BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan jumlah kepemilikan kendaraan dewasa ini sangat pesat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan transportasi. Akibatnya terjadilah peningkatan pengguna jaringan. hambatan bila tidak ditangani secara teknis.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI. lintas (traffic light) pada persimpangan antara lain: antara kendaraan dari arah yang bertentangan.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB V PENUTUP. Dari hasil analisis dan perhitungan yang telah dilakukan pada bab. sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelumnya, maka dengan ini penulis mengambil referensi dari beberapa buku dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini kemacetan dan tundaan di daerah sering terjadi, terutama di


UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SAMARINDA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KATA PENGANTAR. penyusunan tugas akhir ini dengan judul Evaluasi Kinerja Simpang Bersinyal

BAB 1 PENDAHULUAN. simpang merupakan faktor penting dalam menentukan penanganan yang paling tepat

simpang. Pada sistem transportasi jalan dikenal tiga macam simpang yaitu pertemuan sebidang, pertemuan jalan tak sebidang, dan kombinasi keduanya.

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB V PENUTUP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu menuju daerah lainnya. Dalam ketentuan yang diberlakukan dalam UU 22 tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

c. Pada tahun 2014 (5 tahun setelah Paragon City beroperasi), baik saat akhir pekan maupun hari kerja, terutama pada saat jam-jam puncak, simpang

BAB I PENDAHULUAN. Kota Medan merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia yang sangat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Simpang jalan adalah simpul jalan raya yang terbentuk dari beberapa

Gambar 2.1 Rambu yield

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Peraturan Menteri Perhubungan nomor KM 14 tahun 2006,

BAB I PENDAHULUAN. instansi swasta, pemerintahan, pendidikkan, dan perbelanjaan yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. bergerak bersamaan. Persimpangan pun menjadi salah satu bagian yang harus diperhatikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Seiring dengan perkembangan suatu kota dan semakin meningkatnya arus lalu-lintas, pertumbuhan perhotelan juga

EVALUASI PENGENDALIAN LALU LINTAS DENGAN LAMPU PENGATUR LALU LINTAS PADA SIMPANG BERSINYAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi memainkan peranan penting dalam membantu perkembangan

D4 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

EVALUASI DAN PERENCANAAN LAMPU LALU LINTAS KATAMSO PAHLAWAN

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas perekonomian terus meningkat begitu pula dengan aktifitas kendaraan guna

Pristiwa Sugiharti 1, Wahyu Widodo 2. 2 Staff Pengajar Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta

Pengaruh Pemberlakuan Rekayasa Lalulintas Terhadap Derajat Kejenuhan Pada Simpang Jalan Pajajaran dan Jalan Pasirkaliki

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

KAJIAN KINERJA LALU LINTAS SIMPANG CILEUNYI TANPA DAN DENGAN FLYOVER

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 SIMPANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997, jalan perkotaan

ANALISA DAN KOORDINASI SINYAL JALAN DIPONEGORO SURABAYA

PERTEMUAN KE-8 UJIAN TENGAH SEMESTER

BAB I PENDAHULUAN. kaki. Sebuah kota yang memiliki jumlah penduduk dan jumlah kendaraan yang. jalan tersebut akan merasa aman dan nyaman.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jalan. Ketika berkendara di dalam kota, orang dapat melihat bahwa kebanyakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang memegang peranan penting

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Bintaro Utama 3 Jalan Bintaro Utama 3A Jalan Pondok Betung Raya Jalan Wr

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buah ruas jalan atau lebih yang saling bertemu, saling berpotongan atau bersilangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dengan meningkatnya pembangunan suatu daerah maka semakin ramai pula lalu

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan aktifitas suatu kota menyebabkan peningkatan pergerakan orang dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI KINERJA SIMPANG LIMA BERSINYAL ASIA AFRIKA AHMAD YANI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

EVALUASI KINERJA SIMPANG TIGA TAK BERSINYAL DENGAN METODE MKJI 1997 (Studi Kasus Simpang Tiga Jalan Ketileng Raya-Semarang Selatan)

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini Transportasi merupakan bagian terpenting dari kehidupan sehari-hari, namun masih mengalami berbagai

KAJIAN MANAJEMEN LALU LINTAS SEKITAR KAWASAN PASAR SINGOSARI KABUPATEN MALANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut MKJI (1997) ruas Jalan, kadang-kadang disebut juga Jalan raya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor transportasi merupakan salah satu mata rantai jaringan distribusi

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil evaluasi kinerja simpang tiga Jl. A. Yani Jl. Pangeran Antasari

KAJIAN MANAJEMEN LALU LINTAS SEKITAR KAWASAN PASAR DAN RUKO LAWANG KABUPATEN MALANG

EVALUASI KINERJA JALAN DAN PENATAAN ARUS LALU LINTAS PADA AKSES DERMAGA FERRY PENYEBERANGAN SIANTAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL (Studi Kasus Simpang Bangak di Kabupaten Boyolali)

Perpustakaan Unika SKALA DISIPLIN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL PADA SIMPANG TIGA JL. KUPANG INDAH JL. RAYA KUPANG JAYA JL. DUKUH KUPANG UTARA 1 SURABAYA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. perempatan Cileungsi Kabupaten Bogor, terdapat beberapa tahapan pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertujuan untuk bepergian menuju arah kebalikan (Rohani, 2010).

BAB IV ANALISIS DATA. Data simpang yang dimaksud adalah hasil survey volume simpang tiga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data yang ada maka dapat diambil

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS

BAB I PENDAHULUAN. bertemu dengan ruas jalan lain, yang disebut persimpangan. Jalan Letnan Jendral M. T. Haryono, Jalan Serangan Umum 1 Maret (Jalan

TINJAUAN EFEKTIFITAS PELAYANAN LAMPU PENGATUR LALULINTAS PADA PERSIMPANGAN PAAL DUA MENGGUNAKAN METODE MKJI 1997

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

PROYEK AKHIR EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL PADA SIMPANG EMPAT JL. URIP SUMOHARJO JL. RAYA DARMO JL. PANDEGILING SURABAYA

Analisa Kinerja Simpang Bersinyal Pingit Yogyakarta

PENGARUH PARKIR ON-STREET TERHADAP KINERJA RUAS JALAN ARIEF RAHMAN HAKIM KOTA MALANG

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 4 (Empat)

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dalam sebuah kota, maupun pendapatan masyarakat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODE BAB 3. commit to user Metode Pengamatan

BAB I PENDAHULUAN. Jalan raya merupakan salah satu sarana transportasi darat yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat penting untuk

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan Persetujuan Motto dan Persembahan ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

Transkripsi:

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan data hasil survei, analisis, perhitungan, dan usulan penanganan dapat diambil beberapa kesimpulan mengenai kinerja simpang Colombo-Gejayan dan simpang Demangan. 7.1.1 Simpang Colombo-Gejayan Dengan melihat hasil perhitungan analisis yang terjadi pada Simpang Colombo- Gejayan kesimpulan bahwa: 1. Berdasarkan hasil analisis data untuk kondisi eksisting dapat diperoleh kondisi simpang yang sudah tidak mampu menampung arus lalu lintas dan berada dalam kondisi jenuh yaitu nilai DS lebih dari 0,80. Hal ini dapat di buktikan dengan Tabel 6.3 untuk simpang Colombo-Gejayan dengan nilai derajat kejenuhan lengan utara rata-rata 0,811; DS lengan barat 0,853 dan DS lengan selatan 0,649. 2. Panjang antrian lapangan rata-rata per jam tertinggi pada simpang Colombo- Gejayan di lengan utara adalah 68,6 meter, lengan barat 108 meter dan lengan selatan 53,6 meter. Panjang antrian teori terbesar lengan utara adalah 102 meter, lengan barat 152 meter dan lengan selatan 82 meter. 3. Waktu tunda lapangan rata-rata per jam terbesar pada simpang Colombo- Gejayan: lengan utara 65,4 detik/smp, lengan barat 149,6 detik/smp, lengan selatan 64,2 detik/smp.waktu tunda teori terbesar: lengan utara 48,7 detik/smp, lengan barat 45,4 detik/smp, lengan selatan 37,5 detik/smp. 4. Hasil uji hipotesis rata-rata panjang antrian di simpang Colombo-Gejayan menyimpulkan bahwa panjang antrian teori tidak bisa dianggap sama dengan panjang antrian di lapangan karena nilai yang dihasilkan teori dan lapangan memiliki perbedaan yang cukup signifikan. 107

108 5. Hasil perbandingan waktu tunda teori dan lapangan dilakukan pengujian hipotesis rata-rata, dari hasil uji hipotesis didapat kesimpulan bahwa hasil waktu tunda teori tidak dapat dianggap sama dengan waktu tunda yang terjadi di lapangan karena hasil yang diperoleh dari perbandingan tersebut memiliki selisih yang cukup besar. 7.1.2 Simpang Demangan 1. Untuk simpang Demangan dapat dilihat pada tabel 6.4 dengan nilai derajat kejenuhan (DS) lengan utara 0,844; DS lengan timur 0,884 dan rata-rat DS lengan selatan 0,767. 2. Panjang antrian lapangan rata-rata per jam tertinggi pada simpang Demangan di lengan utara adalah 187 meter, lengan timur 194,6 meter dan lengan selatan 88,8 meter. Panjang antrian teori terbesar lengan utara adalah 255 meter, lengan timur 388 meter dan lengan selatan 133 meter. 3. Waktu tunda lapangan rata-rata per jam terbesar pada simpang Demangan: lengan utara 171,7 detik/smp, lengan timur 125,1 detik/smp, lengan selatan 107,7 detik/smp. waktu tunda teori terbesar: lengan utara 78,8 detik/smp, lengan barat 54,1 detik/smp, lengan selatan 53 detik/smp. 4. Hasil uji hipotesis rata-rata panjang antrian di simpang Demangan menyimpulkan bahwa panjang antrian teori tidak bisa dianggap sama dengan panjang antrian di lapangan karena nilai yang dihasilkan teori dan lapangan memiliki perbedaan yang cukup signifikan. 5. Hasil perbandingan waktu tunda teori dan lapangan dilakukan pengujian hipotesis rata-rata, dari hasil uji hipotesis didapat kesimpulan bahwa hasil waktu tunda teori tidak dapat dianggap sama dengan waktu tunda yang terjadi di lapangan karena hasil yang diperoleh dari perbandingan tersebut memiliki selisih yang cukup besar

109 7.1.3 Perbedaan hasil teori dan lapangan Dari hasil perbandingan analisis panjang antrian dan waktu tunda secara teori dan kondisi di lapangan memiliki perbedaan. Berikut adalah penjelasannya 1. Hasil perbandingan panjang antrian teori dan lapangan yang terjadi adalah panjang antrian teori selalu menghasilkan nilai yang lebih besar. Hal ini disebabkan karena dalam perhitungan teori dengan menggunakan Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997 (MKJI 1997) jumlah sepeda motor sangat berpengaruh pada hasil panjang antrian, sementara keadaan di lapangan yang terjadi adalah sepeda motor tidak membuat antrian sendiri melainkan berada di samping mobil, tepi jalan, dan bergerombol. Hal ini tentu saja membuat antrian di lapangan lebih dipengaruhi antrian mobil penumpang sehingga panjang antriannya lebih kecil dibandingkan analisis teori menggunakan MKJI 1997. 2. Hasil peneilitian menunjukkan perbedaan antara waktu tunda teori dan waktu tunda lapangan, dari hasil analisis teori menggunakan MKJI 1997 menghasilkan waktu tunda yang lebih kecil dibandingkan dengan keadaan di lapangan. Hal ini disebabkan karena keadaan di lapangan sangat kompleks, banyak faktor yang membuat waktu tunda di lapangan lebih besar. Adanya pedagang yang berjualan di trotoar, kendaraan yang parkir di bahu jalan, keluar masuk kendaraan dari kegiatan komersil dan adanya U-turn di sepanjang jalan Gejayan membuat hambatan bagi pengguna jalan lain. 7.1.4 Usulan penanganan simpang Colombo-Gejayan dan Demangan 1. Untuk mengurangi gangguan lalu lintas yang ada di Jalan Gejayan menutup akses putar balik (u-turn) karena menyebabkan hambatan yang cukup mengganggu kelancaran lalu lintas baik dari arah selatan maupun dari arah utara. 2. Menambah kapasitas simpang dengan cara membersihkan setiap ruas jalan dari gangguan yang menyebabkan terhambatnya arus lalu lintas seperti pedagang

110 kaki lima yang berjualan di atas trotoar dan pelarangan parkir on-street di dekat lengan simpang. 3. Koordinasi sinyal lalu lintas pada simpang Colombo-Gejayan dan simpang Demangan untuk memperlancar arus lalu lintas yang mengalami kepadatan agar tidak terkena lampu merah di simpang berikutnya. Hal ini dapat mengurai arus lalu lintas sehingga kendaraan yang antri semakin sedikit dan waktu tunda yang diperlukan semakin kecil. 7.2 Saran 1. Perlu adanya studi lanjutan dan perbaikan dari tugas akhir ini terutama penyesuaian teori yang diambil dari Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997 (MKJI 1997) karena dari hasil penelitian ini nilai panjang antrian dan waktu tunda yang dihasilkan oleh MKJI 1997 dan keadaan di lapangan mengalami perbedaan yang cukup signifikan dan untuk beberapa kondisi sudah tidak bisa menggambarkan keadaan saat ini. 2. Untuk menghindari terjadinya volume arus lalu lintas mendekati titik jenuh dan menjadi buruknya tingkat kinerja simpang akibat nilai DS>0,8 serta antrian kendaraan yang panjang membuat kemacetan simpang akibat adanya konflik arus lalu lintas yang dapat menyebabkan kurang nyaman dalam berkendara dan bahkan menyebabkan kecelakaan lalu lintas, di masa yang akan datang. Maka perlu dilakukan langkah-langkah untuk meningkatkan kapasitas dan tingkat kinerja Simpang Colombo-Gejayan dan simpang Demangan, adalah sebagai berikut a. Melakukan penertiban yang dilakukan aparat berwenang berupa penggusuran atau mesterilkan ruas jalan dari pedagang kaki lima yang menyalahgunakan trotoar sebagai tempat berjualan dan mengganggu arus lalu lintas. b. Melakukan penertiban dan sangsi yang tegas berupa tilang untuk menimbulkan efek jera terhadap para pengemudi yang memarkirkan kendaraannya di bahu/badan jalan.

111 c. Perlu adanya koordinasi dengan pihak Dinas Perhubungan untuk menambah dan memperbaiki rambu-rambu lalu lintas yang sudah rusak atau tidak ada seperti marka jalan yang ada di lapangan kondisinya sudah tidak layak lagi. Kurangnya rambu-rambu larangan berhenti atau parkir agar kendaraan tidak lagi melakukan pelanggaran. d. Melakukan pengkoordinasian sinyal pada simpang Colombo-Gejayan dan Demangan untuk mengurai kemacetan. e. Penutupan akses putar balik di sepanjang ruas jalan Gejayan karena menghambat kendaraan yang melaju dari arah selatan maupun utara dan mengakibatkan kecepatan kendaraan berkurang sehingga nilai waktu tunda yang terjadi bertambah besar.