BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN. Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi

BAHAN RUJUKAN. 2.1 Akuntansi Biaya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang

BAB II LANDASAN TEORI. mendefinisikan, Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan

commit to user 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian, Klasifikasi Kos (Cost) dan Biaya (Expense) 1. Kos (Cost) a. Pengertian Kos

BAB II LANDASAN TEORI

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE ABC DI PT TMG. SURABAYA

BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Mulyadi ada empat unsur pokok dalam definisi biaya tersebut yaitu :

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. klasifikasi dari biaya sangat penting. Biaya-biaya yang terjadi di dalam

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. Definisi akuntansi manajemen menurut Abdul Halim (2012:5) adalah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORI

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK YANG AKURAT DENGAN ACTIVITY BASED COSTING. I Putu Edy Arizona,SE.,M.Si

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menerapkan metode Activity Based Costing dalam perhitungan di perusahan. metode yang di teteapkan dalam perusahaan.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) 2.2. Permasalahan Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TIN 4112 AKUNTANSI BIAYA

Pertemuan 3 Activity Based Costing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ACTIVITY BASED COSTING (ABC) DAN ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM)

METODE PEMBEBANAN BOP

BAB II LANDASAN TEORI. semacam ini sering disebut juga unit based system. Pada sistem ini biaya-biaya yang

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI

PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS (ABC) : ALAT BANTU PEMBUAT KEPUTUSAN

BAB II LANDASAN TEORI. mengukur pengorbanan ekonomis yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi.

Akuntansi Biaya. Activity Accounting: Activity Based Costing, Activity Based Management. Angela Dirman, SE., M.Ak. Modul ke: Fakultas FEB

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Activity Based Costing System (ABC Sistem) KUWAT RIYANTO, SE, M.M

BAB I PENDAHULUAN. organisasi bisnis (Warren, Reeve & Fess 2006: 236). Semakin derasnya arus

1. Bagaimana sistem akuntansi biaya tradisional (konvensional) yang diterapkan oleh PT. Martina Berto dalam menentukan Harga Pokok Produksi (HPP)? 2.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, untuk

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan bahwa dunia menjadi lebih homogen dan perbedaan-perbedaan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghasilkan produk. Sistem akuntansi biaya tradisional yang selama ini

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas, dunia industri harus mempersiapkan diri agar dapat terus

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Hansen dan Mowen (2004:40) mendefinisikan biaya sebagai:

BAB II LANDASAN TEORI. dari biaya. Carter dan Usry yang diterjemahkan oleh Krista (2006:29) mendefinisikan

AKUNTANSI BIAYA. Overhead Pabrik : Anggaran, Aktual, dan Pembebanan. VENY, SE.MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI. Program Studi AKUNTANSI

PENENTUAN BIAYA PRODUK BERDASARKAN AKTIVITAS (ACTIVITY-BASED COSTING)

Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas (source: Hansen & Mowen, 2007, Chapter 4) Present By: Ayub WS Pradana 16 Maret 2016

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Mutu Pelayanan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pada posisi , 02 sampai ,40 Bujur Timur, ,67

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP PADA RUMAH SAKIT MATA DI SURABAYA

OPENING ABC FOR E LEARNING SELASA 08 DES 2015 AZFA MUTIARA AHMAD PABULO, SE, MEK FOR APKB

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Biaya Pengertian Biaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II PENENTUAN BIAYA OVERHEAD PABRIK (BOP) BERDASARKAN ACTIVITY BASED COSTING (ABC) 2.1. Sistem Akuntansi Biaya Tradisional

EVALUASI BIAYA PRODUKSI DENGAN PENDEKATAN METODE ABC

STIE Putra Perdana Indonesia. STIE Putra Perdana. Indonesia. STIE Putra Perdana. Indonesia. STIE Putra Perdana. Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Definisi akuntansi biaya dikemukakan oleh Supriyono (2011:12) sebagai

Bab 1. Konsep Biaya dan Sistem Informasi Akuntansi Biaya Hubungan Akuntansi Biaya dengan Akuntansi Keuangan

KALKULASI BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS. ERLINA, SE. Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. produk yang dapat diproduksi pada biaya yang diijinkan dan pada suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TA...ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. HALAMAN PERSEMBAHAN... iv. MOTTO...

BAB II LANDASAN TEORI. merupakan suatu pengorbanan yang dapat mengurangi kas atau harta lainnya untuk mencapai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Akuntansi Biaya dan Konsep Biaya. dan pengambilan keputusan yang lain.

BAB II LANDASAN TEORI

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM PENENTUAN HARGA POKOK KAMAR HOTEL PADA HOTEL GRAND KARTIKA PONTIANAK

BAB II LANDASAN TEORI. Biaya menurut Rayburn yang diterjemahkan oleh Sugyarto (1999), Biaya (cost)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi yang ditandai dengan perkembangan pesat dalam

Kemungkinan Penerapan Metode Activity Based Costing Dalam Penentuan Tarif Jasa Rawat Inap Rumah Sakit (Studi kasus pada Rumah Sakit Islam Klaten)

Implementasi Metode Activity-Based Costing System dalam menentukan Besarnya Tarif Jasa Rawat Inap (Studi Kasus di RS XYZ)

PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan manufaktur dalam melakukan produksi memerlukan pengorbanan

Akuntansi Biaya. Rista Bintara, SE., M.Ak. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Akuntansi.

AKUNTANSI BIAYA PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN PESANAN JOB ORDER COSTING (BAB 5) VENY, SE.MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI. Program Studi AKUNTANSI

BAB II BAHAN RUJUKAN

Bab IV PEMBAHASAN. perusahaan, sehingga perusahaan dapat menentukan harga jual yang kompetitif. Untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Akuntansi Biaya. Review : Joint Product, Material, Labor, Factory Overhead, Activity-Based Costing. Rista Bintara, SE., M.Ak.

BAB II LANDASAN TEORI. 1.1 Latar Belakang Adanya metode Activity Based Costing. a. Persaingan global yang tajam yang memaksa perusahaan untuk cost

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II BAHAN RUJUKAN

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Biaya Biaya merupakan salah satu faktor yang sangat penting yang harus mendapat perhatian dalam menentukan biaya produksi. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Mulyadi ( 2001 : 116 ) mendefinisikan biaya adalah merupakan Pengorbanan sumber ekonomi yang dinilai dalam satuan uang, yang telah terjadi atau secara potensial akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu sedangkan menurut Mulyadi (2000 : 8) definisi biaya adalah : Pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau memungkinkan untuk tujuan tertentu, menurut Mulyadi ada empat unsur pokok dalam definisi biaya tersebut antara lain : 1. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi. 2. Diukur dalam satuan uang. 3. Yang telah terjadi atau secara potensial terjadi.

4. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu. Definisi lain dari biaya menurut William (2002 : 29) adalah merupakan nilai tukar, pengeluaran atau pengorbanan untuk memperoleh manfaat pada saat ini atau dimasa datang dalam bentuk pernyusutan atau kas dan aktiva lain Jadi dapat disimpulkan bahwa biaya dalam arti sempit sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva, standar akuntansi menyatakan bahwa biaya biasanya dinyatakan dalam satuan-satuan yang digunakan untuk mengukur moneter misalnya euro, rupiah, yen atau dolar yang dibayarkan untuk mendapatkan barang atau jasa. Sedangkan tujuan dari biaya yag telah dikorbankan adalah agar terjadi arus masuk kas yang menambah kekayaan perusahaan atau pertukaran barang dan jasa yang diterima oleh customer dimana terdapat kelebihan atau selisih atas pertukaran tersebut yang disebut laba. B. Elemen-Elemen Biaya Biaya produksi merupakan penjumlahan dari 3 elemen biaya yaitu : Bahan Baku, Tenaga Kerja, dan Biaya Overhead. Adapun biaya-biaya itu sendiri dapat diklasifikasikan dalam banyak cara, salah satunya menurut Saint Rayburn (1999:31-32) pembagian biaya atas 3 bagian utama : 1. Biaya Tenaga Kerja Langsung Termasuk bahan langsung. Tenaga kerja langsung, dan Overhead pabrik yang dikeluarkan untuk memproduksi barang/jasa termasuk

biaya perancangan dan teknik produk yang terjadi sebelum proses manufaktur. 2. Biaya Pemasaran Dihasilkan dalam penjualan dan pengiriman produk serta mencakup biaya promosi penjualan dan mempertahankan pelanggan beserta biaya transportasi, pergudangan dan distribuisi lainnya. 3. Biaya Administrasi. Dihasilkan dari pengerahan dan pengendalian perusahaan serta kegitan umum seperti fungsi personalia. Biaya ini mencakup dalam penjualan dan pengiriman produk serta mencakup gaji bagian akuntansi, manajemen dan keuangan, biaya klesikal dan ongkos sewa. Jadi dapat disimpulkan bahwa elemen biaya secara umum dibagi menjadi tiga bagian yaitu biaya produksi, biaya pemasaran, dan biaya administrasi, sangat bermanfaat untuk mengetahui biaya mana yang termasuk biaya produksi. C. Pengertian Biaya Overhead Pabrik Seperti diketahui bahwa bahan baku langsung yang dipergunakan pada suatu proses produksi yang diidentifikasikan langsung pada hasil produksinya. Begitu pula biaya tenaga kerja yang berhubungan langsung

dengan proses produksi dapat dibebankan langsung dan biaya tenaga kerja langsung pelaksanaan proses produksi juga memerlukan biaya-biaya lain yang tidak secara langsung berhubungan dengan proses produksi. Adapun komponen dari biaya overhead pabrik tersebut adalah : 1. Biaya tenaga kerja tidak langsung, yaitu biaya tenaga kerja yang tidak secara langsung dalam proses produksi atau yang tidak dapat diidentifikasi langsung pada produk. 2. Astek. 3. Biaya Penyusutan Mesin Pabrik 4. Biaya Penyusutan Peralatan Pabrik 5. Biaya Penyusutan Gedung Pabrik 6. Biaya Pemeliharaan dan Perbaikan Peralatan Produksi 7. Biaya Listrik 8. Biaya Bahan Bakar & Pelumas Dan lain-lain. Menurut William ( 2004 : 410 ) definisi biaya overhead pabrik adalah sebagai berikut : Biaya overhead pabrik adalah bahan baku tidak langsung, tenaga kerja tidak langsung, dan semua biaya pabrik lainnya yang tidak dapat secara nyaman diidentifikasikan dengan atau dibebankan langsung ke pesanan, produk atau objek biaya lainnya yang secara spesifik. Istilah lain adalah tanggungan pabrik, beban produksi, beban pabrik dan biaya produksi tidak langsung.

Sedangkan menurut Garrison dkk ( 2000 : 40 ) biaya overhead pabrik adalah termasuk bahan tidak langsung, tenaga kerja langsung, pemilihan dan perbaikan peralatan produksi, listrik dan penerangan, pajak properti, penyusutan, asuransi dan fasilitas-fasilitas produksi. Jadi dapat disimpulkan biaya overhead pabrik adalah merupakan semua biaya tidak langsung yang dapat dipergunakan untuk kelancaran proses produksi suatu perusahaan. D. Pengertian Alokasi BOP dengan Sistem Tradisional Menurut Blocher ( 2000 : 118 ) pengertian sistem tradisional adalah Sistem penentuan harga pokok tradisional menggunakan tarif overhead pabrik untuk beberapa departement yang digunakan untuk mengalokasikan biaya overhead pabrik ke produk atau jasa berdasarkan volume output Definisi lain menurut Hansen Mowen (2000 : 57 ) adalah : Mengasumsikan bahwa semua biaya diklasifikasikan sebagai tetap atau variable berkaitan dengan perubahan unit atau volume produk yang diproduksi, unit produk atau jam kerja langsung atau jam mesin. Pendorong unit atau volume ini digunakan untuk membebankan pendorong kegiatan berdasarkan unit untuk membebankan biaya ke objek biaya. Sebagai contoh, suatu produk diperkirakan akan menyediakan kebutuhan jam mesin. Dalam hal ini jam mesin adalah penggerak biaya yang

menyebabkan beberapa kelompuk biaya (Cost Pool) tertentu meningkat. Jam mesin selanjutnya dapat digunakan dalam pengalokasian kedalam kelompok (pool) tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa sistem biaya tradisional adalah sistem yang pengalokasian biaya overheadnya menggunakan tarif tunggal (antara lain menggunakan output jam mesin, jam kerja ataupun biaya bahan) dalam menentukan harga pokok produknya, sehingga produk ini mengakibatkan biaya distorsi akibat adanya volume keragaman produk, karena pada dasarnya tiap biaya overhead tidak hanya memahami satu alokasi saja. E. Pengertian Alokasi BOP Dengan Sistem Activity Based Costing Definisi Activity Based Costing menurut Blocher (2000 : 120-121) adalah sebagai berikut : Activity Based Costing adalah penentuan biaya produksi yang membebankan biaya ke produk atau jasa bedasarkan konsumsi sumber dana yang disebabkan karena aktivitas. Activity Based Costing merupakan sistem mempertahankan dan memproses data keuangan dan operasional dari sumber daya perusahaan berdasarkan aktivitas objek costing, cost driver dan ukuran kinerja kerja aktivity. Activity Based Costing juga dibebankan biaya ke aktivitas dan objek biaya. Definisi Lainnya menurut Rayburn (1999 : 140 ) pengertian Activity Based Costing adalah sebagai berikut :

Activity-Based Costing yang disebut juga kalkulasi biaya berdasarkan transaksi bertujuan memperbaiki keakuratan biaya produk dan jasa dengan mengakui bahwa beberapa biaya lebih tepat dibebankan atas dasar non volume. Selain memfokuskan pada objek seperti mengalami adanya keanekaragaman pada pelaksanaan kegiatan dan mencerminkan konsumsi biaya dengan mengidentifikasi penggerak yang dapat tejadi diberbagai tingkat dalam suatu organisasi. Sedangkan menurut Mulyadi (2003 : 40-41 ) mendefinisikan Activity Based Costing adalah : Sistem informasi biaya yang berorientasi pada penyedia informasi lengkap tentang aktivitas untuk memungkinkan personel perusahaan melakukan pengeluaran terhadap aktivitas dengan menggunakan aktivitas sebagai basis serta pengurangan biaya dan penentuan secara akurat cost produk/manufaktur, jasa atau dagang, atau sistem akuntansi biaya berbasis aktivitas yang masih berorientasi pada penentuan cost produk yang akurat dalam perusahaan manufaktur. Jadi dapat disimpulkan bahwa Activity-Based Costing adalah sistem yang mengalokasikan biaya overheadnya menggunakan sumber daya berdasarkan aktivitas sebagai dasar pembebanan ke objek biaya.

F. Perbedaan Alokasi BOP Dengan Sistem Tradisional dan Sistem Activity-Based Costing. 2.1. Alokasi BOP Dengan sistem Tradisional Perbedaan yang paling mendasar dalam mengalokasikan biaya overhead pabrik: a. Pengalokasian Sistem Tradisional Alokasi biaya overhead menurut sistem tradisional yaitu prosedur dua tahap. Alokasi dua tahap ini membebankan biaya sumber daya perusahaan yang disebut biaya overhead pabrik Cost Pool dan kemudian ke objek biaya berdasarkan bagaimana suatu objek biaya menggunakan sumber daya tersebut. Pada sistem tradisional pembebanan biaya overhead pabrik atau cost pool ke output dengan menggunakan cost driver yang berbasis volume atau cost driver berlevel unit, seperti jam kerja langsung dan jam mesin, biaya bahan-bahan langsung, biaya tenaga kerja langsung dan unit produksi. Menurut Blocher ( 2000 : 118 ) sistem tradisional mengenal dua metode pengalokasian biaya overhead pabrik adalah sebagai berikut : 1. Alokasi Tarif Tunggal. Dalam metode ini mengasumsikan bahwa semua produk atau jasa memperoleh manfaat overhead pabrik dalam proporsi yang sama, sehingga hanya digunakan satu macam dasar alokasi misalnya jam kerja langsung.

2. Alokasi Tarif Departemental. Dalam metode ini dengan menggunakan tarif overhead pabrik yang ditentukan terlebih dahulu berdasarkan volume untuk setiap departemen. Misalnya jam kerja langsung untuk satu departemen dan mesin untuk departemen lainnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa menurut sistem tradisional pengalokasian biaya overhead pabrik dari cost pool ke objek biaya hanya berdasarkan volume atau unitnya saja, sedangkan metodenya ada dua yaitu yang pertama metode tarif tunggal dengan menggunakan satu dasar alokasi, dimana metode sangat cocok untuk organisasi sederhana. Untuk metode yang kedua yaitu dengan menggunakan tarif berdasarkan volume untuk setiap departemennya. b. Keterbatasan dan Kelebihan Sistem Tradisional. Menurut Blocher (2000 : 117-118 ) sistem harga pokok menurut sistem tradisional merupakan sistem yang lemah dalam membebankan biaya pendukung atau biaya penjualan ke produk-produk. Biaya-biaya tersebut biasanya dialokasikan ke produk dengan menggunakan ukuran-ukuran yang didasarkan pada unit atau volume, seperti jam kerja langsung, biaya bahan langsung, biaya tenaga kerja langsung, jam mesin atau unit yang diproduksi. Biaya produk yang diperoleh dengan cara mengalokasikan seperti ini akan mengakibatkan distorsi, karena produk tidak

mengkonsumsi sebagian besar sumber daya pendukung tersebut dalam proporsi yang sesuai dengan volume produksi yang dihasilkan. Keterbatasan utama dari sistem ini penentuan harga pokok tradisional adalah penggunaan tarif tunggal atau tarif departemental yang berdasarkan pada volume. Tarif ini akan menghasilkan biaya produk yang tidak akurat jika sebagian besar biaya overhead pabrik tidak berhubungan dengan volume dan jika perusahaan menghasilkan komputerisasi produk yang bermacam-macam dengan volume, ukuran dan komputerisasi yang berbeda-beda. Penetapkan yang tidak akurat dapat memperkenalkan dua bentuk distorsi yang berbeda yaitu distorsi harga ketika sistem biaya terlalu banyak dan menggunakan harga rata-rata daripada harga yang spesifikasi dan distorsi yang lain terjadi dengan mencoba untuk mengalokasikan bersama atau mengabungkan biaya produk menjadi berubah dan menyesatkan yang akan berdampak pada strategi strategi yang stratejik, seperti kekeliruan dalam pengambilan keputusan tentang lini produk, penentuan harga jual yang tidak realitis dan alokasi sumber daya yang tidak realistis pula. Kelebihan dari sistem tradisional ini seperti yang dikemukakan oleh Blocher ( 2000 : 117 ) adalah sebagai berikut : Sistem penentuan harga pokok tradisional yang mendasarkan pada volume sangat bermanfaat jika tenaga kerja langsung dan bahan langsung merupakan faktor yang dominan dalam produksi jika teknologinya stabil dan jika ada keterbatasan produk.

Jadi dapat disimpulkan bahwa keterbatasan sistem tradisonal selain hanya menggunakan tarif tunggal (yaitu jika diterapkan pada pabrik yang terotomatisasi, yang memakai kategori biaya yang banyak), sistem ini tidak lagi dapat mencerminkan aktifitas yan spesifik, disamping terdapat keterbatasan pada sistem ini juga terdapat kelebihannya yaitu dapat dipakai pada pabrik yang mayoritas padat karya dan prodik yang dihasilkan sangat terbatas. 2.2. Alokasi BOP Dengan Sistem Activity-Based Costing a. Pengalokasian Biaya Menurut Sistem Activity-Based Costing Walaupun dengan menggunakan sistem tradisional dalam mengalokasikan biaya overhead pabrik hampir sama dengan menggunakan sistem Activity Based Costing, akan tetapi sangat jelas perbedaannya. Berikut adalah gambar struktur model Activity Based Costing. Tabel 2.1 Struktur Model Activity Based Costing Biaya Sumber Daya Cost Pool (aktivitas center atau pusat aktivitas)

Objek Biaya Sumber : Blocher ( 2000 ) Alokasi biaya menurut Activity-Based Costing yaitu prosedur dua tahap berdasarkan aktivitas. Alokasi tahap pertama dalam prosedur dua tahap yaitu proses pembebanan biaya sumber daya adalah biaya overhead pabrik dibebankan ke cost pool aktivitas atau kelompok aktivitas yang disebut pusat aktivitas (activity centre) dengan menggunakan driver sumber daya (resources driver) yang tepat. Alokasi tahap kedua adalah proses pembebanan biaya dimana aktivitas dibebankan ke objek biaya dengan menggunakan driver aktivitas yang tepat. Driver aktivitas mengukur berapa banyak aktivitas yang digunakan oleh objek biaya. Walaupun sistem tradisional juga menggunakan alokasi dua tahap, namun ada dua perbedaan dengan alokasi dua tahap sistem Activity Based Costing yaitu sebagai berikut : Cost pool diidentifikasikan sebagai aktivitas atau pusat aktivitas dan bukan sebagai pabrik atau pusat biaya departemen. Cost driver yang digunakan untuk membebankan biaya aktivitas ke objek biaya adalah driver aktivitas (activity driver) yang mendasarkan pada hubungan sebab akibat. Pendekatan tradisional dengan menggunakan driver tunggal yang mendasarkan pada volume yang seringkali tidak melihat hubungan antara biaya sumber daya dengan objek biaya.

Modifikasi tersebut menyebabkan prosedur dua tahap sistem activity based costing melaporkan biaya aktivitas berbeda secara lebih akurat dibandingkan dengan sistem tradisional, karena sistem tersebut mengidentifikasikan secara jelas biaya dari aktivitas yang berbeda-beda yang ada di perusahaan. Sistem tersebut juga membebankan biaya aktivitas ke objek biaya output dengan menggunakan ukuran yang menunjukan permintaan produk atau jasa terhadap aktivitas tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengalokasian biaya overhead dengan sistem tradisional dan activity based costing sangat berbeda, dimana dengan sistem activity based costing biaya overhead dipusatkan ke pusat aktivitas, lalu biaya aktivitas tersebut dibebankan memakai driver aktivitas yang cepat ke setiap produk. Untuk itu sangat diperlukan ketelitian atau analisis yang baik dalam memilih cost driver yang memang sesuai dengan sistem activity based costing. b. Manfaat dan keterbatasan dari sistem Activity Based Costing Adapun manfaat dari sistem activity based costing menurut blocher (2000: 127) antara lain sebagai berikut : 1. Menyajikan biaya produk yang lebih akurat dan informatif yang mengarah kepada pengukuran profitabilitas produk yang lebih akurat.

2. Menyajikan pengukuran yang lebih akurat tentang biaya yang dipacu oleh adanya aktivitas. Hal ini membantu manajemen untuk meningkatkan produk value. 3. Memudahkan manager untuk memberikan informasi tentang biaya relevan dalam pengambilan keputusan. Sedangkan menurut Amin Wijaya (2000 : 23) keuntungan dari ABC adalah sebagai berikut : 1. Suatu kajian ABC dapat menyajikan manajemen bahwa mereka harus mengambil sejumlah langkah untuk lebih kompetitif. Sebagai hasilnya mereka dapat berusaha untuk meningkatkan mutu sambil secara simultan memfokus pada pengurangan biaya. Analisis biaya dapat menyoroti bagaimana benar-benar mahalnya proses manufakturing, ini pada gilirannya dapat memacu aktivitas untuk mereorganisasi proses memperbaiki mutu, pengurangan biaya. 2. Manajemen akan berada dalam suatu posisi untuk melakukan penawaran kompetitif yang lebih wajar. 3. ABC dapat membantu dalam keputusan membuat atau membeli yang manajemen harus lakukan. 4. Dengan analisis biaya yang diperbaiki, manajemen dpat melakukan analisis yang lebih akurat mengenai volume yang diperlukan untuk mencapai titik impas (break event) atas produk yang bervolume rendah.

5. Melalui analisis data biaya dari pola konsumsi sumber daya management dapat memulai merekayasa kembali (re-engineer) proses manufakturing untuk mencapai pola keluaran mutu lebih efesien dan lebih tinggi. Selanjutnya ada beberapa keuntungan dasar dari penggunaan ABC sistem : a. Memungkinkan untuk menentukan biaya produksi total yang dapat ditelusuri kedalam output. b. Mendorong terciptanya metode alternatif dalam produksi. c. Mengidentifikasi benchmark keuangan dari kinerja aktivitas. d. Mendapatkan informasi yang lebih baik untuk mengukur dan memprioritaskan pengurangan biaya terhadap aktivitas yang tidak menambah manfaat. e. Menyediakan kerangka kerja manejerial terhadap aktivitas pendukung. ABC selain mempunyai manfaat dan keuntungan antara lain penelusuran biaya ke produksi individual secara lebih baik, tetapi juga mempunyai keterbatasan yang harus diperhatikan oleh seorang manger perusahaan, hal ini dikemukakan oleh Abdul Halim ( 1999 : 470 ) adalah sebagai berikut : 1. Alokasi Walaupun data aktivitas penting, tetapi beberapa biaya masih memerlukan alokasi biaya yang berdasakan volume. Misalnya biaya biaya yang berhubungan dengan gedung, biasanya mencakup biaya sewa, asuransi dan pajak bangunan. Usaha-

usaha untuk menelusuri aktivitas-aktivitas penyebab biayabiaya ini merupakan tindakan yang sia-sia dan tidak prakis. 2. Periode-periode akuntansi Periode-periode yang arbiter masih digunakan dalam menghitung biaya-biaya. Banyak manajer yang ingin mengetahui apakah produk yang dihasilkan menguntungkan atau tidak. Tujuannya tidak saja untuk mengukur beberapa banyak biaya yang sudah diserap oleh produk tersebut, tetapi juga untuk mengukur segi kompetitifnya dengan produk yang sejenis yang dihasilkan oleh perusahan lain. Manajemen dalam ini memerlukan pengukuran dan pelopor yang interim, informasi untuk perilaku biaya tersebut dapat diberikan pada saat siklus hidup produk itu berakhir sehingga untuk pengukuran produk memiliki siklus hidup yang lebih lama membutuhkan bentuk pengukuran yang interim (sementara). 3. Beberapa biaya terabaikan Dalam menganalisa biaya produksi berdasarkabn aktivitas, beberapa biaya yang sebenarnya berhubungan dengan hasil produk diabaikan begitu saja dalam pengukurannya. Aktivitasaktivitas seperti pemasaran, promosi dan pengembangan servis purna jual dan sebagainya juga menimbulkan biaya.

Selain keterbatasan tersebut diatas, keterbatasan lain yang timbul dalam penerapan. Sistem manajemen biaya berdasarkan aktivitas adalah sebagai berikut: 1. banyak perusahaan yang belum secara ekstensif terkomputerisasi sehingga manajer merasa belum perlu mengganti sistem akuntansi biaya tradisional untuk menyesuaikan dengan perubahan manafaktur tersebut. 2. pelaksanaan otomatisasi dilakukan secara bersamaan, tetapi hanya memusatkan perhatian pada perubahan proses produksi. 3. kegiatan operasional secara otomatis dan manual dilakukan bersamaan, tetapi sistem akuntansi biaya tradisional disediakan bagi keduanya. 4. para manger sering berpendapat bahwa yang utama adalah pelaksanaan produksi, urusan kerja belakang. Kebutuhan pelaporan eksternal mendorong akuntansi keuangan dipakai juga untuk tujuan akuntansi manajemen internal, karena pusat perhatian sering diarahkan untuk mempersiapkan laporan keuangan eksternal. Dalam sistem ini membagi konsumsi overhead ke dalam 4 bagian diantaranya : 1. Aktivitas akan berlevel unit (Unit Level) Adalah aktivitas yang dilakukan untuk memproduksi setiap satu unit produk, misalnya pemakaian jam kerja langsung, pemakaian bahan, memasukan komponen, inspeksi tiap unit dan aktivitas menjalankan mesin.

2. Aktivitas akan berlevel batch (Batch Level) Adalah aktivitas yang dilakukan untuk setiap produk batch atau kelompok produk. Aktivitas tersebut dilakukan setiap atau batch ingin diproduksi. misalnya set up mesin, pemesanan pembelian, penjadwalan produksi. Inspeksi untuk setiap batch dan penanganan bahan. 3. Aktivitas untuk mendukung produk (Product Level) Adalah aktivitas yang dilakukan untuk mendukung produksi produk yang berbeda, misalnya untuk merancang produk, administrasi suku cadang, penerbit formulir pesanan untuk mengubah teknik pesanan untuk mengubah teknik rekayasa dan ekspedisi. 4. Aktivitas untuk mendukung fasilitas (Facility Level) adalah aktivitas untuk mendukung produksi produk secara umum contohnya adalah keamanan, kesehatan kerja dan pemeliharaan, manajamen pabrik dan pembayaran pajak properti. Jadi dapat disimpulkan activity based costing memberikan manfaat pada penyajian biaya produk yang lebih akurat, memantu manajemen meningkatkan nilai produk dan mengambil keputusan, dan memberi keterbatan dalam hal mengabaikan biaya pemasaran, klaim garansi, dan dalam pengembangan sangat sulit diterapkan karena biayanya sangat mahal. Perbedaan yang paling mendasar antara activity based costing dengan traditional secara keseluruhan seperti yang dikemukakan oleh Amin Wijaya ( 2000 : 26-27 ) adalah sebagai berikut :

1. Activity based costing menggunakan aktivitas-aktivitas sebagai pemicu untuk menentukan berapa besar overhead tidak langsung dari setiap produk mengkonsumsikan. Sistem tradisonal mengalokasi overhead secara arbirter berdasarkan satu atau dua basis alokasi yang nonrepresentatif, dengan demikian gagal menyerap konsumsi overhed yang benar menurut produk individual. 2. Activity based costing membagi konsumsi overhead kedalam empat katogori yaitu : Unit, batch, produk, penopang fasilitas. Sistem tradisional membagi biaya overhead kedalalam unit sebagai akibatnya ABC mengkalkulasi konsumsi sumber daya semata-mata pengeluaran organisasional. Hal ini mengakibatkan lebih berguna untuk pengambilan keputusan. Manajemen dapat mengikuti bagaimana biaya timbul dan menemukan cara-cara untuk mengurangi biaya. 3. Focus dari ABC adalah pada biaya, mutu, faktor waktu. Sistem biaya tradisional terutama memfokuskan pada kinerja keuangan jangka pendek seperti laba dengan cukup akurat. Apabila sistem tradisonal digunakan untuk penetapan harga dan untuk mengidentifikasi produk yang menguntungkan angka-angkanya tidak dapat diandalkan atau dipercaya. 4. ABC memerlukan masukan dari seluruh departemen. Persyaratan ini mengarah ke integrasi organisasi yang lebih baik dan

memberikan suatu pandangan fungsional silang mengenai organisasi. 5. ABC mempunyai kebutuhan yang jauh lebih kecil untuk analisis varian daripada sistem tradisional, karena kelompok (Cost pool) dan pemicu (driver) jauh lebih akurat, jelas dan karena ABC dapat menggunakan biaya historis pada akhir periode untuk menghitung biaya aktual apabila kebutuhan muncul. 6. Karena sistem ABC terdiri dari berbagai pusat biaya aktivitas dan pemicu tahap kedua, biaya yang dianggarkan digunakan untuk melakukan studi ABC seharusnya diharapkan mendekati biaya aktual daripada dengan sistem tradisional. Keuntungan ini secara drastis mengurangi keperluan untuk melakukan analisis varian antara anggaran dan kalkulasi biaya aktual. Sistem biaya tradisional mengukur sumber daya yang dikonsumsi dalam proporsi terhadap jumlah unit dari produksi individual, akan tetapi beberapa sumber daya tidak disebabkan oleh jumlah unit yang diproduksi, melainkan merupakan suatu fungsi dari aktivitas bacth produk dan penopang aktivitas. Keuntungan utama menggunakan ABC adalah kemampuan untuk mengukur konsumsi overhead secara akurat ke produk. Perbandingan lain antara sistem tradisional dan ABC seperti yang dikemukakan oleh Blocher ( 2000 : 128 ) adalah :

Sistem ABC menelusuri biaya produk melalui aktivitas, biaya overhead pabrik yang dibebankan ke cost pool atau pusat aktivitas dan tidak dibebankan berdasarkan departemen, biaya pusat aktivitas dibebankan ke produk atau jasa. Proses pembebanan terdiri dari tiga tahap, pertama biaya ditelusuri ke driver sumber daya yang sama atau serupa yang dibebankan ke cost pool atau pusat aktivitas. Kedua, tarif overhead pabrik dihitung untuk setiap aktivitas yang berdasarkan driver aktivitas tertentu. Ketiga, biaya overhead pabrik dibebankan kesetiap produk dengan aktivitas driver aktivitas yang dikonsumsi oleh produk. Perbedaan utama antara sistem tradisional dengan sistem ABC terdapat pada tahap kedua dan ketiga. Jadi perbedaan sistem tradisional dan activity Based Costing adalah sistem ABC memakai aktivitas dengan pemicu aktivitas sedangkan sistem tradisional berdasarkan satu alokasi, ABC memakai empat kategori konsumsi overhead yaitu: unit, batch, produk, fasilitas, sedangkan tradisional hanya dengan unit, ABC berfokus pada mutu, waktu dan biaya, sedangkan tradisional hanya kinerja keuangan jangka pendek, ABC dapat menganilis biaya yang dapat mendekati ke biaya aktualnya. G. Tahap-tahap Pembebanan Alokasi BOP menurut Sistem Tradisonal dan Sistem Activity Based Costing Alokasi Bop Dengan Sistem Tradisional.

Seperti yang telah dikemukakan diatas bahwa terdapat dua tahap pembebanan / alokasi dari sistem tradisional yaitu dengan membebankan biaya sumber daya perusahaan yang disebut overhead pabrik ke cost pool dan kemudian ke objek biaya berdasarkan bagaimana suatu objek biaya menggunakan sumber daya tersebut. Didalam menentukan pembebanan/alokasi biaya overhead pabrik sangat perlu diperhatikan mengenai faktor-faktor dalam pemilihan tarif biaya overhead pabrik dan dasar yang digunakan untuk menghitung overhead pabrik. Faktor-faktor yang biasanya digunakan dalam sistem tradisional seperti yang dikemukakan oleh William (2004 : 412) adalah sebagai berikut : 1. Dasar yang digunakan yaitu output fisik dan biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, jam kerja langsung, jam mesin, transaksi atau aktivitas. 2. Pemilihan tingkat aktivitas yaitu kapasitas teoritis, kapasitas praktis, kapasitas aktual yang diperkirakan. Kapasitas normal, dampak kapasitas terhadap tarif overhead, kapasitas mengganggur versus kelebihan kapasitas. 3. Memasukan atau tidak memasukan overhead tetap yaitu dengan perhitungan biaya penyerahan penuh, perhitungan biaya langsung. 4. Menggunakan tarif tunggal atau beberapa tarif, seperti tarif tingkat pabrik dan tarif departemental serta tarif subdepartemental dan aktivitas. 5. Menggunakan tarif yang berbeda untuk aktivitas jasa.

Menurut William (2004 : 414 419) faktor-faktor tersebut sebagai denominator dari tarif overhead pabrik yang akan dijadikan dasar pemilihan pembebanan tarif overhead pabrik. Adapun tujuan dari dasar pemilihan ini adalah untuk menimalkan biaya dan usaha yang klirekal. Terdapat dua atau lebih dasar pemilihan untuk menghasilkan pembebanan/alokasi pabrik yang hampir sama untuk setiap pesanan atau produk, sehingga dasar yang paling sederhana yang mudah digunakan baik dengan dasar biaya tenaga kerja langsung, dasar bahan baku langsung mapun memakai dasar jam tenaga kerja dan jam mesin. Dasar pemilihan pembebanan/alokasi tarif overhead pabrik yang biasa digunakan oleh perusahaan adalah : 1. Dasar output Fisik Dasar ini adalah yang paling sederhana untuk membebankan biaya overhead pabrik yaitu dengan membagi estimasi overhead pabrik dengan estimasi produksi. Dasar ini cocok digunakan hanya jika perusahaan memproduksi satu produk. 2. Dasar Biaya Tenaga Kerja Dasar yang digunakan adalah dengan membagi estimasi total overhead pabrik dengan biaya bahan baku. Dalam dasar ini cocok untuk dijadikan dasar pembebanan overhead pabrik karena dapat digunakan dengan dua tahap yaitu untuk tahap pertama suatu pengukuran seperti, berat bahan baku atau jumlah komponen yang dapat dijadikan komponen dasar pembebanan. Yang berkaitan dengan biaya bahan baku, seperti biaya

pembelian, penerimaan, inspeksi, penanganan, dan penyimpanan. Sedangkan untuk tahap kedua ukuran aktivitas yang relevan yang dapat dijadikan dasar untuk pembebanan biaya overhead sisanya. Biaya overhead pabrik untuk setiap pesanan dihitung dalam dua bagian dengan menggunakan dasar tersebut. 3. Dasar Biaya Tenaga Kerja Langsung Dasar yang digunakan dengan membagi estimasi total overhead pabrik dengan estimasi biaya tenaga kerja langsung. Dasar ini relatif lebih mudah untuk digunakan karena informasi gaji mingguan memberikan data biaya tenaga kerja langsung tersedia. Metode ini adalah metode tercepat untuk membebankan overhead pabrik dalam sistem produksi bersifat intensif tenaga kerja. Tetapi metode ini tidak cocok digunakan apabila memasukan depresiasi dari mesin yang mahal dan yang tidak memiliki hubungan dengan gaji tenaga kerja langsung. 4. Dasar Jam Tenaga Kerja Langsung Metode ini menggunakan dasar pembebanan dengan membagi estimasi total overhead pabrik dengan estimasi jam tenaga kerja langsung. Dalam metode ini memerlukan akumulasi jam tenaga kerja langsung per pesanan atau produk. Penggunaan metode ini baik digunkan apabila ada hubungannya antara jam kerja langsung dan overhead pabrik. Metode ini baik digunakan apabila tenaga kerja merupakan faktor utama dalam proses produksi, tetapi apabila disebabkan oleh penggunaan mesin, maka

dasar pembebanan ini dapat menghasilkan biaya overhead pabrik yang tidak wajar. 5. Dasar Jam Mesin Dasar yang digunakan metode ini adalah dengan membagi estimasi total overhead pabrik dengan estimasi jam mesin. Dalam metode ini memerlukan tambahan pekerjaan klerikal, karena suatu sistem harus didesain untuk memastikan akumulasi yang benar atas data jam mesin. Jam mesin merupakan dasar yang paling wajar atau cocok digunakan apabila overhead pabrik sebagian besar berkaitan dengan teknologi, seperti depresiasi, pemeliharaan dan listrik. Setelah faktor-faktor pemilihan dasar pembebanan/alokasi ditentukan, maka tahap terakhir adalah dengan melakukan tahap perhitungan pembebanan/alokasi overhead pabrik yaitu langkah pertama adalah menentukan tingkat aktivitas yang akan digunakan untuk dasar yang dipilih, kemudian setiap item biaya overhead diestimasi atau dianggarkan pada tingkat aktivitas tersebut sehingga menghasilkan total estimasi overhead pabrik. Tingkat aktivitas dan biaya overhead pabrik telah diestimasikan, tarif overhead pabrik dapat dihitung. Dengan asumsi bahwa dasar jam mesin yang digunakan dan jam mesin 20.000 dengan estimasi biaya tetap Rp. 125.000,00 dan variable Rp. 175.000,00, menghasilkan overhead pabrik per jam Rp. 15,00 dan biaya overhead tetap Rp. 6.25 dan biaya overhead variable Rp. 8.75 yang akan dibebankan ke pabrik ke produk yang telah selesai

diproduksi, sehinggga akan menghasilkan total biaya overhead pabrik untuk produk tersebut. Alokasi BOP Dengan Sistem Activity Based Costing. Dalam sistem Activity Based Costing berbeda dengan sistem tradisional dimana yang telah disebutkan diatas bahwa dalam sistem ABC terdapat dua tahap pembebanan berdasarkan aktivitas, untuk alokasi tahap pertama proses pembebanan sumber daya adalah biaya overhead pabrik dibebankan ke cost pool aktivitas sedangkan untuk tahap kedua yaitu dengan proses pembebanan biaya dimana aktivitas dibebankan ke objek biaya dengan menggunakan driver aktivitas yang tepat. driver aktivitas mengukur berapa banyak aktivitas yang digunakan oleh objek biaya. Yang sangat perlu diperhatikan sebelum melakukan pembebanan overhead pabrik yaitu dengan menentukan tingkatan pemicu biaya (cost driver), Cost driver merupakan faktor utama yang menciptakan permintaan aktivitas atau mempengaruhi biaya. Cost driver ini dipergunakan untuk menunjukan biaya yang diserap pada suatu aktivitas secara berarti, oleh karena cost driver mencerminkan hubungan sebab akibat diantara beberapa aktivitas dan biaya. Setelah memilih pemicu biaya baru melakukan pembebanan / alokasi overhead pabrik terhadap suatu produk langkah selanjutnya melakukan pembebanan/alokasi overhead pabrik. Menurut Blocher (2000 : 123-126)

bahwa dalam system activity based costing terdapat tiga tahap utama perancangan pembebanan overhead pabrik antara lain: 1. Tahap Satu : mengidentifikasikan Biaya Sumber daya dan Aktivitas. Dalam tahap ini mengidentifikasi biaya sumber daya dan melakukan analisis aktivitas. Biaya sumber daya yaitu biaya yang dilakukan untuk melakukan berbagai aktivitas. Contohnya seperti biasa, supplier, pembelian, penanganan bahan, pergudangan, ruang kantor. Mebel dan peralatan lain, bangunan, peralatan pabrik, utilitas, gaji dan tunjangan serta teknik dan akuntasi. Didalam analisis aktivitas meliputi pengumpulan data dari dokumen dan catatan yang ada dalam perusahaan dan melakukan penelitian/survey dengan menggunakan daftar pertanyaan, observasi, dan wawancara secara terus-menerus. Tim proyek dari ABC akan mengumpulkan data aktivitas dengan cara melakukan observasi dan membuat aktivitas/pekerjaan yang dilakukan. Didalam system ABC seperti yang telah dijelaskan diatas untuk proses manufacturing terdapat empat kategori aktivitas yaitu aktivitas berlevel unit, aktivitas berlevel batch, aktivitas untuk mendukung produk, dan aktivitas untuk mendukung fasilitas. 2. Tahap Dua : Membebankan Biaya Sumber Daya ke Aktivitas Dalam tahap kedua yaitu membebankan biaya sumber daya ke aktivitas yang meliputi meter untuk utilitas, jumlah angka tenaga kerja untuk aktivitas yang berkaitan dengan penggajian, jumlah set up untuk set-up mesin, jumlah pemindahan bahan untuk aktivitas penanganan bahan dan

jam mesin untuk aktivitas menjalankan mesin serta luas untuk aktivitas kebersihan. Biaya sumber daya dapat dibebankan ke aktivitas dengan cara penelusuran secara langsung atau estimasi yang mensyaratkan untuk mengukur pemakaian sumber daya yang sesungguhnya digunakan oleh aktivitas. 3. Tahap Tiga : membebankan Biaya Aktivitas ke objek Biaya. Dalam tahap ini adalah tahap dimana setelah diketahui biaya aktivitas selanjutnya dapat diukur biaya aktivitas per unit. Dengan cara mengukur biaya per unit untuk output yang diproduksi oleh aktivitas tersebut. Output merupakan objek biaya yang membutuhkan aktivitas, biasanya dapat berupa produk, jasa pelanggan, pelanggan agen asuransi atau divisi yang menerima manfaaat dari sumber daya perusahaan. Driver aktivitas digunakan untuk membebankan biaya aktivitas ke dalam biaya biasanya berupa jumlah pesanan pembelian jumlah laporan penerimaan barang. Jumlah laporan atau jasa inspeksi, jumlah suku cadang yang disimpan, jumlah pembayaran, jam kerja langsung, jam mesin, jumlah set up dan waktu siklus produksi. Setelah diketahui biaya aktivitas dan apa yang menyebabkan biaya itu terjadi, maka driver aktivitas dapat digunakan untuk produksi mana yang mengkonsumsi aktivitas tersebut dan dialokasikan berdasarkan produk yang dihasilkan.