BAB I PENDAHULUAN. guna, berhasil guna dan bertanggungjawab (Mifti dkk, 2009). Sejak diterapkannya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Belakangan ini kinerja instansi pemerintah banyak menjadi sorotan,

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, dan juga selaras dengan hak dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan yang berlangsung secara terus-menerus yang sifatnya memperbaiki dan

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan pasal 18 ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR :32 TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara merata bagi seluruh rakyat Indonesia yang sesuai dengan sila

BAB I PENDAHULUAN. dari berbagai aspek, antara lain ekonomi, sosial, budaya, politik, pertahanan dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat. Pembangunan daerah juga

BAB I PENDAHULUAN. bertumpu pada penerimaan asli daerah. Kemandirian pembangunan baik di tingkat

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 13 TAHUN 2009 BUPATI AGAM,

BAB II AUDIT INTERNAL PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN. memeriksa dan mengevaluasi laporan keuangan yang disajikan oleh objek

BAB I PENDAHULUAN. baik dapat mewujudkan pertanggungjawaban yang semakin baik. Sejalan dengan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

L E M B A R A N D A E R A H

PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 12 TAHUN 2009 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI AGAM,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menyelenggarakan pemerintahan, setiap daerah memiliki

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan revisi dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara terbesar, dimana sampai saat

BAB I PENDAHULUAN. negara. Hasil dari pembayaran pajak kemudian digunakan untuk pembiayaan

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal dengan istilah pembangunan nasional. Pembangunan nasional merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya penyelenggaraan Otonomi Daerah menyebabkan terjadinya

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

2016 PENGARUH EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN RETRIBUSI PELAYANAN PASAR TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PUBLIK:

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 30 TAHUN 2011 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengelola sumber daya yang dimilikinya sesuai dengan potensi dan

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2011

BAB I PENDAHULUAN. adalah kewenangan untuk mengelola potensi daerah dalam rangka menggali

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah Indonesia diwujudkan dengan dihasilkannya Undang- Undang No 22

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 26 TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR: 2 TAHUN 2012 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN

BAB I PENDAHULUAN. maka menuntut daerah Kab. Lombok Barat untuk meningkatkan kemampuan. Pendapatan Asli Daerah menurut Undang Undang Nomor 28 Tahun

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan salah satu rangkaian dasar

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memperkenalkan kebijakan otonomi daerah. Keseriusan pemerintah Indonesia

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012

BAB I PENDAHULUAN. korupsi baik di level pusat maupun daerah menjadi penyebab utama hilangnya

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan bergulirnya otonomi daerah, terjadi perubahan paradigma

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Belanja Daerah (APBD). Dampak dari sistem Orde Baru menyebabkan. pemerintah daerah tidak responsif dan kurang peka terhadap aspirasi

DAFTAR ISI. 1.2 Rumusan Masalah Maksud dan Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian...

BAB I PENDAHULUAN. ini ditandai oleh adanya tuntutan dari masyarakat akan menunjang terciptanya

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 34 TAHUN 2001 SERI D NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 34 TAHUN 2001 TENTANG

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. governance dan penyelenggaraan organisasi sektor publik yang efektif, efisien,

BERITA DAERAH KOTA PADANG PANJANG Tahun 2009 Nomor 13 Seri A.3

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PADANG LAWAS UTARA,

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain Good Governance, terdapat salah satu aspek di dalamnya yaitu

BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH

, ,00 10, , ,00 08,06

PERATURAN DAERAH PROPINSI LAMPUNG NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI LAMPUNG TAHUN ANGGARAN 2010

2017, No Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); M

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di daerah. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. kelola pemerintahan yang baik (good governance). Sayangnya, harapan akan

TAR== BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 41 TAHUN 2013 TENTANG

TAR== LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. manajemen pemerintah pusat dan daerah (propinsi, kabupaten, kota). Hal tersebut

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 07 TAHUN 2003 TENTANG BIAYA PEMUNGUTAN PENDAPATAN ASLI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintahan daerah dilakukan dengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya,

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 5 TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat mengartikan pajak sebagai pungutan yang dilakukan pemerintah secara

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 36 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI PAMEKASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran

BAB I PENDAHULUAN. secara berlapis-lapis, seperti BPK, BPKP, Inspektorat Jenderal, Inspektorat

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan daerah yang dapat mendukung pembiayaan daerah. Undang-Undang

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 55 TAHUN 2008

BUPATI REMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN BANYUMAS TAHUN ANGGARAN 2011

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak terlepas dari keberhasilan penyelenggaraan pemerintah propinsi maupun

BAB I PENDAHULUAN. termaktub di dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang. Pelaksanaan otonomi daerah diharapkan menjadi salah satu faktor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

WALIKOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. pungutan, tetapi hanya merupakan pemberian sukarela oleh rakyat kepada raja

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami perubahan yaitu, Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

2017, No Pedoman Pengawasan Intern di Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 19

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah, namun di sisi lain memberikan implikasi tanggung jawab yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman dan era globalisasi yang begitu pesat menjadi suatu

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) semakin lama

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2008

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang telah ditetapkan, dan ketentuan. Selain itu, pengawasan intern atas

BUPATI PATI PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN PATI TAHUN ANGGARAN 2014

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Terselenggaranya pemerintahan yang baik memerlukan pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas dan sah, sehingga penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dapat berlangsung secara berdaya guna, berhasil guna dan bertanggungjawab (Mifti dkk, 2009). Sejak diterapkannya konsep otonomi daerah, pemerintah daerah semakin memperoleh peluang untuk mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan kemampuan daerah. Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, yang menjadi dasar hukum pelaksanaannya dimana otonomi memberikan kebebasan pada pemerintah kabupaten atau pemerintah kota untuk mengatur dirinya sendiri. Otonomi merangsang daerah untuk memberdayakan sumber daya baik fisik ataupun non fisik yang ada diwilayahnya. Pembagian hasil ekonomi yang tidak merata selama ini memicu tuntutan cepat diberlakukannya otonomi daerah terutama daerah yang kaya akan sumber daya alam (Defitri, 2011). 1

2 Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan penerimaan yang berasal dari daerah sendiri yang terdiri dari: 1. Hasil pajak daerah; 2. Hasil retribusi daerah; 3. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; 4. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, diharapkan dapat menjadi penyangga dalam penyelenggaraan kegiatan pemerintah daerah. Retribusi daerah yaitu pungutan daerah sebagai pembayaran memakai atau karena memperoleh jasa layanan langsung usaha milik daerah untuk kepentingan umum atau karena diberikan oleh daerah baik langsung maupun tidak langsung (Syahrial dan Munzir, 2007). Menurut pasal 1 angka 64 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang dimaksud Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan pribadi atau orang. Sementara itu, menurut Defitri (2011) retribusi sebagai salah satu sumber pembiayaan bagi daerah merupakan bentuk pungutan yang dilakukan oleh pemerintah daerah kepada masyarakat yang memanfaatkan berbagai jasa pelayanan yang diberikan.

3 Jika tidak ada pengawasan yang dilakukan oleh internal audit, maka akan mengakibatkan terjadinya penyimpangan dan penyelewengan seperti korupsi, kolusi, nepotisme, kebocoran dan pemborosan kekayaan daerah khususnya Pemerintah Kota Bandung. Aparat yang melakukan internal audit pada Pemerintahan kota Bandung adalah Inspektorat Kota Bandung. Fungsi inspektorat dalam membantu manajemen pemerintahan adalah untuk memeriksa dan mengawasi sistem pengendalian internal dan membantu meningkatkan pendapatan asli daerah agar dapat terkontrol sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Menurut Tugiman (2006) Audit internal atau pemeriksaan internal adalah suatu fungsi penilaian yang independen dalam suatu organisasi untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan organisasi yang dilaksanakan. Sementara itu, menurut Institute of Internal Audit dalam Badara dan Saidin (2012) Audit internal adalah kegiatan assurance dan konsultasi yang independen dan obyektif, yang dirancang untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan kegiatan operasi organisasi. Audit internal membantu organisasi untuk mencapai tujuannya, melalui suatu pendekatan yang sistematis dan teratur untuk mengevalasi dan meningkatkan efektivitas pengelolaan risiko, pengendalian dan proses governance. Bentuk pertanggungjawaban serta informasi kepada Menteri Dalam Negeri atas penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi Inspektorat Jendral adalah melakukan/melaksanakan kegiatan pengawasan internal pada lingkup kantor Inspektorat Jendral Departemen Dalam Negeri (Mifti dkk, 2009). Pengawasan internal dalam pemerintahan memang dirasa sangat perlu untuk menghindari

4 tindakan-tindakan kecurangan yang mungkin ataupun telah dilakukan oleh berbagai pihak yang berkecimpung di dunia pemerintahan. Permendagri No. 23 Tahun 2007 Tentang Tata Cara Pengawasan atas Penyelenggaran Pemerintah Daerah dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 79 tahun 2005 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaran Pemerintah Daerah. Dalam pasal 538, Inspektorat Utama menyelenggarakan fungsi: 1. Pengawasan dan pemeriksaan atas pelaksanaan kegiatan administrasi umum dan keuangan di lingkungan Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Badang Perencanaan Pembangunan Nasional; 2. Pengawasan dan pemeriksaan kinerja pelaksanaan tugas pokok dan fungsi kelembagaan di lingkungan Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional; 3. Pelaporan hasil pengawasan dan pemeriksaan, serta pemberian usulan tindak lanjut temuan pengawasan dan pemeriksaan; 4. Pemantauan dan evaluasi atas tindak lanjut temuan pengawasan dan pemeriksaan; 5. Pengembangan dan penyempurnaan sistem pengawasan. (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, 2015)

5 Tabel 1.1 Target dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung Tahun Anggaran 2009 No. Uraian Anggaran Realisasi % Pendapatan Asli Daerah: 1 Pajak Daerah 169.568.559.890 272.664.041.773 160 2 Retribusi Daerah 102.074.223.130 77.170.447.766 75 3 Hasil Pengelolaan Kekayaan daerah yang - - - dipisahkan 4 Lain-Lain PAD yang sah 12.265.350.000 22.589.480.894 184 Sumber: Laporan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung Tahun Anggaran 2009 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa penetapan target penerimaan pendapatan asli daerah khususnya pendapatan retribusi daerah tidak sesuai dengan potensi sumber daya yang ada dan kondisi ekonomi. Hal ini dapat terlihat pada tahun 2009 yang hanya terealisasi sebesar 75% dari targetnya Rp. 77.170.447.766. Kehadiran Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000, yang menggantikan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, pada kenyataannya belum mampu memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap peningkatan PAD, kata Heryawan. Di saat yang sama, masih banyaknya wajib pajak dan wajib retribusi yang kurang bertanggung jawab terhadap kewajibannya untuk membayar pajak dan retribusi. (Pikiran Rakyat, 2009) Menurut Sinambela (2015) dampak yang dialami jika anggaran lebih kecil dari realisasi adalah: (1) terhambatnya pembangunan daerah, (2) tidak tercapainya

6 visi dan misi dalam hal pembangunan daerah, (3) tidak terwujudnya pelayanan masyarakat yang baik. Atas uraian latar belakang penelitian tersebut maka penulis bermaksud melakukan penelitian yang dituangkan dalam skripsi dengan judul: Peranan Audit Internal Dalam Meningkatan Pendapatan Retribusi Daerah Pada Pemerintah Kota Bandung Pada Tahun 2014 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, penulis mengidentifikasikan masalah-masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana kememadaian audit internal pada Pemerintah Kota Bandung. 2. Bagaimana kememadaian peningkatan pendapatan retribusi daerah di Pemerintahan Kota Bandung. 3. Bagaimana peranan Audit Internal Dalam Meningkatkan Pendapatan Retribusi Daerah. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dilakukannya penelitian yang dilakukan penulis ini adalah untuk mengumpulkan informasi atau data lain yang berhubungan dengan pengendalian internal yang dilakukan oleh Badan Inspektorat Pemerintah Kota Bandung terhadap Peningkatan Pendapatan Retribusi Daerah. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

7 1. Mengetahui kememadaian Audit Internal. 2. Mengetahui kememadaian peningkatan Pendapatan Retribusi Daerah. 3. Mengetahui bagaimana peranan Audit Internal Peningkatkan Pendapatan Retribusi Daerah pada Pemerintah Kota Bandung. 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan informasi yang akurat dan valid, disamping itu penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, antara lain: 1. Bagi Instansi Pemerintahan Diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai pentingnya pengawasan daerah dalam meningkatkan pendapatan, juga memecahkan masalah-masalah yang dihadapi Inspektorat Kota Bandung khususnya dalam penyelenggaraan yang berkaitan dengan tingkat pendapatan retribusi daerah pada Pemerintah Kota Bandung. 2. Bagi Akademisi Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran, sumber informasi tambahan, dan bahan pertimbangan bagi pihak-pihak lain yang akan meneliti mengenai pengaruh audit internal terhadap pendapatan retribusi daerah.

8 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Guna memperoleh data yang obyektif sebagaimana diperlukan dalam menyusun skripsi ini, maka penulis melakukan penelitian pada Kantor Pemerintahan Daerah Kota Bandung, yang khususnya dilakukan pada Inspektorat Kota Bandung yang berlokasi di Jalan Tera No. 20 (Jalan Sumatera dan Jalan Merdeka) dan Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah yang berlokasi di Jalan Wastukencana No.. Adapun waktu penelitian dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus.