BAB III METODOLOGI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Suhu mempengaruhi sifat mekanik material, yaitu ketangguhan material

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen,

LAPORAN PRAKTIKUM PRAKTIKUM PENGUJIAN MATERIAL MODUL 3 - PENGUJIAN IMPAK DELIANA RAMDANIAWATI KELOMPOK: 7

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Bulan Agustus sampai bulan Oktober 2012.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Bulan September 2012 sampai dengan November

Audio/Video. Metode Evaluasi dan Penilaian. Web. Soal-Tugas. a. Writing exam.skor:0-100(pan)

UJI KETANGGUHAN MATERIAL BAJA A36 BERDASARKAN METODE PENGUJIAN IMPAK ASTM E23

PERANCANGAN ALAT UJI IMPAK METODE CHARPY KAPASITAS 100 JOULE. Yopi Handoyo 1)

PRAKTIKUM UJI KETANGGUHAN BAHAN

III. METODE PENELITIAN. waktu pada bulan September 2015 hingga bulan November Adapun material yang digunakan pada penelitian ini adalah:

DAFTAR ISI. I. Identitas Diri 2. II. Daftar Isi 3. i. Tujuan Percobaan 5. ii. Dasar Teori 5. Alat dan Bahan 9. Flowchart Proses Pengujian 11

KEKUATAN IMPAK BAJA ST 60 DI BAWAH TEMPERATUR EKSTRIM

ANALISIS PENGARU ARUS PENGELASAN DENGAN METODE SMAW DENGAN ELEKTRODA E7018 TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN PADA BAJA KARBON RENDAH ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Material, Laboratorium

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Impact Toughness Test. Sigit Ngalambang

BAB III METODE PENELITIAN. oleh pengelola program studi sampai dinyatakan selesai yang direncanakan

ANALISIS SIMULASI UJI IMPAK BAJA KARBON SEDANG (AISI 1045) dan BAJA KARBON TINGGI (AISI D2) HASIL PERLAKUAN PANAS. R. Bagus Suryasa Majanasastra 1)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN. Adapun tempat pengerjaan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

STUDI KEKUATAN IMPAK PADA PENGECORAN PADUAL Al-Si (PISTON BEKAS) DENGAN PENAMBAHAN UNSUR Mg

PENGARUH VARIASI SUHU PREHEAT TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL SA 516 GRADE 70 YANG DISAMBUNG DENGAN METODE PENGELASAN SMAW

Pengujian Impak (Hentakan) Pengujian Metalografi Pengujian Korosi Parameter pada Lambung Kapal...

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HARGA IMPACT ALUMINIUM JENIS 7075 T351 DENGAN METODE CHARPY. Rofarsyam 1, Sukarman 2

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan pelaksanaan percobaan serta analisis sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. alat-alat perkakas, alat-alat pertanian, komponen-komponen otomotif, kebutuhan

Alasan pengujian. Jenis Pengujian merusak (destructive test) pada las. Pengujian merusak (DT) pada las 08/01/2012

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut:

PENGARUH VARIASI KUAT ARUS LAS LISTRIK PADA SUDUT KAMPUH V GANDA TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN IMPACT DARI MATERIAL ST 37

Rancang Bangun Alat Uji Impak Metode Charpy

Terjemahan ZAT PADAT. Kristal padat

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR TERHADAP KEKERASAN, STRUKTUR MIKRO, DAN KETANGGUHAN DENGAN PROSES HEAT TREATMENT PADA BAJA KARBON AISI 4140H

Karakterisasi Material Bucket Teeth Excavator 2016

BAB I PENDAHULUAN. perlu dapat perhatian khusus baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya karena

BAB II PENGUJIAN-PENGUJIAN PADA MATERIAL

Uji impak. Proses penyerapan energi ini akan diubah menjadi berbagai respon material, yaitu. Deformasi plastis Efek Hysteresis Efek Inersia

PENGARUH VARIASI MEDIA PENDINGIN HASIL SAMBUNGAN LAS BAJA PADUAN TERHADAP NILAI KETANGGUHAN. Abstract

Heat Treatment Pada Logam. Posted on 13 Januari 2013 by Andar Kusuma. Proses Perlakuan Panas Pada Baja

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH TEMPERATUR TEMPERING PADA PROSES QUENCHING TEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIK BAJA AISI 4140

PROSES PENGERASAN (HARDENNING)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan untuk penelitian material komposit ini adalah:

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut:

KETANGGUHAN BEBAN IMPAK DAN BEBAN TARIK MAKSIMUM PADA PELAT BAJA BERLAPIS AKIBAT QUENCHING DAN NORMALIZING

III. METODOLOGI PENELITIAN. 2. Badan Latihan Kerja (BLK) Bandar Lampung sebagai tempat pengelasan

BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM UJI MATERIAL

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan merupakan tanah lempung lunak yang

MAKALAH PELATIHAN PROSES LAS BUSUR NYALA LISTRIK (SMAW)

BAB II LANDASAN TEORI. ketika itu banyak terjadi fenomena patah getas pada daerah lasan kapal kapal

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH POSISI PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN TAKIK DAN KEKERASAN PADA SAMBUNGAN LAS PIPA

PENGARUH HEAT TREATMENT

Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton

KESETIMBANGAN FASE DALAM SISTEM SEDERHANA (ATURAN FASE)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. 1. Pemilihan panjang serat rami di Laboratorium Material Teknik Jurusan

Pembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT

METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini diantaranya : 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH KEKUATAN BENDING DAN TARIK BAHAN KOMPOSIT BERPENGUAT SEKAM PADI DENGAN MATRIK UREA FORMALDEHIDE

PENGARUH VARIASI WAKTU PENAHANAN TERHADAP KEKERASAN PERMUKAAN, STRUKTUR MIKRO DAN LAJU KOROSI PADA ALUMINIUM 6061 DENGAN METODE UJI JOMINY

BAB 3 METODE PENELITIAN

Katup tabung baja LPG

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN

PROSES PENGERJAAN PANAS. Yefri Chan,ST.MT (Universitas Darma Persada)

BAB I PENDAHULUAN. dimana logam menjadi satu akibat panas las, dengan atau tanpa. pengaruh tekanan, dan dengan atau tanpa logam pengisi.

PERANCANGAN POROS DIGESTER UNTUK PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS OLAH 12 TON TBS/JAM DENGAN PROSES PENGECORAN LOGAM

TINGKAT KETELITIAN PADA REDESIGN ALAT UJI IMPAK TERHADAP SKALA LABORATORIUM METALURGI FISIK Agus Suyatno 1), Suriansyah S 2) ABSTRAK

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR TERHADAP KEKERASAN, STRUKTUR MIKRO, DAN LAJU KOROSI PADA ALUMINIUM A 6061 DENGAN METODE UJI JOMINY

PENGARUH PROSES HARDENING PADA BAJA HQ 7 AISI 4140 DENGAN MEDIA OLI DAN AIR TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO

Gambar 3.1 Diagram alur Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. adalah karena sifat-sifat dari logam jenis ini yang bervariasi, yaitu bahwa

ANALISA QUENCHING PADA BAJA KARBON RENDAH DENGAN MEDIA SOLAR

BAB III PENELITIAN DAN ANALISA

Cara uji elastisitas aspal dengan alat daktilitas

STUDI PEMBUATAN BESI COR MAMPU TEMPA UNTUK PRODUK SAMBUNGAN PIPA

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI PENGARUH TERHADAP KEKUATAN TARIK PADA LAS SMAW (SHIELDED METAL ARC WELDING) DENGAN METODE EKSPERIMEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA dan LANDASAN TEORI

MODUL PRAKTIKUM METALURGI (LOGAM)

II. TINJAUAN PUSTAKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Luasnya pemakaian logam ferrous baik baja maupun besi cor dengan. karakteristik dan sifat yang berbeda membutuhkan adanya suatu

Pengaruh Jenis Elektroda Pada Pengelasan Dengan SMAW Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Pada Baja Profil IWF

STUDI PENGARUH PERLAKUAN PANAS TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIS BAJA ASSAB 705 M YANG DIGUNAKAN PADA KOMPONEN STUD PIN WINDER

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN. 3. Zat additif yaitu berupa larutan ISS 2500 (ionic soil stabilizer).

BAB III METODE PENELITIAN

Pengaruh Temperatur Pemanasan dan Holding Time pada Proses Tempering terhadap Sifat Mekanik dan Laju Korosi Baja Pegas SUP 9A

BAB III METODE PENELITIAN

Pengaruh Perlakuan Panas Dengan Air Dan Oli Terhadap Kekuatan Impact (Benturan) Bahan Piston Dan Cylinder Liner ABSTRAK

PENGARUH PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 1029 DENGAN METODA QUENCHING DAN MEDIA PENDINGIN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN MAKRO STRUKTUR

III. METODE PENELITIAN. 2. Air yang berasal dari Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik

Abstrak. Kata kunci : Serat sabut kelapa, Genteng beton, Kuat lentur, Impak, Daya serap air

Pengukuran Ketebalan serta Posisi Cacat pada Sampel Carbon Steel dan Stainless Steel dengan Metode Ultrasonic Testing.

Transkripsi:

3.1. Diagram Alir Peneletian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Menguji komposisi kimia pelat baja karbon rendah A 516 g 70 Pemberian simbol dan pembuatan batang uji standar baja karbon rendah A 516 g 70 Dicatat dimensi panjang, lebar dan ketebalan mula-mula batang uji standar Dicatat suhu mula-mula dan suhu pengujian batang uji standar Dilakukan uji impak metode charpy terhadap batang uji Dicatat energi pembebanan setelah batang uji diimpak. Dihitung energi yang diserap, kemudian plot grafik suhu versus energi yang diserap,. Analisis pengaruh suhu terhadap energi impak dari baja karbon rendah A 516 g 70 21

3.2 Uji komposisi kimia baja karbon Penelitian yang dilakukan Juanda (2004), uji komposisi kimia dilakukan dengan metode spektrometri yang bertujuan untuk mengetahui unsur-unsur kimia pada material yang diteliti. Sebelum pengujian dilakukan, terlebih dahulu permukaan material dibersihkan dengan pengikiran, pengampelasan dan kemudian dilakukan kalibrasi peralatan. Selanjutnya sampel ditempatkan pada dudukan dan divakumkan. Setelah itu spectrometer dijalankan sampai terjadi busur listrik yang mengakibatkan terbakarnya sampel, sehingga memancarkan cahaya dan panjang gelombang serta intensitas tertentu. Cahaya yang timbul akibat pembakaran diubah menjadi cahaya monokromatik yang kemudian dilewatkan pada kaca prisma, sehingga terdifraksi menjadi cahaya dengan panjang gelombang dan intensitas tertentu pula, dan akan dideteksi oleh detektor unsur, sehingga dapat diketahui unsur yang terdapat pada material tersebut. Panjang gelombang yang terjadi menunjukkan unsur dan intensitas, sehingga dapat diketahui persentasi kandungan unsur kimia dalam suatu material. 3.3 Uji Impak Metode Charpy Menurut B4T (1999) uji impak bertujuan untuk mengetahui sifat ketangguhan dari bahan logam terhadap pembebanan tiba-tiba. Pengujian terdiri dari pembebanan tiba-tiba batang uji yang ditakik ditengah-tengah yang diletakkan antara dua tumpuan dengan satu kali pukulan ayunan palu dibelakang sisi takik sampai patah. 22

Gambar 3.1 Proses pembebanan tiba-tiba (B4T,1999) Pada uji pukul charpy ada definisi-definisi tertentu, antara lain: 1. Energi pembebanan kejut adalah energi yang diperlukan untuk mematahkan batang uji, disebut juga sebagai harga kerja takik 2. Nilai impak Charpy adalah hasil bagi antara energi pembebanan kejut dengan luas penampang mula dibawah takik dari batang uji. 3. Pergeseran perpatahan adalah prosentasi antara daerah pergeseran terhadap luas penampang mula dibawah takik dari batang uji. 4. Pertambahan kesetimbangan batang uji adalah pertambahan lebar batang uji pada bagian sisi yang mengalami penekanan dibelakang takikan akibat pukulan ayunan palu pada waktu pengujian Simbol yang terdapat pada uji impak metode charpy, antara lain : So = luas penampang mula dibawah takik dari batang uji, cm 2 23

Ak = Energi pembebanan kejut, kgfm KC = nilai impak charpy, kgfm/cm 2 L = Jarak tumpu yang ditetapkan menurut jenis batang uji, mm G = Berat palu ayunan, kgf H = ketinggian titik berat palu ayunan dari kedudukan semula sampai kedudukan terbawah,m H1 = ketinggian titik berat palu ayunan dari kedudukan terbawah sampai kedudukan teratas setelah mematahkan batang uji, m A = Energi pembebanan palu ayunan dari kedudukan semula sampai kedudukan terbawah, kgfm B = sisa energi pembebanan dari kedudukan palu terbawah sampai kedudukan palu terakhir. Pada pelaksanaan pengujian ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu suhu uji dan mesin uji. Suhu uji dilaksanakan selain pada suhu ruang, juga dilakukan pada suhu panas atau suhu dingin. Suhu dingin diperoleh dengan cara yaitu batang uji didinginkan kedalam cairan pendingin misalnya air, es ditambah air, es ditambah alcohol, es kering (dry ice) ditambah alcohol, liquid nitrogen (nitrogen cair) dan gas pendingin. Suhu panas diperoleh dengan cara yaitu batang uji dicelupkan dalam oli (gliserin) panas atau dimasukkan dalam oven. Batang uji yang akan diuji pada suhu rendah tergantung pada suhu tertentu dan bila dimasukkan ke dalam cairan pendingin harus memerlukan waktu minimal 5 menit dan dalam gas harus memerlukan waktu minimal 60 menit. Batang uji yang akan diuji pada suhu panas, tergantung pada suhu 24

tertentu, dan bila dicelup dalam oli (gliserin) panas minimal 10 menit dan bila dimasukkan kedalam oven minimal 60 menit. Suhu tinggi batang uji akan mengakibatkan putus ulet dengan cara geser (shear mechanisme). Suhu rendah dari batang uji akan mengakibatkan putus rapuh dengan cara pecah (Cleavage mechanisme). Perubahan sifat-sifat ketangguhan yang diakibatkan oleh suhu diantaranya hubungan suhu dengan energi pembebanan kejut, hubungan suhu dengan batang uji menunjukkan nilai rapuh (value of cleavage) atau nilai ulet (value of shear), suhu ini biasanya disebut suhu transisi terjadinya perpatahan, Fracture Appearance Transition Temperature (FATTn), n menunjukkan prosentasi perpatahan geser dan hubungan suhu dengan pertambahan kesetimbangan batang uji. (B4T, 1999) Gambar 3.2 Pertengahan batang uji yang telah patah setelah uji impak (B4T,1999) Mesin uji Charpy terdapat hal-hal yang harus diperhatikan, yaitu : jarak tumpu harus dapat diatur sesuai dengan jenis batang uji, misalnya untuk batang uji no 6,7,8 menurut SII 0291 adalah 40 + 0,5 mm 25

Kecepatan ayunan palu pada saat memukul batang uji 4,5-7 m/detik. Kondisi peralatan harus dipenuhi, diantaranya : a. Radius sudut tumpu 1 1,5 mm b. Sudut tumpuan 80 0 ± 2 0 c. Sudut puncak palu 30 0 dan radius puncak palu 2,0 2,5 mm Kedudukan bidang ujung palu pada waktu menyentuh batang uji harus vertical mengenai seluruh lebar batang uji tepat dipunggung takik. Ketelitian pembagian skala penunjuk kerja pukul ± 0,5% dari kerja pukul maksimal. Batang uji diletakkan antara dua tumpuan sedemikian rupa sehingga bagian yang ditakik terletak ditengah-tengah dengan toleransi ± 0,5 mm Palu ayunan dilepaskan dari kedudukan semula dan pada waktu mengayun kebawah terjadi energi pembebanan a = G x h kgfm atau J. Setelah palu memukul batang uji masih terdapat sisa energi pembebanan yaitu pada waktu palu meneruskan ayunannya keatas adalah b = G x hi J. Energi pembebanan kejut untuk mematahkan batang uji AK = a b J. 26

Gambar 3.3 Hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses pengujian (B4T,1999) 27

3.3.1 Penentuan nilai uji impak metode charpy 3.3.1.1 Penentuan energi pembebanan kejut Energi pembebanan kejut ditentukan menurut rumus AK = a b J atau dapat langsung dibaca pada skala penunjuk. 3.3.1.2 Penentuan Nilai impak Charpy Nilai impak charpy ditentukan dengan rumus : AK KC = J/cm 2 So Ket : Ak = Energi pembebanan kejut, J So = luas penampang mula dibawah takik dari batang uji, cm 2 Bahan logam yang mempunyai sifat ulet akan memiliki nilai impak charpy yang tinggi, sebaliknya bahan logam yang mempunyai sifat rapuh akan memiliki nilai impak charpy yang rendah. Sifat rapuh dan ulet dapat juga dilihat dari permukaan bidang patahnya : - Bila bagian yang patah menunjukkan perubahan bentuk takik yang besar dan permukaan bidang patah yang berwarna suram seperti berserat-serat, bahan logam ini menunjukkan sifat ulet. - Bila bagian yang patah menunjukkan perubahan bentuk takik kecil atau tidak ada sama sekali dan permukaan bidang patah berwarna mengkilat dan berbutir-butir halus atau kasar, bahan logam ini menunjukkan sifat rapuh 28

Gambar 3.4 Bentuk batang uji patah ulet (sebelah kiri) dan patah rapuh (sebelah kanan) setelah di-impak (B4T,1999) Makin tinggi kuat tarik suatu bahan logam makin rendah nilai impak charpynya, begitu pula sebaliknya.(b4t, 1999) Tabel 3.1 dibawah ini menunjukkan hubungan kuat tarik dan nilai impak charpy dari bahan baja pelat ketel menurut DIN 17155. Tabel 3.1 Tabel hubungan kuat tarik dan nilai impak charpy Jenis/grade Baja Kuat tarik Kgf/mm 2 Nilai impak Charpy Kgfm/cm 2 I 35-45 8 II 41-50 7 III 44-53 6 IV 47-56 5 29

3.3.1.2 Penentuan nilai pergeseran perpatahan Pergeseran perpatahan dapat ditentukan menurut B4T (2004), dengan cara sebagai berikut : 1. Ukur panjang dan lebar bagian pecah dari permukaan bidang patah seperti gbr 3.5 dan kemudian tentukan prosentasi shear fracture dari tabel 3.2 atau tabel 3.3 tergantung dari satuan pengukuran. Gambar 3.5 Penentuan luas perpatahan geser dan pecah dari batang uji yang telah di-impak (B4T,1999) Tabel 3.2 Tabel dimensi A dan B dalam satuan inci (B4T,1999) 30

Tabel 3.3 Tabel dimensi A dan B dalam satuan mm (B4T,1999) 2. Bandingkan bentuk patahan dari batang uji dengan tabel dari bentuk patahan seperti ditunjukkan gambar 3.6 Gambar 3.6 Penentuan prosentasi perpatahan geser (B4T,1999) 3. Memotret permukaan bidang patah pada pembesaran yang cocok dan mengukur prosentase pergeseran perpatahan dengan planimeter 3.3.1.3 Penentuan pertambahan kesetimbangan batang uji Berdasarkan B4T (1999), pertambahan kesetimbangan batang uji ditentukan dengan cara mengukur pada bagian sisi yang mengalami penekanan dibelakang takik 31

dari batang uji, nilai kesetimbangan sama dengan jumlah tertinggi dari dua nilai yang diperoleh dari pengukuran masing-masing setiap sisi dengan ketelitian 0,001 inch. Gbr 3.7 Gambar 3.7 Alat pengukur pertambahan kesetimbangan dimensi batang uji (B4T,1999) 3.4 Penentuan Kurva Suhu Transisi Penentuan suhu transisi adalah dengan mematahkan suatu batang uji, untuk masing-masing suhu yang berurutan, dari suhu terendah sampai dengan teratas perkiraan suhu transisi yang akan terjadi menggunakan prosedur pada bagian 25. Catat setiap suhu uji, sampai rentang yang paling dekat sebesar 1 0 F (0.5 0 C). (ASTM A 370, 2006) Menurut ASTM A 370( 2006), plot hasil-hasil pengujian tunggal (nilai energi pembebanan kejut) sebagai ordinatnya, terhadap suhu pengujian sebagai absisnya, dan kemudian buat suatu kurva dari data nilai-nilai tersebut. 32

Suhu transisi adalah suhu ketika nilai uji energi impak-nya dapat diterima, ditentukan dari suhu-suhu ketika garis energi akan memotong sumbu nilai uji energi impak, sehingga membentuk grafik interpolasi (ekstrapolasi tidak diperkenankan). Catat suhu transisi sampai rentang yang paling dekat adalah 5 0 F (3 0 C). Apabila hasil uji tabulasi menunjukkan suhu transisi dibawah dari nilai spesifikasi, tidak perlu dilakukan plot data, cukup dengan menginformasikan suhu uji terendah ketika nilai impak pengujian termasuk nilai impak spesifikasinya. Hasil-hasil uji dapat diterima apabila penentuan suhu transisi sebanding dengan atau dibawah dari nilai suhu transisi spesifikasinya. (ASTM A 370, 2006) Berdasarkan ASTM A 370 (2006) apabila penentuan suhu transisi lebih besar dari nilai suhu transisi spesifikasinya, tetapi tidak lebih besar dari 20 0 F (12 0 C), batang uji tersebut berdasarkan bagian 25, harus dilakukan plot dua kurva tambahan. Hasil pengujian dapat diterima, apabila nilai suhu transisi yang ditentukan, berdasarkan kedua hasil uji tambahan tersebut yang sebanding atau dibawah nilai suhu transisi spesifikasi. Apabila batang uji termasuk dalam ukuran dibawah standar yang diijinkan atau diperlukan, atau keduanya, modifikasi kebutuhan uji tersebut berdasar pada tabel 9 atau suhu uji berdasar pada ASME Boiler and Pressure Vessel Code. Table UG- 84.2, atau keduanya. Energi absorpsi atau energi impak yang semakin besar atau suhu yang semakin rendah, dapat disetujui tergantung pada permintaan pengguna pengujian. (ASTM A 370, 2006) 33