BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dalam saluran rahim oleh kontraksi otot-otot rahim. Persalinan normal adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang kemudian menggandakan diri berkali kali melalui pembelahan sel

BAB 1. yang telah ditentukan dalam Millenium Development Goals (MDGs), Target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi

KEPERAWATAN SELAMA PERSALINAN DAN MELAHIRKAN. ESTI YUNITASARI, S.Kp

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan dan kesejahteraan ibu merupakan unsur utama dalam menentukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui

BAB I PENDAHULUAN. persallinan, bayi baru lahir, dan masa nifas.

BAB I PENDAHULUAN. meliputi sebagai berikut : bayi terlalu besar, kelainan letak janin, ancaman

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perempuan ingin menghadapi kelahiran dengan aman dan nyaman. Continuity

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehamilan dan persalinan adalah suatu proses yang normal, alami

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Kehamilan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru lahir (JNPK-KR, 2012).

BAB IV PEMBAHASAN. Pada bab ini berisi pembahasan asuhan kebidanan pada Ny.S di

BAB I PENDAHULUAN. jalan operasi atau sectio caesarea hal ini disebabkan karena ibu memandang

BAB 1 PENDAHULUAN. dukun paraji. Saat ini, dukun bayi sebagian besar ditemukan di desa-desa. Peran

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kinerja berasal dari pengertian performance. Menurut Kamus Besar Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Indonesia angka kematian maternal di Indonesia mengalami. kehamilan atau persalinan (Sujudi, , http:

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia lebih dari ibu meninggal setiap tahun saat hamil atau bersalin. Di

BAB I PENDAHULUAN. caesarea yaitu bayi yang dikeluarkan lewat pembedahan perut (Kasdu, 2003)

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu perhatian dari World Health

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Prawirohardjo, 2002, hlm. 180). Menurut Mochtar, 1998, jenis persalinan terbagi :

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PERSIAPAN PERSALINAN

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu komplikasi atau penyulit yang perlu mendapatkan penanganan lebih

Mekanisme Persalinan Normal. Dr. Iskandar Syahrizal SpOG

BAB I PENDAHULUAN. kurang dari 24 jam tanpa komplikasi baik bagi ibu maupun bagi janin (Prawirohardjo,

BAB 1 PENDAHULUAN. para ibu ingin melaksanakan fungsi ini dengan cara yang mereka

BAB I PENDAHULUAN. Persalinan berawal dari pembukaan dan dilatasi serviks sebagai akibat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati, yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Lampiran III Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 900/MENKES/SK/VII/2002 Tanggal : 25 Juli 2002

Persalinan adalah Serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran placenta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan secara lengkap dengan adanya pemeriksaan laboratorium

BAB I PENDAHULUAN. melahirkan normal, ternyata juga bisa dilakukan perabdominal, yang disebut sectio

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Kebidanan atau Obstetri ialah bagian Ilmu Kedokteran yang

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny I GII P I00I INPARTU DENGAN GEMELLI

BAB I PENDAHULUAN. Rasa nyaman berupa terbebas dari rasa yang tidak menyenangkan adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan fisik dan emosi dari ibu setra perubahan sosial dalam keluarga

PROFIL UMUR DAN PEKERJAAN IBU BERSALIN SECTIO CAESAREA YANG MEMPUNYAI RIWAYAT SECTIO CAESAREA

PERSIAPAN PERAWATAN PERSALINAN IBU PRIMIPARA DAN MULTIPARA

BAB I PENDAHULUAN. dapat terwujud (Kemenkes, 2010). indikator kesehatan dari derajat kesehatan suatu bangsa, dimana kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. anak. Setiap prosesnya tidak dapat dipisahkan satu sama lain dan kondisi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menantikannya selama 9 bulan. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi

Istilah yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan

BAB I PENDAHULUAN. seorang ibu hamil. Persalinan normal adalah proses pengeluaran bayi dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang baru dilahirkan (Saifuddin, 2010:1). Keberhasilan penyelenggaraan. gerakan keluarga berencana (Manuaba, 2010:10).

BAB I PENDAHULUAN. komplikasi pada ibu dan janin (Manuaba, 1998).

ID Soal. Pertanyaan soal Menurut anda KPSW terjadi bila :

HUBUNGAN ANTARA PENDAMPINGAN PERSALINAN OLEH KELUARGA DENGAN LAMANYA PERSALINAN KALA II DI BPS HJ. YUSFA F. ZUHDI GEMPOL PADING PUCUK

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan kebidanan komprehensif adalah suatu pemeriksaan yang. dilakukan secara lengkap dengan adanya pemeriksaan sederhana dan

BAB I PENDAHULUAN. eklampsia, sepsis, dan komplikasi keguguran. Sebagian besar penyebab

BAB 1 PENDAHULUAN. keadaan keluarga dan sekitarnya secara umum. Penilaian status kesehatan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan

BAB I PENDAHULUAN. berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban janin. Kala tiga persalinan adalah

Tujuan Asuhan Keperawatan pada ibu hamil adalah sebagai berikut:

2013 GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU PRIMIGRAVIDA TRIMESTER III TENTANG TANDA- TANDA PROSES PERSALINAN DI PUSKESMAS SINGANDARU KOTA SERANG TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. setiap saat yang dapat membahayakan jiwa ibu dan bayi (Marmi, 2011:11).

MODEL PRAKTIK KEBIDANAN CONTINUITY OF CARE

BAB I PENDAHULUAN. Persalinan adalah proses alamiah dimana terjadi dilatasi serviks, persalinan

caesar (seksio sesarea) dengan segala pertimbangan dan risikonya (Manuaba, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang dilahirkan harus aman dan sehat serta membawa kebahagiaan bagi ibu dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa kehamilan dimulai dari terjadinya konsepsi sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organizatin (WHO) dinegara berkembang, kematian maternal berkisar antara per kelahiran hidup,

BAB 1 PENDAHULUAN. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)

BAB I PENDAHULUAN. dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan merupakan keadaan

BAB 1 PENDAHULUAN. bayi baru lahir merupakan proses fisiologis, namun dalam prosesnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. minggu atau lebih, dapat hidup diluar kandungan, melalui jalan lahir atau. jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan suatu negara dapat dilihat dari Angka Kematian

BAB I PENDAHULUAN. Proses persalinan selalu memiliki potensi risiko-risiko kesehatan. Risiko persalinan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. harapan seseorang (Arifin dan Rahayu, 2011). diartikan sebagai rasa senang dan kelegaan seseorang dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Penurunan AKI juga merupakan indikator keberhasilan derajat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. lahir. Salah satu syarat penting agar terjadi kehamilan istri harus dapat

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Robekan Jalan Lahir Pada Ibu Bersalin

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan ibu merupakan bagian yang sangat penting dalam. kesehatan reproduksi karena seluruh bagian yang lain sangat dipengaruhi

STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN

BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang. Di negara miskin sekitar 25-50% kematian wanita usia subur

BAB 1 PENDAHULUAN. di negara berkembang. Di negara miskin, sekitar 25-50% kematian wanita subur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap tahun 4,2 juta bayi lahir di Indonesia (Lombok. News, 2011), sedangkan angka kematian ibu sebesar 228

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Persalinan sectio caesaria adalah proses melahirkan janin melalui insisi pada

BAB I PENDAHULUAN. melalui jalan lahir namun kadang-kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Berat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi

BAB I PENDAHULUAN. tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan kebidanan komprehensif adalah suatu pemeriksaan yang dapat. dilakukan secara lengkap dengan adanya pemeriksaan laboratorium

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kodrat dari wanita yaitu mengandung, melahirkan dan

HUBUNGAN KEIKUTSERTAAN SENAM HAMIL DENGAN KEMAJUAN PERSALINAN KALA 1 FASE AKTIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CUKIR KAB. JOMBANG TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) antenatal care selama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari dalam uterus melalui vagina kedunia luar (prawirohardjo, 2009). 2. Faktor faktor yang mempengaruhi terjadinya persalinan

HUBUNGAN SENAM HAMIL DENGAN NYERI KONTRAKSI PADA IBU INPARTU (Relationship Between Pregnancy Exercise With Pain Contraction In Labour)

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Persalinan 2.1.1 Pengertian Persalinan Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). (Manuaba, 1998) Persalinan normal yaitu : terjadi pada kehamilan aterm (bukan premature atau postmatur), mempunyai onset yang spontan (tidak diinduksi), selesai setelah 4 jam dan sebelum 24 jam sejak saat awitannya (nukan partus presipitatustus atau partus lama), mempunyai janin (tunggal) dengan presentasi verteks (puncak kepala) dan oksiput pada bagian anterior pelvis, terlaksana tanpa bantuan artifisial (seperti forseps), tidak mencakup komplikasi (seperti perdarahan hebat) dan mencakup pelahiran plasenta yang normal (Helen, 2001). 2.1.2 Kala-Kala Persalinan Persalinan dibagi menjadi tiga kala yaitu (1) Kala satu yang merupakan stadium dilatasi serviks, kala satu berlangsung mulai dari onset persalinan hingga dilatasi serviks yang lengkap, (2) Kala dua yang merupakan stadium ekspulsi kala dua berlangsung mulai dari dilatasi lengkap serviks hingga pelahiran bayi, (3) Kala tiga yang merupakan stadium pelepasan dan pelahiran plasenta, kala tiga berlangsung dari saat pelahiran bayi hingga pelahiran plasenta dan selaput ketuban.

Pada sebagian rumah sakit, atau 2 jam sesudah persalinan selesai di sebut sebagai kala empat (pembagian persalinan menjadi kala satu sampai empat juga digunakan di Indonesia). Periode persalinan ini merupakan salah satu perubahan dramatis yang terjadi pada tubuh seorang wanita. Ketika berbagai komplikasi dari persalinan atau pelahiran cenderung terjadi. Komplikasi yang paling sering ditemukan pada stadium ini adalah perdarahan akibat relaksasi uterus. Komplikasi emerjensi lainnya dapat timbul pada wanita hamil yang tampak sehat, seperti reaksi terhadap obat yang diberikan. (Helen, 2001) 2.1.3 Faktor-Faktor Persalinan Faktor-faktor yang terlibat dalam persalinan adalah : (1) Power: Kontraksi dan retraksi otot-otot rahim plus kerja otot-otot volunter dari ibu, yaitu kontraksi otot perut dan diafragma sewaktu ibu mengejan atau meneran, (2) Pasagge: Bagian tulang panggul, serviks, vagian dan dasar panggul (displacement), (3) Passenger: Terutama janin (secara khusus, bagian kepala janin) plus plasenta, selaput dan cairan ketuban/amnion. (Helen, 2001) 2.1.4 Tanda-Tanda Mulainya Persalinan Tanda-tanda dini akan dimulainya persalinan adalah : (1) lightening: Sebenarnya kepala janin ke dalam rongga panggul karena berkurangnya tempat didalam uterus dan sedikit melebarnya simfisis, keadaan ini sering meringankan keluhan pernafasan serta heartbuntn dan pada primigravida akan terlihat pada kehamilan 36 minggu sementara pada multipara baru tampak setelah persalinan dimulai mengingat otot-otot abdomennya lebih kendor, (2) Sering buang air kecil yang disebabkan oleh tekanan kepala janin pada kandung kemih, (3) Kontraksi Braxton-Hicks pada saat yang teregang dan mudah dirangsang itu menimbulkan

distensi dinding abdomen sehingga dinding abdomrn menjdi lebih tipis dan kulit menjadi lebih peka terhadap rangsangan (Helen, 2001). 2.2 Pemilihan Penolong Persalinan Salah satu faktor yang paling mempengaruhi apa yang akan terjadi selama proses melahirkan adalah memilih penolong dalam membantu proses melahirkan (Gaskin, 2003). 1. Definisi Pemilihan penolong persalinan adalah suatu penetapan pilihan penolong persalinan terhadap persalinan ibu yang melahirkan. 2. Macam macam Penolong Persalinan Menurut Syafrudin (2009) dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak, dikenal beberapa jenis tenaga yang memberi pertolongan kepada masyarakat. Adapun jenis tenaga kesehatan tersebut adalah sebagai berikut : a. Dokter Spesialis Kandungan Dokter spesialis kandungan adalah dokter yang mengambil spesialis kandungan. Pendidikan yang mereka jalanin difokuskan untuk mendeteksi dan menanganin penyakit yang terkait dengan kehamilan, terkadang yang terkait dengan proses melahirkan, seperti halnya Dokter ahli bedah. (Gaskin, 2003) Dokter spesialis kandungan dilatih untuk mendektesi patologi. Ketika mereka mendektesinya, seperti mereka yang sudah pelajari, mereka akan memfokuskan tugasnya untuk melakukan intervensi medis. Dokter spesialis kandungan menanganin wanita hamil yang sehat, demikian juga wanita hamil yang sakit dan resiko tinggi. Ketika mereka menanganin wanita hamil yang sehat, mereka sering melakukan intervensi medis yang seharusnya hanya

dilakukan pada wanita hamil yang sakit atau dalam keadaan kritis. Disebagian besar Negara dunia, tugas Dokter kandungan adalah untuk menanganin wanita hamil yang sakit atau dalam keadaan kritis. (Gaskin, 2003) Baik Dokter spesialis kandungan maupun Bidan bekerja lebih higienis dengan ruang lingkup hampir mencakup seluruh golongan masyarakat. Umumnya, mereka hanya dapat mengulangin kasus kasus fisiologis saja, walaupun Dokter spesialis secara teoritis telah di persiapkan untuk menghadapi kasus patologis. Jika mereka sanggup, harus segera merujuk selama pasien masih dalam keadaan cukup baik. (Syafrudin, 2009) Walaupun mereka dapat mengulangin semua kasus, tetapi hanya sebagian kecil saja masyarakat yang dapat menikmatinya. Hal ini disebabkan karena biaya yang terlalu mahal, jumlah yang terlalu sedikit dan pembayaran yang tidak merata. Dilihat dari segi pelayanan, tenaga ahli ini sangat terbatas kegunaannya. Namun, sebetulnya mereka dapat memperluas fungsinya dengan bertindak sebagai konseptor program obstetri yang pelaksanaannya dapat dilakukan oleh Dokter spesialis atau Bidan. (Syafrudin, 2009). b. Bidan Definisi bidan menurut Keputusan Menteri Kesehatan 2007 adalah seseorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan yang diakui di negaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi kualifikasi untuk didaftar (register) dan atau memiliki izin yang sah (lisensi) untuk melakukan praktik bidan. Bidan adalah seorang tenaga kesehatan yang mempunyai tugas penting dalam bimbingan dan penyuluhan kepada ibu hamil, persalinan nifas dan

menolong persalinan dengan tanggung jawabnya sendiri, serta memberikan asuhan kepada bayi baru lahir (prenatal care) (Wiknjosastro, 2005). Asuhan ini termasuk tindakan pencegahan deteksi kondisi abnormal ibu dan anak, usaha mendapatkan bantuan medis dan melaksanakan tindakan kedaruratan dimana tidak ada tenaga bantuan medis. Dia mempunyai tugas penting dalam pendidikan dan konseling, tidak hanya untuk klien tetapi juga untuk keluarga dan masyarakat (Notoatmodjo, 2003). Pada saat ini, ada dua jenis bidan, yaitu mereka yang mendapat pendidikan khusus selama tiga tahun dan perawat yang kemudian dididik selama satu tahun mengenai kebidanan dan disebut sebagai perawat bidan (Syafrudin, 2009). Salah satu tempat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak adalah BPS (Bidan Praktek Swasta). Menurut Meilani dkk (2009) BPS adalah satu wahana pelaksanaan praktik seorang bidan di masyarakat. Praktik pelayanan bidan perorangan (swasta), merupakan penyediaan pelayanan kesehatan, yang memiliki kontribusi cukup besar dalam memberikan pelayanan, khususnya dalam meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak. Setelah bidan melaksanakan pelayanan di lapangan, untuk menjaga kualitas dan keamanan dari layanan bidan, dalam memberikan pelayanan harus sesuai dengan kewenangannya. Penyebaran dan pendistribusian badan yang melaksanakan praktik perlu pengaturan agar dapat pemerataan akses pelayanan yang sedekat mungkin dengan masyarakat yang membutuhkannya. Tarif dari pelayanan bidan praktik akan lebih baik apabila ada pengaturan yang jelas dan transparan, sehingga

masyarakat tidak ragu untuk datang ke pelayanan Bidan Praktik Perorangan (swasta). Layanan kebidanan dimaksudkan untuk sebisa mungkin mengurangi intervensi medis. Bidan memberikan pelayanan yang dibutuhkan wanita hamil yang sehat sebelum melahirkan. Cara kerja mereka yang ideal adalah bekerjasama dengan setiap wanita dan keluarganya untuk mengidentifikasi kebutuhan fisik, sosial dan emosional yang unik dari wanita yang melahirkan. Layanan kebidanan terkait dengan usaha untuk meminimalisir episiotomy, penggunaan forcep, epidural dan operasi sesar (Gaskin, 2003). c. Dukun Bersalin Pengertian dukun biasanya seorang wanita sudah berumur ± 40 tahun ke atas, pekerjaan ini turun menurun dalam keluarga atau karena ia merasa mendapat panggilan tugas ini. (Wiknjosastro, 2007). Menurut Syafrudin (2009), jenis dukun terbagi menjadi dua, yaitu : 1) Dukun terlatih adalah dukun yang telah mendapatkan pelatihan oleh tenaga kesehatan dan telah dinyatakan lulus. 2) Dukun tidak terlatih adalah dukun yang belum pernah dilatih oleh tenaga kesehatan atau dukun yang sedang dilatih dan belum dinyatakan lulus. Penolong persalinan oleh dukun mengenai pengetahuan tentang fisiologis dan patologis dalam kehamilan, persalinan, serta nifas sangat terbatas oleh karena atau apabila timbul komplikasi ia tidak mampu untuk mengatasinya, bahkan tidak menyadari akibatnya, dukun tersebut menolong hanya berdasarkan pengalaman dan kurang professional. Berbagai kasus sering

menimpa seorang ibu atau bayi sampai pada kematian ibu dan anak (Wiknjosastro, 2005). Seperti diketahui, dukun bayi adalah merupakan sosok yang sangat dipercayai di kalangan masyarakat. Mereka memberikan pelayanan khususnya bagi ibu hamil sampai dengan nifas secara sabar. Apabila pelayanan selesai mereka lakukan, sangat diakui oleh masyatakat bahwa mereka memiliki tarif pelayanan yang jauh lebih murah dibandingkan dengan bidan. Umumnya masyarakat merasa nyaman dan tenang bila persalinannya ditolong oleh dukun atau lebih dikenal dengan bidan kampung, akan tetapi ilmu kebidanan yang dimiliki dukun tersebut sangat terbatas karena didapatkan secara turun menurun (tidak berkembang) (Meilani, dkk, 2009). Dalam usaha meningkatkan pelayanan kebidanan dan kesehatan anak maka tenaga kesehatan seperti bidan mengajak dukun untuk melakukan pelatihan dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan dalam menolong persalinan, selain itu dapat juga mengenal tanda-tanda bahaya dalam kehamilan dan persalinan, selain itu dapat juga mengenal tanda-tanda bahaya dalam kehamilan dan persalinan dan segera minta pertolongan pada bidan. Dukun yang harus ada ditingkatkan kemampuannya, tetapi kita tidak dapat bekerjasama dengan dukun dalam mengurangi angka kematian dan angka kesakitan (Wiknjosastro, 2005).

2.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Ibu Dalam Pemilihan Penolong Persalinan Pemilihan penolong selama masa kehamilan, persalinan, dan nifas bukanlah suatu proses yang sederhana. Ada banyak faktor yang berkontribusi dalam proses pengambilan keputusan tersebut, hal ini terjadi pada perempuan yang baru pertama kali hamil. Faktor faktor tersebut adalah sebagai berikut : 1. Sosial Ekonomi Sosial ekonomi adalah kemampuan seseorang untuk mampu menempatkan diri dalam lingkungannya sehingga dapat menentukan sikap berdasarkan atas apa yang dimilikinya dan kemampuan mengenai keberhasilan menjalankan usaha sehingga berhasil mencukupinya. Dalam memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun kebutuhan (sekunder) keluarga dengan status ekonomi baik akan lebih mudah tercukupi dibanding keluarga dengan status ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan akan informasi pendidikan. Hal ini menjadi alasan perempuan untuk memilih dukun sebagai penolong, karena mereka beralasan bahwa dukun lebih murah disbanding tenaga kesehatan lainnya. Mereka menganggap dukun lebih murah karena mereka dapat membayarnya dengan beras, kelapa atau ayam yang tersedia dirumah mereka, mereka tidak ingin memilih bidan karena mereka harus membayar bidan dengan uang yang kadang kadang tidak tersedia dirumah mereka. Sebaliknya perempuan yang menganggap bahwa biaya kedukun sama dengan ke bidan, hanya cara pembayarannya yang berbeda cenderung akan memilih bidan. Mereka berpendapat bahwa, jika memilih bidan mereka harus membayar dengan uang yang relatif banyak dalam sekali waktu, jadi jika

memilih dukun, mereka harus membayar secara berkesinambungan sampai periode nifas (Juariah, 2009). 2. Sosial Budaya Sosial budaya adalah nilai-nilai atau pola kebiasaan yang dimiliki seseorang dalam berperilaku dalam kelompok masyarakat. Keyakinan dan kepatuhan mengikuti adat istiadat selama masa kehamilan, persalinan, dan nifas mempengaruhi perempuan dalam memilih penolong. Dimasyarakat, selain dipercaya memiliki kemampuan untuk memeriksa, dan sering diminta untuk memimpin upacara- upacara selamatan seperti empat bulanan dan tujuh bulanan. Hal ini berbeda dengan bidan. Asumsi di masyarakat, bidan adalah hanya memiliki keahlian dalam memeriksakan kehamilan, persalinan dan nifas, tetapi mereka tidak memiliki pengetahuan tentang keharuan dan larangan adat istiadat selama kehamilan, persalinan dan nifas. Oleh karena itu perempuan yang masih taat dan patuh mengikuti adat istiadat akan lebi memilih dukun dari pada bidan atau kalau pun mereka memilih memeriksakan kehamilannya ke bidan mereka juga akan meminta dukun untuk memimpin upacara tujuh bulanan dan sebagainya atau meminta saran dan dukun berkaitan dengan keharusan dan pantangan selama masa kehamilan, persalinan, dan nifas. (Juariah, 2009) 3. Dukungan suami dan keluarga Dukungan keluarga dan suami adalah suatu hubungan antara keluarga dengan orang yang merasa memperoleh duungan merasa lega karena diperhatikan, mendpat saran dan nasehat yang menyenangkan pada dirinya. Suami dan keluarga memiliki peranan penting dalam memilih penolong

selama kehamilan, persalinan, dan nifas. Hal ini terutama terjadi pada perempuan yang relative muda usianya sehingga kemampuan mengambil keputusan secara mandiri masih rendah. Mereka berpendapat bahwa pilihan orang yang lebih tua adalah yang terbaik karena orang tua lebih berpengalaman dari pada mereka. Selain itu, kalau mereka mengikuti saran orang tua, jika terjadi sesuatu yang buruk, maka seluruh keluarga dan terutama orang tua akan ikut bertanggung jawab. Oleh karena itu ketika orang tua menyarankan memilih dukun, mereka akan memilih dukun ataupun sebaliknya. Hal ini agak berbeda dengan perempuan yang lebih dewasa usianya, mereka lebih mampu mengambil keputusan sendiri dalam memilih penolong persalinan. Sebagai contoh, dalam penelitian yang penulis lakukan, ada perempuan yang meskipun mendapat saran dari ibunya untuk memilih dukun tetapi memutuskan untuk memilih bidan karena dia fikir jika terjadi satu masalah muncul, dia dan bayinya yang akan terjadi korban. (Juariah, 2009) 4. Jarak Pelayanan Kesehatan Jarak adalah angka yang menunjukkan seberapa jauh jarak yang ditempuh dari tempat tinggal ke pelayanan kesehatan. Jarak (fisik dan sosial) dapat menjadi faktor yang mempengaruhi seorang perempuan dalam memilih penolong persalinan selama masa kehamilan,persalinan dan nifas. Perempuan yang memilih dukun beralasan pertama karena dukun tinggal dekat dengan rumah mereka jadi walaupun dikampung yang sama juga ada bidan, mereka tetap memilih dukun sebagai penolong, sebalinya perempuan yang memilih bidan juga beralasan karena mereka sudah familiar dengan bidan tersebut

karena sejak hamil mereka sudah memeriksakan kehamilanya ke bidan (Juariah, 2009). 2.4 Pengambilan Keputusan Pengambilan keputusan yang optimal menurut Robins (2001) adalah rasional. Artinya, dia membuat pilihan memaksimalkan nilai yang konsisten dalam batas-batas tertentu. Pilihan-pilihan dibuat mengikuti model pengambilan keputusan rasional ada enam langkah sebagai berikut: 1. Menetapkan masalah 2. Mengidentifikasikan kriteria keputusan 3. Mengalokasikan bobot pada kriterianya 4. Mengembangkan alternative 5. Mengevaluasi alternative 6. Memilih alternatif yang terbaik Tanda-tanda umum dari penetapan keputusan (Decision Making) adalah : (1) Keputusan merupakan hasil berpikir, hasil usaha intelektual, (2) Keputusan selalu melibatkan pilihan dari berbagai alternatif, (3) Keputusan selalu melibatkan tindakan nyata, walaupun pelaksananya boleh ditangguhkan atau dilupakan. Menurut Rahmat, meskipun masih belum banyak yang dapat diungkapkan tentang proses penetapan keputusan. Tapi telah disepakati, bahwa lain kognisi, motif dan sikap. Kognisi artinya kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dimiliki. Motif amat mempengaruhi pengambilan keputusan. Sikap merupakan faktor penentu lainnya dalam proses pengambilan keputusan. (Rahmat, 2005)