BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
2016 PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARGUMENT-BASED SCIENCE INQUIRY (ABSI) TERHADAP KEMAMPUAN MEMAHAMI DAN KEMAMPUAN BERARGUMENTASI SISWA SMA

I. PENDAHULUAN. Pengetahuan IPA yang sering disebut sebagai produk dari sains, merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Irpan Maulana, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pengetahuan sebagai kerangka fakta-fakta yang harus dihafal.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai yang dibutuhkan oleh siswa dalam menempuh kehidupan (Sani, RA.

1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Fisika dan sains secara umum terbentuk dari proses penyelidikan secara sistematis

BAB I Pendahuluan. Internasional pada hasil studi PISA oleh OECD (Organization for

BAB I PENDAHULUAN. Bagaimana mata dapat melihat? bagaimanakah dengan terjadinya siang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis praktikum,

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu untuk. mengembangkan potensi diri dan sebagai katalisator bagi terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 Bab I Pasal I Ayat 1 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran yang sangat penting dalam rangka meningkatkan serta

BAB I PENDAHULUAN. lebih kearah penanaman pengetahuan tentang konsep-konsep dasar, sebagaimana para saintis merumuskan hukum-hukum dan prinsip-prinsip

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maimunah, 2014

2015 PENGARUH PENERAPAN STRATEGI COMPETING THEORIES TERHADAP KETERAMPILAN ARGUMENTASI SISWA SMA PADA MATERI ELASTISITAS

BAB I PENDAHULUAN. belajar dengan berbagai metode, sehingga peserta didik dapat melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gresi Gardini, 2013

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

Skripsi. Oleh: Alanindra Saputra K

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembelajaran yang sekarang ini banyak diterapkan adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP

BAB II MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DAN HASIL BELAJAR. bertujuan untuk membantu siswa dalam mengembangkan disiplin intelektual

BAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan mutu pendidikan dalam ruang lingkup pendidikan

I. PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran, menggambarkan analisis dari materi yang akan. penemuan tentang pengetahuan pembelajaran, dan sebuah perspektif

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. menuntut individu untuk memiliki kecakapan berpikir yang baik untuk

BAB I PENDAHULUAN. B. Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika

BAB I PENDAHULUAN. Banyak ahli mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan implementasi

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPS di MAN 2 PROBOLINGGO

BAB II LANDASAN TEORI. berasal dari kata courier yang berarti berlari (to run). Kurikulum berarti suatu

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEVELS OF INQUIRY TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS TERPADU DAN PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XI SMAN 2 PROBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. optimum hendaknya tetap memperhatikan tiga ranah kemampuan siswa yaitu

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam upaya mengembangkan

Tersedia online di EDUSAINS Website: EDUSAINS, 8 (1), 2016, 9-17

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Denok Norhamidah, 2013

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dibangun atas dasar produk

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan pikiran dalam mempelajari rahasia gejala alam (Holil, 2009).

2015 ANALISIS NILAI-NILAI KARAKTER, KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA TOPIK KOLOID MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

I. PENDAHULUAN. Umumnya proses pembelajaran di SMP cenderung masih berpusat pada guru

BAB I PENDAHULUAN. mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan; merancang dan merakit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. harapan sangat bergantung pada kualitas pendidikan yang ditempuh. imbas teknologi berbasis sains (Abdullah, 2012 : 3).

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkan upaya tersebut, Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31. Ayat (3) mengamanatkan agar pemerintah mengusahakan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Jurnal Bio-Natural (Jurnal Pendidikan Biologi) Vol. 1, No. 2, September-Februari 2015, hlm 1-32

BAB 1 PENDAHULUAN. bangsa, menumbuhkan secara sadar Sumber Daya Manusia (SDM) melalui

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masih

BAB I PENDAHULUAN. knowledge, dan science and interaction with technology and society. Oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usep Soepudin, 2014

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

PENGARUH MODEL LEARNING CYCLE TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD KELAS IV PADA MATERI HUBUNGAN ANTARA SIFAT BAHAN DENGAN KEGUNAANNYA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cara mencari

berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berperan dalam upaya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model

BAB I PENDAHULUAN. sangat banyak. Tuntutan tersebut diantaranya adalah anak membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2016 PEMBELAJARAN STEM PAD A MATERI SUHU D AN PERUBAHANNYA D ENGAN MOD EL 6E LEARNING BY D ESIGNTM UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA

BAB I PENDAHULUAN. yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Di dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam membangun suatu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

II. KAJIAN PUSTAKA. Efektivitas dalam bahasa Indonesia merujuk pada kata dasar efektif yang diartikan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran fisika saat ini adalah kurangnya keterlibatan mereka secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Ruang lingkup IPA meliputi alam semesta secara keseluruhan baik

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari IPA tidak terbatas pada pemahaman konsep-konsep IPA, tetapi

I. PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa alam dapat dijelaskan dengan menggunakan konsep fisika.

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) terdiri dari tiga aspek yaitu Fisika, Biologi,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Abad XXI dikenal sebagai abad globalisasi dan abad teknologi informasi.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling penting

BAB I PENDAHULUAN. dengan memiliki sumber daya manusia yang berkualitas. Salah satu cara

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PEMBAHASAN. pembelajaran yang semakin luas membawa banyak perubahan dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman mengajar, permasalahan seperti siswa jarang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah mutu menjadi sorotan utama dalam dunia pendidikan dalam beberapa tahun terakhir ini. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan dampak positif dalam aspek pendidikan dan sekaligus merupakan sebuah indikator untuk menunjukkan kemajuan suatu bangsa. Kunci kemajuan suatu bangsa ditandai dengan adanya peningkatan kemampuan dan pemahaman terhadap sains dan teknologi. Perkembangan sains dan teknologi pada abad sekarang membuat bangsa Indonesia dihadapkan pada beberapa tantangan yang bersifat multidimensi. Tantangan baru dari dinamika kehidupan yang makin kompleks menuntut aktivitas pembelajaran bukan sekedar mengulang fakta dan fenomena keseharian yang dapat diduga melainkan mampu menjangkau pada situasi baru yang tak terduga. Kondisi ini menyebabkan adanya perubahan pemahaman terhadap pembelajaran sains (IPA). IPA telah mengalami pergeseran yang lebih menekankan proses belajar mengajar dan metode penelitian yang menitikberatkan bahwa dalam belajar siswa mengkontribusi pengetahuannnya dan diusahakan agar partisipasi mereka dalam membangun pengetahuan lebih ditekankan. Pergeseran yang terjadi dalam pendidikan IPA bertujuan agar siswa memperoleh pengalaman langsung dalam belajar. Selain itu, tuntutan tersebut memfasilitasi mereka dalam mengembangkan kompetensi yang mereka miliki untuk mencari tahu dan berbuat sehingga membantu mereka untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam (Tawil dan Liliasari, 2014, hal. 4). Pendapat tersebut dikuatkan oleh Jufri (2013, hal. 87) bahwa IPA telah berkembang dari IPA sebagai produk dari ilmu pengetahuan menjadi IPA sebagai cara berpikir dan bertindak sebagai kumpulan keterampilan proses sains dan sebagai proses penyelidikan ilmiah. Perubahan ini menjelaskan bahwa sasaran pembelajaran IPA menekankan pada pengembangan kemampuan bekerja secara ilmiah dan penguasaan terhadap konsep-konsep sains yang digambarkan melalui 1

2 hasil belajar ranah kognitif. Kedua kemampuan ini harus dimiliki oleh peserta didik untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan nyata. Kemampuan siswa untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan nyata tidak akan efektif tanpa adanya interaksi dan komunikasi dengan lingkungan sekitar. Hal tersebut sesuai pendapat Abidin (2013, hal. 9) bahwa pembelajaran harus mampu mengembangkan keterampilan siswa dalam hal berkomunikasi dan berkolaborasi dalam menyelesaikan berbagai permasalahan kontekstual yang dihadapinya. Iriantara (2014, hal. 1) menambahkan bahwa komunikasi merupakan jantung dari proses pembelajaran dan prasyarat untuk tercapainya tujuan pembelajaran yang optimal. Pernyataan tersebut mengindikasikan bahwa bila komunikasi baik, maka proses pembelajaran akan terlaksana dengan baik sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dan peserta didik memiliki kesempatan untuk meningkatkan pembelajarannya. Oleh karena itu, keterampilan komunikasi perlu dikembangkan dalam diri siswa melalui proses pembelajaran. Berdasarkan pernyataan di atas jelas bahwa pentingnya penguasaan konsep dan komunikasi tercantum dalam hakikat pembelajaran IPA. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembelajaran IPA menuntut peserta didik agar bertindak layaknya seperti ilmuan. Seorang ilmuan akan mengkomunikasikan konsep yang telah diperoleh melalui penyelidikan ilmiah kepada orang lain. Diberlakukannya kurikulum 2013 memperjelas hakikat dari pembelajaran IPA dalam memfasilitasi siswa agar memiliki penguasaan yang lebih baik terhadap konsep sains dan kemampuan berkomunikasi. Kurikulum 2013 mendorong siswa untuk mampu dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan (mempresentasikan), apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah menerima materi pembelajaran. Pembelajaran yang ditemukan di lapangan belum sesuai dengan yang diharapkan. Implementasi pembelajaran IPA belum memfasilitasi penguasaan konsep dan kemampuan berkomunikasi siswa. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di salah satu SMP kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat ditemukan bahwa penyebab rendahnya penguasaan konsep dan kemampuan berkomunikasi siswa dalam pembelajaran IPA, diantaranya (1) diduga pertanyaan

3 yang diajukan guru kepada siswa saat pembelajaran lebih dominan pada aspek ingatan sehingga siswa belum terbiasa menerapkan konsep yang telah mereka pelajari ke dalam kehidupan nyata; (2) diduga semua konsep yang disajikan guru ke siswa masih dalam bentuk presentasi verbal, padahal untuk beberapa konsep yang sifatnya abstrak diperlukan cara penyajian yang berbeda seperti menyajikan dalam bentuk simbol-simbol; (3) diduga pembelajaran yang disajikan guru ke siswa umumnya dibebani konsep; (4) kurangnya perhatian guru terhadap aktivitas siswa dalam berkomunikasi baik komunikasi sesama anggota kelompok maupun antar kelompok; (5) guru jarang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapat dan bertanya; serta (6) pembelajaran IPA masih berpusat pada guru dan cenderung bersifat informatif. Temuan di atas didukung dengan hasil wawancara dari beberapa guru di sekolah tersebut diketahui bahwa pada saat proses pembelajaran yang dipimpin oleh guru, semua siswa mampu memahami konsep dari materi yang diajarkan. Sewaktu siswa diminta menggunakan konsep tersebut untuk menyelesaikan masalah terlihat bahwa mereka belum bisa melakukannya. Kondisi ini terjadi karena siswa belum terbiasa mengkomunikasikan konsep yang dipahaminya sehingga konsep awal yang mereka peroleh sebagai konsep dasar yang akan digunakan untuk menemukan konsep selanjutnya hilang begitu saja. Temuan lain juga terungkap bahwa siswa masih sulit memahami konsep-konsep yang abstrak. Selain itu, hasil wawancara dari beberapa orang siswa terungkap bahwa (1) guru tidak menyediakan LKS sebagai pedoman dalam melakukan praktikum; (2) siswa tidak pernah diminta untuk bernegosiasi antar kelompok terkait materi yang dipelajari; (3) kegiatan pembelajaran lebih banyak mencatat, serta (4) pembentukkan kelompok berdasarkan tempat duduk yang terdekat. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA yang telah dilakukan belum sepenuhnya dapat mendorong siswa untuk menguasai konsep secara lebih mendalam. Selain itu, pelaksanaan pembelajaran IPA kurang menyediakan ruang bagi siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran. Kondisi ini mengakibatkan mereka belum sepenuhnya terlibat dalam pembelajaran sehingga mereka kurang mendapatkan pengalaman-pengalaman belajar. Hal ini

4 sesuai dengan pendapat Arifin (2013, hal. 180) bahwa belajar hanya mungkin terjadi apabila siswa aktif mengalami sendiri dan guru sekedar pembimbing dan pengarah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembelajaran IPA di sekolah tersebut belum sesuai dengan teori belajar konstruktivisme yang menuntut siswa untuk membentuk sendiri pengetahuan mereka secara aktif melalui interaksi dengan lingkunganya sehingga mengakibatkan rendahnya penguasaan konsep dan kemampuan berkomunikasi siswa. Salah satu alternatif pembelajaran yang menyediakan wadah bagi siswa agar terlibat aktif dari semua aspek baik kognitif, psikomotor, dan afektif adalah pembelajaran yang menggunakan pendekatan Science Writing Heuristic (SWH). Pendekatan ini dapat memfasilitasi siswa untuk meningkatkan penguasaan konsep dan kemampuan berkomunikasi siswa dan menuntun siswa untuk menemukan sebuah konsep hasil bentukan dari pikirannya melalui aktivitas eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Karakteristik pendekatan SWH adalah gabungan aktivitas inkuri dan kerja kelompok interaktif dengan melibatkan strategi menulis (writing to learn) pada tiap langkah praktikum di laboratorium. Hasil tulisan tersebut berupa laporan hasil penyelidikan yang dilakukan oleh peserta didik yang disajikan dalam format SWH. Penulisan laporan membuat peserta didik terlibat secara langsung dalam pembelajaran. Kingir, Geban, & Gunel (2012) dalam tulisannya menjelaskan bahwa pendekatan SWH didasarkan pada filosofi konstruktivis karena mendorong siswa untuk menggunakan kegiatan laboratorium inkuiri terbimbing dan kerja kelompok kolaboratif dengan tujuan agar siswa aktif bernegosiasi untuk membangun pengetahuan. Pendekatan SWH yang digunakan dalam penelitian ini difokuskan pada kegiatan pembelajaran dalam kelas. Aktivitas negosiasi terjadi melalui metode diskusi di dalam dan antar kelompok. Aktivitas negosiasi merupakan bagian sentral dari pendekatan SWH karena pembelajaran terjadi melalui negosiasi dari sebuah ide. Proses negosiasi terjadi dari data eksperimen dan observasi melalui kerja kelompok dalam dan diantara kelompok. Keys, et al (1999) dalam Kingir, Geban, & Gunel (2012) menyimpulkan bahwa pendekatan SWH disebut juga dengan arguments based

5 inquiry activities karena pendekatan ini memfasilitasi terjadinya peningkatan pemahaman konseptual yang dipahami siswa melalui aktivitas inkuiri berbasis argumen. Selain itu aktivitas tersebut akan membuat siswa semakin aktif secara intelektual, dan sosial melalui keterampilan berkomunikasi dalam pembelajaran. Aktivitas-aktivitas tersebut terangkum dalam pola pembelajaran SWH yang terdiri dari tahap pre classroom activity, participation, negosiation I, negosiation II, dan reflection. Setiap tahapan tersebut melibatkan aktivitas writting to learn berupa menulis komponen-komponen yang telah dirumuskan meliputi pertanyaan awal, prosedur, hasil pengamatan, klaim, bukti, dan kesimpulan. Tahap pre classroom activity merupakan tahapan dimana guru mengajak siswa untuk berdiskusi dalam rangka memperoleh pengetahuan awal, pemahaman tambahan dan menyajikan sebuah wacana untuk merumuskan pertanyaan awal. Setiap kelompok mengemukakan gagasan mengenai pertanyaan awal yang telah dirumuskan. Selanjutnya pada tahap participation, guru mengajak siswa secara berkelompok untuk terlibat dalam kegiatan percobaan guna menjawab pertanyaan awal yang telah dirumuskan. Langkah-langkah yang akan dilakukan untuk melakukan percobaan disajikan dalam bentuk wacana. Siswa diminta untuk memahami wacana tersebut dan merumuskan langkah-langkah yang akan dilakukan secara sistematis dilanjutkan dengan melakukan dan mengamati percobaan yang telah dilakukan. Tahap selanjutnya adalah negosiation I dimana guru membimbing siswa untuk berpikir tentang arti sebuah data. Hasil pemikiran tersebut dikenal dengan istilah klaim. Pada tahap ini klaim yang dirumuskan tiap-tiap kelompok kemungkinan berbeda sehingga nantinya akan terjadi aktivitas komunikasi lisan antar kelompok guna mempertahankan klaimnya masing-masing. Dalam mempertahankan klaim tersebut, tiap-tiap kelompok menyajikan bukti-bukti yang mendukung klaim. Peranan guru pada tahap ini memimpin jalannya diskusi. Tahapan selanjutnya adalah negosiation II dan reflection dimana guru meminta siswa untuk mengkomunikasikan kesimpulan yang mereka peroleh tentang kegiatan yang telah dilakukan. Adanya beberapa aktivitas siswa yang terintegrasi

6 di setiap tahapan-tahapan pembelajaran SWH diharapkan dapat meningkatkan penguasaan konsep dan kemampuan berkomunikasi siswa. Penerapan pendekatan SWH dalam pembelajaran IPA telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Hasil penelitian terhadap pembelajaran SWH menunjukkkan adanya peningkatan terhadap pemahaman, partisipasi, kemampuan berpikir, kemampuan menulis, dan prestasi siswa dalam membahas wacana sains (Cavagnetto, et.al., 2010; Cronje, et.al., 2011; Nam, Choi & Hand, 2010, Burke & Greenboew, 2006; Erkol, Kisoglu & Buyukkasap, 2010; dan Gunel, Hand & McDermott, 2009). Dalam penelitian ini, penulis menggabungkan beberapa aktivitas yang tercakup dalam pembelajaran SWH menjadi aktivitas yang padu meliputi aktivitas inkuiri, writting to learn, dan kolaboratif untuk menunjang penguasaan konsep dan kemampuan dalam berkomunikasi terkait materi yang dipelajari. Konsep yang dipilih dalam penelitian ini adalah proses pendengaran pada manusia meliputi tiga subkonsep, yaitu struktur indera pendengaran dan getaran, gelombang, dan bunyi. Konsep ini dipilih karena mengandung makna keterpaduan sesuai dengan tuntutan pembelajaran IPA Terpadu di SMP yang akan membawa siswa dalam mendapatkan pengalaman belajar yang bermakna. Keterpaduan ini dibuktikan adanya materi Fisika yang terkait dalam konsep pendengaran pada manusia. Umumnya siswa hanya mengetahui bahwa mereka dapat mendengar suara karena adanya indera pendengaran. Mereka belum mengerti bagaimana bagian-bagian dalam telinga saling bekerjasama sehingga proses mendengar dapat terjadi. Proses mendengar merupakan proses yang dekat dengan kehidupan seharihari siswa. Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik melakukan penelitian yang dapat melihat bagaimana pengaruh pendekatan SWH dalam pembelajaran IPA terpadu terhadap pencapaian kemampuan penguasaan konsep dan kemampuan berkomunikasi siswa pada konsep pendengaran pada manusia. B. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, masalah yang ingin dipecahkan dalam penelitian ini yaitu Bagaimanakah peningkatan

7 pembelajaran IPA terpadu menggunakan pendekatan Science Writing Heuristic (SWH) terhadap penguasaan konsep dan kemampuan berkomunikasi siswa pada konsep pendengaran pada manusia? Untuk lebih mengarahkan penelitian maka rumusan masalah di atas dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Apakah peningkatan penguasaan konsep siswa yang memperoleh pembelajaran IPA terpadu menggunakan pendekatan SWH lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran saintifik pada konsep pendengaran pada manusia? 2. Apakah peningkatan kemampuan komunikasi tulisan siswa yang memperoleh pembelajaran IPA terpadu menggunakan pendekatan SWH lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran saintifik pada konsep pendengaran pada manusia? 3. Bagaimanakah profil kemampuan komunikasi lisan siswa dalam pembelajaran IPA terpadu menggunakan pendekatan SWH pada konsep pendengaran pada manusia? 4. Bagaimanakah tanggapan siswa terhadap pembelajaran IPA terpadu menggunakan pendekatan SWH pada konsep indera pendengaran pada konsep pendengaran pada manusia? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, tujuan penelitian ini adalah: 1. Memperoleh gambaran tentang peningkatan penguasaan konsep siswa yang memperoleh pembelajaran IPA terpadu menggunakan pendekatan SWH dan siswa yang memperoleh pembelajaran saintifik pada konsep pendengaran pada manusia. 2. Memperoleh gambaran tentang peningkatan kemampuan komunikasi tulisan siswa yang memperoleh pembelajaran IPA terpadu menggunakan pendekatan SWH dan siswa yang memperoleh pembelajaran saintifik pada konsep pendengaran pada manusia.

8 3. Memperoleh gambaran tentang profil kemampuan komunikasi lisan siswa sebagai dampak penerapan pendekatan SWH dalam pembelajaran IPA terpadu pada konsep pendengaran pada manusia. 4. Memperoleh gambaran tentang tanggapan siswa terhadap penerapan pendekatan SWH dalam pembelajaran IPA terpadu pada konsep pendengaran pada manusia. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat, sebagai berikut: 1. Manfaat dari segi teori Secara teori manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu a. dapat dijadikan referensi bagi peneliti lain dalam memperoleh gambaran dan bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian lanjutan tentang pengaruh pendekatan SWH dalam pembelajaran terhadap variabelvariabel terikat lainnya. b. dapat dijadikan referensi bagi guru dalam melakukan inovasi pembelajaran di kelas yang berpusat pada siswa. 2. Manfaat dari segi praktik Secara praktis manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu: a. Bagi peneliti sebagai calon pendidik agar dapat meningkatkan mutu pembelajaran IPA dan pengalaman tambahan dalam meningkatkan serta mengembangkan diri untuk menjadi pendidik nantinya b. Bagi guru sebagai alternatif pembelajaran yang bermakna dibandingkan model pembelajaran yang lain dan sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan hasil belajar kognitif dan wadah pengembangan kemampuan komunikasi yang dimiliki siswa SMP E. Struktur Organisasi Tesis

9 Penulisan tesis ini terdiri dari lima bab. Bab I menjelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, dan manfaat penelitian, serta struktur organisasi tesis. Bab II menjelaskan teori tentang pendekatan Science Writing Heuristic (SWH), penguasaan konsep, kemampuan berkomunikasi, pembelajaran IPA terpadu,pemetaan keterpaduan konsep pendengaran pada manusia, tinjauan konsep pendengaran pada manusia, penelitian relevan, asumsi, dan hipotesis penelitian. Bab III menjelaskan tentang metode penelitian yaitu meliputi desain penelitian, partisipan, populasi dan sampel penelitian, variabel penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan prosedur penelitian. Bab IV menjelaskan temuan dan pembahasan yang terdiri dari pemaparan data dan pembahasan temuan penelitian. Bab V menjelaskan simpulan, implikasi dan rekomendasi berdasarkan temuan dalam penelitian.