BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

II. KAJIAN LITERATUR. tahan gempa apabila memenuhi kriteria berikut: tanpa terjadinya kerusakan pada elemen struktural.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Studi Assessment Kerentanan Gedung Beton Bertulang Terhadap Beban Gempa Dengan Menggunakan Metode Pushover Analysis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE ANALISIS

EVALUASI KEMAMPUAN STRUKTUR RUMAH TINGGAL SEDERHANA AKIBAT GEMPA

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

ANALISIS KINERJA STRUKTUR BETON BERTULANG DI WILAYAH GEMPA INDONESIA INTENSITAS TINGGI DENGAN KONDISI TANAH LUNAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Pengaruh Core terhadap Kinerja Seismik Gedung Bertingkat

BAB II DASAR TEORI. Pada bab ini akan dibahas sekilas tentang konsep Strength Based Design dan

adalah momen pada muka joint, yang berhubungan dengan kuat lentur nominal balok pada hubungan balok. Kolom tersebut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE ANALISA STATIK NON LINIER

PRESENTASI TUGAS AKHIR

Evaluasi Kinerja Gedung Beton Bertulang Dengan Pushover Analysis Akibat Beban Gempa Padang

BAB I PENDAHULUAN. Keandalan Struktur Gedung Tinggi Tidak Beraturan Menggunakan Pushover Analysis

Kajian Perilaku Struktur Portal Beton Bertulang Tipe SRPMK dan Tipe SRPMM

PENGARUH SENSITIFITAS DIMENSI DAN PENULANGAN KOLOM PADA KURVA KAPASITAS GEDUNG 7 LANTAI TIDAK BERATURAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang aman. Pengertian beban di sini adalah beban-beban baik secara langsung

ANALISIS PERILAKU STRUKTUR PELAT DATAR ( FLAT PLATE ) SEBAGAI STRUKTUR RANGKA TAHAN GEMPA TUGAS AKHIR

KATA KUNCI: sistem rangka baja dan beton komposit, struktur komposit.

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN

ANALISIS KINERJA STRUKTUR BETON BERTULANG DENGAN VARIASI PENEMPATAN BRACING INVERTED V ABSTRAK

BAB III METODE ANALISIS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :

STUDI KINERJA SENDI PLASTIS PADA GEDUNG DAKTAIL PARSIAL DENGAN ANALISIS BEBAN DORONG

BAB 1 PENDAHULUAN. hingga tinggi, sehingga perencanaan struktur bangunan gedung tahan gempa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. gawang apabila tanpa dinding (tanpa strut) dengan menggunakan dinding (dengan

BAB V ANALISIS KINERJA STRUKTUR

DAFTAR ISI JUDUL LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR NOTASI

KATA KUNCI: direct displacement-based design, performance based design, sistem rangka pemikul momen, analisis dinamis riwayat waktu nonlinier.

EVALUASI DAKTALITAS STRUKTUR BETON BERTULANG AKIBAT PENGARUH DINDING PENGISI BATA MERAH

Analisis Perilaku Struktur Pelat Datar ( Flat Plate ) Sebagai Struktur Rangka Tahan Gempa BAB III STUDI KASUS

ANALISIS PERILAKU DAN KINERJA RANGKA BETON BERTULANG DENGAN DAN TANPA BREISING KABEL CFC

PENELITIAN MENGENAI SNI 1726:2012 PASAL TENTANG DISTRIBUSI GAYA LATERAL TERHADAP KEKAKUAN, KEKUATAN, DAN PENGECEKAN TERHADAP SISTEM TUNGGAL

EVALUASI KINERJA INELASTIK STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG TERHADAP GEMPA DUA ARAH TUGAS AKHIR PESSY JUWITA

BAB III DATA DAN PERHITUNGAN

EVALUASI SNI 1726:2012 PASAL MENGENAI DISTRIBUSI GAYA LATERAL TERHADAP KEKAKUAN DAN KEKUATAN PADA SISTEM GANDA SRPMK DAN SRBKK

EVALUASI SENDI PLASTIS DENGAN ANALISIS PUSHOVER PADA GEDUNG TIDAK BERATURAN

EVALUASI KINERJA STRUKTUR BETON TAHAN GEMPA DENGAN ANALISIS PUSHOVER MENGGUNAKAN SOFTWARE SAP Skripsi. Sumarwan I

PENGARUH DINDING PENGISI PADA LANTAI DASAR BANGUNAN TINGKAT TINGGI TERHADAP TERJADINYA MEKANISME SOFT STORY

ANALISA KINERJA STRUKTUR BETON BERTULANG DENGAN KOLOM YANG DIPERKUAT DENGAN LAPIS CARBON FIBER REINFORCED POLYMER (CFRP)

) DAN ANALISIS PERKUATAN KAYU GLULAM BANGKIRAI DENGAN PELAT BAJA

STUDI KOMPARATIF PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG TAHAN GEMPA DENGAN SISTEM RANGKA GEDUNG BERDASARKAN TATA CARA ASCE 7-05 DAN SNI

KINERJA STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG DENGAN PERKUATAN BREISING BAJA TIPE X

PERILAKU DAN KINERJA STRUKTUR RANGKA BAJA DENGAN DINDING PENGISI DAN TANPA DINDING PENGISI

ANALISA PORTAL DENGAN DINDING TEMBOK PADA RUMAH TINGGAL SEDERHANA AKIBAT GEMPA

EVALUASI KINERJA SEISMIK GEDUNG TERHADAP ANALISIS BEBAN DORONG

Pengaruh Bentuk Bracing terhadap Kinerja Seismik Struktur Beton Bertulang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

EFISIENSI DAN KINERJA STRUKTUR RANGKA BREISING KONSENTRIK TIPE X-2 LANTAI

BAB IV ANALISIS & PEMBAHASAN

) DAN ANALISIS PERKUATAN KAYU GLULAM KELAS III (NYATOH) DENGAN KAYU KELAS I (BENGKIRAI), KAYU KELAS II (KAMFER) DAN PELAT BAJA

EVALUASI SNI 1726:2012 PASAL MENGENAI DISTRIBUSI GAYA LATERAL PADA PENGGUNAAN SISTEM GANDA

Evaluasi Kinerja Struktur Jembatan akibat Beban Gempa dengan Analisis Riwayat Waktu

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

EVALUASI KINERJA SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS SNI PADA STRUKTUR DENGAN GEMPA DOMINAN

PERILAKU STRUKTUR BAJA TIPE MRF DENGAN BEBAN LATERAL BERDASARKAN SNI DAN METODE PERFORMANCE BASED PLASTIC DESIGN (PBPD)

STUDI MENENTUKAN PARAMETER DAKTILITAS STRUKTUR GEDUNG TIDAK BERATURAN DENGAN ANALISIS PUSHOVER

PEMODELAN STRUKTUR BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT BETON BERTULANG RANGKA TERBUKA SIMETRIS DI DAERAH RAWAN GEMPA DENGAN METODA ANALISIS PUSHOVER

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1

EVALUASI METODE FBD DAN DDBD PADA SRPM DI WILAYAH 2 DAN 6 PETA GEMPA INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. yaitu di kepulauan Alor (11 Nov, skala 7.5), gempa Papua (26 Nov, skala 7.1),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DIRECT DISPLACEMENT BASED DESIGN PADA SISTEM RANGKA DENGAN KETIDAKBERATURAN PERGESERAN MELINTANG TERHADAP BIDANG

PENERAPAN ANALISIS PUSHOVER UNTUKMENENTUKAN KINERJA STRUKTUR PADABANGUNAN EKSISTING GEDUNG BETON BERTULANG

ANALISIS KINERJA GEDUNG BERTINGKAT BERDASARKAN EKSENTRISITAS LAY OUT DINDING GESER TERHADAP PUSAT MASSA DENGAN METODE PUSHOVER

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Perilaku Struktur Pelat Datar ( Flat Plate ) Sebagai Struktur Rangka Tahan Gempa BAB I PENDAHULUAN

Peraturan Gempa Indonesia SNI

ANALISIS KINERJA BANGUNAN BETON BERTULANG DENGAN LAYOUT BERBENTUK YANG MENGALAMI BEBAN GEMPA TERHADAP EFEK SOFT-STOREY SKRIPSI

BAB IV PERMODELAN STRUKTUR

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah daerah rawan gempa, untuk mengurangi resiko korban

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Wilayah Gempa... 6

PEMODELAN DINDING GESER PADA GEDUNG SIMETRI

Gambar 2.1 Rangka dengan dinding pengisi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada saat ini sudah banyak berdirinya gedung bertingkat, khususnya di

ANALISIS PUSHOVER STRUKTUR BAJA PADA WILAYAH GEMPA KUAT (6) DENGAN STUDI KASUS STRUKTUR BANGUNAN BAJA BERATURAN

ANALISIS PUSHOVER PADA BANGUNAN DENGAN SOFT FIRST STORY

KATA KUNCI: gempa, sistem ganda, SRPMK, SRBKK, 25%, gaya lateral, kekakuan

Kampus Bina Widya J. HR Soebrantas KM 12,5 Pekanbaru, Kode Pos Abstract

EVALUASI KINERJA GEDUNG BETON BERTULANG SISTEM GANDA DENGAN VARIASI GEOMETRI DINDING GESER PADA WILAYAH GEMPA KUAT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERENCANAAN STRUKTUR BAJA BERDASARKAN KEKAKUAN DAN KEKUATAN SISTEM GANDA SRPMK DAN SRBE BENTUK DIAGONAL MENURUT SNI 1726:2012 PASAL

LAPORAN PENELITIAN PELAKSANAAN PENELITIAN PF/PAK/PPM

Kata kunci: kinerja, struktur beton bertulang, tidak beraturan, struktur baja

DAFTAR ISI Annisa Candra Wulan, 2016 Studi Kinerja Struktur Beton Bertulang dengan Analisis Pushover

KAJIAN KINERJA STRUKTUR RANGKA BRESING V-TERBALIK EKSENTRIK DAN KONSENTRIK (215S)

BAB I PENDAHULUAN. Eurasia, Indo-Australia, dan Pasifik yang sering disebut juga Ring of Fire, karena sering

DAFTAR ISI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Umum Beban Gempa Menurut SNI 1726: Perkuatan Struktur Bresing...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Struktur Tahan Gempa

Kajian Pemakaian Shear Wall dan Bracing pada Gedung Bertingkat

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisa Pushover Analisa pushover dari model struktur menghasilkan kurva kapasitas yang menggambarkan perbandingan antara base shear dengan roof displacement tiap tahap pembebanan pushover. 25000 _ 20000 -I! S ^ 15000 " 10000 M 4- X -4 i 5 4 6 Roof Displacement (cm) 10 Gambar 4.1. Perbandingan Base Shear dengan Roof Displacement. Perpindahan, A {displacement) dan simpangan antar tingkat, 5 (inierstory drift) tiap lantai model struktur dari tahap pembebanan diatas disajikan dalam Tabel 4.1. berikut ini. Tabel 4.1 Displacement dan Interstory Drift Tiap Tahap^J^mbebanan. Story h (cm) I (v^muafii A (cm) kg) 5 (cm) 2 (K= A 1683-4,313 lid 8 (cm) _(cni) 3 4 5 ] (l-i=l7s-l2,29l A kr) (^!=22125,672 kj.) (r-0,27l7kk) 8 A 8 A 8 («'") (cm) (cm) X,';35-6 2,674 3,550 3,973 8.934 350 0,18 0,235 0,255 0.364 0,000 5 2,494 3,315 3.718 "15.570 8.')35 350 0,339 0,484 0,609 3,476 8.935 1 4 2,155 2,831 3,109 5,094 6.9E-05 350 0,469 0,607 0,669 1,283 l,8e-05 3. 1,686 2,224 2,440 3.811 5,lE-05 350 0,563 0,74 0.838 1,601 2.2E-05 2 1,123 1,484 1,602 2.210 _2,9[>05 350 0.617 0,818 0,889 ],265 l.7e-()5 1 0,506 0,666 0,713 0.945 i.2e-05 350 0,506 0,666 0,713 0.945 1.2E-05 0 0 0 0 0 0 H= 2100 cm

70 Nilai daktalitas aktual dari model struktur yaitu // = 3,34 diperoleh dari perbandingan nilai perpindahan, A pada tahap (4) terhadap tahap (1). Hasil superposisi antara spektrum kapasitas dan spektrum demand redaman efektif, I3ejf = 7,48 % dengan metoda CSM didapatkan performance point api, dp, pada (0,348g; 2,785 cm) dan T = 0,567 detik. Sd (cm) Gambar 4.2. Performance Point pada (0,348g; 2,785 cm). Nilai tersebut menggambarkan gaya maksimum dan perpindahan maksimum model struktur terhadap tuntutan (demand) akibat gaya gempa yang bekerja. (jaya geser, V dan perpindahan maksimum, Aroof yang sebenarnya dan model struktur adalah seperti tabel perbandingan berikut ini. Tabel 4.2. Perbandingan Performance Point antara Spektral dan Aktual. Performance Point Spektrum Kapasitas Kui^va Kapasitas (spektral) (aktual) 2,785 cm 3,621cm SalV 0,348g 16974,712 kg Pembentukan sendi plastis pada tiap taraf kinerja elemen dari setiap tahap pembebanan didapatkan dari hasil analisa pushover (Lampiran 12) disajikan pada Tabel 4.3 berikut ini.

71 Tabel 4.3. Pembentukan Sendi Plastis Tiap Tahap Pembebanan. Roof Tahap Displacement Base Shear Jumlah Sendi Plastis Tiap Taraf Kinerja (cm) (kg) A-B B-IO lo-ls LS-CP CP-C C-D D-E E 0 0,000 0,000 60 - - - - - - - 1 2,674 13214,481 59 1 - - - - - - 2 3,550 16834,313 50 10 - - - - - - 3 3,973 17842,291 44 16 - - - - - - 4 8,934 22125,672 35 17-6 - - 2-5 8,935 0,2717 36 16-2 - - - 6 lo = Immediate Occupancy LS^'Life Safety ^,, CP Collapse Prevention ; 'if 4.2 Analisa dan Pembahasan Prilaku model struktur akibat pembebanan pushover pada Bab 111 dianalisa kemudian hasilnya dipaparkan kembali pada Bab IV dan dievaluasi dengan prosedur pada Sub bab 2.6, kemudian dibahas seperti Sub bab berikut ini. 4.2.1 Hubungan Beban Geser Gempa {V) dan Perpindahan (A, y) Hubungan antara beban geser gempa, V {base shear) dan perpindahan dari bagian teratas struktur, Aroof {roof displacement) yang mewakili perpindahan global dari model struktur terlihat dari kurva kapasitas pada (Gambar 4.1.). Perpindahan model struktur dari posisi awal 0 cm menjadi ± 2,7 cm diakibatkan oleh bekerjanya beban pushover sebesar ± 13000 kg. Pada tahap (1) ini kurva bcrupa garis lurus dengan kemiringan curam, yang berakhir pada titik (13214,481 kg; 2,674 cm), yang merupakan batas elastisitas dengan terjadinya hiluh (yield) perlama pada elemen struktur. Kemudian beban ditingkatkan lagi menjadi 1. 17000 kg (_t 131 %), menyebabkan perpindahan menjadi ± 3,6 cm (± 133 %) dan berhenti pada titik (16834,313 kg; 3,55 cm). Kurva berubah arah menjadi lebih landai, ini berlangsung terus sampai pada tahap (4), dan akhirnya arah kurva berubah secara drastis menurun sejajar sumbu vertikal yang berakhir pada titik (0,2717 kg; 8,935 cm). Pola peningkatan beban dan perpindahan model struktur terhadap beban dan perpindahan pada tahap (1) seperti pada TabeJ 4.4. dan Gambar 4.3.

72 Tabel 4.4. Pola Peningkatan Beban, Vdan Perpindahan, Aro f. Tahap Peningkatan Beban, V Peningkatan Perpindahan, A, / (kg) (%) (cm) (%) 1 ±13000 100 ±2,7 100 2 ±17000 131 ±3,6 133 3 ±18000 140 ±4,0 148 4 ± 22000 170 ±9,0 333 5 ±0,3 2,3.10"^ ±9,0 333 175 c 150 5 % g.125 c Sioo I f 75 11= a. 25 0-1 2 3 4 5 Tahap Pembebanan Pushover (a) 350 I _300 f f n S250 oloo f I 50» 0 a. 1 2 3 4 5 Tahap Pembebanan Pushover (b) Gambar 4.3. Pola Peningkatan Kdan Aroo/Tiap Tahap. Pada (Gambar 4.3.) diatas antara peningkatan beban, V dan perpindahan, Aroof berbanding lurus sampai pada tahap (4), penurunan terjadi pada tahap (5) untuk beban V sementara untuk Aroof hampir tidak mengalami peningkatan. Ini dapat dianalisa sebagai prilaku sejumlah sendi plastis (yang memiliki batas elastis berbedabeda), pada tahap (1) sampai (3) dan sebagian pada tahap (4) (lihat label 4.3 dan Lampiran 15) yang membutuhkan peningkatan beban untuk mencapai luliih perlama (segmen A-B pada Gambar 2.21.) yang diikuli pula oleh peningkatan perpindahan Aroof Khusus untuk tahap (4) sebagian sendi plastis sudah berdeformasi pada daerah plastisnya (segmen B-C pada Gambar 2.21) yang tentunya membutuhkan peningkatan beban (± 70 % lebih besar dari tahap elastis). Artinya sendi plastis sudah terbentuk hampir di semua elemen struktur, terutama pada elemen kolom yang menimbulkan efek soft story pada model sehingga menyebabkan model struktur berdeformasi tiga kali lebih besar (± 233 % lebih besar dari tahap elastis) sekalipun dengan sedikit peningkatan pada beban lateral

73 Beban geser, V dan perpindahan, A, f hasil analisa linier siaiis eqiiivalen (Lampiran 11.) dibandingakan dengan hasil analisa pushover, maka didapatkan nilai sebagai berikut: Analisa Analisa Pushover Statis Performance Equivalen Point Tahap (4) Perpindahan, Ar,/ 5,36 cm 3,621 cm 8,934 cm Beban Geser, V 26464,01 kg 16974,712 kg 22125,672 kg 30000 25000 H 20000 I 15000 I 10000 m 5000 LuUih pertama- -Performance point ^Kurva statis equivalen 4 6 Displacement (cm) Gambar 4.4. Perbandingan Fdan A Analisa Statis Equivalen dan Pushover. Dari Gambar 4.4 dapat dianalisa bahwa kurva statis equivalen berhimpit dengan kurva pushover pada tahap elastisnya (tahap 0 - I). Kurva statis equivalen membentuk garis linier melewati batas elastis kurva pushover (16974,712 kg; 3,621 cm) kemudian berakhir pada titik maksimum liniernya (26464,01 kg; 5,36 cm). Kondisi ini jelas membuktikan sifat linier yang dimiliki oleh analisa siaiis ei/iiivalen, yang memiliki keterbatasan dalam mengikuti prilaku inelastis model struktur. Sehingga tidak mampu memperkirakan taraf kinerja {performance level) yang sesungguhya dari model struktur. Dari kurva pushover, kinerja model struktur {performance point) yang sebenarnya dapat diperkirakan yakni pada titik (16974,712 kg; 3,621 cm). Ini menunjukan bahwa beban geser aktual akibat gempa yang bekerja pada model struktur adalah sebesar ± 64 % dari beban geser maksimum statis eqivalen. 10

74 Perpindahan, Aroof maksimum struktur sebelum terjadi keruntuhan {collapse), akibat beban pushover dicapai tahap (4) pada titik (22125,672 kg; 8,934 cm). Tahap ini model struktur mencapai batas akhir kekuatan {ullimaie strength) dengan beban geser maksimum pushover, F= 22125,672 kg. Nilai ini besamya ± 84 % dari nilai beban geser maksimum akibat pembebanan siaiis equivalen, V = 26464,01 kg, sebagai akibat dari pemodelan struktur yang didesain menurut kriteria daktalitas penuh dengan rasio displacement ductility {p» 4,0). 4.2.2 Mekanisme Keruntuhan Analisa pushover dengan prosedur SAP 2000 v. 7.42 memberikan gambaran mekanisme keruntuhan {collapse mechanism) dari model struktur (Lampiran 15) pada tiap tahap pembebanan akibat bekerjanya gaya pushover. Berupa perkiraan pembentukan sendi plastis pada elemen-elemen model struktur, seperti pada rangkaian Gambar 4.5. - 4.9. Gambar (a) merupakan tahapan pembebanan yang juga menggambarkan kinerja global model struktur. (b) adalah perkiraan lokasi tempat terbentuknya sendi plastis pada elemen struktur, akibat pembebanan pada gambar (a). Sedangkan gambar (c) memperlihatkan kinerja lokal model struktur dan elemen pada gambar (a) yang diwakili oleh sendi plastis. 0 2 4 6 8 10 Roof Displacement (cm) (a) (b) 6 5! 4 s 2 1 1 a Gambar 4.5. Mekanisme Keruntuhan pada Tahap 1 /A B, lo l,.s (.'I' Dcformasi Lateral (C)

7() 25000 W 20000 IS 15000 8! & 10000 5000 / I 5 -J 4 0 0 2 4 6 8 10 Roof Displacement (cm) (a) (b) Gambar 4.9. Mekanisme Keruntuhan pada Tahap 5. 2 s e CP D Deformasl Lateral (c) iij> Tahap (1) (Gambar 4.5.), model struktur mengalami luluh pertama setelah melewati batas elastisnya ditandai dengan mulai terbentuknya sendi plastis pada kolom interior bagian atas lantai 4. Sendi plastis berada pada batas kinerja lokal B - 10, dan perpindahan Aroo/-pada tahap ini sebesar 2,674 cm. Tahap (2) (Gambar 4.6.), sendi plastis sudah terbentuk pada balok lantai I, 2 dan 3, dan terjadi penambahan sendi plastis pada kolom lantai bagian tengah dan atas model struktur. Sendi yang terbentuk berada pada kinerja B - 10, dan Aroof pada tahap ini sebesar 3,550 cm. Tahap (3) (Garnbar 4.7.) sendi plastis sudah terbentuk pada semua elemen kolom lantai 4, dan ini akan menjadi bagian terlemah yang akan membentuk pola keruntuhan soft story pada struktur. Sendi plastis juga terbentuk pada kolom interior lantai 2 dan 5, kemudian pada balok lantai 2, 3 dan 4.yang semuanya berada pada kinerja B -10. Maka tahap (1) sampai (3) berdasarkan sendi plastis dapat dianalisa, bahwa secara global model struktur berada pada tahap kinerja Immediate Occupancy. Jika merujuk kepada (Tabel 2.1.), dapat diperkirakan secara visual, bahwa struktur mengalami kerusakan ringan yang tidak sampai menurunkan kekuatannya. Pada kasus beton bertulang ini ditandai dengan timbulnya retak halus (tapi belum melampaui batas lebar retak), terutama pada daerah sekitar sendi plastis. Tahap (4) (Gambar 4.8.), merupakan tahap akhir pembentukan sendi plastis di seluruh elemen model struktur. Pada tahap ini sendi plastis. disejumlah elemen, sudah berada pada tahap kinerja LS - CP, yaitu pada kolom lantai 2 dan 4. Bahkan

77 pada kolom interior lantai 4 bagian atas sendi plastis sudah mengalami keluluhan total pada kinerja D - E dengan kehilangan sebagian besar kemampuan memikul beban gravitasi, dan hanya menyisakan sedikit kekuatan {residual sireriii^fli). Secara global struktur dapat dikatakan berada pada tahap kinerja Life Safety dan Collapse Prevention, bahkan yang mengarah kepada Structural Stability. Dari (label 2.1.) dapat diperkirakan bahwa model struktur mengalami kerusakan sedang sampai berat yang permanen dengan penurunan kekuatan yang mengarah kepada keruntuhan menyeluruh dari struktur. Akhirnya model struktur mengalami keruntuhan total dengan kehancuran menyeluruh pada elemen kolom lantai 4, yakni dan (Gambar 4.9.) dapat diperkirakan bahwa sendi plastis sudah melewati taraf kinerja E yang berarti sendi sudah rusak total {total rupture). 25000 4 6 Roof Displacement (cm) Gambar 4.10. Tahapan Luluh Elemen Struktur. Secara umum prilaku keruntuhan dari model struktur diakibatkan lemahnya elemen kolom {soft story) dan tidak meratanya pembentukan sendi plastis pada elemen balok sehingga tidak mengikuti pola strong column - weak beam Dari (Gambar 4.10) diatas dapat disimpulkan kejadian-kejadian yang menentukan dari seluruh tahap yang dialami model struktur. 4.2.3 Taraf Kinerja Model Struktur Dalam konsep performance base design model struktur diarahkan untuk memenuhi kriteria taraf kinerja {performance level) terteniu. Analisa pushover yang

78 telah dilakukan memberikan informasi mengenai taraf kinerja struktur dari tiap tahap pembebanan. Kinerja global model struktur terhadap pembebanan pushover diperiksa menurut prosedur pada Sul) hal) 2 6.2. Yailu terhadap sunpangan tolal maksimum Fers. (2.39) dan I'ers. (,2'^^')- Nilai sunpangan maksimum didapal dan i> lanlai lingkal 1 dan 2 pada (label 2.1.), dengan Ay,efj=^ 2,674 cm. liasilnya dipaparkan pada label di bawah ini. 'rabej3.6. Kineija (jlobal Struktur. Tahap 6 1 (13214,481; 2,674) 2 (16834,313; 3,550) 3 (17842,291; 3,973) 4 (22125,672; 8,934) 5 (0,272; 8,935) (A,-A,.,) 0,617 0,002 0,001 0,818 0,002 0,001 0,889 0,003 0,001 3,476 0,01 0,004 8,935 0,03 0,011 Batas Kinerja 8maA / Si. mak 0,01/0,005 (0,01-0,02)/ (0,005-0,015) Kinerja Struktur Inimecliate (jcctijiiincy fu» ('onliol (IX') tilaii Life Safeh' ' ilsl Sedangkan kinerja global struktur pada performance point pada (16974,712 kg; 3,621 cm) dari (Tabel 4.6.) di atas berada pada tahap (1) dan (2) sehingga untuk nilai 5, ai dan 6,,,ak berada pada batas dcformasi lateral Immediate Occupancy (lo). Secara grafts kinerja global struktur ini dapat digambarkan pada kurva kapasitas di bawah ini. 25000 _ 20000 I is 15000 a 10000 5000 0 0 2 4 6 8 10 Displacement (cm) Gambar 4. J I. Kinerja Global Model Struktur.

1 79 Kinerja lokal struktur diwakili oleh sendi plastis, diperiksa dengan prosedur pada Sub bab 2.6.2. yang memberikan batasan bagi rotasi sendi plastis yang telah didefinisikan sebelumnya pada saat melakukan input data SAP 2000 (lihat Lampiran 13-14) dan hasilnya seperti pada (Lampiran 12.). Didapat kinerja lokal struktur pada performance point (16974,712 kg; 3,621 cm) sendi plastis sudah terbentuk di 10 titik pada model struktur pada tarai'kinerja B - 10. Yang menggambarkan kinerja lokal model struktur berada pada taraf Immediate Occupancy (lo). 16974,712 OS [2 ---B> /a 10 LS 3,621 CP D Displacement (cm) Taraf kinerja Structural StahiUtv Gambar 4.12. Taraf Kinerja Sendi Plastis pada Perfonnance Point. 4.2.4 Hubungan Taraf Kinerja Struktur dengan Spektrum Respon Performance point hasil analisa pushover menunjukan bahwa model struktur berada pada taraf kinerja {performance level) Immediate Occupancy, yaitu suatu taral kinerja struktur setelah mengalami gempa kecil sampai sedang {moderate). Kerusakan yang dialami sangat kecil dan struktur sedikit sekali mengalami penurunan kapasitas dan daya tahan terhadap beban vertikal dan lateral. Dan struktur siap digunakan tanpa perlu dilakukan perbaikan (lihat Tabel 2.1.). Nilai performance point (0,348g; 2,785 cm) menunjukan gaya gempa sebesar 0,348g («0,35g) yang sesuai dengan kondisi struktur (redaman Pi,ff= 7,48 % ) sehingga model struktur berpindah maksimum sebesar 2,785 cm. Nilai 0,35g dari spektrum demand (lihat Gambar 4.2.) merupakan hasil reduksi dari spektrum respon

80 redaman 5% (Gambar 3.10.) yang dibentuk dari respon percepatan struktur pada Wilayah 1 Indonesia untuk tanah lunak dengan priode ulang 20 tahun (Gambar 3.8.). Ini menunjukan adanya hubungan antara taraf kinerja dengan respon percepatan struktur. Bahwa pada Wilayah 1 Indonesia untuk tanah lunak, respon percepatan struktur gempa kecil priode ulang 20 tahun memberikan taraf kinerja Immediate Occupancy pada model struktur dengan daktalitas penuh (/; * 4). Oleh karena itu jelaslah bahwa taraf kinerja sangat tergantung pada peraturan bangunan yang digunakan dan karakteristik gempanya. Sementara untuk Indonesia hanya mengenai respon percepatan struktur dengan priode ulang 20 taluin dengan asumsi umur efektif bangunan diperkirakan 50 tahun (Kusuma, H. Gideon dan Andriono. T, 1996) yang berarti kemungkinan terjadi gempa 40% dalam 50 tahun, seperti yang tercantum pada SKBI - 1.3.53.1987. Jika merujuk kepada (Tabel 2.2.) maka dapat diartikan bahwa intensitas gempa rencana untuk seluruh Wilayah Gempa Indonesia dapat dimasukan ke dalam Serviceability EQ (SE) yang berarti gempa intensitas kecil sampai sedang {moderate) dengan kemungkinan terjadi gempa 50% dalam 50 tahun Sehingga untuk memperkirakan respon gempa dengan intensitas sedang sampai besar, terutama untuk keperiuan analisa statis non-linicr (pushover), sudah saatnya diperkenalkan suatu standar baru perencanaan gempa yang mampu mengakomodasi gempa dengan periode ulang lebih besar dan umur efektif bangunan yang lebih panjang.