KATA PENGANTAR Publikasi Prakiraan Musim Kemarau 2016 Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu bentuk pelayanan jasa klimatologi yang dihasilkan oleh Stasiun Geofisika Kelas 1 Yogyakarta / Pos Klimatologi Yogyakarta. Publikasi Prakiraan Musim Kemarau 2016 D. I Yogyakarta disusun berdasarkan laporan data curah hujan dari Stasiun Kerjasama BMKG di D. I Yogyakarta serta memperhatikan dinamika atmosfer skala global/regional. Prakiraan Musim Kemarau 2016 merupakan informasi Prakiraan Awal Musim Kemarau 2016, Perbandingan Awal Musim Kemarau 2016 terhadap Rata-ratanya atau Normalnya selama 30 tahun (1981-2010), dan Prakiraan Sifat Hujan selama periode Musim Kemarau 2016. Berdasarkan pengelompokan pola distribusi curah hujan rata-rata bulanan periode 30 tahun (1981-2010), maka secara klimatologis di wilayah D. I Yogyakarta terdiri atas 8 Zona Musim (ZOM / daerah yang mempunyai batas yang jelas antara periode musim hujan dan periode musim kemarau) Awal Musim Kemarau 2016 D. I Yogyakarta diprakirakan 8 ZOM (100%) Awal Musim Kemarau diprakirakan Mei 2016 tepatnya pada Mei II sebesar 37.5 % dan Mei III sebesar 62.5 %. Sifat Hujan Musim Kemarau 2016 D. I Yogyakarta diprakirakan sebagian besar Normal (N) sebesar 87.5 % dan sebagian kecil Atas Normal (AN) sebesar 12.5 %. Jika dibandingkan terhadap rata-ratanya selama 30 tahun (1981-2010), Awal Musim Kemarau 2016 umumnya mundur dari rata-ratanya. Publikasi Prakiraan Musim Kemarau 2016 D. I Yogyakarta ini dikirimkan ke Gubernur, Walikota, Bupati, Instansi Pemerintah dan Swasta yang terkait di D. I Yogyakarta guna kepentingan daerah dalam menentukan kebijakan perencanaan pembangunan pertanian dan pembangunan lainnya. Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang membantu penyusunan publikasi dan segala kritik serta saran kami terima dengan terbuka. Yogyakarta, Maret 2016 KEPALA TONY AGUS WIJAYA, S.Si NIP. 197608021998031001 Stasiun Geofisika Kelas I Yogyakarta / Pos Klimatologi Yogyakarta i
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... Halaman i DAFTAR ISI... PENGERTIAN DAN ISTILAH... I. PENDAHULUAN... II. RINGKASAN... A. Kondisi Dinamika Atmosfer dan Laut... B. Prakiraan Musim Kemarau 2016 Zona Musim D. I Yogyakarta... III. PADA ZONA D. I YOGYAKARTA A. Prakiraan Awal Musim Kemarau 2016... B. Prakiraan Perbandingan Awal Musim Kemarau 2016 terhadap Rata-ratanya... C. Prakiraan Sifat Musim Kemarau 2016... ii iii 1 4 4 6 8 9 10 DAFTAR TABEL Tabel 1. Prakiraan Musim Kemarau 2016 Zona Musim D. I Yogyakarta... 11 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Peta Prakiraan Awal Musim Kemarau 2016 Zona Musim D. I Yogyakarta... 14 Gambar 2. Peta Prakiraan Perbandingan Awal Musim Kemarau 2016 Terhadap Rata - ratanya Zona Musim D. I Yogyakarta... Gambar 3. Peta Prakiraan Sifat Musim Kemarau 2016 Zona Musim D. I Yogyakarta... Gambar 4. Peta Normal Awal Musim Kemarau Zona Musim D. I Yogyakarta... 15 16 17 Stasiun Geofisika Kelas I Yogyakarta / Pos Klimatologi Yogyakarta ii
PENGERTIAN DAN ISTILAH YANG DIPERGUNAKAN DALAM i. Awal Musim Hujan, ditetapkan berdasarkan jumlah curah hujan dalam satu dasarian (10 hari) sama atau lebih dari 50 milimeter dan diikuti oleh 2 (dua) dasarian berikutnya. Permulaan awal musim hujan, bisa terjadi lebih awal (maju), sama atau lebih lambat (mundur) dari normalnya (1981-2010). ii. iii. Awal Musim Kemarau, ditetapkan berdasarkan jumlah curah hujan dalam satu dasarian (10 hari) kurang dari 50 milimeter dan diikuti oleh 2 (dua) dasarian berikutnya. Permulaan awal musim kemarau, bisa terjadi lebih awal (maju), sama atau lebih lambat (mundur) dari normalnya (1981-2010). Dasarian a. Dasarian adalah masa selama 10 hari. b. Dalam satu bulan dibagi menjadi 3 kategori dasarian yaitu : 1. Dasarian I : Masa dari tanggal 1 s/d 10. 2. Dasarian II : Masa dari tanggal 11 s/d 20. 3. Dasarian III : Masa dari tanggal 21 hingga akhir bulan. iv. Sifat hujan, merupakan perbandingan antara jumlah curah hujan selama rentang waktu yang ditetapkan (satu periode musim) dengan curah hujan normalnya (rata-rata selama 30 tahun periode). Sifat hujan di kategorikan : a. Atas Normal (AN) : jika nilai curah hujan > 115% terhadap rata - ratanya. b. Normal (N) : jika nilai curah hujan antara 85% - 115% terhadap rata ratanya. c. Bawah Normal (BN) : jika nilai curah hujan < 85% terhadap rata-ratanya. v. Zona Musim (ZOM) adalah daerah-daerah yang mempunyai batas yang jelas antara periode musim hujan dan periode musim kemarau (umumnya pola Monsun). vi. Non Zom adalah daerah-daerah yang tidak mempunyai batas yang jelas antara periode musim hujan dan periode musim kemarau, dalam hal ini daerah yang sepanjang tahun curah hujan. Stasiun Geofisika Kelas I Yogyakarta / Pos Klimatologi Yogyakarta iii
I. PENDAHULUAN Posisi geografis Indonesia yang strategis, terletak di daerah tropis, diantara Benua Asia dan Australia, diantara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia, serta dilalui garis katulistiwa, terdiri dari pulau dan kepulauan yang membujur dari barat ke timur, terdapat banyak selat dan teluk, menyebabkan wilayah Indonesia rentan terhadap fenomena perubahan cuaca / iklim. Kondisi iklim Indonesia dipengaruhi fenomena El Nino Southern Oscillation (ENSO) yang bersumber dari wilayah timur Indonesia (Ekuator Pasifik Tengah) dan Indian Ocean Dipole (IOD) yang bersumber dari wilayah barat Indonesia (Samudera Hindia barat Sumatera hingga timur Afrika), disamping dipengaruhi oleh fenomena regional, seperti sirkulasi monsun Asia-Australia, Daerah Pertemuan Angin Antar Tropis atau Inter Tropical Convergence Zone (ITCZ) yang merupakan daerah pertumbuhan awan, serta kondisi suhu permukaan laut sekitar wilayah Indonesia. Berdasarkan hasil analisis data periode 30 tahun (1981-2010), secara klimatologis wilayah D. I Yogyakarta terdapat 8 pola hujan yang merupakan Zona Musim (ZOM) yaitu mempunyai perbedaan yang jelas antara periode musim hujan dan periode musim kemarau (pola Monsun). Fenomena yang Mempengaruhi Iklim / Musim di Indonesia 1. El Nino Southern Oscillation (ENSO) El Nino Southern Oscillation (ENSO) merupakan fenomena global dari sistem interaksi lautan atmosfer yang ditandai dengan adanya anomali suhu permukaan laut di wilayah Ekuator Pasifik Tengah dimana jika anomali suhu permukaan laut di daerah tersebut positif (lebih panas dari rataratanya) maka disebut El Nino, namun jika anomali suhu permukaan laut Negatif disebut La Nina. Sementara itu dampak pengaruh El Nino di Indonesia, sangat tergantung dengan kondisi perairan wilayah Indonesia. El Nino yang berpengaruh terhadap pengurangan curah hujan secara drastis, baru akan terjadi bila kondisi suhu perairan Indonesia cukup dingin. Namun bila kondisi suhu perairan Indonesia cukup hangat, El Nino tidak Stasiun Geofisika Kelas I Yogyakarta / Pos Klimatologi Yogyakarta 1
menyebabkan kurangnya curah hujan secara signifikan di Indonesia. Disamping itu, mengingat luasnya wilayah Indonesia, tidak seluruh wilayah Indonesia dipengaruhi oleh El Nino. Sedangkan La Nina secara umum menyebabkan curah hujan di Indonesia meningkat apabila disertai dengan menghangatnya suhu permukaan laut di perairan Indonesia. Seperti halnya El Nino, dampak La Nina tidak berpengaruh ke seluruh wilayah Indonesia. 2. Indian Ocean Dipole (IOD) Indian Ocean Dipole (IOD) merupakan fenomena interaksi laut atmosfer di Samudera Hindia yang dihitung berdasarkan perbedaan nilai (selisih) antara anomali suhu muka laut perairan pantai timur Afrika dengan perairan di sebelah barat Sumatera. Perbedaan nilai anomali suhu muka laut dimaksud disebut sebagai Dipole Mode Index (DMI). Untuk DMI positif, umumnya berdampak kurangnya curah hujan di Indonesia bagian barat. Sedangkan nilai DMI negatif, berdampak terhadap meningkatnya curah hujan di Indonesia bagian barat. 3. Sirkulasi Monsun Asia Australia Sirkulasi angin di Indonesia ditentukan oleh pola perbedaan tekanan udara di Australia dan Asia. Pola tekanan udara ini mengikuti pola peredaran matahari dalam setahun yang mengakibatkan sirkulasi angin di Indonesia umumnya pola monsun, yaitu sirkulasi angin yang mengalami perubahan arah setiap setengah tahun sekali. Pola angin baratan terjadi karena adanya tekanan tinggi di Asia yang berkaitan dengan berlangsungnya musim hujan di Indonesia. Pola angin timuran/tenggara terjadi karena adanya tekanan tinggi di Australia yang berkaitan dengan berlangsungnya musim kemarau di Indonesia. 4. Daerah Pertemuan Angin Antar Tropis (Inter Tropical Convergence Zone / ITCZ) ITCZ merupakan daerah tekanan rendah yang memanjang dari barat ke timur dengan posisi selalu berubah mengikuti pergerakan posisi matahari ke arah utara dan selatan khatulistiwa. Wilayah Indonesia yang berada di Stasiun Geofisika Kelas I Yogyakarta / Pos Klimatologi Yogyakarta 2
sekitar khatulistiwa, maka pada daerah-daerah yang dilewati ITCZ pada umumnya berpotensi terjadinya pertumbuhan awan-awan hujan. 5. Suhu Permukaan Laut di Wilayah Perairan Indonesia Kondisi suhu permukaan laut di wilayah perairan Indonesia dapat digunakan sebagai salah satu indikator banyak sedikitnya kandungan uap air di atmosfer, dan erat kaitannya dengan proses pembentukan awan di atas wilayah Indonesia. Jika suhu permukaan laut dingin berpotensi sedikitnya kandungan uap air di atmosfer, sebaliknya panasnya suhu permukaan laut berpotensi menimbulkan banyaknya uap air di atmosfer. Stasiun Geofisika Kelas I Yogyakarta / Pos Klimatologi Yogyakarta 3
II. RINGKASAN A. Kondisi Dinamika Atmosfer dan Laut Dinamika atmosfer dan laut dipantau dan diprakirakan berdasarkan aktivitas fenomena alam, meliputi : El Nino Southern Oscillation (ENSO), Indian Ocean Dipole (IOD), Sirkulasi Monsun Asia-Australia, Inter Tropical Convergence Zone (ITCZ), dan Suhu Permukaan laut Indonesia. Monitoring dan prakiraan kondisi dinamika atmosfer dan laut dimaksud yang akan terjadi pada Musim Kemarau 2016, adalah : 1. Monitoring dan Prakiraan Fenomena ENSO dan IOD a. El Nino Southern Oscillation (ENSO) Sejak akhir Februari tahun 2016 kondisi di Ekuator Pasifik Tengah (region Nino 3.4) berada pada kondisi yang cenderung hangat, kondisi ini diprediksi terus berlanjut hingga Maret 2016 kemudian meluruh menuju Netral pada April - Mei 2016. Pada akhir Februari 2016 indeks Nino 3.4 sudah berada pada kondisi El Nino Moderate dengan indeksnya bernilai +1,79. Beberapa prediksi menunjukkan bahwa kondisi El Nino Moderate akan meluruh hingga pertengahan tahun 2016. Dalam kaitan ini memberikan indikasi bahwa awal Musim Kemarau 2016 di wilayah Indonesia tidak signifikan terpengaruh kondisi El Nino seiring meluruhnya ke kondisi Netral. Indeks Osilasi Selatan (SOI) sejak Mei 2015 sampai dengan Februari 2016 masih bernilai negatif kuat hingga kurang dari -10, nilai ini menunjukkan terjadinya El Nino. Kondisi demikian memberikan indikasi bahwa aktivitas sirkulasi angin pasat berpengaruh kurang signifikan ke wilayah Indonesia. Stasiun Geofisika Kelas I Yogyakarta / Pos Klimatologi Yogyakarta 4
b. Indian Ocean Dipole (IOD) Nilai Dipole Mode Index (DMI) dalam 3 bulan terakhir adalah : +0,08 (Desember 2015) ; -0,48 (Januari 2016) dan -0.26 (Februari 2016). Sementara, prediksi Dipole Mode Indeks (DMI) pada bulan Maret hingga Juli 2016 berkisar pada nilai +0,11 s/d +0,36. Nilai ini berada pada kondisi normal positif. Dengan demikian, mengindikasikan bahwa pada Musim Kemarau 2016, uap air dari Samudera Hindia menuju wilayah Indonesia dalam kondisi Normal. 2. Monitoring dan Prakiraan Fenomena Sirkulasi Monsun Asia-Australia, ITCZ dan Suhu Permukaan Laut Indonesia a. Sirkulasi Monsun Asia Australia Hingga akhir Februari 2016 sirkulasi monsun di Indonesia umumnya masih dalam kisaran normalnya. Sirkulasi angin pada lapisan 850mb untuk wilayah Indonesia bagian selatan bertiup dari arah barat, sedangkan di wilayah Indonesia bagian utara angin berbelok dari arah timur laut ke tenggara. Diprakirakan bahwa Monsun Asia diprediksi masih kuat hingga Maret 2016. b. Daerah Pertemuan Angin Antar Tropis (Inter Tropical Convergence Zone / ITCZ) Posisi ITCZ pada akhir Februari 2016 dominan masih berada di selatan ekuator dan akan bergerak ke arah utara menuju garis ekuator mengikuti pergerakan tahunannya. Jika dibandingkan terhadap posisi rata-ratanya, posisi tersebut cukup sesuai dengan kisaran rata-rata, sehingga potensi sifat musim hujan di beberapa wilayah diprakirakan akan cenderung normal sesuai kondisi rata-rata wilayah masingmasing. Stasiun Geofisika Kelas I Yogyakarta / Pos Klimatologi Yogyakarta 5
c. Suhu Permukaan Laut di Wilayah Perairan Indonesia Hingga akhir Februari 2016, kondisi suhu permukaan laut di perairan Indonesia, pada umumnya berada pada kondisi hangat dengan anomali suhu berkisar +0,25 C s/d +1,5 C. Daerah dengan suhu permukaan laut relatif lebih hangat berada di perairan di barat Sumatera dan Samudera Hindia bagian selatan, yang anomali suhu permukaan lautnya mencapai +1,5 s/d +2 C. Suhu permukaan laut di Indonesia selama Musim Kemarau 2016 diprakirakan sebagai berikut : 1) Umumnya wilayah perairan Indonesia diprakirakan akan tetap hangat hingga agustus 2016 dengan anomali suhu berkisar +0,5 C s/d +2 C. 2) Wilayah perairan Indonesia lainnya seperti Sumatera bagian utara diprakirakan akan cenderung normal hingga lebih dingin dengan anomali suhu permukaan laut berkisar antara -0,5 o C s/d 0 C. B. Prakiraan Musim Kemarau 2016 Pada 8 Zona Musim (ZOM) di Daerah Istimewa Yogyakarta 1. Prakiraan Awal Musim Kemarau 2016 - Mei II 2016 : 3 ZOM ( 37.5 % dari 8 ZOM) - Mei III 2016 : 5 ZOM ( 62.5 % dari 8 ZOM) 2. Perbandingan Prakiraan Awal Musim Kemarau 2016 Terhadap Rata- Ratanya (Periode 1981-2010) - Maju dari rata-ratanya : - ZOM (0 % dari 8 ZOM) - Sama dengan rata-ratanya : - ZOM (0 % dari 8 ZOM) - Mundur dari rata-ratanya : 8 ZOM (100 % dari 8 ZOM) Stasiun Geofisika Kelas I Yogyakarta / Pos Klimatologi Yogyakarta 6
3. Prakiraan Sifat Hujan Musim Kemarau 2016 - Atas Normal (AN) : 1 ZOM (12.5 % dari 8 ZOM) - Normal (N) : 7 ZOM (87.5 % dari 8 ZOM) - Bawah Normal (BN) : - ZOM ( 0 % dari 8 ZOM) Prakiraan Musim Kemarau 2016 di wilayah D. I Yogyakarta secara umum dapat disimpulkan sebagai berikut : 1) Awal Musim Kemarau 2016 di 8 Zona Musim (ZOM) diprakirakan seluruhnya berkisar pada bulan Mei 2016 tepatnya pada Mei II sebesar 37.5 % dan Mei III sebesar 62.5 %. 2) Jika dibandingkan terhadap rata-ratanya selama 30 tahun (1981-2010), Awal Musim Kemarau 2016 umumnya mundur dari rata-ratanya. 3) Sifat Hujan selama Musim Kemarau 2016 di sebagian besar Zona Musim (ZOM) diprakirakan sebagian besar Normal (N) sebesar 87.5 % dan sebagian kecil Atas Normal (AN) sebesar 12.5 %. Stasiun Geofisika Kelas I Yogyakarta / Pos Klimatologi Yogyakarta 7
III. 2016 PADA ZONA (ZOM) DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA A. Prakiraan Awal Musim Kemarau 2016. Prakiraan awal musim kemarau tahun 2016 Daerah Istimewa Yogyakarta diprakirakan sebagai berikut : AWAL KABUPATEN KECAMATAN Dasarian Kulon Progo Sleman Sebagian Kecamatan Nanggulan, Sebagian besar Kecamatan Kokap dan Pengasih, Seluruh kecamatan meliputi : Temon, Wates, Panjatan, Galur, Lendah dan Sentolo. Sebagian kecil Kecamatan Moyudan, Seluruh Kecamatan Gamping. Mei II Kota Yogyakarta Sebagian kecil Kota Yogyakarta. Bantul Sebagian kecil hingga seluruh kecamatan di Kabupaten Bantul. Gunungkidul Kulon Progo Sleman Sebagian kecil kecamatan meliputi : Playen, Wonosari dan Ponjong, Sebagian besar kecamatan meliputi : Paliyan dan Semanu, Seluruh kecamatan meliputi : Panggang, Tepus dan Rongkop. Sebagian kecil Kecamatan Kokap dan Pengasih, Sebagian Kecamatan Nanggulan, Seluruh kecamatan meliputi : Girimulyo, Kalibawang dan Samigaluh. Sebagian besar hingga seluruh kecamatan di Kabupaten Sleman kecuali Kecamatan Gamping. Dasarian Kota Yogyakarta Sebagian besar Kota Yogyakarta. Mei III Bantul Sebagian besar kecamatan meliputi Piyungan dan Dlingo. Gunungkidul Sebagian kecil Kecamatan Semanu, Sebagian besar kecamatan meliputi : Playen, Wonosari dan Ponjong, Seluruh kec. meliputi : Patuk, Nglipar, Ngawen, Semin dan Karangmojo. Stasiun Geofisika Kelas I Yogyakarta / Pos Klimatologi Yogyakarta 8
B. Prakiraan Perbandingan Awal Musim Kemarau 2016 Terhadap Rata - Ratanya PERBANDINGAN AWAL KABUPATEN KECAMATAN Kulon Progo - Maju Sleman - (I III Dasarian) Kota Yogyakarta - Bantul - Gunungkidul - Kulon Progo - Sleman - Sama Kota Yogyakarta - Bantul - Gunungkidul - Kulon Progo Seluruh kecamatan di Kabupaten Kulon Progo. Mundur Sleman Seluruh kecamatan di Kabupaten Sleman. (I III Dasarian) Kota Yogyakarta Seluruh Kota Yogyakarta. Bantul Gunungkidul Seluruh kecamatan di Kabupaten Bantul. Seluruh kecamatan di Kabupaten Gunungkidul. Stasiun Geofisika Kelas I Yogyakarta / Pos Klimatologi Yogyakarta 9
A. Prakiraan Sifat Musim Kemarau 2016 SIFAT KABUPATEN KECAMATAN Atas Normal Kulon Progo - Sleman Sebagian kecil kecamatan meliputi : Tegalrejo, Ngaglik, dan Cangkringan, Sebagian besar kecamatan meliputi : Ngemplak, Depok dan Prambanan, Seluruh kecamatan meliputi Berbah dan Kalasan. (AN) Kota Yogyakarta Sebagian besar Kota Yogyakarta. Bantul Sebagian kecil kecamatan meliputi : Banguntapan dan Piyungan. Gunungkidul Sebagian kecil kecamatan meliputi : Patuk, Nglipar dan Ngawen. Kulon Progo Seluruh kecamatan di Kabupaten Kulon Progo. Sleman Sebagian kecil hingga seluruh kecamatan di Kabupaten Sleman kecuali Kecamatan Berbah dan Kalasan. Normal Kota Yogyakarta Sebagian kecil Kota Yogyakarta. (N) Bantul Sebagian besar hingga seluruh kecamatan di Kabupaten Bantul. Gunungkidul Sebagian besar hingga seluruh kecamatan di Kabupaten Gunungkidul. Kulon Progo - Bawah Normal Sleman - (BN) Kota Yogyakarta - Bantul - Gunungkidul - Stasiun Geofisika Kelas I Yogyakarta / Pos Klimatologi Yogyakarta 10
Daerah Istimewa Yogyakarta disajikan rinci pada Tabel. 1 di bawah ini : Tabel 1. Prakiraan Musim Kemarau 2016 Daerah Istimewa Yogyakarta NO.ZOM DAERAH / KABUPATEN KECAMATAN 117 Kulon Progo 121 Kabupaten Sleman Kabupaten Gunung Kidul Kabupaten Bantul sebagian kecil Kokap dan Temon sebagian kecil Pakem dan Cangkringan) sebagian besar Turi, Pakem, dan Cangkringan. sebagian kecil Tempel. seluruh meliputi : Depok, Kalasan, Prambanan dan sebagian besar Ngemplak. sebagian kecil Ngaglik. seluruh Tegalrejo, dan Jetis. sebagian kecil Umbulharjo dan Banguntapan. sebagian kecil Gedangsari, dan Ngawen sebagian kecil Piyungan dan Banguntapan. RATA- RATA AWAL AWAL 2016 PERBANDINGAN PANJANG ( DASARIAN ) SIFAT HUJAN PERIODE 2016 APR II MEI I - MEI III +3 14 349-472 349-472 N MEI II MEI II - JUNI I +1 14 319-431 319-431 N 136 Kabupaten Sleman APR III MEI II - JUNI I +3 16 315-427 315-427 N Kabupaten Sleman NORMAL CURAH HUJAN ( MM ) CURAH HUJAN PERIODE 2016 138 APR III MEI II - JUNI I +2 15 263-355 >355 AN Kota Yogyakarta Prakiraan Musim Kemarau 2016 Stasiun Geofisika Kelas I Yogyakarta / Pos Klimatologi Yogyakarta 11
NO.ZOM DAERAH / KABUPATEN KECAMATAN 139 140 Kabupaten Kulon Progo Kabupaten Sleman Kabupaten Kulon Progo Kabupaten Bantul seluruh meliputi : Nanggulan, Kalibawang, dan Samigaluh sebagian besar Girimulyo. sebagian kecil Kokap, dan Pengasih. seluruh Minggir, Sayegan, Mlati,dan Godean. sebagian besar Moyudan, Ngaglik, dan Tempel. sebagian kecil Turi, dan Pakem. seluruh Wates, Panjatan, Galur, Lendah, dan Sentolo. sebagian besar Temon, Kokap,dan Pengasih. sebagian kecil Girimulyo. seluruh srandakan, Sanden, Bambang Lipuro, Pandak, Jetis, Bantul, Pajangan, Sedayu, Gamping, Kasihan, Sewon. sebagian besar Imogiri, Piyungan,Banguntapan, Pundong dan Kretek. sebagian kecil Girimulyo. RATA- RATA AWAL MEI I APR III AWAL 2016 MEI II - JUNI I MEI I - MEI III PERBANDINGAN PANJANG ( DASARIAN ) NORMAL CURAH HUJAN ( MM ) CURAH HUJAN PERIODE 2016 SIFAT HUJAN PERIODE 2016 +2 14 326-440 326-440 N +2 16 263-335 263-355 N Prakiraan Musim Kemarau 2016 Stasiun Geofisika Kelas I Yogyakarta / Pos Klimatologi Yogyakarta 12
NO.ZOM DAERAH / KABUPATEN KECAMATAN 141 Kabupaten Bantul Kabupaten Gunung Kidul Kabupaten Bantul Kabupaten Gunung Kidul sebagian besar Dlingo, dan sebagian kecil Piyungan. seluruh Patuk, Nglipar, Karangmojo, dan Semin. sebagian besar Playen, Wonosari, Ponjong, Ngawen, dan Gedangsari. sebagian kecil Piyungan, dan Semanu. sebagian kecil Kretek, Pundong, Imogiri, Dlingo, dan Dlingo. seluruh Purwosari, Panggang, Saptosari, Paliyan,Tanjungsari, Tepus, Rongkop, dan Girisubo. sebagian besar Paliyan, dan Semanu. sebagian kecil Playen, Wonosari, dan Punjong. RATA- RATA AWAL MEI I AWAL 2016 MEI II - JUNI I 142 APR III MEI I - MEI III Keterangan : a. I,II,III : Menunjukkan dasarian pada bulan yang bersangkutan. b. ( - ) : Permulaan musim hujan maju terhadap rata-ratanya. c. ( 0 ) : Permulaan musim hujan sama dengan rata-ratanya ( + ) : Permulaan musim hujan mundur terhadap rata-ratanya. PERBANDINGAN PANJANG ( DASARIAN ) NORMAL CURAH HUJAN ( MM ) CURAH HUJAN PERIODE 2016 SIFAT HUJAN PERIODE 2016 +2 15 284-384 284-384 N +2 17 258-350 258-350 N Prakiraan Musim Kemarau 2016 Stasiun Geofisika Kelas I Yogyakarta / Pos Klimatologi Yogyakarta 13
GAMBAR.1 PETA AWAL TAHUN 2016 ZONA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Prakiraan Musim Kemarau 2016 Stasiun Geofisika Kelas I Yogyakarta / Pos Klimatologi Yogyakarta 14
GAMBAR.2 PETA PERBANDINGAN AWAL TAHUN 2016 TERHADAP RATA - RATANYA ZONA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Prakiraan Musim Kemarau 2016 Stasiun Geofisika Kelas I Yogyakarta / Pos Klimatologi Yogyakarta 15
GAMBAR.3 PETA SIFAT TAHUN 2016 ZONA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Prakiraan Musim Kemarau 2016 Stasiun Geofisika Kelas I Yogyakarta / Pos Klimatologi Yogyakarta 16
GAMBAR.4 PETA NORMAL AWAL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Prakiraan Musim Kemarau 2016 Stasiun Geofisika Kelas I Yogyakarta / Pos Klimatologi Yogyakarta 17