PEMANFAATAN BIJI TURI SEBAGAI PENGGANTI KEDELAI DALAM BAHAN BAKU PEMBUATAN KECAP SECARA HIDROLISIS DENGAN MENGGUNAKAN EKSTRAK PEPAYA DAN NANAS

dokumen-dokumen yang mirip
Pemanfaatan Biji Turi Sebagai Bahan Baku Pembuatan Kecap Secara Hidrolisis Dengan Menggunakan Estrak Pepaya Dan Nanas

YUWIDA KUSUMAWATI A

BAB I PENDAHULUAN. Turi (Sesbania grandiflora) merupakan tanaman asli Indonesia,yang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PEMANFAATAN BIJI TURI SEBAGAI BAHAN BAKU PTAHU DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK PEPAYA DAN LAMA PERENDAMAN BERBEDA

BAB I PENDAHULUAN. tanaman kecipir (Psophocarpus tetragonolobus). Di beberapa daerah,

UJI KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK DAGING SAPI REBUS YANG DILUNAKKAN DENGAN SARI BUAH NANAS (Ananas comosus) NASKAH PUBLIKASI

UJI KANDUNGAN KARBOHIDRAT PADA PEMBUATAN KECAP DENGAN PENAMBAHAN AIR KELAPA PADA BERBAGAI KONSENTRASI

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : PUJI ASTUTI A

UJI SERAT, PROTEIN SERTA ORGANOLEPTIK TEMPE BIJI TURI (Sesbania grandiflora) DENGAN PENAMBAHAN JAGUNG (Zea mays) DAN BEKATUL NASKAH PUBLIKASI

PEMANFAATAN KEONG SAWAH DALAM PEMBUATAN KECAP SECARA ENZIMATIS (KAJIAN PENAMBAHAN HANCURAN BONGGOL NANAS DAN LAMA FERMENTASI) SKRIPSI

KADAR PROTEIN KECAP LAMTORO DENGAN VARIASI VOLUME EKSTRAK PEPAYA DAN LAMA WAKTU HIDROLISIS NASKAH PUBLIKASI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam kadar protein kecap manis air kelapa menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

M. Yogie Nugraha 1), Edison 2), and Syahrul 2) Abstract

BAB I PENDAHULUAN. waktu sekitar sehari semalam. Dalam SII Nomor , brem padat. dalam pembuatan brem padat adalah ketan putih.

UJI KUALITAS YOGHURT SUSU SAPI DENGAN PENAMBAHAN MADU dan Lactobacillus bulgaricus PADA KONSENTRASI YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. fosfor, besi atau mineral lain. Protein disusun dari 23 atau lebih unit yang

PEMANFAATAN JANTUNG PISANG KEPOK KUNING (Musa paradisiaca) TEPUNG KEDELAI DAN TEPUNG TAPIOKA SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN PADA BAKSO DAGING SAPI

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. tampilan dan teksturnya mirip dengan tahu yang berwarna putih bersih

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. antara kacang-kacangan tersebut, kedelai paling banyak digunakan sebagai bahan

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Biologi A

KANDUNGAN VITAMIN C DAN UJI ORGANOLEPTIK FRUITHGURT KULIT BUAH SEMANGKA DENGAN PENAMBAHAN GULA AREN DAN KAYU SECANG NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tempe merupakan makanan khas Indonesia yang cukup populer dan

KADAR PROTEIN KECAP KARA BENGUK DENGAN VARIASI VOLUME EKSTRAK NANAS DAN WAKTU HIDROLISIS ENZIMATIS

PEMANFAATAN DAUN KELOR (Moringa oleifera Lamk.) SEBAGAI BAHAN CAMPURAN NUGGET IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis C.)

SUBSTITUSI TEPUNG TEMPE UNTUK PEMBUATAN KUE LUMPUR COKLAT DENGAN PENAMBAHAN VARIASI GULA PASIR JURNAL PUBLIKASI

KADAR PROTEIN DAN BETAKAROTEN BAKSO IKAN TUNA YANG DIPERKAYA JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DAN UMBI WORTEL NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1960-an ubi jalar telah menyebar hampir di seluruh Indonesia

BAB V PEMBAHASAN. Cempedak Terhadap Kualitas Fisik Dan Organoleptik. Proses fermentasi tempe dimulai dari fase pertumbuhan cepat (0-30 jam

I PENDAHULUAN. banyak ditemukan dan dikonsumsi yaitu ikan tongkol. Secara ilmu pengetahuaan,

BAB I PENDAHULUAN. dapat digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri.

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Biologi DIAH AYU FITRIANI

UJI ORGANOLEPTIK DAN KANDUNGAN VITAMIN C PADA PEMBUATAN SELAI BELIMBING WULUH DENGAN PENAMBAHAN BUAH KERSEN DAN BUNGA ROSELA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diinkubasi dengan pembungkus daun Jati (Tectona grandis L.). Koji lamtoro yang

BAB I PENDAHULUAN. yang banyak dan memiliki warna kuning keemasan. Pohon nanas sendiri dapat

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KUALITAS FRUITGHURT KULIT PISANG (Musa paradisiaca) DENGAN PENAMBAHAN SARI TEBU DAN KAYU SECANG NASKAH PUBLIKASI

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai Latar Belakang (1.1.), Identifikasi

I. PENDAHULUAN. Singkong (Manihot Esculenta) merupakan salah satu sumber bahan pangan yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

UJI KADAR PROTEIN DAN UJI ORGANOLEPTIK BISKUIT DENGAN RATIO TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG DAUN KELOR

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Biologi

BAB I PENDAHULUAN. penyimpan cadangan makanan. Contoh umbi-umbian adalah ketela rambat,

I. PENDAHULUAN. Tenggara yang beriklim tropis basah seperti Indonesia, Thailand dan Malaysia

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

I. PENDAHULUAN. Ikan rucah merupakan ikan-ikan kecil dengan ukuran maksimum 10 cm yang ikut

Farikha Maharani, Indah Riwayati Universitas Wahid Hasyim, Semarang *

NASKAH PUBLIKASI RISA DHALIA A

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. baik oleh industri atau rumah tangga, sedangkan kapasitas produksi tepung terigu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Melalui penganekaragaman pangan didapatkan variasi makanan yang

I PENDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk

PENGARUH PERENDAMAN DALAM LARUTAN GULA TERHADAP PERSENTASE OLIGOSAKARIDA DAN SIFAT SENSORIK TEPUNG KACANG KEDELAI (Glycine max)

BAB I PENDAHULUAN. tanaman terutama hasil pertanian dan rempah-rempah. Hal ini didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN. mamalia seperti sapi, kambing, unta, maupun hewan menyusui lainnya.

PENGARUH PERLAKUAN PADA PROSES BLANCHING DAN KONSENTRASI NATRIUM BIKARBONAT TERHADAP MUTU SUSU KEDELAI

TINJAUAN PUSTAKA. kacang-kacangan lainnya yang dibuat secara tradisional dengan bantuan jamur

I PENDAHULUAN. dapat diperoleh di pasar atau di toko-toko yang menjual bahan pangan. Abon dapat

BAB I PENDAHULUAN. Protease adalah enzim yang memiliki daya katalitik yang spesifik dan

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

KANDUNGAN PROTEIN PADA KECAP AIR KELAPA DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG BELALANG KAYU DAN SARI BUAH NANAS

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3)

PEMANFAATAN KARAGENAN DAN ASAM SITRAT UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS TAHU

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Usaha peternakan ayam saat ini cukup berkembang pesat. Peredaran daging ayam cukup besar di pasaran sehingga menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diantaranya adalah tempe, keju, kefir, nata, yoghurt, dan lainlain.

UJI ORGANOLEPTIK DAN DAYA SIMPAN SELAI GULMA KROKOT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai

PENGARUH PENAMBAHAN GULA PASIR DAN GULA MERAH TERHADAP TINGKAT KESUKAAN DODOL NANAS

I PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2)

Ulangan 1 Ulangan 2 (%)

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi, diantaranya mengandung vitamin C, vitamin A, sejumlah serat dan

BAB I PENDAHULUAN. pemanfaatan enzim protease, yaitu pada produksi keju. tinggi sehingga cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi pada tubuh manusia.

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap. Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan

HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian,

DAYA TERIMA DAN KUALITAS PROTEIN IN VITRO TEMPE KEDELAI HITAM (Glycine soja) YANG DIOLAH PADA SUHU TINGGI. Abstrak

I PENDAHULUAN. berlebihan dapat disinyalir menyebabkan penyakit jantung dan kanker. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. selai adalah buah yang masak dan tidak ada tanda-tanda busuk. Buah yang

BAB I PENDAHULUAN. kecukupan gizi. Unsur gizi yang dibutuhkan manusia antara lain: protein, lemak,

BAB I PENDAHULUAN. Keju merupakan salah satu hasil olahan susu yang dikenal oleh masyarakat

PENDAHULUAN. sumber protein hewani selain daging. Telur tidak hanya dijual dalam keadaan. sekarang banyak olahan telur yang menggunakan telur puyuh.

KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK YOGHURT SUSU KEDELAI( SOYGHURT) DENGAN PENAMBAHAN GULA DAN SARI BUAH NANAS (Ananas comosus) NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan tempe, tahu, kecap, oncom, susu, dan lain-lain. Kacangkacangan

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan produk pangan menggunakan bahan baku kacang-kacangan

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein

BAB I PENDAHULUAN 5, , , , ,

I. PENDAHULUAN. Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang

1 I PENDAHULUAN. Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian, dan (1.7) Waktu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi

Transkripsi:

PEMANFAATAN BIJI TURI SEBAGAI PENGGANTI KEDELAI DALAM BAHAN BAKU PEMBUATAN KECAP SECARA HIDROLISIS DENGAN MENGGUNAKAN EKSTRAK PEPAYA DAN NANAS NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: VANDA FIKOERITRINA WIDYA PRIMERIKA A 420 100 095 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

1 PEMANFAATAN BIJI TURI SEBAGAI PENGGANTI KEDELAI DALAM BAHAN BAKU PEMBUATAN KECAP SECARA HIDROLISIS DENGAN MENGGUNAKAN EKSTRAK PEPAYA DAN NANAS Vanda Fikoeritrina Widya Primerika, A 420 100 095, Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2014, 45 halaman ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurangnya pemanfaatan biji turi oleh masyarakat sebagai bahan makanan. Kebanyakan masyarakat memanfaatkan bunganya. Biji turi ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan kecap yang belum banyak digunakan oleh masyarakat. Masyarakat lebih mengenal kecap berbahan dasar kedelai. Harga kedelai yang cukup mahal dapat digantikan dengan menggunakan biji turi yang relatif lebih murah dan berprotein tinggi. Pembuatan kecap dengan menggunakan ekstrak pepaya dan nanas dapat mempercepat waktu pembuatan kecap secara hidrolisis protein karena adanya enzim papain pada pepaya dan enzim bromelin pada nanas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar protein kecap biji turi dengan menggunakan ekstrak pepaya dan nanas serta untuk mengetahui organoleptik kecap biji turi dengan menggunakan ekstrak pepaya dan nanas. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dua faktorial. Faktor tersebut yaitu jenis ekstrak yang digunakan (ekstrak pepaya dan ekstrak nanas) dan penambahan volume ekstrak (80 ml, 100 ml, dan 120 ml) dengan 6 perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan ekstrak pepaya dan nanas berpengaruh pada kadar protein kecap. Hasil kadar protein tertinggi pada perlakuan J 1 V 1 yaitu 12,11%, sedangkan kadar protein terendah pada perlakuan J 2 V 1 yaitu 7,53 %. Kecap dengan perlakuan menggunakan ekstrak nanas, volume 120 ml merupakan kecap yang dapat diterima oleh masyarakat. Kata kunci: biji turi, pepaya, nanas, kadar protein, organoleptik PENDAHULUAN Selama ini pemanfaatan hasil turi oleh masyarakat masih terbatas, bagian dari turi yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat hanya bunganya. Pemanfaatan turi juga dapat dilakukan dengan memanfaatkan bagian dari tanaman turi yaitu bijinya. Biji dari turi ini dapat digunakan dalam pembuatan kecap sebagai alternatif lain bahan baku yang biasanya berasal dari kedelai. Selain dapat dimanfaatkan sebagai bahan yang digunakan untuk pembuatan kecap, biji turi

2 dapat dimanfaatkan dalam pembuatan tempe. Menurut hasil penelitian Firdani (2009) bahwa ada pengaruh substitusi biji turi pada biji kedelai dalam pembuatan tempe terhadap kadar protein, dan berdasarkan uji daya terima dapat disimpulkan bahwa substitusi biji turi 15 % memberikan tingkat kesukaan yang baik (dalam aspek warna, aroma, rasa dan tekstur) serta sumbangan protein sebesar 18,51 %. Biji turi ini mempunyai potensi yang bagus untuk dimanfaatkan sebagai substitusi kedelai pada pembuatan kecap. Penelitian yang telah dilakukan Towaha dan Rusli (2010) menunjukkan bahwa hasil organoleptik meliputi aroma, rasa, dan warna pada pembuatan kecap dari biji turi ini mendapatkan warna, aroma dan rasa yang hampir sama dengan kecap manis yang banyak beredar di pasaran, dan berdasarkan uji laboratorium maka kandungan gizi kecap manis berbahan baku biji turi memenuhi syarat SNI 01-354 - 1994. Bahan baku utama kecap pada umumnya adalah kedelai. Kecap yang berasal dari kedelai umumnya mengandung air, lemak, protein dan juga kalsium. Kandungan gizi protein kedelai sebesar 37,5%. Kedelai mempunyai harga yang cukup mahal dalam penjualannya. Cara lain untuk mengurangi ketergantungan kecap yang berasal dari kedelai dalam pembuatan kecap, maka dapat memanfaatkan jenis biji-bijian yang lain, seperti biji tanaman turi yang mempunyai komposisi kandungan gizi yang tidak jauh berbeda dengan kedelai, terutama kandungan protein biji turi sebesar 36,21% yang setara dengan kandungan protein kedelai sebesar 37,5% (Towaha dan Rusli, 2010). Proses pembuatan kecap juga dilakukan oleh enzim dengan cara hidrolisis, beberapa penelitian mendapatkan bahwa penguraian protein dengan cara hidrolisis enzim lebih cepat dibanding fermentasi protein dengan kapang. Pemilihan dengan menggunakan buah pepaya dikarenakan pepaya mengandung enzim papain. Enzim ini sangat aktif dan memiliki kemampuan mempercepat proses pembentukan protein. Papain juga dapat memecah makanan yang mengandung protein hingga terbentuk berbagai senyawa asam amino. Papain terbentuk di seluruh bagian buah, baik kulit, daging buah, maupun bijinya. (Setiawan, 2006).

3 Penelitian yang pernah dilakukan dalam pemanfaatan pepaya yakni ekstrak pepaya digunakan dalam proses pembuatan kecap tutut yakni kecap yang berasal dari kerang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian enzim papain dapat menghasilkan kecap ikan yang berkualitas nomor tiga menurut SII dengan kadar garam sebesar 17,45% dan ph 6,5 (Eviyanti dkk., 2012). Pembuatan kecap juga dilakukan dengan menggunakan nanas. Nanas mengandung enzim protease yang disebut enzim bromelin yang berfungsi untuk mempercepat penguraian protein, sebagai enzim proteolitik bromelin mampu memecah molekul-molekul menjadi bentuk asam amino. Bromelin dapat diperoleh dari ekstraksi batang nanas atau dari buah nanas yang dibuat menjadi ekstrak nanas (Arsyani, 2007). Dari latar belakang diatas, maka pada penelitian ini akan dilakukan penambahan ekstrak pepaya dan nanas dalam pembuatan kecap dengan judul PEMANFAATAN BIJI TURI SEBAGAI PENGGANTI KEDELAI DALAM BAHAN BAKU PEMBUATAN KECAP SECARA HIDROLISIS DENGAN MENGGUNAKAN EKSTRAK PEPAYA DAN NANAS. METODE PENELITIAN Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai dengan bulan April 2014 dan melakukan uji protein di Laboratorium Kimia Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap(RAL) percobaan 2 faktorial yaitu jenis ekstrak pepaya dan ekstrak nanas dengan volume berbeda ( 80 ml, 100 ml, dan 120 ml) dengan 6 kombinasi perlakuan. 1. Faktor I : Jenis ekstrak ( J ) J 1 J 2 = Ekstrak pepaya = Ektrak nanas 2. Faktor II : Volume ekstrak ( V ) V 1 = Volume ekstrak 80 ml V 2 = Volume ekstrak 100 ml

4 V 3 = Volume ekstrak 120 ml Tabel 1. Rancangan Penelitian Perlakuan (J/V) V 1 V 2 V 3 J 1 J 1 V 1 J 1 V 2 J 1 V 3 J 2 J 2 V 1 J 2 V 2 J 2 V 3 Keterangan: J 1 V 1 : biji turi dengan menggunakan ekstrak pepaya, volume ekstrak 80 ml J 1 V 2 : biji turi dengan menggunakan ekstrak pepaya, volume ekstrak 100 ml J 1 V 3 : biji turi dengan menggunakan ekstrak pepaya, volume ekstrak 120ml J 2 V 1 : biji turi dengan menggunakan ekstrak nanas, volume ekstrak 80 ml J 2 V 2 : biji turi dengan menggunakan ekstrak nanas, volume ekstrak 100 ml J 2 V 3 : biji turi dengan menggunakan ekstrak nanas, volume ekstrak 120 ml Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menguji kadar protein kecap dengan menggunakan alat spektofotometer dan pengujian organoleptik pada kecap dengan menggunakan 20 panelis. Data yang diperoleh di analisis dengan deskriptif kualitatif. HASIL PENELITIAN Hasil penelitian dari kadar uji protein dan organoleptik kecap biji turi menggunakan ekstrak pepaya dan nanas adalah sebagai berikut: 1. Uji Kadar Protein Tabel 2. Hasil Uji Kadar Protein (%) Pada Kecap Biji Turi dengan Menggunakan Ekstrak Pepaya dan Nanas No. Perlakuan Ulangan (Kadar Protein(%)) I II III Rata-rata 1. J 1 V 1 13,68 11,41 11,24 12,11** 2. J 1 V 2 8,43 10,29 9,32 9,41 Keterangan Kecap biji turi menggunakan ekstrak pepaya 80 ml Kecap biji turi menggunakan

5 ekstrak pepaya 100 ml 3. J 1 V 3 8,59 8,23 8,34 8,38 4. J 2 V 1 7,52 7,59 7,50 7,53* 5. J 2 V 2 7,95 8,68 8,61 8,41 6. J 2 V 3 8,63 8,67 8,71 8,67 Kecap biji turi menggunakan ekstrak pepaya 120 ml Kecap biji turi menggunakan ekstrak nanas 80 ml Kecap biji turi menggunakan ekstrak nanas 100 ml Kecap biji turi menggunakan ekstrak nanas 120 ml Keterangan: *)kadar protein terendah **)kadar protein tertinggi 2. Uji Organoleptik Hasil uji organoleptik kecap biji biji turi menggunakan ekstrak pepaya dan nanas adalah sebagai berikut: Tabel 3. Hasil Uji Organoleptik dan Daya Terima Masyarakat Terhadap Kecap Biji Turi dengan Menggunakan Ekstrak Pepaya dan Nanas Penilaian Perlakuan Warna Aroma Rasa Kekentalan Daya terima J 1 V 1 J 1 V 2 J 1 V 3 Coklat tua Coklat tua Coklat tua Khas kecap sedikit langu Khas kecap sedikit langu Khas kecap sedikit langu manis Manis Manis kental Kental Kental suka suka suka

6 J 2 V 1 J 2 V 2 J 2 V 3 Coklat tua Coklat tua Coklat tua Khas kecap sedikit langu Khas kecap sedikit langu Khas kecap Manis Manis Manis Kental kental kental suka suka suka PEMBAHASAN 1. Uji Kadar Protein Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar protein berbeda-beda tiap perlakuan. Kadar protein tertinggi terdapat pada perlakuan kecap biji turi menggunakan ekstrak pepaya dengan penambahan volume ekstrak 80 ml (J 1 V 1 ) yaitu sebesar 12,11 %. Kadar protein terendah terdapat pada perlakuan kecap biji turi menggunakan ekstrak nanas dengan penambahan volume ekstrak 80 ml (J 2 V 1 ), yaitu sebesar 7,53 %. Adanya penambahan ekstrak pada pembuatan kecap dapat mempengaruhi kadar protein yang ada pada kecap. Kecap biji turi dengan perlakuan J 1 V 1 mempunyai kadar protein yang paling tinggi diantara perlakuan yang lainnya. Menurut Winarno (1995) dalam Taqwdasbriliani dkk., (2013) menjelaskan bahwa enzim papain bekerja lebih aktif pada protein nabati sedangkan bromelin bekerja lebih aktif pada protein hewani. Papain relatif tahan terhadap panas dibandingkan dengan enzim proteolik lainnya seperti bromelin dan lisin. Enzim papain lebih tahan terhadap suhu tinggi dibanding dengan enzim bromelin. Hal ini yang menyebabkan kadar protein pada kecap menggunakan pepaya lebih banyak dibanding dengan nanas. Selain itu berbedanya kadar protein juga disebabkan oleh denaturasi. Hal ini didukung oleh Campbell (2002) yang menyatakan bahwa denaturasi artinya suatu perubahan struktur yang dapat mengakibatkan kehilangan konformasi aslinya. Denaturasi disebabkan oleh panas yang berlebih.

7 2. Uji Organoleptik Hasil uji organoleptik warna kecap terdiri dari 4 warna yakni warna hitam, coklat kehitaman, coklat tua, dan coklat. Hasil menunjukkan bahwa warna pada kecap biji turi tiap sampel adalah sama yakni coklat tua. Warna produk makanan merupakan daya tarik masyarakat untuk mengkonsumsi suatu produk. Warna coklat tua merupakan warna khas pada kecap (ideal). Warna coklat tua yang dihasilkan dapat disebabkan karena biji yang digunakan berwarna coklat tua. Warna pada sampel kecap juga dapat dipengaruhi oleh jenis ekstrak. Kecap yang menggunakan ekstrak pepaya memiliki skor rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan kecap yang menggunakan ekstrak nanas. Warna juga dapat dipengaruhi oleh banyaknya gula yang digunakan. Menurut Soraya (2008) bahwa proses pemanasan dapat menyebabkan reaksi pencoklatan yang meliputi flavour dan warna dari bahan pangan. Warna gelap kecap manis disebabkan oleh proses karamelisasi dan penambahan bumbu. Hasil uji organoleptik aroma terdiri dari4 aroma yaitu khas kecap langu sekali, khas kecap cukup langu, khas kecap sedikit langu, khas kecap. Hasil menunjukkan bahwa aroma kecap tiap sampel hampir sama, hanya satu sampel yang memiliki aroma berbeda. Lima sampel beraroma khas kecap sedikit langu dan satu sampel beraroma khas kecap. Aroma pada sampel yang lebih mendekati pada aroma khas kecap yakni yang menggunakan ekstrak nanas karena rata-ratanya lebih besar dibanding dengan yang menggunakan ekstrak pepaya. Selain ekstrak yang digunakan, bumbu-bumbu yang khas untuk kecap juga berperan dalam pembentukan aroma. Hasil uji organoleptik rasa terdiri dari 4 yakni kurang manis, cukup manis, manis, dan sangat manis. Hasil menujukkan bahwa rasa tiap sampel adalah sama yaitu manis. Rasa manis berasal dari gula yang digunakan dalam pembuatan kecap. Rasa manis juga dapat berasal dari penambahan volume ekstrak dan jenis ekstrak yang digunakan. Sampel dengan menggunakan ekstrak nanas memiliki rasa manis yang lebih banyak dibanding dengan sampel dengan menggunakan ekstrak pepaya. Hal ini dikarenakan nanas memiliki rasa khas yakni manis keasaman sedangkan pepaya yang digunakan adalah pepaya

8 mentah yang kadar gulanya rendah. Menurut Soraya (2008) bahwa campuran bumbu berguna untuk menambah aroma, cita rasa dan tujuan utama pemakaian rempah-rempah pada masakan dapat meningkatkan cita rasa yang enak dan gurih, sehingga mampu membangkitkan selera makan. Hasil uji organoleptik kekentalan terdiri dari 4 yakni tidak kental, kurang kental, cukup kental dan kental. Hasil bahwa empat sampel tingkat kekentalannya cukup kental dan dua sampel tingkat kekentalannya yakni kental. Perbedaan kekentalan tersebut disebabkan karena penggunaan jumlah ekstrak yang bervariasi juga waktu pemasakan dan suhu pemasakan. Semakin lama waktu memasak maka dapat menyebabkan semakin kental sampel. Menurut Arsyani (2008) menyatakan bahwa perbedaan kekentalan disebabkan karena penggunaan jumlah ekstrak yang bervariasi, serta lama dan suhu pemasakan yang sama. Hasil uji daya terima masyarakat terdiri menjadi 4 yaitu tidak suka, kurang suka, suka, dan sangat suka. Hasil menunjukkan bahwa daya terima pada kecap biji turi ini relatif sama yakni cukup suka. Daya terima masyarakat merupakan kesediaan masyarakat untuk menerima suatu produk. Kecap biji turi menggunakan ekstrak nanas dengan pengunaan volume 120 ml merupakan kecap yang nilai rata-rata daya terima paling tinggi dibanding dengan kecap biji turi dari ekstrak pepaya. Kecap dengan menggunakan penambahan ekstrak nanas 120 ml memiliki warna, aroma, rasa dan cukup kekentalan sehingga daya terima pada 20 panelis yaitu cukup suka. KESIMPULAN 1. Kadar kadar protein tertinggi sebesar 12,11% pada perlakuan J 1 V 1 dan kadar protein terendah sebesar 7,53 % pada perlakuan J 2 V 1. 2. Kecap manis yang paling banyak disukai masyarakat adalah kecap manis menggunakan ekstrak nanas 120 ml

9 SARAN 1. Perlu dilakukan upaya untuk menyebarluaskan pada masyarakat tentang kecap yang menggunakan bahan baku biji turi dan penambahan ekstrak pepaya dan nanas melalui organisasi yang ada di masyarakat. 2. Penelitian selanjutnya diharapkan mampu meneliti daya simpan kecap biji turi dengan menggunakan ekstrak pepaya dan nanas tanpa diberi pengawet makanan. 3. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan kemasan bebas logam pada produk yang dibuat. DAFTAR PUSTAKA Arsyani, Dhian Meitia. 2007. Eksperimen Pembuatan Kecap Manis dari Biji Turi dengan Bahan Ekstrak Nanas. Skripsi:UNES. Campbell, Neil A, dkk,. 2002. Biologi Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Eviyanti, Simanjorang. 2012. Pengaruh Enzim Papain dengan Konsentrasi yang Berbeda terhadap Karakteristik Kimia Kecap Tutut. Jurnal Perikanan dan Kelautan, Volume 3 (4): 209-220. Firdani, Rizka Harum. 2009. Pengaruh Substitusi Biji Turi Pada Biji Kedelai Dalam Pembuatan Tempe Terhadap Kadar Protein Dan Daya Terima. SKIPSI:UNES Setiawan,Andri. 2006. Manfaat Pepaya. http://blog.andrisetiawan.com/07/15/ manfaat.pepaya.(diakses pada 14 Oktober 2013) Soraya, M. R. 2008. Kajian Suhu dan ph Hidrolisis Enzimatik dengan Papain Amobil terhadap Kualitas Kecap Cakar Ayam. Skripsi: Fakultas Peternakan,Universitas Brawijaya, Malang. Taqwdasbriliani, Ertris Bergas, dkk,. 2013. Pengaruh Kombinasi Enzim Papain dan Enzim Bromelin Terhadap Pemanfaatan Pakan Dan Pertumbuhan Ikan Kerapu Macan (Epinephelus Fuscogutattus). Journal of Aquaculture Management and Technology, Vol 2(3): 76-85.

Towaha,Juniati dan Rusli. 2010. Potensi Biji Turi Untuk Substitusi Kedelai Pada Pembuatan Kecap. Tanaman Rempah dan Industri. Volume 1(16):63 10