAB II LANDASAN TEORI. lain, berarti kita berusaha agar apa yang disampaikan kepada orang lain tersebut

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Saputro (2012), soal matematika adalah soal yang berkaitan

BAB II KAJIAN TEORITIK

DESKRIPSI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Oleh Septia Sugiarsih

BAB V PENUTUP A. Simpulan

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

BAB I PENDAHULUAN. dalam mempercepat penguasaan ilmu teknologi. 1. matematika merupakan sarana berpikir untuk menumbuhkembangkan cara

BAB I PENDAHULUAN. Belajar dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. Trianto (2009:16) belajar

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. Pada BAB V ini, peneliti akan membahas hasil penelitian dan diskusi hasil

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.c.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. Dengan komunikasi siswa dapat mendiskusikan pendapat-pendapat dalam

TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan

BAB I PENDAHULUAN. vital dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai bentuk simbol, teorema, dalil,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS PENDIDIKAN SMK NEGERI 1 BALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang secara sistematis diarahkan pada suatu tujuan. Proses

DESKRIPSI KEMAMPUAN SISWA MENYELESAIKAN SOAL-SOAL SISTEM PERSAMAAN LINEAR JURNAL OLEH SITI NURJANNAH NIM

Kata kunci: komunikasi matematis, perbedaan gender, faktor penyebab

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB V PEMBAHASAN. bahwa kemampuan representasi matematis siswa kelas XI-TSM 2 SMK Ngunut

PROFIL PEMECAHAN MASALAH SPLDV DENGAN LANGKAH POLYA DITINJAU DARI KECERDASAN LOGIS MATEMATIS SISWA

Transkripsi:

BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan deskripsi dan analisis data berpikir analitis pada bab sebelumnya, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Berpikir Analitis Siswa Bergaya Kognitif Visualizer dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Berpikir analitis siswa bergaya kognitif visualizer pada tahap memahami masalah adalah cenderung menyebutkan yang diketahui dan yang ditanyakan dengan menggunakan gambar bangun tergolong baik. Selanjutnya, siswa bergaya kognitif visualizer menjelaskan keterkaitan antara yang diketahui dan yang ditanyakan tergolong cukup. kognitif visualizer lebih berorientasi dengan gambar. Pada tahap merencanakan masalah, siswa bergaya kognitif visualizer cenderung menyatakan kembali masalah menggunakan gambar bangun tergolong baik. Kecenderungan tersebut sesuai dengan pendapat Jonassen dan Grabowski yang mengatakan bahwa individu dengan gaya kognitif visualizer lebih berorientasi dengan gambar. Dalam memilih konsep matematika, siswa bergaya kognitif visualizer memilih konsep matematika (SPLDV) dalam menyelesaikan masalah matematika dengan melihat pemodelan yang telah dibuat tergolong baik. Selanjutnya, siswa bergaya kognitif visualizer cenderung memilih strategi atau cara penyelesaian yang berbeda tergolong baik. bergaya kognitif visualizer menggunakan konsep matematika (SPLDV) dalam menyelesaikan masalah matematika secara tidak langsung. menjelaskan keterkaitan konsep dengan yang ditanyakan, dan menggunakan strategi penyelesaian yang berbeda tergolong baik. Penggunaan konsep matematika (SPLDV) secara tidak langsung serta pemilihan dan penggunaan strategi penyelesaian yang berbeda dapat 155

156 dikatakan bahwa siswa bergaya kognitif visualizer lebih bersifat intuisi dan hal ini sesuai dengan pendapat Skemp yang mengatakan bahwa individu yang memiliki simbol visual lebih bersifat intuitif (intuisi). Pada tahap melihat kembali penyelesaian, siswa bergaya kognitif visualizer membuktikan bahwa hasil penyelesaiannya sesuai dengan yang ditanyakan dengan menjelaskan kembali cara memperoleh hasil penyelesaiannya tergolong baik. Dalam menarik kesimpulan, siswa bergaya kognitif visualizer cenderung menarik kesimpulan dari hasil penyelesaian dengan disertai gambar tergolong baik. kognitif visualizer lebih berorientasi dengan gambar. 2. Berpikir Analitis Siswa Bergaya Kognitif Verbalizer dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Berpikir analitis siswa bergaya kognitif verbalizer pada tahap memahami masalah siswa verbalizer cenderung menyebutkan yang diketahui dan yang ditanyakan dengan menggunakan kata-kata tergolong baik. Selanjutnya, siswa bergaya kognitif verbalizer menjelaskan keterkaitan antara yang diketahui dan yang ditanyakan tergolong baik. kognitif verbalizer lebih berorientasi dengan kata-kata. Pada tahap merencanakan masalah, siswa bergaya kognitif verbalizer cenderung menyatakan kembali masalah menggunakan kata-kata (simbol huruf) tergolong baik. kognitif verbalizer lebih berorientasi dengan kata-kata. Dalam memilih konsep matematika, siswa bergaya kognitif verbalizer memilih konsep matematika (SPLDV) dalam menyelesaikan masalah matematika dengan melihat pemodelan yang telah dibuat tergolong baik. Selanjutnya, siswa bergaya kognitif verbalizer cenderung memilih strategi

157 atau cara penyelesaian yang sama (eliminasi dan substitusi) tergolong baik. bergaya kognitif verbalizer menggunakan konsep matematika (SPLDV) dalam menyelesaikan masalah matematika, menjelaskan keterkaitan konsep dengan yang ditanyakan, dan menggunakan strategi penyelesaian yang sama (eliminasi dan substitusi) tergolong baik. Penggunaan konsep matematika (SPLDV), pemilihan dan penggunaan strategi penyelesaian yang sama serta tahapan penyelesaian yang detail dan berurutan dapat dikatakan bahwa siswa bergaya kognitif verbalizer lebih lengkap (detail) dan berurutan dalam menyelesaikannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Skemp yang mengatakan bahwa individu yang memiliki simbol verbal lebih analitis menunjukkan secara detail dan sekuensial atau berurutan. Pada tahap melihat kembali penyelesaian, siswa bergaya kognitif verbalizer membuktikan bahwa hasil penyelesaiannya sesuai dengan yang ditanyakan dengan menjelaskan kembali cara memperoleh hasil penyelesaiannya tergolong baik. Dalam menarik kesimpulan, siswa bergaya kognitif verbalizer cenderung menarik kesimpulan dari hasil penyelesaian dengan menggunakan kata-kata tergolong baik. kognitif verbalizer lebih berorientasi dengan kata-kata. 3. Perbedaan Berpikir Analitis Siswa Bergaya Kognitif Visualizer dan Verbalizer dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Perbedaan berpikir analitis siswa bergaya kognitif visualizer dan verbalizer dalam menyelesaikan masalah matematika terletak pada prosesnya, sedangkan untuk kemampuannya tidak ada perbedaan. Antara siswa bergaya kognitif visualizer dan verbalizer memiliki kemampuan berpikir analitis yang sama yakni tergolong baik. Perbedaan proses berpikir analitis siswa bergaya kognitif visualizer dan verbalizer terletak pada tahap memahami masalah yakni siswa bergaya kognitif visualizer

158 cenderung menyebutkan yang diketahui dan yang ditanyakan dengan menggunakan gambar bangun, sedangkan siswa bergaya kognitif verbalizer cenderung menggunakan katakata. Pada tahap merencanakan penyelesaian, siswa bergaya kognitif visualizer cenderung menyatakan kembali masalah menggunakan gambar, sedangkan siswa bergaya kognitif verbalizer cenderung menggunakan kata-kata (simbol huruf). Siswa bergaya kognitif visualizer juga cenderung memilih strategi penyelesaian yang berbeda, sedangkan siswa bergaya kognitif verbalizer cenderung memilih strategi penyelesaian yang sama. bergaya kognitif visualizer menggunakan konsep matematika (SPLDV) dalam menyelesaikan masalah matematika secara tidak langsung, sedangkan siswa bergaya kognitif verbalizer menggunakannya secara langsung. Siswa bergaya kognitif visualizer menggunakan strategi penyelesaian yang berbeda, sedangkan siswa bergaya kognitif verbalizer menggunakan strategi penyelesaian yang sama. Pada tahap melihat kembali penyelesaian, siswa bergaya kognitif visualizer cenderung menarik kesimpulan dari hasil penyelesaian dengan disertai gambar, sedangkan siswa bergaya kognitif verbalizer cenderung dengan kata-kata. B. Diskusi Hasil Penelitian Dari hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian didapatkan temuan menarik dalam penelitian ini yakni tidak ada perbedaan kemampuan berpikir analitis antara siswa bergaya kognitif visualizer dan verbalizer. Kemampuan berpikir analitis tersebut sama yakni tergolong baik. Kelemahan yang ada dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) subjek penelitian ini pada rumus selisih skor visualizer dan verbalizer memiliki selisih yang tidak jauh berbeda dari rumus selisih skor visualizer dan verbalizer yang ditetapkan yakni lebih dari 20 sehingga kurang mendalam dalam mengungkap berpikir analitis siswa berdasarkan gaya kognitif visualizer dan verbalizer; (2) subjek dalam penelitian ini memiliki komunikasi yang berbeda sehingga dalam menyampaikan pendapatnya ada yang

159 menyampaikan dengan lancar walaupun ada yang kurang tepat, dan ada yang kurang mampu menyampaikan pendapatnya.