II. TINJAUAN PUSTAKA. media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. Media merupakan sarana fisik yang digunakan untuk menyampaikan isi atau

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran, terutama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Media sangat

II. TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Media pembelajaran didefinisikan oleh Heinich (dalam Daryanto, 2010: 4) kata

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para pengajar dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya masalah merupakan kesenjangan antara harapan dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. salah satunya adalah teknik Numbered Head Together (NHT). Menurut

II. TINJAUAN PUSTAKA. dari Jerome Bruner yang dikenal dengan belajar penemuan (discovery

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran penemuan (discovery learning) merupakan nama lain

II. TINJAUAN PUSTAKA. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium, yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan suatu pelajaran yang dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. 6). Assosiation of Education and Communication Technology (dalam Arsyad,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pendewasaan peserta didik agar dapat mengembangkan bakat, potensi

TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran dapat lebih menarik jika menggunakan media pembelajaran.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model Problem Based Learning dikembangkan oleh Barrows sejak tahun

BAB II KAJIAN TEORITIK

I. PENDAHULUAN. pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi

Abstrak. Kata kunci : aktivitas belajar siswa, hasil belajar siswa, model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok

BAB II. Tinjauan Pustaka

II. TINJAUAN PUSTAKA. hidup manusia sebagai makhluk sosial. Pembelajaran kooperatif merupakan. semua mencapai hasil belajar yang tinggi.

I. PENDAHULUAN. menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.

TINJAUAN PUSTAKA. Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari Medium yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Saca Firmansyah (2008) menyatakan bahwa partisipasi adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa memahami konsep-konsep yang sulit dalam pemecahan masalah.

I. PENDAHULUAN. diri setiap individu siswa. Mudah masuknya segala informasi, membuat siswa

INDIKATOR KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PERINCIANNYA. Sub Kemampuan. Memfokuskan pertanyaan. Menganalisis argumen

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang terus-menerus, bahkan dewasa

I. PENDAHULUAN. mencapai tujuan tertentu (Sanjaya, 2008:26). Menurut Amri dan Ahmadi. (2010:89) bahwa dalam kegiatan pembelajaran guru harus memahami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hardiyanti Hidayat, 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA. membujuk, menganalisis asumsi dan melakukan penelitian ilmiah. Berpikir kritis

BAB. II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang melimpah. Sumber daya manusia yang bermutu. lagi dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia bangsa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gaya belajar setiap orang itu dipengaruhi oleh faktor alamiah (pembawaan)

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pendidikan dan kemampuan yang baik. Dengan pendidikan maka

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sunyono (2013) model pembelajaran dikatakan efektif bila siswa dilibatkan

BAB I PENDAHULUAN. terdapat beberapa permasalahan yang terjadi dalam proses belajar mengajar

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa tidak hanya berasal dari kata-kata yang dikeluarkan oleh ucapan (vokal)

II. KERANGKA TEORETIS. Sesuatu yang telah dimiliki berupa pengertian-pengertian dan dalam batasan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang-orang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ahmadi dalam Ismawati (2007) mengatakan bahwa Inkuiri berasal dari kata

BAB I PENDAHULUAN. belajarnya dan dapat membangun pengetahuannya sendiri (student centered. digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran masih kurang.

II. TINJAUAN PUSTAKA. masalah (problem solving), pengambilan keputusan (decision making), berpikir

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kegiatan pendidikan yang memadai, maka seorang peserta didik dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. dan saluran atau media (Sardiman A.M., 2001: 7). Multimedia interaktif

LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini, memiliki definisi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Teori-teori baru dalam psikologi pendidikan dikelompokkan dalam teori pem-belajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. soal matematika.hal ini berarti bila seseorang terampil dengan benar

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula dengan sumber belajar yang akan digunakan karena dari sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan. Menurut

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Tanggung Jawab

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya setiap manusia membutuhkan pendidikan dalam. hidupnya. Oleh karena itu, semua manusia di bumi pasti sangat

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DALAM MATA KULIAH PEMBELAJARAN MATEMATIKA SD I. Oleh Wahyudi

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Suryosubroto, 2009:2).

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika diajarkan tingkat dasar hingga tingkat menengah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Video sebenarnya berasal dari bahasa Latin, video-visual yang artinya melihat

II. KAJIAN PUSTAKA. Manusia dalam hidupnya tidak pernah lepas dari belajar, karena dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dwi Ningtyastuti, 2016

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. semakin baiknya kualitas bangsa tersebut. Di Indonesia pendidikan sangat

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembelajaran merupakan sebuah interaksi antara komponenkomponen

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan apa yang mereka pelajari. Pembelajaran aktif merupakan langkah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari Medium

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

I. PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upayaupaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

A. Deskripsi Proses Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan aspek penting dalam menciptakan sumber daya

I. PENDAHULUAN. karena pembelajarannya mengandung unsur-unsur ilmiah yang menekankan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Prahesti Tirta Safitri, 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Sadiman (2006:6) media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika terdiri dari berbagai konsep yang tersusun secara hierarkis, sehingga

I. PENDAHULUAN. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. dengan aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran agar lebih tertanam pada siswa. Faktor-faktor itu antara lain guru, siswa, media pembelajaran, proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan teknologi saat ini membawa berbagai perubahan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penunjang yang sangat penting bagi

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Maahas Pada Materi Gaya Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbantu Media Video

I. PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran Biologi, siswa dituntut tidak hanya sekedar tahu

II. TINJAUAN PUSTAKA. medium secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Gagne dan Briggs dalam Arsyad (2011:4) secara implisit mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri dari antara lain buku, tape recorder, kaset, vidio camera, vidio recorder, film, slide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dijelaskan media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Dalam proses pembelajaran kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting, karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Kerumitan bahan yang akan disampaikan kepada anak didik dapat disederhanakan dengan bantuan media. Media dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan melalui kata-kata atau kalimat tertentu. Bahkan keabstrakan bahan dapat dikonkretkan dengan kehadiran media. Dengan demikian, anak didik lebih mudah mencerna bahan daripada tanpa bantuan media (Djamarah dan Zain, 2010:120).

10 B. Multimedia Interaktif Beberapa ahli Arsyad (2011:171) dan Ariyus (2009:2) mendefinisikan multimedia yaitu: multi berarti banyak dan media biasa diartikan alat untuk menyampaikan atau membuat sesuatu, perantaraan, alat pengantar, suatu bentuk komunikasi seperti surat kabar, majalah, atau televisi. Bagi pengguna komputer, multimedia dapat diartikan sebagai informasi komputer yang dapat disajikan melalui audio atau video, teks, grafik dan juga mempunyai komunikasi interaktif yang tinggi. Gabungan sistem tersebut bisa digambarkan sebagai berikut : Grafik Animasi Sistem multimedia Teks Audio komputer interaktif Video Gambar. 1 Komponen Multimedia (Ariyus, 2009:2) Menurut Daryanto (2010:51) multimedia terbagi menjadi dua kategori, yaitu: multimedia linier dan multimedia interaktif. Multimedia linier adalah suatu multimedia yang tidak dilengkapi dengan alat pengontrol apapun yang dapat diperasikan oleh pengguna. Multimedia ini berjalan sekuensial (berurutan), contohnya: TV dan film. Beberapa ahli (Daryanto, 2010 : 51; dan Hofstetter, 2001:3) mendefinisikan multimedia interaktif sebagai pemanfaatan komputer untuk menggabungkan teks, grafik, audio, gambar bergerak ( video dan animasi ) menjadi satu kesatuan dengan link dan tool yang tepat sehingga memungkinkan pemakai multimedia dapat melakukan navigasi, berinteraksi, berkreasi, dan berkomunikasi dapat juga dilengkapi dengan alat pengontrol

11 yang dapat dioperasikan oleh pengguna, sehingga pengguna dapat memilih sesuatu yang dikehendaki untuk proses selanjutnya. Adapun contoh multimedia interaktif adalah: multimedia pembelajaran interaktif, aplikasi game, dan lain-lain. Secara umum manfaat multimedia interaktif adalah agar proses pembelajaran lebih menarik, lebih interaktif, jumlah waktu mengajar dapat dikurangi, kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan, dan proses belajar mengajar dapat dilakukan dimana saja, kapan saja, serta belajar siswa dapat ditingkatkan (Syailendra, 2009:3). Daryanto (2010:53-54) mengemukakan fungsi multimedia pembelajaran yaitu: 1. Mampu memperkuat respon pengguna secepatnya dan sesering mungkin. 2. Mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengontrol laju kecepatan belajarnya sendiri. 3. Memperhatikan bahwa siswa mengikuti suatu urutan yang jelas dan terkendalikan. Berdasarkan hasil penelitian Munir dalam Nurwahidah (2011:3) dan Puspita (2009:10) keuntungan dan kelebihan menggunakan multimedia interaktif dalam pembelajaran diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Pembelajaran dengan multimedia interaktif memberikan peluang lebih besar bagi siswa untuk melakukan eksplorasi dan simulasi untuk mengkonstruk pemahaman konsepnya.

12 2. Kendali berada di tangan siswa sehingga tingkat kecepatan belajar siswa dapat disesuaikan dengan tingkat penguasaannya. 3. Multimedia interaktif dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa melalui pengulangan dan simulasi proses yang terdapat dalam program multimedia interaktif. 4. Menuntut keterlibatan organ tubuh seperti telinga (audio), mata (visual), dan tangan. Keterlibatan berbagai organ ini membuat informasi lebih mudah diingat. 5. Dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam terhadap suatu konsep atau pelajaran yang sedang dibahas karena dengan bantuan multimedia dapat menjelaskan konsep yang rumit menjadi mudah dan sederhana. 6. Dapat menjelaskan materi pelajaran atau objek yang abstrak (tidak nyata, tidak dapat dilihat langsung) menjadi konkrit (nyata, dapat dilihat dan atau diraba). 7. Menarik dan membangkitkan perhatian, minat, motivasi, aktivitas, dan kreativitas belajar siswa serta dapat memberikan hiburan tersendiri bagi para siswa sehingga tercipta suasana belajar yang menyenangkan. Berdasarkan hasil penelitian Puspita (2010:10), multimedia interaktif memiliki kelemahan-kelemahan sebagai berikut: 1. Diperlukan dana yang tidak sedikit dalam merancang program multimedia interaktif. Namun sekarang sudah tersedia program multimedia interaktif yang diperjualbelikan dengan harga terjangkau.

13 2. Diperlukan komputer dalam jumlah yang banyak. 3. Pembelajaran dengan menggunakan multimedia interaktif menuntut keahlian guru dan siswa dalam menggunakan dan mengoperasikan komputer. Guru dan siswa juga hendaknya memiliki sikap yang positif terhadap komputer. 4. Pembelajaran sedikit bersifat isolatif. Namun dapat diminimalisir dengan keterlibatan guru dalam membimbing siswa merekonstruksi pengetahuan di akhir pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian Puspita (2009:9) dan Sunarno ( 2009:2) diketahui penggunaan multimedia interaktif dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa SMP Cimahi kelas IX tentang sistem Reproduksi. Multimedia interaktif dapat meningkatkan imajinasi efektif dan keterampilan kritis siswa. C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) Beberapa ahli Slavin (1995:219); Sharan dkk (1984:79); Sumarno (2011:1) menyatakan bahwa model pembelajaran tipe kooperatif GI merupakan model yang melibatkan kelompok kecil, siswa bekerja menggunakan inquiri kooperatif, perencanaan, proyek, diskusi kelompok, dan kemudian mempresentasikan penemuan mereka kepada kelas. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran akan memberi peluang kepada siswa untuk lebih mempertajam gagasan dan guru akan mengetahui kemungkinan gagasan

14 siswa yang salah sehingga guru dapat memperbaiki kesalahannya. GI sangatlah ideal diterapkan dalam pembelajaran Sains, karena topik materi IPA yang begitu luas dan desain tugas atau sub-sub topik yang mengarah kepada kegiatan metode ilmiah, diharapkan siswa dalam kelompoknya dapat saling memberi kontribusi berdasarkan pengalaman sehari-hari. Dalam tahapan pelaksanaan investigasi para siswa mencari informasi dari berbagai sumber yang telah dipersiapkan oleh guru di dalam suatu media pembelajaran interaktif. Kemudian siswa melakukan evaluasi dan sintesis terhadap informasi yang yang telah didapat dalam upaya membuat laporan ilmiah sebagai hasil kelompok. Beberapa ahli mendefinisikan Sharan dkk (1984: 80) dan Slavin (1995 :218-219) mengemukakan langkah-langkah pelaksanaan model kooperatif tipe GI yaitu sebagai berikut: a. Memilih topik Siswa memilih subtopik khusus di dalam suatu daerah masalah umum yang biasanya ditetapkan oleh guru. Selanjutnya siswa diorganisasikan menjadi dua sampai enam anggota tiap kelompok menjadi kelompokkelompok yang berorientasi tugas. Komposisi kelompok hendaknya heterogen secara akademis maupun etnik. b. Perencanaan kooperatif Siswa dan guru merencanakan prosedur pembelajaran, tugas dan tujuan khusus yang konsisten dengan subtopik yang telah dipilih pada tahap pertama.

15 c. Implementasi Siswa menerapkan rencana yang telah mereka kembangkan di dalam tahap kedua, kegiatan pembelajaran hendaknya melibatkan ragam aktivitas dan keterampilan yang luas dan hendaknya mengarahkan siswa kepada jenis- jenis sumber belajarnya yang berbeda baik dalam atau di luar sekolah, guru secara ketat mengikuti kemajuan tiap kelompok dan menawarkan bantuan bila di perlukan. d. Analisis dan sintesis Siswa menganalisis dan menyintesis informasi yang di perlukan. Pada tahap ketiga dan merencanakan bagaimana infomasi tersebut diringkas dan disajikan dengan cara yang menarik sebagai bahan untuk dipresentasikan kapada seluruh kelas. e. Menyiapkan laporan akhir Anggota kelompok menentukan pesan apa yang akan dilaporkan bagaimana membuat persentasinya f. Persentasi hasil Beberapa atau semua kelompok menyajikan hasi penyelidikannya dengan cara yang menarik kepada seluruh kelas dengan tujuan agar siswa yang lain saling terlibat satu sama lain dalam pekerjaan mereka. g. Evaluasi Kelompok-kelompok menangani aspek yang berbeda dari topik yang sama, siswa dan guru mengevaluasi tiap kontribusi kelompok terhadap kerja kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi yang dilakukan dapat berupa penilaian individual atau kelompok.

16 Berdasarkan hasil penelitian Setyawan ( 2006:9) dan Santoso (2009:8) kelebihan model GI yaitu sebagai berikut : 1. Pembelajaran dengan model kooperatif Group Investigation memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. 2. Penerapan metode pembelajaran kooperatif model Group Investigation mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. 3. Pembelajaran yang dilakukan membuat suasana saling bekerjasama dan berinteraksi antar siswa dalam kelompok tanpa memandang latar belakang. 4. Model pembelajaran group investigation melatih siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi dan mengemukakan pendapatnya. 5. Memotivasi dan mendorong siswa agar aktif dalam proses belajar mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran. 6. Siswa dapat bekerja secara bebas, memberi semangat untuk berinisiatif, kreatif, dan aktif, rasa percaya diri dapat lebih meningkat, dapat belajar untuk memecahkan suatu masalah, dapat menangani suatu masalah, mengembangkan antusiasme pada pelajaran fisika. Sedangkan kelemahan model GI menurut Trianto (2009:78) adalah : model pembelajaran yang kompleks dan sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif. Kemudian pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran group investigation juga membutuhkan waktu yang lama.

17 Berdasarkan hasil penelitian Dewi (2007:15) dan Sanjaya (2010:1) diketahui model kooperatif tipe GI dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa kelas XI IPA MAN 3 Malang pada topik bahasan Limit Fungsi, dan siswa kelas VIII SMP N 1 SERIRIT dalam proses belajar pada mata pelajaran Fisika. D. Keterampilan Berpikir Kritis Ennis (1989: 4) dan Jonsons (2002:183-185) mendefinisikan keterampilan berpikir kritis sebagai sebuah kemampuan untuk berpendapat yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti: memecahkan masalah, mengambil keputusan, menganalisis asumsi dan melakukan penelitian ilmiah dengan terorganisasi untuk mengevaluasi bukti, asumsi, logika dan bahasa yang mendasari pendapat pribadi dan pendapat orang lain. Berpikir kritis sebagai cara berpikir reflektif yang masuk akal atau berdasarkan nalar yang difokuskan untuk sebuah proses aktif, teratur menentukkan apa yang harus diyakini dan dilakukan serta penuh makna yang kita gunakan untuk memahami dunia. Tujuan dari berpikir kritis adalah untuk mencapai pemahaman yang mendalam. Pemahaman membuat kita mengerti maksud dibalik ide yang mengarahkan hidup kita setiap hari. Beberapa indikator dalam berpikir kritis secara lengkap dipaparkan oleh Ennis (dalam Costa, 1985 : 54) pada tabel 1 berikut:

18 Tabel 1. Keterampilan berpikir kritis dan Indikatornya Keterampilan Berpikir Kritis 1. Memberikan Penjelasan dasar. Sub Keterampilan Berpikir Kritis 1. Memfokuskan pertanyaan 2. Menganalisis argumen 3. Bertanya dan menjawab pertanyaan klarifikasi dan pertanyaan yang menantang Aspek a. Mengidentifikasi atau memformulasikan suatu pertanyaan b. Mengidentifikasi atau memformulasikan kriteria jawaban yang mungkin. c. Menjaga pikiran terhadap situasi yang sedang dihadapi a. Mengidentifikasi kesimpulan. b. Mengidentifikasi alasan yang dinyatakan. c. Mengidentifikasi alasan yang tidak dinyatakan. d. Mencari persamaan dan perbedaan. e. Mengidentifikasi dan menangani ketidakrelevanan. f. Mencari struktur dari sebuah. pendapat/argumen g. Meringkas. a. Mengapa? b. Apa yang menjadi alasan utama? c. Apa yang kamu maksud dengan? d. Apa yang menjadi contoh? e. Apa yang bukan contoh? f. Bagaiamana mengaplikasikan kasus tersebut? g. Apa yang menjadikan perbedaannya? h. Apa faktanya? i. Apakah ini yang kamu katakan? j. Apalagi yang akan kamu

19 2. Membangun Keterampilan dasar 4. Mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak? 5. Mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi 3. Menyimpulkan 6. Mendeduksi dan mempertimbangkan deduksi 7. Menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi 8. Membuat dan mengkaji nilai-nilai hasil pertimbangan katakan tentang itu? a. Keahlian b. Mengurangi konflik interest c. Kesepakatan antar sumber d. Reputasi e. Menggunakan prosedur yang ada f. Mengetahui resiko g. Keterampilan memberikan alasan h. Kebiasaan berhati-hati a. Mengurangi praduga/menyangka b. Mempersingkat waktu antara observasi dengan laporan c. Laporan dilakukan oleh pengamat sendiri d. Mencatat hal-hal yang sangat diperlukan e. Penguatan f. Kemungkinan dalam penguatan g. Kondisi akses yang baik h. Kompeten dalam menggunakan teknologi i. Kepuasan pengamat atas kredibilitas criteria a. Kelas logika b. Mengkondisikan logika c. Menginterpretasikan pernyataan a. Menggeneralisasi b. Berhipotesis a. Latar belakang fakta b. Konsekuensi. c. Mengaplikasikan konsep ( prinsip-prinsip, hukum dan asas) d. Mempertimbangkan alternatif e. Menyeimbangkan, menimbang dan memutuskan 4. Membuat 9. Mendefinisikan Ada 3 dimensi:

20 penjelasan lebih lanjut 5. Strategi dan taktik (Costa, 1985 : 54) istilah dan mempertimbangkan definisi 10. Mengidentifikasi asumsi 11. Memutuskan suatu tindakan 12. Berinteraksi dengan orang lain a. Bentuk : sinonim, klarifikasi, rentang, ekspresi yang sama, operasional, contoh dan noncontoh b. Strategi definisi. c. Konten (isi) a. Alasan yang tidak dinyatakan b. Asumsi yang diperlukan: rekonstruksi argumen a. Mendefisikan masalah. b. Memilih kriteria yang mungkin sebagai solusi permasalahan. c. Merumuskan alternatifalternatif untuk solusi. d. Memutuskan hal-hal yang akan dilakukan. e. Merivew. f. Memonitor implementasi a. Memberi label. b. Strategi logis. c. Srtrategi retorik. d. Mempresentasikan suatu posisi, baik lisan atau tulisan E. Kerangka Pikir Salah satu cabang dari ilmu pengetahuan alam adalah Biologi. Selama ini banyak yang menganggap bahwa Biologi hanya mata pelajaran yang mengandalkan hafalan semata. Padahal, Biologi juga membutuhkan keterampilan lain dalam mendukung pembelajarannya, salah satunya adalah keterampilan bepikir kritis. Keterampilan berpikir kritis siswa pada materi Sistem Gerak Pada Manusiadi SMP N 1 Tumijajar yang muncul hanya mengidentifikasi atau memformulasikan kriteria jawaban yang mungkin, hal

21 ini disebabkan oleh metode ceramah dengan media gambar dan diskusi yang digunakan oleh guru, sehingga siswa tidak aktif dalam proses pembelajaran atau berpusat kepada guru (teacher centered), untuk mengatasi faktor itu guru harus merancang suatu pembelajaran yang berpusat pada siswa yaitu (student centered), model pembelajaran kooperatif tipe GI dengan multimedia interaktif kemungkinan membuat siswa dapat berperan aktif dalam pembelajaran dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa. Multimedia interaktif dianggap tepat untuk memperjelas pemahaman siswa tentang materi Sistem Gerak Pada Manusia karena siswa dapat melihat bagian-bagian dan mekanisme sistem gerak manusia melalui gambar dan animasi pada multimedia tersebut. Melalui model pembelajaran kooperatif tipe GI, diyakini kemampuan berpikir kritis siswa dapat meningkat, karena siswa berperan sebagai subjek belajar dalam proses berpikir secara kritis, logis, sistematis dan analisis yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan untuk menemukan konsep atau prinsip ilmiah. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang menggunakan multimedia interaktif melalui model GI, sedangkan variabel terikatnya adalah keterampilan berpikir kritis siswa. Hubungan antara variabel tersebut digambarkan dalam diagram di bawah ini : X Y Gambar 2. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat Keterangan : X = Variabel bebas : pembelajaran yang menggunakan multimedia interaktif melalui model GI; Y = Variabel terikat yaitu keterampilan berpikir kritis

22 F. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah: 1. H 0 : Penggunaan mutimedia interaktif melalui model kooperatif tipe GI tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keterampilan berpikir kritis siswa kelas VIII SMP N 1 Tumijajar dalam pembelajaran materi pokok Sistem Gerak Pada Manusia. H 1 : Penggunaan mutimedia interaktif melalui model kooperatif GI berpengaruh secara signifikan terhadap keterampilan berpikir kritis siswa kelas VIII SMP N 1 Tumijajar dalam pembelajaran materi pokok Sistem Gerak Pada Manusia.