BAB II KAJIAN TEORETIS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Increasing Literacy in Indonesia (Fasli Jalal dan Nina Sardjunani,

INOVASI PENDIDIKAN Bunga Rampai Kajian Pendidikan Karakter, Literasi, dan Kompetensi Pendidik dalam Menghadapi Abad 21

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) menyebutkan salah satu tujuan Pendidikan

LITERASI INFORMASI DI PERGURUAN TINGGI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Setiap manusia melakukan kegiatan belajar untuk memperoleh

BAB II KAJIAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. informasi secara efektif yang disebut dengan literasi informasi. Literasi informasi

SKRIPSI KEMAMPUAN LITERASI INFORMASI MAHASISWA PADA LAYANAN AMERICAN CORNER

BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN. Kesimpulan dari penelitian mengenai efektivitas penerapan program

Oleh :Yusuf Dzul Ikram Al Hamidy, Heriyanto, S.Sos., MIM *

EVALUASI KEMAMPUAN LITERASI INFORMASI PUSTAKAWAN DI PERPUSTAKAAN PUSAT UNIVERSITAS WARMADEWA

LITERASI INFORMASI: PERSPEKTIF PUSTAKAWAN. Iskandar Pustakawan Madya Unhas

KEMAMPUAN LITERASI INFORMASI PEMUSTAKA DI UPT PERPUSTAKAAN DAERAH JAWA TENGAH

Pengantar Literasi Informasi

KAJIAN PUSTAKA. Konsep Literasi Informasi (LI) dan peranan pentingnya dalam. pembelajaran formal telah menjadi kajian utama, terutama dalam dunia

BUDAYA LITERASI INFORMASI DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM MENULIS KARYA ILMIAH

OPTIMALISASI PENERAPAN LITERASI INFORMASI DI PERPUSTAKAAN SMA NEGERI 1 PADANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIS

Dipresentasikan pada acara Seminar dan workshop nasional: Perpustakaan dan pustakawan inovatif dan kreatif Diselenggarakan oleh Perpustakaan

LITERASI INFORMASI BAG1 GURUIPENGELOLA PERPUSTAM SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. mendeskripsikan ketertarikan peneliti dalam memilih judul Kemampuan Literasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. memenuhi kebutuhan rekreasi bagi pemustaka. Salah satu perpustakaan umum

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh kualitas Sumber Daya

Pendahuluan. Implementasi Program Information Skills di Universitas Indonesia 1. Mohamad Aries 2

LITERASI INFORMASI PUSTAKAWAN DI PERPUSTAKAAN FAKULTAS TEKNIK UGM MENGGUNAKAN PENGEMBANGAN MODEL THE BIG6

Vivit Wardah Rufaidah

Literasi Informasi Perpustakaan LITERASI INFORMASI PERPUSTAKAAN

A. Definisi Digital Literacy

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. inggris perpustakaan dikenal dengan nama library. Library berasal dari bahasa Latin

BAB I PENDAHULUAN. 21, manusia memasuki periode di mana teknologi informasi merambah ke hampir

Sosialisasi Implementasi Gerakan Literasi Sekolah

Perpustakaan Sebagai Literasi Informasi Bagi Pemustaka

BAB I PENDAHULUAN. dewasa ini semakin meningkat.hal ini dapat dilihat dengan adanya peningkatan

Profil Literasi Informasi Pustakawan Indonesia. Arief Wicaksono*

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR

UJIAN AKHIR SEMESTER PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN PENDIDIKAN PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR

MAKALAH PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH DASAR UNTUK KECERDASAN ANAK. Untuk memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester Pengelolaan Perpustakaan Pendidikan

PENERAPAN MANAJEMEN PENGETAHUAN UNTUK MENINGKATKAN KINERJA PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI Anita Nusantari*

Konsep Dasar Literasi Informasi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. miliar giga byte informasi baru di produksi pada tahun 2002 dan 92% dari

EVALUASI TINGKAT KEMAMPUAN LITERASI INFORMASI RELAWAN PKBI

Kemitraan dan kerjasama perpustakaan Perguruan Tinggi Negeri. Asmaul Husna. Abstracts

2015 MENINGKATKAN MINAT BACA MASYARAKAT MELALUI PROGRAM PERPUSERU DALAM PENGELOLAAN TAMAN BACAAN MASYARAKAT BERBASIS INFORMATION TECHNOLOGY

BAB II KAJIAN PUSTAKA. jenis perpustakaan, salah satunya yaitu perpustakaan umum.

Komparasi Literasi Oleh: Mustofa Kamil

INOVASI PERPUSTAKAAN BERBASIS TEKNOLOGI UNTUK LAYANAN INFORMASI, PENELITIAN DAN REKREASI DI STMIK AKAKOM YOGYAKARTA

PEMANTAPAN JARINGAN PEMBINAAN PERPUSTAKAAN NASIONAL TERHADAP PERPUSTAKAAN DI LINGKUNGAN SEKOLAH: Pembudayaan Literasi Informasi di Kalangan Siswa

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan pola kehidupan masyarakat, kebutuhan, pengetahuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Di sekolah dasar, Ilmu Pengetahuan Alam atau sains merupakan salah satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ataupun gudang penyimpanan buku yang hanya berfungsi untuk menampung. buku-buku tanpa dimanfaatkan semaksimal mungkin.

BAB II TINJAUAN LITERATUR. Menurut ALA Glossary of Library and Information Science (1983, 43), yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 104 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN LITERASI DI KABUPATEN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. pada masa sekarang ini menyebabkan perkembangan informasi semakin pesat

Seminar Pendidikan Matematika

BAB III LANDASAN TEORI. penemuan yang didukung oleh data dan argumentasi. Landasan teori digunakan

EVALUASI LAYANAN REFERENSI DI BADAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Raden Indra Firmansyah, 2013

PROTOTYPE OF WEB BASED INFORMATION LITERACY TO ENHANCE STUDENT INFORMATION LITERACY SKILL IN STATE ISLAMIC HIGH SCHOOL INSAN CENDEKIA

PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN SARI KARANGAN ILMIAH

Tulisan ini bersumber dari : WikiPedia dan penulis mencoba menambahkan

2016 IMPLENTASI PROGRAM EDU-TOURISM DI PERPUSTAKAAN

EFEKTIVITAS PENERAPAN PROGRAM LITERASI INFORMASI DI PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

URGENSI LITERASI INFORMASI DALAM KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI DI PERGURUAN TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan berbahasa meliputi empat aspek yaitu menyimak, berbicara,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan informasi kepada pengguna yang mempunyai minat serta

REV 20 FEBRUARI 2015 RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENELITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

KUESIONER PENELITIAN TINGKAT LITERASI INFORMASI MAHASISWA PROGRAM STUDI PSIKOLOGI UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN

Perpustakaan perguruan tinggi

BAB I PENGENALAN TEKNOLOGI INFORMASI

GERAKAN LITERASI SEKOLAH

BAB I. PENDAHULUAN BAB. II PANDUAN CRITICAL BOOK REVIEW / REPORT

Urgensi Literasi Informasi dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi di Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Andi Wijaya, 2014 Pemanfaatan Internet Pada Perpustakaan Daerah Kabupaten Karawang

Disyaratkan menggunakan teknologi telekomunikasi dan computer

I. PENDAHULUAN. beberapa ciri yang perlu diketahui oleh masyarakat diantaranya adalah tersedianya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perpustakaan umum kabupaten/kota

PEMBERDAYAAN KOLEKSI HASIL PENELITIAN DI PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI. Oleh : IKHWAN, S.Sos., MM. (Pustakawan Madya/IV/A)

BAB II KAJIAN TEORITIS

UPAYA MENINGKATKAN MINAT BACA DI SEKOLAH

01 Berkomunikasi di Tempat Kerja

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Interior

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan sifat dan golongan, Perpustakaan secara umum terbagi menjadi dua

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA TINGKAT KUNJUNGAN DI PERPUSTAKAAN DINAS PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KOTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Perpustakaan umum kabupaten/kota

Assalaamu alaikum Warahmatullaahi Wabarakatuh. Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

penelitian Langkah Strategis menulis proposal

EVALUASI KEMAMPUAN LITERASI INFORMASI PEMUSTAKA PERPUSTAKAAN STAIN CURUP MENGGUNAKAN STANDAR YANG DIKEMBANGKAN ACRL. Abstract

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1. Perpustakaan Umum 2.1.1. Pengertian Perpustakaan Umum Perpustakaan merupakan hal yang penting dalam setiap program pendidikan, penelitian dan penelitian. Perpustakaan umum merupakan perpustakaan yang diselenggarakan oleh dana umum dengan tujuan melayani umum. Dalam Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Umum (1992: 5) dinyatakan bahwa: Perpustakaan umum adalah perpustakaan yang diselenggarakan di pemukiman penduduk (kota atau desa) diperuntukkan bagi semua lapisan dan golongan masyarakat penduduk pemukiman tersebut untuk melayani kebutuhannya akan informasi dan bahan bacaan. Sedangkan menurut Samosir (2004: 7) menyatakan bahwa: Perpustakaan umum merupakan perpustakaan yang bertugas mengumpulkan, menyimpan, mengatur dan meyajikan bahan pustakanya untuk masyarakat umum. Perpustakaan umum diselenggarakan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat umum tanpa memandang latar belakang pendidikan, agama, adat-istiadat, umur, jenis kelamin dan lain sebagainya, maka koleksi perpustakaan umum juga beraneka ragam bidang pokok masalah sesuai dengan kebutuhan informasi dari pemakainya. Dari kedua definisi di atas dapat dikemukakan bahwa perpustakaan umum adalah perpustakaan yang didirikan di pemukiman penduduk, diselenggarakan oleh pemerintah daerah dan diperuntukkan bagi semua lapisan dan golongan penduduk suatu wilayah untuk memenuhi kebutuhan informasi mereka. Sulistyo-Basuki (1994: 35) menyatakan bahwa: Perpustakaan umum ialah perpustakaan yang dibiayai dari dana umum, baik sebagian maupun seluruhnya, terbuka untuk masyarakat umum tanpa membeda-bedakan usia, jenis kelamin, kepercayaan, agama, ras, pekerjaan, keturunan serta memberikan layanan cuma-cuma untuk umum.

Sutarno (2006: 43) menyatakan bahwa: Perpustakaan umum merupakan satu-satunya jenis Perpustakaan yang masih dapat dibedakan menjadi beberapa jenis. Perpustakaanperpustakaan yang termasuk di dalam kategori Perpustakaan Umum adalah: Perpustakaan Umum Kabupaten/ Kota, Perpustakaan tingkat Kecamatan, Perpustakaan Umum Desa / Kelurahan, Perpustakaan Cabang, Taman Bacaan Rakyat/ Taman Bacaan Masyarakat, dan Perpustakaan Keliling yang mana merupakan perpustakaan yang memberikan layanan dengan cara mengunjungi tempat tinggal atau tempat kegiatan masyarakat dengan jadwal tertentu. Dari beberapa pendapat di atas dapat dikemukakan bahwa perpustakaan umum adalah perpustakaan yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah setempat, yang berada di daerah pemukiman penduduk, untuk melayani kebutuhan informasi masyarakat dari berbagai golongan tanpa membedakan agama, ras, status sosial ekonomi, usia dan gender. 2.1.2. Tujuan Perpustakaan Umum Setiap organisasi didirikan karena memiliki tujuan tertentu, begitu pula dengan perpustakaan. Seperti yang dinyatakan oleh UNESCO yang dikutip oleh Sulistyo Basuki, 1993: 46) dalam manifesto perpustakaan umum menyatakan bahwa ada 4 tujuan utama perpustakaan umum, yaitu: 1. Memberikan kesempatan bagi umum untuk membaca bahan pustaka yang dapat membantu meningkatkan mereka ke arah kehidupan yang lebih baik. 2. Menyediakan sumber informasi yang cepat, tepat dan murah bagi masyarakat, terutama informasi mengenai topik yang berguna bagi mereka dan yang hangat dalam kalangan masyarakat. 3. Membantu warga mengembangkan kemampuan yang dimilikinya sehingga yang bersangkutan akan bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya, sejauh kemampuan tersebut dapat dikembangkan dengan bantuan bahan pustaka. 4. Bertindak selaku agen kultural, artinya perpustakaan umum merupakan pusat utama kehidupan budaya bagi masyarakat sekitarnya. Dalam Panduan Penyelenggaraan Perpustakaan Umum (1992: 6), tujuan perpustakaan umum dibagi menjadi 3 jenis, yaitu: 1. Tujuan Umum Tujuan umum perpustakaan umum adalah membina dan mengembangkan kebiasaan membaca dan belajar sebagai suatu proses yang berkesinambungan seumur hidup serta kesegaran jasmani dan

rohani masyrakat yang berada dalam jangakauan layanannya, sehingga terkembang daya kreasi dan inovasi bagi peningkatan martabat dan produktivitas setiap warga masyarakat secara menyeluruh dalam menunjang pembangunan nasional. 2. Tujuan Fungsional Tujuan fungsional atau tujuan khusus perpustakaan umum adalah : a. Mengembangkan minat dan kemampuan dan kebiasaan membaca khususnya, serta mendayagunakan budaya tulisan segala sektor kehidupan. b. Mengembangkan kemampuan mencari, mengolah serta memanfaatkan informasi. c. Mendidik masyarakat pada umumnya agar dapat memelihara dan memanfaatkan bahan pustaka secara tepat guna dan berhasil guna. d. Meletakkan dasar-dasar kearah belajar mandiri. e. Memupuk minat dan bakat masyarakat. f. Menambah apresiasi terhadap pengalaman imajinatif. g. Mengembangkan kemampuan masyarakat untuk memecahkan masalah yang dihadapai dalam kehidupan atas tanggung jawab dan usaha sendiri dengan mengembangkan kemampuan membaca masyarakat. h. Berpartisipasi aktif dalam menunjang pembangunan nasional dengan menyediakan bahan pustaka yang dibutuhkan dalam pembangunan sesuai kebutuhan lapisan masyarakat. 3. Tujuan Operasional Tujuan operasional perpustakaan umum merupakan pernyataan formal yang terperinci tentang sasaran yang harus dicapai serta cara mencapainya, sehingga tujuan tersebut dapat dimonitor, diukur dan dievaluasi keberhasilannya. Sedangkan menurut Yusuf (1996 : 18) tujuan perpustakaan umum yaitu : 1. Mengembangkan minat baca serta mendayagunakan semua bahan pustaka yang tersedia di Perpustakaan Umum. 2. Mengembangkan kemampuan mencari, mengolah dan memanfaatkan informasi yang tersedia di Perpustakaan Umum. 3. Mendidik masyarakat agar dapat menggunakan informasi yang tersedia di Perpustakaan Umum. 4. Meletakkan dasar-dasar kearah belajar mandiri 5. Memupuk minat baca dan menumbuhkan daya apresiasi dan imajinasi masyarakat. 6. Mengembangkan kemampuan masyarakat untuk memecahkan masalah, tanggung jawab dan berpartisipasi aktif dalam pembangunan nasional. Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa perpustakaan umum bertujuan untuk menyediakan sumber informasi yang cepat, murah, dan tepat. Perpustakaan umum terbuka bagi masyarakat dengan memberikan kesempatan

bagi masyarakat untuk memperoleh informasi yang mereka butuhkan dengan tujuan untuk mengembangkan kemampuan mencari, mengolah dan memanfaatkan informasi yang tersedia di perpustakaan umum sehingga yang bersangkutan dapat bermanfaat bagi masyarakat sekitar. 2.1.3. Fungsi Perpustakaan Umum Untuk mencapai tujuan di atas, perpustakaan umum harus dapat melaksanakan fungsinya. Samosir (2004: 8) menyatakan bahwa fungsi perpustakaan umum adalah : 1. Pusat informasi: menyebarluaskan informasi kepada masyarakat selaku pemakai 2. Preservasi kebudayaan: menyimpan dan menyediakan tulisan-tulisan tentang kebudayaan masa lampau, kini dan sebagai pengembang kebudayaan yang masuk di masa yang akan dating 3. Pendidikan: mengembangkan dan menunjang pendidikan non formal di luar sekolah dan universitas sebagai pusat kebutuhan penelitian 4. Rekreasi: dengan bahan-bahan yang bersifat hiburan perpustakaan umum dapat digunakan oleh masyarakat pemakai untuk mengisi waktu luang 5. dan lain-lain. Menurut Siregar (2004: 76) fungsi perpustakaan umum adalah: Untuk membantu orang (terutama orang-orang muda dan anak-anak) menjadi melek informasi, memberitahu mereka bagaimana menelusur informasi, mengembangkan kebiasaan membaca, membantu orang dewasa untuk belajar seumur hidup dan belajar kembali untuk perubahan karir, berperan dalam memelihara dan mempromosikan kebudayaan. Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa fungsi perpustakaan umum adalah untuk menyebarluaskan informasi sehingga membantu orang menjadi melek informasi. Perpustakaan umum memiliki fungsi dalam menyediakan bahan informasi yang bersifat edukatif, informatif dan rekreatif. Perpustakaan juga menyediakan jasa layanan untuk mendukung penelitian yang dilakukan masyrakat.

2.2. Literasi Informasi 2.2.1. Pengertian Literasi Informasi Istilah literasi informasi pertama kali diperkenalkan oleh Paul Zurkowski, President of Information Industry Association ketika ia mengajukan proposalnya yang ditujukan kepada kepada The National Commission on Libraries and Information Science (NCLIS), Amerika Serikat pada 1974. Menurut Work Group On Information Literacy dari California State University (2002) seperti dikutip dalam Hasugian (2009: 201-202), mendefinisikan bahwa literasi informasi sebagai kemampuan untuk menemukan, mengevaluasi dan menggunakan informasi dalam berbagai format. Untuk dapat melakukannya maka pencari informasi harus mampu menunjukkan sejumlah keahlian dalam suatu proses yang terpadu, yaitu: 1. Menyatakan pernyataan, permasalahan, atau isu penelitian. 2. Menentukan informasi yang dibutuhkan untuk pertanyaan, permasalahan, atau isu penelitian. 3. Mengetahui tempat/letak dan menemukan informasi yang relevan. 4. Mengorganisasikan informasi. 5. Menganalisa dan mengevaluasi informasi. 6. Mensintesa informasi. 7. Mengkomunikasikan dengan menggunakan berbagai jenis teknologi informasi. 8. Menggunakan perangkat teknologi untuk memperoleh informasi. 9. Memahami etika, hukum, dan isu-isu sosial politik yang terkait dengan informasi dan teknologi informasi. 10. Menggunakan, mengevaluasi, dan bersifat kritis terhadap informasi yang diterima dari media massa. 11. Menghargai bahwa keahlian yang diperoleh dari kompetensi informasi memungkinkan untuk belajar seumur hidup. Tidak jauh berbeda dengan pengertian dalam laporan penelitian ALA (1989) yang menyatakan bahwa information literacy is a set of abilities requiring individuals to recognize when information is needed and have the ability to locate, evaluate, and use effectivelly the needeed information. Chartered Institute of Library and Information Professionals (CILIP) menyatakan literasi informasi sebagai Information literacy is knowing when and why you need information, where to find it, and how to evaluate, use and communicate it in an ethical manner (CILIP, 2008).

Pengertian yang sama juga diberikan oleh Asosiasi Pekerja Informasi Sekolah Indonesia (APISI, 2007) yaitu literasi adalah: Seperangkat keterampilan untuk mendapatkan jalan keluar dari suatu masalah yang ada. Keterampilan ini mencakup keterampilan mengidentifikasi masalah, mencari informasi, menyortir, menyusun, memanfaatkan, mengomunikasikan dan mengevaluasi hasil jawaban dari pertanyaan atau masalah yang dihadapi. Berdasarkan beberapa pengertian yang diuraikan di atas, maka dapat dikemukakan bahwa literasi informasi adalah kemampuan atau keterampilan yang dimiliki seseorang dalam mencari, menemukan, menganalisis, mengevaluasi, mengkomunikasikan informasi yang akan memudahkan orang tersebut dalam mencari jawaban dari masalah atau pertanyaan yang dihadapinya. 2.2.2. Tujuan Literasi Informasi UNESCO (2007) menyatakan bahwa literasi informasi memampukan seseorang untuk menafsirkan informasi sebagai pengguna informasi dan menjadi penghasil informasi bagi dirinya sendiri. UNESCO juga menyatakan bahwa tujuan literasi informasi adalah: 1. Memampukan seseorang agar mampu mengakses dan memperoleh informasi mengenai kesehatan, lingkungan, pendidikan, pekerjaan mereka dan lain-lain. 2. Memandu mereka dalam membuat keputusan yang kritikal mengenai kehidupan mereka. 3. Lebih bertanggung jawab terhadap kesehatan dan pendidikan mereka. Setelah menguasai keterampilan literasi informasi individu akan dapat: 1. Menentukan batas informasi yang di perlukan. 2. Mengakses informasi yang diperlukan dengan efektif dan efisien. 3. Mengevaluasi informasi dan sumber-sumbernya dengan kritis. 4. Memadukan sejumlah informasi yang terpilih menjadi dasar pengetahuan seseorang. 5. Menggunakan informasi dengan efektif untuk mencapai tujuan tertentu. 6. Mengerti masalah ekonomi, hukum, dan sosial sehubungan dengan penggunaan informasi, serta mengakses dan menggunakan informasi secara etis dan legal (ACRL, 2000). Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa tujuan literasi informasi adalah memampukan seseorang agar ampu mengakses, menentukan

batas informasi, mengevaluasi informasi, memadukan informasi, dan menggunakan informasi secara efektif, etis, dan legal. 2.2.3. Manfaat Literasi Informasi Dengan memiliki literasi informasi, kita akan memiliki kemudahan dalam melakukan berbagai hal yang berhubungan dengan kebutuhan informasi. Menurut Hancock (2004) manfaat literasi informasi adalah: 1. Untuk pelajar Pelajar dan guru akan dapat menguasai pelajaran mereka dalam proses belajar mengajar dan siswa tidak akan tergantung kepada guru karena dapat belajar secara mandiri dengan kemampuan literasi informasi yang dimiliki. Hal ini dapat dilihat dari penampilan dan kegiatan mereka di lingkungan belajar. Mahasiswa yang literat juga akan berusaha belajar mengenai berbagai sumber daya informasi dan cara penggunaan sumber-sumber informasi. 2. Untuk masyarakat Literasi informasi bagi masyarakat sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari mereka dan dalam lingkungan pekerjaan. Mereka mengidentifikasi informasi yang paling berguna saat membuat keputusan misalnya saat mencari bisnis atau mengelola bisnis dan berbagi informasi dengan orang lain. 3. Untuk pekerja Kemampuan dalam menghitung dan membaca belum cukup dalam dunia pekerjaan, karena pada saat ini terjadi ledakan informasi sehingga pekerja harus mampu menyortir dan mengevaluasi informasi yang diperoleh. Bagi pekerja, dengan memiliki literasi informasi akan mendukung dalam melaksanakan pekerjaan, memecahkan berbagai masalah terhadap pekerjaan yang dihadapi dan dalam membuat kebijakan. Sedangkan Gunawan et al. (2008: 2-3) menyatakan bahwa manfaat dari literasi informasi adalah agar seseorang dapat hidup sukses dalam masyarakat informasi, dan mendukung kita dalam persaingan di era globalisasi. Berdasarkan pendapat yang diuraikan di atas maka dapat dikatakan bahwa literasi informasi bermanfaat di era globalisasi informasi bagi semua orang baik pelajar, pekerja, dan dalam lingkungan masyarakat. Literasi informasi yang dimiliki setiap orang akan dapat memudahkan orang tersebut dalam pengambilan keputusan ketika menghadapi berbagai masalah maupun ketika membuat suatu kebijakan.

2.2.4 Komponen Literasi Informasi Ada beberapa literasi yang dapat mendukung literasi informasi, yaitu: 1. Literasi Perpustakaan (library literacy). Literasi perpustakaan membantu seseorang menjadi pengguna mandiri perpustakaan dan mampu untuk menetapkan, menempatkan, mengambil dan menemukan kembali informasi dari perpustakaan. 2. Literasi Visual (visual literacy), diartikan sebagai kemampuan untuk memahami dan menggunakan gambar, termasuk kemampuan untuk berfikir, belajar dan menjelaskan istilah yang digambarkan. 3. Literasi Media (media literacy), didefenisikan sebagai kemampuan untuk memperoleh, menganalisis dan menghasilkan informasi untuk hasil yang spesifik. 4. Literasi Komputer (computer literacy), secara umum diartikan akrab dengan perangkat komputer dan mampu menciptakan dan memanipulasi dokumen, serta akrab dengan email dan internet. 5. Literasi Jaringan (network literacy) adalah kemampuan untuk menentukan lokasi akses dan menggunakan informasi dalam lingkungan jaringan pada tingkat nasional, regional dan internasional. (Bhandary: 2003). Komponen literasi informasi yang telah dijelaskan di atas merupakan bentuk-bentuk literasi yang mendukung tercapainya tujuan dari literasi informasi itu sendiri. Kelima komponen tersebut sangat dibutuhkan dan akhirnya akan saling mendukung untuk tercapainya literasi informasi. 2.2.5. Kriteria Literasi Informasi Literasi informasi merupakan kemampuan yang sangat diperlukan dalam memenuhi kebutuhan seseorang. Dalam memenuhi kebutuhan tersebut terdapat beberapa kriteria dalam literasi informasi. Menurut Shapiro seperti dikutip dalam Pendit (2007) dinyatakan bahwa terdapat 7 (tujuh) keterampilan yang dibutuhkan dalam era digital yaitu: a. Tool literacy: kemampuan memahami dan menggunakan teknologi informasi secara konseptual dan praktikal, termasuk di dalamnya kemampuan menggunakan perangkat lunak, keras, multimedia yang relevan dengan bidang kerja atau studi. b. Resources literacy: kemampuan memahami bentuk, format, lokasi, dan cara mendapatkan sumber daya informasi terutama jaringan informasi yang terus berkembang. c. Social structural literacy: pemahaman tentang bagaimana informasi dihasilkan oleh berbagai pihak di dalam sebuah masyarakat.

d. Research literacy: yaitu kemampuan menggunakan peralatan berbasis teknologi informasi sebagai alat riset. e. Publishing literacy: kemampuan untuk menyusun dan menerbitkan publikasi dan ide ilmiah ke kalangan masyarakat dengan memanfaatkan komputer dan internet. f. Emerging technology literacy: kemampuan yang memungkinkan seseorang untuk terus menerus menyesuaikan diri dan mengikuti perkembangan tekhnologi dan bersama-sama dengan komunitasnya ikut menentukan arah pemanfaatan tekhnologi informasi untuk kepentingan pengembangan ilmu. g. Critical literacy: kemampuan melakukan evaluasi secara kritis terhadap untung rugi menggunakan teknologi telematika dalam kegiatan ilmiah. Menurut Breivik seperti dikutip dalam Khulthau (1987) menyatakan bahwa kriteria litarasi informasi adalah sebagai berikut: a. Skill and knowledge (kemampuan dan pengetahuan) Literasi informasi dimulai dengan sebuah pengetahuan mengenai sumber informasi dan peralatan dalam memperoleh informasi misal indeks untuk mengakses informasi. Kemampuan dibutuhkan untuk menentukan strategi dan teknik apa yang digunakan dalam mengakses informasi ketika informasi dibutuhkan. b. Attitudes (Sikap) Karakteristik yang kedua adalah sikap. Sikap ini meliputi ketekunan, perhatian secara detail dan keragu-raguan (misalnya penyebab menerima informasi yang diperoleh). c. Time and labor intensive (waktu dan intensitas penggunaan) Salah satu karakteristik yang paling penting adalah waktu dan penggunaan informasi. Kegunaan dari kemampuan ini adalah untuk mengetahui apakah informasi digunakan secara efektif atau tidak. d. Need driven (pengendali kebutuhan) Maksudnya adalah bagaimana seseorang mengidentifikasi informasi yang akan dicari dan bagaimana memecahkan masalah dalam pencarian dan penggunaan informasi. e. Computer literacy (literasi komputer) Karakteristik yang dibutuhkan dalam mendukung kemampuan literasi yaitu bagaimana menggunakan teknologi komputer dalam mencari informasi. Berdasarkan dua pendapat di atas dapat dikatakan bahwa apabila kriteria tersebut dapat terpenuhi oleh seseorang maupun suatu negara maka tingkat keterpakaian terhadap informasi akan tinggi dan tidak ada lagi yang buta terhadap informasi. Namun untuk memenuhi kriteria tersebut diperlukannya bantuan

seperti pustakawan. Oleh karena itu pustakawan juga harus mengerti kriteria tersebut dan menguasai literasi informasi. 2.2.6. Model Literasi Informasi Terdapat banyak model literasi informasi yang digunakan untuk mengetahui dan mengukur literasi informasi seseorang, tetapi yang sering digunakan adalah The Big6, Empowering 8 dan Seven Pillars. Model-model literasi informasi tersebut adalah: 1. The Big 6 (An Information Problem-Solving Process) Model literasi ini dikembangkan oleh dua pakar bernama Robert E. Berkowitz dan Michael B. Eisenberg pada tahun 1987. Berkowitz dan Eisenberg menamai model literasi informasi ini dengan the Big 6. Model literasi ini telah banyak digunakan di seluruh dunia antara lain Amerika Serikat, Italia, Belanda, Afrika Selatan, Taiwan, Selandia Baru dan Indonesia. Model The Big 6 terdiri dari 6 tahap pemecah masalah, pada masingmasing tahap dikelompokkan dua sub langkah atau komponen (lihat Tabel 1). Tabel 2.1 Komponen Big6 No. Kemampuan Indikator 1. Definisi Tugas a. Definisikan masalah informasi yang dihadapi b. Identifikasi informasi yang diperlukan 2. Strategi Mencari a. Menentukan semua sumber yang mungkin Informasi b. Memilih sumber terbaik 3. Lokasi dan Akses a. Tentukan lokasi sumber secara intelektual maupun fisik b. Menemukan informasi dalam sumber 4. Menggunakan a. Hadapi sentuhan (misalnya membaca, Informasi mendengar, memandang, menyentuh) b. Ekstrak informasi yang relevan 5. Sintesis a. Mengorganisir dari banyak sumber b. Sajikan informasi 6. Evaluasi a. Nilai produk yang dihasilkan dari segi efektivitas b. Nilai proses dari segi efisiensi Sumber: www.big6.com Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa model literasi the big 6 memiliki 6 keterampilan yaitu mendefinisikan masalah; strategi pencarian informasi yang mencakup menentukan dan memilih sumber informasi yang terbaik; menentukan lokasi akses untuk menemukan sumber informasi yang tepat;

memanfaatkan informasi dengan cara membaca, mendengar, meraba; mensintesis informasi yang dapat dilakukan dengan cara menggorganisasi dan menyajikan informasi tersebut dan kemudian mengevaluasi informasi yaitu dalam mengevaluasi hasil dari segi efektivitas dan efisiensinya. Model the big 6 ini sangat bagus digunakan dalam memecahkan masalah, pelaksanaan tugas dan pengambilan keputusan. 2. Seven Pillars Seven Pillars model dibuat oleh SCONUL (Society of College, National and University Libraries) dan pertama kali diterbitkan pada tahun 1999. Model ini mengkombinasikan ide mengenai kemampuan yang meliputi mengklarifikasi dan mengilustrasikan hubungan antara keterampilan informasi dan keahlian TI, serta gagasan tentang kemajuan. Model Seven Pillars dibuat berdasarkan tingkatan yang dimulai dari keterampilan dasar sampai ke tingkat yang lebih tinggi dalam memahami hingga memanfaatkan informasi tersebut, katakanlah dari novice (pemula) hingga expert (ahli). (lihat Tabel 3.2). Model Seven Pillar terdiri dari 2 himpunan keterampilan yaitu: 1. Mengetahui bagaimana menentukan lokasi informasi serta mengaksesnya. 2. Mengetahui bagaimana memahami serta menggunakan informasi Tabel 3.2 Komponen Seven Pillars Kemampuan Pilar Indikator Mengetahui bagaimana menemukan informasi serta cara Pilar 1 mengaksesnya keduanya Pilar 2 Pilar 3 Merekognisi kebutuhan informasi, mengetahui apa yang telah diketahui, mengetahui apa yang tidak diketahui dan mengidentifikasi kesenjangan diantara Membedakan cara mengatasi kesenjangan, mengetahui sumber informasi mana yang paling besar peluangnya dalam memuaskan kebutuhan informasi Membangun strategi untuk menenemukan informasi. Contoh: Bagaimana mengembangkan dan memperbaiki strategi penelusuran efektif

Kemampuan Pilar Indikator Pilar 4 Menemukan dan mengakses informasi, mengetahui bagaimana mengakses sumber informasi dan memeriksa alat untuk akses dan temu balik informasi Mengetahui bagaimana memahami serta menggunakan informasi Pilar 5 Pilar 6 Pilar 7 Membandingkan dan mengevaluasi, mengetahui bagaimana mengakses relevansi dan kualitas informasi yang ditemukan Mengorganisasi, menerapkan dan mengkomunikasikan, mengetahui bagaimana merangkaikan informasi baru dengan informasi lama, mengambil tindakan atau membuat keputusan dan akhirnya bagaimana berbagi hasil temuan informasi tersebut dengan orang lain Sintesis dan menciptakan, mengetahui Bagaimana mengasimilasikan informasi dari berbagai jenis sumber untuk keperluan menciptakan pengetahuan baru. Model Seven Pillars menjelaskan seperangkat keterampilan dan pemahaman seseorang dengan membaginya ke dalam tujuh pilar yang menggambarkan kemampuan seseorang tersebut dalam menghadapi informasi. Ketujuh pilar tersebut adalah identify (mengidentifikasi), scope (ruang lingkup), plan (rencana), gather (mengumpulkan), evaluate (evaluasi), manage (mengelola), dan present (menyajikan). Uraian di atas dapat terlihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.1. Lanskap Literasi Informasi 3. Empeworing Eight Empowering 8 adalah model literasi informasi yang dihasilkan dari dua workshop. Model ini menggunakan pendekatan pemecahan masalah berupa resource-based learning yaitu suatu kemampuan untuk belajar berdasarkan sumber datanya. Menurut model ini, literasi informasi terdiri dari kemampuan untuk: 1. Mengidentifikasi topik/subjek, sasaran audiens, format yang relevan, jenis-jenis sumber 2. Mengeksplorasi sumber dan informasi yang sesuai dengan topic 3. Menyeleksi dan merekam informasi yang relevan, dan mengumpulkan kutipan-kutipan yang sesuai 4. Mengorganisasi, mengevaluasi dan menyusun informasi menurut susunan yang logis, membedakan antara fakta dan pendapat, dan menggunakan alat bantu visual untuk membandingkan dan mengkontraskan informasi 5. Menciptakan informasi dengan menggunakan kata-kata sendiri, mengedit, dan membuat daftar pustaka ataupun menghasilkan karya baru 6. Mempresentasi, menyebarkan atau menyampaikan informasi yang dihasilkan 7. Menilai output, berdasarkan masukan dari orang lain 8. Menerapkan masukan penilaian, pengalaman yang diperoleh untuk kegiatan yang akan datang, dan menggunakan pengetahuan baru yang diperoleh untuk pelbagai situasi. (Gunawan et al., 2008: 5-6)

Walaupun dibuat oleh 10 negara tetapi pemegang hak cipta dari Empowering 8 adalah National Institute of Library and Information Sciences (NILIS) Universitas Colombo, Sri Lanka. Model ini boleh digunakan untuk pendidikan dan kepentingan non profit. Tabel 2.3 Komponen E8 No. Kemampuan Indikator 1. Identifikasi - Mendefinisikan topik atau subjek - Menentukan dan memahami sasaran penyajian - Memilih format yang relevan untuk produk akhir - Mengidentifikasi kata kunci - Merencanakan strategi penelusuran - Mengidentifikasi berbagai jenis sumber informasi dimana dapat ditemukan 2. Eksplorasi - Menentukan lokasi sumber yang sesuai dengan topik - Menemukan informasi yang sesuai dengan topik melakukan wawancara, kunjungan lapangan 3. Memilih - Memilih informasi yang relevan - Menentukan sumber mana saja yang terlalu mudah, sukar atau sesuai - Mencatat informasi yang relevan dengan cara membuat catatan atau membuat pengorganisasian visual seperti chart, grafik, bagan, ringkasan. - Mengidentifikasi tahap-tahap dalam proses mengumpulkan sitiran yang sesuai 4. Mengorganisir - Memilah informasi dengan membedakan fakta, pendapat dan hayalan - Mengecek ada atau tidaknya bias dalam sumber - Mengatur informasi yang diperoleh dalam urutan yang logis - Menggunakan pengorganisasian visual - Membandingkan atau membuat kontras informasi yang diperoleh 5. Menciptakan - Menyusun informasi sesuai dengan pendapat dalam cara yang bermakna - Merevisi dan menyunting sendiri atau bersama pembimbing finalisasi format bibliographi 6. Menyajikan - Mempraktekkan aktivitas penyajian - Berbagi informasi dengan orang atau pihak yang sesuai - Memaparkan informasi dalam format yang tepat sesuai dengan hadirin - Menyusuan dan menggunakan peralatan yang sesuai

No. Kemampuan Indikator 7. Mengakses - Menerima masukan dari orang lain - Merefleksikan seberapa jauh keberhasilan - Menentukan apakah membutuhkan keterampilan baru 8. Menerapkan - Menggunakan informasi - Menggunakan masukan untuk keperluan pembelajaran/aktivitas berikutnya Sumber: Annual National Conference on Library & Information Science organized by the Sri Lanka Library Association 29 Juni 2005 Berdasarkan pendapat yang diuraikan di atas diketahui bahwa model Empeworing 8 terdiri dari delapan tahapan yaitu mengidentifikasi masalah yang meliputi identifikasi topik, audien, format informasi, kata kunci, strategi penelusuran dan sumber sumber informasi; eksplorasi meliputi kegiatan dalam memilih dan menemukan sumber informasi yang sesuai dengan topik yang dapat dilakukan dengan interview; memilih informasi yang relevan; mengorganisir informasi meliputi menyusun informasi secara logis; menciptakan informasi yang dapat dilakukan dengan menciptakan informasi sendiri, merevisi dan membuat daftar bibliografi; menyajikan yaitu menyebarkan informasi yang diperoleh kepada peserta; menaksir yaitu menerima masukan dari orang lain dan menentukan apa yang terbaik dimasa yang akan datang; terakhir menerapkan yaitu menerapkan informasi tersebut dalam berbagai situasi misal pendidikan, pekerjaan, dan lain-lain. Model The Big6, Emporering 8 dan Seven Pillars mempunyai persamaan, bahwa model literasi informasi adalah mengidentifikasi topik, strategi pencarian informasi, menemukan dan akses informasi, mengorganisasikan informasi dan mengevaluasi informasi. Sedangkan perbedaannya terletak pada kemampuan menciptakan informasi, dan menilai informasi. Tujuan penelitian ini adalah adalah untuk mengetahui literasi informasi pengguna kelompok mahasiswa pada Perpustakaan Umum BPAD Sumatera Utara dengan Model Seven Pillars.

2.2.7 Standar Literasi Informasi Standar ini dikaji oleh Komite Standar ACRL dan disetujui oleh Dewan Direksi Association of College and Research Libraries (ACRL) pada 18 Januari 2000. ACRL mengeluarkan lima standar literasi informasi dalam dunia perguruan tinggi dan kelima standar tersebut memiliki 20 indikator. Standar literasi ini berisi daftar kemampuan yang digunakan untuk mengukur kemampuan seseorang dalam memahami informasi. Dalam standar ini terdapat cara bagaimana mahasiswa dapat berinteraksi dengan informasi. Standar ini juga digunakan oleh fakultas, pustakawan dan staff lainnya dalam mengembangkan metode untuk mengukur pembelajaran mahasiswa sesuai dengan misi institusi tersebut. Standar ACRL (2000) tersebut yaitu: 1. Mahasiswa yang literat informasi mampu menentukan jenis dan sifat informasi yang dibutuhkan. a. Mahasiswa mendefinisikan dan menyampaikan kebutuhan informasinya. b. Mahasiswa mengidentifikasi berbagai jenis dan bentuk sumber informasi yang potensial. c. Mahasiswa mempertimbangkan biaya dan keuntungan yang diperoleh dari informasi yang dibutuhkan. d. Mahasiswa mengevaluasi kembali sifat dan batasan informasi yang dibutuhkan. 2. Mahasiswa yang literat informasi mengakses kebutuhan informasi secara efektif dan efisien. a. Mahasiswa memilih metode penelitian dan sistem temu kembali informasi yang paling tepat untuk mengakses informasi yang dibutuhkan. b. Mahasiswa membangun dan menerapkan strategi penelusuran yang efektif. c. Mahasiswa melakukan sistem temu kembali secara online atau pribadi dengan menggunakan berbagai metode. d. Mahasiswa memperbaiki strategi penelusuran jika diperlukan. e. Mahasiswa mengutip, mencatat dan mengolah informasi dan sumber-sumbernya. 3. Mahasiswa yang literat mengevaluasi informasi dan sumber-sumber secara kritis dan menjadikan informasi yang dipilih sebagai dasar pengetahuan. a. Meringkas ide utama yang dikutip dari informasi yang dikumpulkan. b. Mahasiswa menentukan dan menerapkan kriteria awal untuk mengevaluasi informasi dan sumber-sumbernya.

c. Mahasiswa mampu mensintesis ide utama untuk membangun konsep baru. d. Mahasiswa membandingkan pengetahuan baru dengan pengetahuan lama untuk menentukan nilah tambah, kontradiksi, atau karakteristik informasi unik lainnya dari informasi. e. Mahasiswa menentukan apakah pengetahuan baru memberi dampak terhadap sistem nilai individu dan mengambil langkahlangkah untuk menyatukan perbedaan. f. Mahasiswa menentukan bila query perlu direvisi. 4. Mahasiswa yang literat menggunakan dan mengkomunikasikan informasi dengan efektif dan efisien. a. Mahasiswa menerapkan informasi baru dan yang lama untuk merencanakan dan menciptakan hasil. b. Mahasiswa merevisi proses pengembangan untuk hasil. c. Mahasiswa mengkomunikasikan hasil secara efektif kepada orang lain. 5. Mahasiswa yang literat informasi memahami isu ekonomi, hukum dan sosial sekitar penggunaan dan pengaksesan informasi secara etis dan hukum a. Mahasiswa memahami isu-isu ekonomi, hukum dan aspek sosial mengenai informasi dan teknologi informasi. b. Mahasiswa mematuhi hukum, peraturan, kebijakan intitusi, dan etika yang berhubungan dengan pengaksesan dan penggunaan sumber informasi c. Mahasiswa mengetahui penggunaan sumber-sumber informasi dalam mengkomunikasikan informasi.