BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dari analisa tersebut

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN... LEMBAR PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Laju pertumbuhan ekonomi di beberapa propinsi di Indonesia menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. akan menempatkan eksploitasi laut sebagai primadona industri, baik dari segi

6 PORT PERFORMANCE INDICATORS PELABUHAN TANJUNG PRIOK DAN PELABUHAN SINGAPURA

BAB I PENDAHULUAN. Troughput. Gambar 1.1. Troughput di TPKS (TPKS,2013)

2 METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 1.1 Terminal Peti Kemas (Steenken, 2004)

BAB I PENDAHULUAN. terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persilangan rute perdagangan

Pesawat Polonia

REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK SURVEI DWELLING TIME 2016

TUGAS AKHIR TINJAUAN TURN ROUND TIME STUDI KASUS : UNIT TERMINAL PETIKEMAS I PELABUHAN TANJUNG PRIOK

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan jasa angkutan laut semakin lama semakin meningkat, baik

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan

DAFTAR ISTILAH. Kapal peti kemas (containership) : kapal yang khusus digunakan untuk mengangkut peti kemas yang standar.

Yukki Nugrahawan Hanafi Ketua Umum DPP ALFI/ILFA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan L

Studi Master Plan Pelabuhan Bungkutoko di Kendari KATA PENGANTAR

EVALUASI KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN BITUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. Belawan International Container Terminal (BICT) sebagai unit usaha PT.

2017, No Belawan, Pelabuhan Utama Tanjung Priok, Pelabuhan Utama Tanjung Perak, dan Pelabuhan Utama Makassar; c. bahwa berdasarkan pertimbangan

Evaluasi Kinerja Operasional Pelabuhan Manado

7 STRATEGI PENGEMBANGAN PELABUHAN TANJUNG PRIOK SEBAGAI INTERNATIONAL HUB PORT. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran pelabuhan dalam suatu sistem transportasi mengharuskan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada bab ini akan dijabarkan simpulan penelitian yaitu tingkat kinerja

Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi KATA PENGANTAR

ANALISA KAPASITAS OPTIMAL LAPANGAN PENUMPUKAN TERMINAL PETIKEMAS MAKASSAR BERDASAR OPERATOR DAN PENGGUNA PELABUHAN

BAB II PT. PELABUHAN INDONESIA I BICT. memenuhi harapan pelanggan. Dengan luas area lebih dari 200 ribu m 2, kami siap

BAB II PT. PELABUHAN INDONESIA I BICT. berlokasi di Gabion, Belawan. Disini, PT. Pelabuhan Indonesia I ( Persero )

SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Bab

STUDI PENGURANGAN DWELLING TIME PETIKEMAS IMPOR DENGAN PENDEKATAN SIMULASI (STUDI KASUS : TERMINAL PETIKEMAS SURABAYA)

ANALISIS KINERJA PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KAPASITAS TERMINAL PETI KEMAS PELABUHAN PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. (Asia dan Australia), jelas ini memberikan keuntungan bagi negara indonesia

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan L

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

MODEL PENENTUAN UKURAN KAPAL OPTIMUM KORIDOR PENDULUM NUSANTARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

TINDAKAN KARANTINA terhadap MP OPTK/HPHK di TPK

BAB I PENDAHULUAN. besar dengan biaya rendah merupakan keungggulannya. selayaknya memiliki keunggulan di sektor maritim. Salah satu bagian penting

ANALISIS KINERJA PELAYANAN OPERASIONAL PETI KEMAS DI PELABUHAN PANGKALBALAM KOTA PANGKALPINANG

ABSTRAK. Kata kunci: Dwelling Time, Kelengkapan Administrasi, Kepemimpinan Pemerintahan

ANALISIS KINERJA OPERASIONAL BONGKAR MUAT PETI KEMAS PELABUHAN TANJUNG EMAS SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2017, No logistik guna mengembangkan pertumbuhan ekonomi nasional, perlu menyesuaikan ketentuan permodalan badan usaha di bidang pengusahaan an

RAPAT KERJA PENYUSUNAN RKAP TAHUN BUKU 2017 CABANG SIBOLGA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Implementasi ASEAN Economic Community 2015 yang merupakan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN


BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA

Ringkasan : ANALISIS KINERJA TERMINAL PETIKEMAS DI PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA (Studi Kasus Di PT.Terminal Petikemas Surabaya) Oleh : SUPRIYONO

MODEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN PERENCANAAN SANDARAN KAPAL INTEGRASI DENGAN LAYANAN KERETA API BARANG. (STUDI KASUS: PT.TERMINAL TELUK LAMONG SURABAYA)

[ U.30 ] PENELITIAN FAKTOR DOMINAN YANG MEMPENGARUHI TERHAMBATNYA ARUS DISTRIBUSI BARANG PADA TERMINAL PETI KEMAS GEDEBAGE BANDUNG

PRESENTASI TUGAS AKHIR ANALISIS KONDISI HAULAGE PETI KEMAS DI AREA PELABUHAN (STUDI KASUS: PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA) Disusun oleh:

Arif Mulyasyah NRP Dosen Pembimbing Ir. Sudiyono Kromodihardjo Msc. PhD

BAB I 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Terminal Peti Kemas (TPK) Koja merupakan salah satu pelabuhan yang memberikan

Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi KATA PENGANTAR. Final Report

PERENCANAAN PENGEMBANGAN PELABUHAN LAUT SERUI DI KOTA SERUI PAPUA

Depo Petikemas Pengawasan Pabean (DP3) (Oleh : Syaiful Anwar / Widyaiswara Utama)

Prospek Kawasan Penimbunan Pabean Terpadu (KPPT) Dalam Memperlancar Arus Barang Impor/Ekspor. Oleh: Ahmad Dimyati, Widyaiswara Pusdiklat Bea dan Cukai

RAPAT KERJA PENYUSUNAN RKAP TAHUN BUKU 2017 CABANG TERMINAL PETIKEMAS DOMESTIK BELAWAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

EVALUASI SISTEM OPERASI DRY PORT GEDEBAGE

EVALUASI KINERJA PELAYANAN OPERASI BATU BARA DI PELABUHAN CIREBON

Model Optimisasi Tata Letak Pelabuhan Curah Kering dengan Pendekatan Simulasi Diskrit: Studi Kasus Pelabuhan Khusus PT Petrokimia Gresik

RAPAT KERJA PENYUSUNAN RKAP TAHUN BUKU 2017

KRITERIA HIERARKI PELABUHAN

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi telah digunakan secara meluas di segala bidang, seperti

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja (manusia) yang diatur dalam urutan fungsi-fungsinya, agar efektif dan

Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran KATA PENGANTAR

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN I E X P O R T , , , , ,5 1, , ,3-14,32

KEPUTUSAN DIREKSI (Persero) PELABUHAN INDONESIA II NOMOR HK.56/2/25/PI.II-02 TANGGAL 28 JUNI 2002

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. diprediksi kebutuhan Lapangan penumpukan Peti Kemas pada tahun 2014

STRATEGI PELABUHAN PANJANG SEBAGAI MAIN PORT DIKAWASAN SUMATERA BAGIAN SELATAN : STUDI BANDING DENGAN PELABUHAN TANJUNG PRIOK

EVALUASI SISTEM LOGISTIK DI PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Adanya perbedaan kekayaan alam serta sumber daya manusia

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN MARET 2016

PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) Bukukan Peningkatan Laba 45%

Transkripsi:

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dari analisa tersebut dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. 1. Performance Pelabuhan Bitung ditinjau dari aspek waktu operasional secara keseluruhan dapat dikategorikan belum cukup baik atau masih belum layak, ini dapat dilihat dari tingkat time operasionalnya masih di atas 24 jam sedangkan dari aspek kemampuan infrastruktur fisik pelabuhan baik dari segi okupansi dermaga maupun container yard masih sesuai dengan standar kinerja yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan RI, namun ada kecenderungan mengalami penurunan performance, dikarenakan rasio okupansi kedua infrastruktur tersebut tiap tahunnya mengalami peningkatan. 2. Turn Round Time (TRT), BerthingTime (BT) dan Efektif Time (ET) dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 telah menunjukkan penurunan namun kondisinya masih tetap di atas 24 jam sehingga hal tersebut mengindikasikan bahwa waktu pelayanan kapal belum mengalami peningkatan performance yang cukup baik. 3. Non Operation Time (NOT) dan Idle Time (IT) menunjukkan performance yang cukup baik, hal ini dapat dilihat dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 menunjukkan penurunan tiap tahunnya. 111

4. Tingkat okupansi dermaga terhadap kapal menunjukkan peningkatan tiap tahunnya, hal ini mengindikasikan bahwa kinerja dermaga mengalami penurunan performance, karena sejak 2009 volume rasio tersebut berada di bawah standar UNCTAD, 1978 dan berdasarkan perhitungan proyeksi sampai 5 tahun ke depan (2013 s/d 2017) volume rasio tersebut juga mengalami peningkatan sehingga baik menurut UNCTAD, 1978 maupun aturan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian perhubungan RI sudah tidak memenuhi standar lagi. 5. Tingkat okupansi container yard pada tahun terakhir (2012) sebesar 61%, masih memenuhi standar yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian perhubungan RI sedangkan kebutuhan container yard sampai dengan tahun 2017 berdasarkan hasil proyeksi menunjukkan kebutuhan peningkatan minimal sebesar 21% dari kondisi eksisting container yard Pelabuhan Bitung saat ini. 6. Komposisi peralatan bongkar muat yang dimiliki Pelabuhan Bitung saat ini paling tidak 5 tahun terakhir (2008 s/d 2012) memiliki efektifitas/utilisasi yang cukup baik, hal ini terlihat dari performance waktu pelayanan bongkar muat peti kemas menunjukkan tingkat efisien yang baik, ini membuktikan tingkat continuitas kerja operasional peralatan berjalan dengan optimal. 7. Sistem operasional peti kemas dapat diefektifkan dan diefisienkan dengan meningkatkan kebutuhan peralatan bongkar muat peti kemas dan infrastruktur pelabuhan serta dengan merencanakan penggunaan waktu maksimal pada tahapan operasional bongkar muat tersebut, dan menerapkan metode zero 112

principal storage yakni metode mempercepat proses pendistribusian peti kemas dari pelabuhan ke konsumen sehingga dapat meminimalkan tingkat pengendapan peti kemas pada container yard. 8. Perbandingan Pelabuhan Bitung dengan Pelabuhan Tanjung Perak dan Pelabuhan Tanjung Priok dari aspek waktu pelayanan bongkar muat peti kemas menunjukkan bahwa waktu pelayanan \Pelabuhan Bitung membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan dengan Pelabuhan Tanjung Perak dan Pelabuhan Tanjung Priok. 9. Pola manajemen administrasi Pelabuhan Bitung saat ini masih bersifat manual, sehingga sangat tidak efisien karena membutuhkan waktu yang cukup lama, Penerapan sistem administrasi kepelabuhanan yang berbasis Information Technology ketidakefisienan tersebut diharapkan dapat mengatasi permasalahan serta sebagai wujud pengembangan konsep administrasi yang berstandar internasional. 10. Secara keseluruhan baik tingkat operasional waktu bongkar muat, arus peti kemas, arus kunjungan kapal maupun tingkat okupansi dermaga dan kebutuhan luas container yard diproyeksikan sampai dengan tahun 2017 ratarata menunjukkan peningkatan tiap tahunnya, sehingga Pelabuhan Bitung harus meningkatkan pelayanan yang optimal dengan strategi pengembangan infrastruktur fisik pelabuhan dan manajemen operasional pelabuhan. B. Rekomendasi Dari analisa hasil penelitian dan dengan menarik beberapa kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian tersebut, maka untuk memberikan 113

peningkatan performance pelabuhan dalam hal operasional peti kemas di mana sesuai dengan tujuan dari penelitian ini, maka direkomendasikan beberapa hal-hal di bawah ini sebagai bahan masukan untuk Pelabuhan Bitung. 1. Pihak Pelabuhan Bitung perlu meningkatkan pengelolaan manajemen waktu operasional bongkar muat, sehingga tingkat waktu operasional bongkar muat dapat diperoleh secara efisien. 2. Pihak Pelabuhan perlu melakukan pertambahan beberapa peralatan bongkar muat agar continuitas kerja peralatan dapat ditingkatkan di samping memberikan konstribusi pengurangan time service yang lama pada masingmasing peralatan akibat terbatasnya ketersedian peralatan bongkar muat. 3. Penambahan panjang dermaga mutlak harus dilakukan karena sesuai dengan hasil proyeksi, terhitung mulai tahun 2013 hasil proyeksi menunjukkan tingkat rasio okupansi dermaga terhadap kapal sudah tidak memenuhi standar baik menurut UNCTAD, 1978 maupun aturan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan RI. 4. Perluasan container yard juga harus segera dilakukan, karena sesuai dengan hasil proyeksi, terhitung mulai tahun 2015 kebutuhan luas container yard sudah melebihi luas dari container yard Pelabuhan Bitung saat ini. 5. Menwujudkan sinergi kerja sama dengan seluruh instansi pemerintah dan swasta khususnya yang berada di Propinsi Sulawesi Utara untuk meningkatkan volume ekspor impor Propinsi Sulawesi Utara, karena peningkatan tersebut akan memberikan pengaruh pada peningkatan arus peti kemas dan kunjungan kapal pada Pelabuhan Bitung. 114

6. Kualitas SDM, teknologi dan pengelolaan manajemen perusahaan harus terus ditingkatkan agar mampu bersaing dengan pelabuhan-pelabuhan besar di Indonesia dan secara umum di dunia dan sebagai bagian dari kampanye PT. Pelabuhan Indonesia IV yang mengusung motto Inaport 4 : Great Potential, Great People and Great Port. 115