INVENTARISASI TANAMAN JELUTUNG (DYERA COSTULATA HOOK) SEBAGAI TUMBUHAN LANGKA YANG TERDAPAT DI ARBORETUM UNIVERSITAS RIAU

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan juni sampai dengan Juli 2013 di zona pemanfaatan terbatas,

KOMPOSISI TEGAKAN SEBELUM DAN SESUDAH PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Bukit Gunung Sulah Kelurahan Gunung Sulah

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2014.

METODE PENELITIAN. Penelitian tentang analisis habitat monyet ekor panjang dilakukan di hutan Desa

STUDI KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR

KEANEKARAGAMAN JENIS MERANTI (SHORE SPP) PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA PROPINSI KALIMANTAN BARAT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada tahun 1924 kawasan hutan Way Kambas ditetapkan sebagai daerah hutan

METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di blok Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu

KERAGAMAN JENIS ANAKAN TINGKAT SEMAI DAN PANCANG DI HUTAN ALAM

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

IV. METODE PENELITIAN

Gambar 2 Peta lokasi penelitian.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Januari sampai Febuari 2015 di kanan

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

:!,1G():5kr'W:5. JURnAl EKOlOGI DAn SAlns ISSN : ISSN : VOLUME 01, No: 01. Agustus 2012

BAB IV METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Bahan dan Alat 4.3 Metode Pengambilan Data Analisis Vegetasi

KEANEKARAGAMAN JENIS BAMBU (Bambusodae) DALAM KAWASAN HUTAN AIR TERJUN RIAM ODONG DUSUN ENGKOLAI KECAMATAN JANGKANG KABUPATEN SANGGAU

4 METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

ANALISIS VEGETASI EKOSISTEM HUTAN MANGROVE KPH BANYUMAS BARAT

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2017 s/d bulan Februari 2017

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes spp) KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG DESA KAMPUNG BARU KECAMATAN KUBU KABUPATEN KUBU RAYA

KEANEKARAGAMAN JENIS BAMBU DI HUTAN KOTA KELURAHAN BUNUT KABUPATEN SANGGAU Bamboo Species Diversity In The Forest City Bunut Sanggau District

BAB III METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode transek belt yaitu dengan menarik garis lurus memanjang

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2017 hingga bulan Februari

Analisis Vegetasi Hutan Alam

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

STRUKTUR DAN KOMPOSISI TEGAKAN HUTAN DI PULAU SELIMPAI KECAMATAN PALOH KABUPATEN SAMBAS KALIMANTAN BARAT

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 bertempat di kawasan sistem

ANALISIS VEGETASI PADA KAWASAN HUTAN DESA DI DESA NANGA YEN KECAMATAN HULU GURUNG KABUPATEN KAPUAS HULU

INVENTARISASI DAN ANALISIS HABITAT TUMBUHAN LANGKA SALO

ANALISIS KERAPATAN TEGAKAN DI KAWASAN TAMAN NASIONAL BALURAN BERBASIS QUANTUM-GIS

3 METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Timur. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

KEBERADAAN RAMIN (GONYSTYLUS BANCANUS (MIQ.) KURZ) DI KAWASAN HUTAN LINDUNG AMBAWANG KECIL KECAMATAN TELUK PAKEDAI KABUPATEN KUBU RAYA

III. METODE PENELITIAN

Asrianny, Arghatama Djuan. Laboratorium Konservasi Biologi dan Ekowisata Unhas. Abstrak


INVENTARISASI TEGAKAN TINGGAL WILAYAH HPH PT. INDEXIM UTAMA DI KABUPATEN BARITO UTARA KALIMANTAN TENGAH

HABITAT POHON PUTAT (Barringtonia acutangula) PADA KAWASAN BERHUTAN SUNGAI JEMELAK KABUPATEN SINTANG

BAB IV METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Lokasi Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bagan Serdang Kecamatan Pantai

PANDUAN PENGELOLAAN RIPARIAN

INVENTARISASI JENIS BURUNG PADA KOMPOSISI TINGKAT SEMAI, PANCANG DAN POHON DI HUTAN MANGROVE PULAU SEMBILAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEANEKARAGAMAN JENIS VEGETASI PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Struktur Dan Komposisi Tegakan Sebelum Dan Sesudah Pemanenan Kayu Di Hutan Alam. Muhdi

PENDUGAAN KANDUNGAN KARBON DI ATAS PERMUKAAN TANAH PADA KAWASAN ARBORETUM UNIVERSITAS RIAU

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Asmat merupakan salah satu kabupaten pemekaran baru dari

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan bersifat deskriptif kuantitatif. Pengamatan

PERSEBARAN TUMBUHAN OBAT PASAK BUMI (Eurycoma longifolia Jack.) DI JALUR UTAMA PATROLI TAMAN HUTAN RAYA (TAHURA) SULTAN SYARIF HASYIM PROVINSI RIAU

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

DINAMIKA PERMUDAAN ALAM AKIBAT PEMANENAN KAYU DENGAN SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM INDONESIA (TPTI) MUHDI, S.HUT., M.SI NIP.

PENDAHULUAN. termasuk ekosistem terkaya di dunia sehubungan dengan keanekaan hidupan

ANALISIS SEBARAN VEGETASI PASAK BUMI (Eurycoma longifolia Jack.) DI HUTAN LARANGAN ADAT KENEGERIAN RUMBIO KABUPATEN KAMPAR

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei - Juli Lokasi penelitian adalah di kawasan

I. PENDAHULUAN. margasatwa, kawasan pelestarian alam seperti taman nasional, taman wisata alam,

II. TINJAUAN PUSTAKA. fungsi pokok sebagai hutan konservasi yaitu kawasan pelestarian alam untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI DESA MARTAJASAH KABUPATEN BANGKALAN

Penelitian dilakukan di areal HPH PT. Kiani. penelitian selama dua bulan yaitu bulan Oktober - November 1994.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Januari 2017 selama kurun waktu satu

B III METODE PENELITIAN. ada di di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali.

STRUKTUR DAN KOMPOSISI VEGETASI DALAM SISTEM AGROFORESTRI HASIL HUTAN BUKAN KAYU (HHBK) MULTI STRATA DI TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL RACHMAN LAMPUNG

III. METODE PENELITIAN

ANALISIS VEGETASI DAN PENDUGAAN CADANGAN KARBON DI KAWASAN HUTAN CAGAR ALAM LEMBAH HARAU KABUPATEN 50 KOTA SUMATERA BARAT

KEANEKARAGAMAN JENIS DAN POTENSI TEGAKAN PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG RAYA KABUPATEN KETAPANG KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. atas pulau, dengan garis pantai sepanjang km. Luas laut Indonesia

III. METODE PENELITIAN

Proses Pemulihan Vegetasi METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

BAB III METODOLOGI. Gambar 1 Lokasi Taman Nasional Ujung Kulon.

KOMPOSISI JENIS SEMAI DAN PANCANG DI HUTAN ALAM TROPIKA SEBELUM DAN SESUDAH PEMANENAN KAYU

Struktur Dan Komposisi Vegetasi Mangrove Di Pulau Mantehage

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bumi, namun demikian keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya sangat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Gambar 3 Lokasi penelitian ( ) Alat dan Bahan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN TINGKAT POHON PADA HUTAN ADAT GUNUNG BERUGAK DESA MEKAR RAYA KECAMATAN SIMPANG DUA KABUPATEN KETAPANG

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI BERBAGAI TIPE DAERAH TEPI (EDGES) TAMAN HUTAN RAYA SULTAN SYARIF HASYIM PROPINSI RIAU DEFRI YOZA

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

KEPADATAN INDIVIDU KLAMPIAU (Hylobates muelleri) DI JALUR INTERPRETASI BUKIT BAKA DALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA KABUPATEN MELAWI

III. METODOLOGI PENELITIAN

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI SIDANG

ABSTRACT STRUCTURE AND COMPOSITION OF THE VEGETATION IN HEPANGAN AGROFORESTRY SYSTEM AT GUMAY ULU AREA LAHAT DISTRICT SOUTH SUMATERA

SEBARAN POHON PENGHASIL BUAH-BUAHAN DI HUTAN LARANGAN ADAT KENEGERIAN RUMBIO KECAMATAN KAMPAR KABUPATEN KAMPAR PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya.

IV. METODE PENELITIAN

II. METODOLOGI. A. Metode survei

Transkripsi:

INVENTARISASI TANAMAN JELUTUNG (DYERA COSTULATA HOOK) SEBAGAI TUMBUHAN LANGKA YANG TERDAPAT DI ARBORETUM UNIVERSITAS RIAU INVENTORY PLANTS OF JELUTUNG (DYERA COSTULATA HOOK) AS RARE PLANTS FOUND IN ARBORETUM OF RIAU UNIVERSITY Zul Ningsi 1, M. Mardhiansyah 2, Tuti Arlita 2 (Departemen of Forestry, Faculty of Agriculture, University of Riau) Address Bina Widya Km 12,5 Panam, Pekanbaru, Riau Email : Ijunksungkai@gmail.com ABSTRACT Dyera costulata Hook is one of the priority tree species that have a high enough potensial to be developed, because wood of Dyera costulata Hook has a high economic value and its existence is endangered. Based on threat category of population according to the IUCN, species of Dyera costulata Hook included in the category nearly threatened. Arboretum is one type of ex-situ conservation. Exsitu conservation purpose is to protect and preserve the species, especially the flora and fauna that are rare. Purpose of the implementation of this study was to determine the availability, amount and dominance of Dyera costulata Hook found in the arboretum of Riau University. Techniques of data collection is done by using the census method. The results showed that there are only 3 rods Dyera costulata Hook (0,17 %) whereas 1.789 rods (99,83 %) is a type of non jelutung. INP at a rate of 0 % seedling, sapling rate of 0 %, 1,15 % for poles rate and tree level of 0 %. Keywords : inventore, rare, Dyera costulata Hook, arboretum. PENDAHULUAN Jelutung merupakan salah satu jenis pohon prioritas yang memiliki potensi cukup tinggi untuk dikembangkan, karena kayunya bernilai ekonomi tinggi dan keberadaannya sudah langka. Tumbuhan langka Indonesia ialah tumbuhan asli Indonesia yang takson atau populasi taksonnya cenderung berkurang, baik dalam jumlah individu, populasi maupun keanekaragaman genetisnya sehingga jika tidak ada usaha pelestarian yang cukup berarti maka akan segera punah dalam waktu singkat. Kelangkaan sumberdaya hutan disebabkan karena saat ini berbagai manfaat yang dihasilkan sumberdaya hutan tersebut masih dinilai secara rendah sehingga menimbulkan terjadinya eksploitasi sumberdaya hutan yang berlebihan dan menyebabkan beberapa jenis menjadi langka. Nilai merupakan penghargaan atas suatu manfaat bagi orang atau kelompok orang pada waktu tertentu. Penilaian merupakan penetapan atau penentuan bobot atau 1. Mahasiswa Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Riau 2. Staf Pengajar Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Riau

manfaat suatu barang dan jasa bagi manusia (David dan Johnson dalam Patana, 2004). Nilai suatu jenis akan menjadi tidak terukur (intangible) bila berada pada posisi langka, karena manfaat yang diberikannya tidak hanya dinilai dari hasil yang memiliki pasar, namun juga dari manfaat yang tidak memiliki pasar. Kelangkaan jelutung disebabkan karena selama ini manfaat yang diberikan oleh jelutung hanya dinilai dari segi yang memiliki pasar saja sedangkan manfaat yang tidak memiliki pasar seolah terabaikan seperti manfaat perlindungan, keragaman genetik, penyerap karbon dan sumber keanekaragaman hayati. Penyelamatan terhadap jelutung dapat dilakukan dengan konservasi ex-situ salah satunya dengan pembangunan arboretum. Konservasi ex-situ adalah konservasi yang dilakukan diluar habitat alami dari berbagai jenis tumbuhan dan satwa. Tujuan konservasi tersebut adalah untuk melindungi dan melestarikan jenis terutama pada flora dan fauna yang tergolong langka. Universitas Riau (UR) memiliki Arboretum yang merupakan sebagian kecil hutan sekunder yang masih tersisa di Pekanbaru dan dipergunakan sebagai tempat untuk memfasilitasi proses belajar, praktikum maupun penelitian (Hardianty, 2014). Keberadaan Arboretum UR memiliki banyak manfaat, salah satu manfaat keberadaan Arboretum UR adalah manfaat ekologis yaitu sebagai habitat bagi berbagai macam jenis tumbuhan langka yang telah sulit ditemukan di Riau khususnya dan di Indonesia umumnya. Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui ketersediaan, jumlah dan dominansi jelutung (Dyera costulata Hook) yang terdapat di Arboretum UR sehingga dapat menjadi referensi bagi penelitian dan pengembangan mengenai tanaman jelutung yang terdapat di Arboretum UR. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di Arboretum UR. Lokasi yang dipilih memiliki luas ± 10 Ha. Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2014 sampai Januari 2015. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua jenis tumbuhan yang terdapat di dalam petak ukur mulai dari tingkat semai, pancang, tiang dan pohon. Alat yang digunakan yaitu kompas, roll meter, parang, phi band, tali/tambang, haga meter, kunci determinasi/identifikasi, kamera, alat tulis dan alat pendukung lainnya. Teknik pengambilan data dilakukan secara sensus yaitu metode pengumpulan data dimana seluruh populasi diselidiki tanpa terkecuali. Metode ini digunakan karena jumlah populasi jelutung dalam penelitian ini sedikit sehingga peneliti mengambil jumlah sampel sama dengan jumlah populasi jelutung. Tingkat permudaan yang diambil terdiri dari semai (ukuran plot 2 m x 2 m), pancang (ukuran plot 5 m x 5 m), tiang (ukuran plot 10 m x 10 m) dan pohon (ukuran plot 20 m x 20 m). Pada tingkat semai dan pancang, data yang dikumpulkan meliputi jumlah, nama lokal dan nama ilmiah individu, sedangkan untuk tingkat tiang dan pohon data yang dikumpulkan yaitu nama lokal, nama ilmiah, diameter, tinggi bebas

cabang dan tinggi total pohon. Data kemudian dimasukan ke dalam tally sheet pengamatan. Pengumpulan data untuk pengenalan jenis (nama lokal dan nama ilmiah) dilakukan dengan bantuan seorang pengenal jenis. Menurut Arief dalam Wahyu (2013) analisis data yang digunakan untuk mengetahui INP atau Importance Value Index suatu jenis digunakan rumus sebagai berikut : Kerapatan = K R = x 100% Dominansi= DR = x100% Frekuensi = FR = x 100% Keterangan : KR : Kerapatan Relatif DR : Dominansi Relatif FR : Frekuensi Relatif INP untuk tingkat tiang dan pohon adalah jumlah dari KR + FR + DR INP untuk tingkat semai dan pancang adalah jumlah dari KR + FR HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Universitas Riau (UR) adalah salah satu Universitas yang memiliki lahan yang cukup luas. Luas kampus UR yang berada dalam satuan pengembangan sekitar 362 ha (Ikhsan dalam Marzuki, 2011). Universitas Riau memiliki arboretum dengan luas ± 10 Ha yang berperan dalam menjaga keseimbangan lingkungan kampus dan sebagai kawasan konservasi ex-situ. Arboretum UR dipergunakan sebagai tempat untuk memfasilitasi proses belajar, praktikum maupun penelitian ( Hardianty, 2014). Arboretum UR terletak di kota Pekanbaru dengan ketinggian 5-50 m dpl dan memiliki luas ± 10 Ha. Tanah yang basah dan berlumpur umumnya terdapat di kawasan arboretum UR hal ini disebabkan oleh beberapa kawasan selalu tergenang air dan endapan lumpur menjadikan beberapa kawasan tersebut menjadi rawa. Jenis tanah di dalam arboretum UR adalah Inceptisol. Tanah inceptisol adalah tanah yang masih muda dan termasuk tanah mineral. B. Permudaan Jelutung Penelitian ini dilakukan dengan metode sensus terhadap seluruh populasi yang terdapat di dalam Arboretum UR sehingga di dapatkan 150 petak pengamatan. Keberadaan jelutung hanya ditemukan pada satu petak pengamatan dengan luas 0,04 Ha dari luas Arboretum UR. Secara ekologi pertumbuhan jelutung yang lambat akan memerlukan waktu yang cukup lama untuk menambah jumlah populasi, selain itu juga akan ada persaingan antar spesies. Soerianegara dan Indrawan dalam Pratiwi, dkk (2013) meyebutkan dalam suatu masyarakat tumbuh-tumbuhan seperti hutan, terjadi persaingan antara individuindividu dari suatu jenis atau berbagai jenis jika mereka mempunyai kebutuhan yang sama seperti kebutuhan unsur hara, air, cahaya dan ruang. Persaingan akan meningkatkan daya saing untuk mempertahankan hidup. Jenis yang kuat akan menang dan menekan yang lain sehingga jenis yang kalah

mempunyai tingkat pertumbuhan yang rendah dan menyebabkan jenis tersebut kurang berkembang (Odum dalam Pratiwi, dkk, 2013). Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan jumlah permudaan jelutung yang ditemukan hanya 3 batang (0,17 %) dan berada pada tingkat tiang. Jelutung tumbuh baik di daerah hutan hujan tropis yang beriklim tipe A dan tipe B, tanah berpasir, tanah liat dan tanah rawa dengan ketinggian tempat tumbuhnya 20-80 m dari permukaan laut (Anonim, 2008). Jelutung berbunga pada bulan November dan masak pada bulan April - Mei. Jelutung rawa mulai berbuah pada umur delapan tahun (Tata, dkk, 2015). Berdasarkan kriteria tempat tumbuh tersebut kawasan Arboretum UR mendukung untuk pertumbuhan jelutung. C. Indeks Nilai Penting Suatu jenis dikatakan dominan pada tingkat semai apabila jenis tersebut terdapat dalam jumlah yang banyak dan tersebar merata di seluruh areal. Pada tingkat semai dan pancang suatu jenis dikatakan bisa berperan jika nilai INP-nya lebih dari 10 %, sedangkan untuk tingkat tiang suatu jenis dikatakan mampu berperan apabila INP-nya lebih dari 15 % (Sutisna dan Wibowo dalam Paidi, 2004). Data dari perhitungan Kerapatan Relatif (KR) dan Frekuensi Relatif (FR) diperoleh INP jelutung untuk tingkat semai yaitu 0 %. Hal ini dikarenakan tidak ditemukannya jelutung pada tingkat semai sehingga hasil INP yang diperoleh adalah 0 %. Pada tingkat pancang INP tanaman jelutung juga 0 % karena tidak ditemukan jelutung pada tingkat pancang. Pada tingkat tiang adalah 1,15 %, nilai tersebut masih dibawah 15 % sehingga jelutung dalam kawasan Arboretum UR belum mampu berperan. Hasil pengamatan INP jelutung dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Indeks Nilai Penting jelutung terhadap seluruh jenis. N o Jenis permudaan KR FR DR INP 1 Jelutung 1 0 0 1 2 Non Jelutung 99 100 100 299 Jumlah 100 100 100 300 Sumber : Data olahan penelitian 2015 Jelutung tidak ditemukan pada tingkat pohon sehingga nilai INP-nya menjadi 0 %. Indeks nilai penting merupakan nilai yang menggambarkan peranan keberadaan suatu jenis dalam komunitas. Rendahnya nilai INP jelutung menunjukkan bahwa jelutung belum bisa ikut berperan dalam komunitas hutan arboretum UR. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Jumlah permudaan jelutung yang ditemukan pada petak contoh pengamatan adalah sebanyak 3 batang (0,17 %) dan berada pada tingkat tiang. INP untuk permudaan jelutung adalah 1,15 %. Saran 1. Perlu dilakukan penelitian tentang jenis tanaman langka lainnya yang terdapat di arboretum UR. 2. Sebaiknya pengelolaan Arboretum UR diserahkan kepada Jurusan Kehutanan Universitas Riau sehingga pengelolaan dan pengembangannya bisa lebih optimal.

3. Perlu dilakukan pengayaan permudaan jelutung di dalam kawasan Arboretum UR mengingat hasil inventarisasi menunjukkan bahwa permudaan jelutung hanya 0,17 %. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2008. Jelutung. Balai Informasi Kehutanan Provinsi Jambi.htm. Diakses pada tanggal 01 juli 2014. Hardianty, D. 2014. Isolasi dan Seleksi Jamur Selulotik dari Hutan Arboretum Universitas Riau. Skripsi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau. Pekanbaru. Paidi. 2004. Inventarisasi Permudaan Alam Meranti (Shorea spp) Pada Hutan Larangan di Desa Rumbio Kecamatan Kampar Kabupaten Kampar. Skripsi Fakultas Kehutanan Universitas Lancang Kuning. Pekanbaru. Sains & Tekhnologi V Lembaga Penelitian Universitas Lampung. Tata, H., Sofiyuddin, M., Mulyoutami, E., Perdana, A., Janudianto. 2015. Jelutung Rawa : Teknik Budidaya da Prospek Ekonominya. World Agroforestry Centre dan Pusat Penelitian dan Pengembagan Konservasi dan Rehabilitasi Balai Penelitian Kehutanan Palembang. Bogor. Wahyu, E. 2013. Inventarisasi Permudaan Meranti (Shorea spp.) Pada Arboretum Kawasan Universitas Riau Kota Pekanbaru Provinsi Riau. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Riau. Pekanbaru. Patana, O. 2004. Perhitungan Nilai Ekonomi Pemanfaatannya Hasil Hutan Non-Marketable Oleh Masyarakat Desa Sekitar Hutan (Study Kasus Cagar Alam Dolok Sibual Buali Kec. Sepirok Tapanuli Selatan). Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan. Pratiwi, Bintoro, Riniarti. 2013. Komposisi dan Struktur Tegakan Zona Pemanfaatan Terbatas Sptn 1 Way Kanan, Taman Nasional Way Kambas. Seminar Nasional