ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN STAGEN PADA AKTIVITAS ANGKAT-ANGKUT DI PASAR LEGI SURAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan. hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat

PERBAIKAN ALAT BANTU PENGECORAN UNTUK MENGURANGI RESIKO CIDERA AKIBAT KERJA (Studi kasus di Industri Pengecoran Logam ABC Klaten)

SARANA KERJA YANG TIDAK ERGONOMIS MENINGKATKAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA GARMENT DI BALI

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN

Disusun Oleh: Roni Kurniawan ( ) Pembimbing: Dr. Ina Siti Hasanah, ST., MT.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan

BAB VI PEMBAHASAN. Subjek pada penelitian ini semua berjenis kelamin wanita dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lampiran 1. A. Kuesioner Nordic Body Map Nama : Umur : Pendidikan terakhir : Masa kerja :...tahun

Analisis Risiko Manual Handling pada Pekerja PT. XYZ

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BEBAN KERJA DAN KELUHAN SISTEM MUSCULOSKELETAL PADA PEMBATIK TULIS DI KELURAHAN KALINYAMAT WETAN KOTA TEGAL

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran

PERBAIKAN POSTUR KERJA PADA PROSES PENGIKIRAN WAJAN DI SP ALUMINIUM YOGYAKARTA

IDENTIFIKASI MUSCULOSKLETAL DISORDERS (MSDs) PADA AKTIVITAS PENGEMASAN IKAN LOMEK (HARPODON NEHEROUS) DI KAWASAN MINAPOLITAN KUALA ENOK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Tabel 1.1 Gambar 1.1.

Oleh: DWI APRILIYANI ( )

BAB I PENDAHULUAN. dengan program pengembangan dan pendayagunaan SDM tersebut, pemerintah juga memberikan jaminan kesejahteraan, kesehatan dan

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam pembangunan nasional. Tenaga kerja merupakan pelaksana

IDENTIFIKASI RISIKO ERGONOMI OPERATOR MESIN POTONG GUILLOTINE DENGAN METODE NORDIC BODY MAP (STUDI KASUS DI PT. XZY) ABSTRAK

ANALISA RESIKO MANUAL MATERIAL HANDLING PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI UD. CITRA TANI

Identifikasi keluhan biomekanik dan kebutuhan operator proses packing di PT X

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. harus sesuai dengan kondisi tubuh serta tenaga yang dimiliki oleh masing-masing individu

BAB VI PEMBAHASAN. Perbaikan Sikap Kerja Dan Penambahan Penerangan Lokal Menurunkan Keluhan

ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS

ANALISIS POSTUR KERJA DAN KELUHAN PEKERJA PADA AKTIVITAS PEMOTONGAN BAHAN BAKU PEMBUATAN KERIPIK

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi tradisional yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : diusahakan atas dasar hitungan harian

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

HUBUNGAN SIKAP KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA UNIT WEAVING DI PT DELTA MERLIN DUNIA TEXTILE IV BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ERGONOMI DESAIN MEJA DAN KURSI SISWA SEKOLAH DASAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Arbeitswissenschaft di Jerman, Human Factors Engineering atau Personal

terjadi karena kerja berlebihan (ougkverexertion) atau gerakan yang berulang

MODIFICATION OF SULFUR CONVEYANCE TOOL TO REDUCE INJURY

MUSCULOSKELETAL DISORDERS. dr.fauziah Elytha,MSc

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan. Posisi duduk adalah posisi istirahat didukung oleh bokong atau paha di

GAMBARAN DISTRIBUSI KELUHAN TERKAIT MUSKULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) PADA TUKANG SUUN DI PASAR ANYAR BULELENG TAHUN 2013

USULAN PERBAIKA STASIUN KERJA MENCANTING DENGAN ANALISIS KELUHAN MUSKULOSCELETAL (Studi Kasus: Industri Batik Gress Tenan)

Mempelajari Proses Produksi Dan Postur Kerja Operator Pada Pemindahan Karung Pupuk Urea Bersubsidi Di PT Pupuk Kujang

BAB V PEMBAHASAN. lebih tinggi dari perempuan. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Evaluasi Postur Kerja Operator Pengangkatan Pada Distributor Minuman Kemasan ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. mengenai sistem muskuloskeletal. Gangguan muskuloskeletal (musculoskeletal

perusahaan lupa untuk memperhatikan akibat dari pengangkutan material secara manual tersebut bagi kenyamanan dan kesehatan pekerja atau operator. Pabr

ANALISIS PERBAIKAN POSTUR KERJA DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA HOME INDUSTRY JKS SNACK & CATERING DI SERANG-BANTEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sales promotion Girl (SPG) merupakan suatu profesi yang bergerak dalam

BAB I PENDAHULUAN. industri pengolahan air minum dalam kemasan (AMDK) dengan merk dagang. keselamatan dan kesehatan akan aman dari gangguan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyerasikan pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau sebaliknya, yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. khusus guna menghasilkan suatu produk yang bermanfaat bagi masyarakat. Interaksi

USULAN PERBAIKAN RANCANGAN MEJA-KURSI SEKOLAH DASAR BERDASARKAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA SISWA/I DI SDN MERUYUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ERGONOMI PADA BURUH GENDONG PEREMPUAN. ( Oleh : Risma A Simanjuntak, Prastyono Eko Pambudi ) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. dengan pekerjaan manual handling. Suatu hal yang sangat beralasan,

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB I PENDAHULUAN. dan memiliki besar derajat kebebasan. Posisi ini bekerja mempromosikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERANCANGAN STASIUN KERJA PEMBUATAN KULIT MOCHI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah ergonomi berasal dari bahasa Latin yaitu ergon (kerja) dan nomos

BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang. memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan

Metode REBA Untuk Pencegahan Musculoskeletal Disorder Tenaga Kerja

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan seseorang mulai dari keluhan sangat

PERANCANGAN ULANG STASIUN KERJA UNTUK MENGURANGI KELUHAN BIOMEKANIK PADA AKTIFITAS LOUNDRY DI PT X

BAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan perekonomian. Setiap pembangunan mall dapat meningkatkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PERANCANGAN GERGAJI LOGAM UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. tempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya. Dalam Undang Undang

GANGGUAN FISIK MAHASISW A SELAMA BEKERJA DENGAN KOMPUTER (STUDI KASUS : MAHASISW A GUNADARMA)

LAMPIRAN 1 KUISIONER

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia dewasa ini lebih dikonsentrasikan pada

BAB II LANDASAN TEORI. Bahan baku batu bata adalah tanah liat atau tanah lempung yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id

RANCANG BANGUN MESIN PENGUPAS KULIT LADA TIPE TIRUS PUTARAN VERTIKAL BERDASARKAN METODE NORDIC BODY MAP (NBM) DAN PENDEKATAN ANTROPOMETRI

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih dominan dialami oleh para pekerja. secara fisik yang berat. Salah satu akibat dari kerja secara manual, seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. menyatakan bahwa setiap pekerja mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas

BAB I PENDAHULUAN. Gambaran risiko..., Pongki Dwi Aryanto, FKM UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peranan tenaga kerja dalam pembangunan nasional sangat penting karena

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. produksi, terutama perusahaan yang bersifat padat karya. Produktivitas tenaga kerja

Seminar Nasional IENACO ISSN: ANALISIS POSISI DAN POSTUR PEKERJA LANTAI PRODUKSI DI PT. SERENA HARSA UTAMA

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Konsumsi per Kapita Seminggu pada Makanan Tahu dan Tempe Jenin Bahan Makanan

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN : X

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pekerja merupakan salah satu komponen yang perlu mendapatkan

Transkripsi:

ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN STAGEN PADA AKTIVITAS ANGKAT-ANGKUT DI PASAR LEGI SURAKARTA Muchlison Anis Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan Surakarta email: : m_anis@ums.ac.id Ahmad Kholid Alghofari Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan Surakarta email: kholid_all@yahoo.com Hanik Muslikhatun Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan Surakarta ABSTRAKSI Aktivitas angkat-angkut adalah sebuah aktivitas yang masih dilakukan secara manual tenaga manusia seperti yang terdapat di Pasar Legi Surakarta. Aktivitas tersebut dapat menyebabkan terjadinya sikap kerja yang tidak alamiah seperti tubuh terlalu membungkuk karena pembebanan terlalu berat dan tidak merata yang mengakibatkan cedera otot skeletal (keluhan Muskuloskeletal). Oleh karena itu untuk menguranginya dilakukan penelitian untuk memberikan perbaikan seperti dengan menggunakan stagen dan korset sebagai landasan punggung dalam melakukan aktivitas. Penelitian ini dilakukan dengan metode observasi yang langsung melibatkan pekerja yang dipilih secara purposive sampling. Selain itu juga dilakukan studi pustaka dan wawancara langsung kepada pekerja. Penelitian yang dilakukan adalah pengukuran keluhan subyektif dengan Nordic Body Map. Hasil analisis penelitian menunjukkan bahwa hasil analisis data keluhan subjektif berupa gangguan otot skeletal dapat dijelaskan bahwa melakukan aktifitas angkat-angkut tanpa menggunakan fasilitas kerja sebagai landasan punggung (P 0 ) mempunyai rerata total skor gangguan otot skeletal paling tinggi yaitu 51,60 + 6,96. Rerata total skor gangguan otot skeletal menurun sedikit pada perlakuan dengan menggunakan korset (P 1 ) yaitu 50,10 + 7,62. selanjutnya pada perlakuan kedua (P 2 ) rerata gangguan otot skeletal mengalami penurunan kembali menjadi 38,00 + 3,68. Perbedaan rerata total skor gangguan otot skeletal tersebut secara statistik adalah signifikan (p<0,05). Kata kunci : sikap kerja, beban kerja, gangguan muskuloskeletal. Pendahuluan Aktivitas angkat-angkut yang dilakukan pekerja dapat menyebabkan penyakit ataupun cedera tulang belakang terlebih jika pekerjaan tersebut tidak dilakukan dengan benar. Manuaba (2000) dalam Tarwaka (2004) menyatakan bahwa jikalau resiko tuntutan tugas lebih besar dari kemampuan seseorang maka akan terjadi penampilan akhir yang yang bisa dimulai oleh adanya ketidaknyamanan, overstress, kelelahan, kecelakaan, cedera, rasa sakit, dan tidak produktif. Selanjutnya Winar (2001) 9

10 menyatakan bahwa pada pekerjaan angkat-angkut pembebanan lebih terletak pada otot terutama pada punggung, cekungan mengarah ke belakang (lordosa pinggang) dan pada daerah dada, cekungan mengarah ke depan (kifosa dada). Batas angkatan beban seberat 10 kg dianjurkan untuk jarak pendek, beban sebesar 15-18 kg dianjurkan untuk pekerjaan mengangkut yang terus-menerus, dan beban sebesar 40 kg untuk mengangkut sekali-kali (Suma mur, 1985). Sementara itu, Komisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja merekomendasikan batasan angkat lebih dari 55 kg harus dilaksanakan dengan menggunakan peralatan mekanis dan harus dibawah pengawasan ketat (Nurmianto, 1998). Semakin berat beban kerja akan semakin banyak energi yang diperlukan atau dikonsumsi. Selain itu semakin berat pekerjaan yang dilakukan maka akan semakin besar pula energi yang dikeluarkan (Tarwaka, dkk., 2004). Hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya kelelahan akibat kerja. Terutama jika kerja yang dilakukan adalah kerja atau gerak statis. Tarwaka, dkk. (2004) berpendapat bahwa pada kerja otot statis, dengan pengerahan tenaga 50% dari kekuatan maksimum otot hanya dapat bekerja selama 1 menit, sedangkan pada pengerahan tenaga < 20% kerja fisik dapat berlangsung cukup lama. Tetapi pengerahan tenaga otot statis 15-20% akan menyebabkan kelelahan dan nyeri jika pembebanan berlangsung sepanjang hari. Salah satu alat yang digunakan pekerja (wanita) dalam bekerja adalah stagen. Pemanfaatan stagen digunakan untuk melindungi tulang belakang sehingga dapat mengurangi cedera otot skeletal akibat posisi kerja yang kurang diperhatikan. Pemakaian stagen yang dililitkan pada perut dengan beberapa balutan diharapkan dapat mengurangi terjadinya penekanan langsung pada tulang belakang sehingga dapat mengurangi terjadinya cedera otot skeletal, selain itu juga dapat mengurangi posisi membungkuk ketika bekerja sehingga ketegangan otot karena gerakan mendadak pada pinggang berkurang. Metode Penelitian Penelitian dilakukan pada pekerja yang bekerja di sektor informal tepatnya di Pasar Legi yang beralamat di Jl. Let. Jend. S. Parman, Surakarta. Subyek penelitian adalah pekerja wanita pekerja wanita dengan jenis pekerjaan pengangkutan kelapa. Data yang diambil berupa keluhan subjektif terhadap gangguan muskuloskeletal dilakukan dengan melakukan penilaian diri sendiri menggunakan lembar Nordic Body Map (NBM) (gambar 1) yang dibagikan kepada masing-masing subyek. Analisis dilakukan berdasarkan hasil pengolahan statistik sebagai berikut: 1. Data diri tenaga kerja dianalisis secara kualitatif untuk mengetahui kesesuaian jenis pekerjaan dengan pekerjanya. 2. Hasil pengisian kuesioner keluhan subjektif dianalisis secara proporsional. 3. Analisis perbedaan kemaknaan rerata keluhan subjektif sebelum dan sesudah melakukan aktivitas pada masing-masing perlakuan dianalisis dengan uji t-paired pada tingkat kemaknaaan 0,05 (α=0,05). 4. Analisis perbedaan kemaknaan rerata keluhan subjektif sebelum dan sesudah melakukan aktivitas dari ketiga perlakuan (kelompok kontrol (P 0 ), perlakuan pertama (P 1K ), perlakuan kedua (P 1S ) dianalisis dengan one way ANOVA pada tingkat kemaknaaan 0,05 (α=0,05) dan dilanjutkan dengan uji POS HOC LSD. Anis, dkk. Analisis Pengaruh Penggunaan STAGEN pada...

11 Gambar 1. Nordic Body Map (NBM) Rencana Penelitian Penelitian ini adalah penelitian dengan rancangan sama subjek (treatment by subject design). Dalam penelitian ini semua subjek mengalami menjadi kontrol dan perlakuan. Semua subjek dimulai sebagai kontrol dan setelah mendapatkan washing out selanjutnya subjek menjadi perlakuan. Perlakuan yang diberikan adalah 2 kali yaitu: 1. Perlakuan pertama pekerja menggunakan korset (stagen modern) yang pemakaiannya hanya pada perut. 2. Perlakuan kedua pekerja menggunakan stagen biasa (stagen tradisional) yang pemakaiannya dililitkan dari perut sampai pantat dengan beberapa balutan. Pengukuran keluhan subjektif dilakukan dengan menggunakan lembar NBM yang diberikan kepada pekerja sebelum dan setelah melaksanakan aktivitas. Penelitian dilakukan secara bertahap, yaitu: a. Kondisi awal sebelum perbaikan (P 0 ) Kondisi awal (P 0 ) yang dimaksud adalah pekerja dalam melakukan aktivitas tanpa menggunakan stagen. Data yang diperoleh berupa data keluhan subjektif para pekerja dan nadi tenaga kerja. Untuk mempermudah pengukuran keluhan subyektif, pengisian NBM dilakukan dengan memperlihatkan gambar NBM sehingga pekerja bisa menunjukkan bagian mana yang mengalami keluhan. Pengisian dilakukan dengan memberikan tanda cek ( ) pada bagian tubuh yang dirasa sakit dengan rincian penilaian sebagai berikut : A : Tidak sakit dengan nilai 1 B : Agak sakit dengan nilai 2 C : Sakit dengan nilai 3 D : Sangat sakit dengan nilai 4 b. Kondisi Setelah Perlakuan (P 1 ) Kondisi Setelah Perlakuan (P 1 ) adalah sebuah perlakuan yang diberikan pada pekerja untuk memperbaiki Kondisi awal (P 0 ). Perlakuan yang diberikan adalah dengan menggunakan stagen sebagai landasan punggung pada saat bekerja. Perlakuan dilakukan dengan 2 jenis stagen yaitu korset/stagen modern (P 1K ) dan stagen biasa/tradisional (P 1S ). Perlakuan P 1 dilaksanakan secara terpisah setelah pelaksanaan kondisi awal (P 0 ). Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Vol. 6 No. 1Agustus 2007, hal. 9 17

12 Hasil Penelitian Karakteristik Fisik Subjek Dari hasil penelitian didapatkan ciri-ciri fisik pekerja seperti dalam Tabel 1. No Pekerja Tabel 1. Data ciri-ciri fisik pekerja Umur TB BB No Pekerja (tahun) (cm) (Kg) Umur (tahun) TB (cm) Tabel 2. Data keluhan subjektif pada bagian otot skeletal No Jenis keluhan Skor keluhan P 0 P 1K P 1S 1 Sakit/kaku dileher bagian atas 16 15 10 2 Sakit/kaku dileher bagian bawah 30 25 15 3 Sakit di bahu kiri 10 10 10 4 Sakit di bahu kanan 18 18 17 5 Sakit pada lengan atas kiri 10 10 10 6 Sakit di punggung 36 33 21 7 Sakit pada lengan atas kanan 12 14 12 8 Sakit pada pinggang 40 33 23 9 Sakit pada bokong 40 35 20 10 Sakit pada pantat 40 35 20 11 Sakit pada siku kiri 10 10 10 12 Sakit pada siku kanan 10 10 10 13 Sakit pada lengan bawah kiri 10 11 10 14 Sakit pada lengan bawah kanan 10 11 10 15 Sakit pada pergelangan tangan kiri 10 10 10 16 Sakit pada pergelangan tangan kanan 10 10 10 17 Sakit pada jari-jari tangan kiri 10 10 10 18 Sakit pada jari-jari tangan kanan 13 13 12 19 Sakit pada paha kiri 16 16 14 20 Sakit pada paha kanan 17 17 15 21 Sakit pada lutut kiri 17 17 16 22 Sakit pada lutut kanan 16 16 15 23 Sakit pada betis kiri 22 22 15 24 Sakit pada betis kanan 23 21 16 25 Sakit pada pergelangan kaki kiri 14 14 11 26 Sakit pada pergelangan kaki kanan 14 14 11 27 Sakit pada jari kaki kiri 14 14 11 28 Sakit pada jari kanan 14 14 11 Anis, dkk. Analisis Pengaruh Penggunaan STAGEN pada... BB (Kg) 1 Sudarmi 42 162 58.6 6 Saniyem 37 166 60.9 2 Lestari 41 161 61.8 7 Sumiyem 34 170 65.3 3 Harni 44 155 54.7 8 Sutarmi 32 159 61.2 4 Saminten 48 158 63.8 9 Mindik 45 164 60.6 5 Poniyem 48 164 59.5 10 Yatmi 44 162 56.7 Ket: TB=Tinggi Badan, BB=Berat Badan Dari hasil perhitungan diketahui rerata umur pekerja adalah 41,5 tahun, rerata tinggi badan pekerja adalah 162,1 cm dan rerata berat badan pekerja adalah 60,31 Kg. Data Keluhan Subyektif Hasil pengukuran Nordic Body Map dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3.

Tabel 3. Skor hasil pengukuran NBM No Nama P 0 P 1K P 1S Pekerja KS1 KS2 KS1 KS2 KS1 KS2 1 Sudarmi 30 52 30 63 30 33 2 Lestari 28 49 29 42 28 37 3 Harni 28 44 29 41 28 34 4 Saminten 30 53 28 51 29 42 5 Poniyem 32 44 29 46 28 37 6 Saniyem 31 60 33 57 31 38 7 Sumiyem 30 41 28 41 28 35 8 Sutarmi 30 61 30 56 28 45 9 Mindik 29 55 32 55 29 39 10 Yatmi 30 57 33 49 27 40 Rerata 29,8 51,6 30,1 50,1 28,6 38 Keterangan: KS1 : Keluhan Subyektif sebelum bekerja (pre) KS2 : Keluhan Subyektif setelah bekerja (post) Untuk mengetahui perbedaan kemaknaan rerata antara gangguan otot skeletal pada masing-masing uji perlakuan dilakukan uji t-paired. Hasil uji t-paired menunjukkan bahwa pada semua pelakuan terdapat peningkatan total skor gangguan otot skeletal secara signifikan (p<0,05). Sedangkan hasil analisis keluhan subjektif berupa gangguan otot skeletal dengan uji one way anova antara ketiga perlakuan disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Hasil analisis total skor gangguan otot skeletal P 1 P 0 No Variabel n Korset (P 1K ) Stagen (P 1S ) p-value Rerata SB Rerata SB Rerata SB 1 Total skor gangguan otot skeletal pre 10 29,80 1,23 30,10 1,91 28,60 1,17 0,037 2 Total skor gangguan otot skeletal post 10 51,60 6,96 50,10 7,62 38,00 3,68 0,000 3 Perbedaan skor gangguan otot 10 21,80 6,91 20,00 6,88 9,40 4,06 0,000 skeletal Keterangan: p-value : signifikansi antara ketiga kondisi dengan uji one way anova pada tingkat kepercayaan 0,05 SB : Simpang Baku Selanjutnya untuk mengetahui perbedaan kemaknaan rerata total skor gangguan otot skeletal antara perlakuan yang satu dengan yang lainnya maka dilanjutkan dengan uji Post Hoc-LSD. Dari hasil uji tersebut diperoleh: 13 Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Vol. 6 No. 1Agustus 2007, hal. 9 17

14 Total skor gangguan otot skeletal pada ketiga kondisi dengan uji one way anova adalah signifikan (F=13,884; p<0,05). Selanjutnya dengan uji pos hoc-lsd; P 1K dibandingkan dengan P 0 tidak signifikan (p>0,05) dan P 1S dibandingkan dengan P 0 signifikan (p<0,05). Perbedaan skor gangguan otot skeletal pre post pada ketiga perlakuan dengan uji one way anova signifikan (F=4,859; p<0,05). Selanjutnya dengan uji pos hoc-lsd; P 1K dibandingkan dengan P 0 tidak signifikan (p>0,05) dan P 1S dibandingkan dengan P 0 signifikan (p<0,05). Dari Tabel 4 terlihat aktifitas angkat-angkut tanpa menggunakan fasilitas kerja sebagai landasan punggung (P 0 ) mempunyai rerata total skor gangguan otot skeletal paling tinggi yaitu 51,60 + 6,96. Kondisi ini menurun menurun sedikit pada perlakuan dengan menggunakan korset (P 1K ) yaitu 50,10 + 7,62. Sedangkan pada perlakuan dengan menggunakan stagen (P 1S ) rerata gangguan otot skeletal mengalami penurunan kembali menjadi 38,00 + 3,68. Perbedaan rerata total skor gangguan otot skeletal tersebut secara statistik adalah signifikan (p<0,05). Kondisi ini disebabkan karena pembebanan otot statis dan kerja paksa dapat dikurangi dengan menggunakan landasan punggung berupa stagen. Stagen juga bisa mengurangi penekanan beban langsung pada otot skeletal. Selanjutnya dengan adanya balutan/lilitan yang banyak mengakibatkan posisi tubuh membungkuk dapat dikurangi. Perbedaan rerata total skor gangguan otot skeletal antara P 1S dan P 0 adalah sebesar 13,6 atau turun sebesar 35,79% dan secara statistik juga signifikan (p<0,05). Dengan demikian, bekerja dengan menggunakan stagen dapat mengurangi keluhan subjektif berupa gangguan otot skeletal adalah benar. Bekerja dengan menggunakan stagen dapat menurunkan keluhan subjektif berupa gangguan otot skeletal dari pada dengan menggunakan korset. Sedangkan perbedaan antara P 1K dan P 0 hanya sebesar 1,50 dan secara statistik tidak signifikan (p>0,05). Pada analisis proporsional yang didasarkan dari Tabel 2 dapat dilihat pada bagian otot skeletal mana saja yang banyak terjadi keluhan atau kenyerian dari masingmasing perlakuan. Dari analisis tersebut ternyata ada beberapa bagian otot skeletal yang mengalami penurunan skor keluhan setelah dilakukan penambahan fasilitas kerja. Lebih jauh dapat dilihat pada gambar 1 dan 2. Anis, dkk. Analisis Pengaruh Penggunaan STAGEN pada...

15 Jumlah 40 35 30 25 20 15 10 5 0 Grafik Keluhan Subjektif pada P1 1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 nomor Kode Total Skor Jumlah Skor 25 20 15 10 Grafik Keluhan Subjektif Pekerja pada P2 5 0 1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 nomor kode tubuh Total Skor Gambar 1. Grafik keluhan subjektif Gambar 2. Grafik keluhan subjektif pada kondisi awal (P 0 ) pada perlakuan pertama (P 1K ) Dari gambar tersebut dapat diketahui bahwa pada perlakuan kontrol (keadaan awal) banyak pekerja yang mengeluhkan sakit/tidak nyaman pada bagian tubuh seperti leher bawah, punggung, pinggang, bokong, pantat, betis kiri dan betis kanan dengan nomor kode 1, 5, 7, 8, 9, 22, 23. Hal itu dapat dilihat pada grafik 4.5 dengan gambar grafik paling tinggi. Demikian halnya pada perlakuan pertama (P 1 ), pekerja juga mengeluhkan hal yang sama. Akan tetapi terjadi sedikit penurunan jumlah skor yaitu sebesar 2,91%. Jumlah Skor 25 20 15 10 Grafik Keluhan Subjektif Pekerja pada P2 5 0 1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 nomor kode tubuh Total Skor 50 40 30 20 10 0 leher bwh punggung pinggang bokong pantat betis kiri betis kanan P0 30 36 40 40 40 22 23 P1 25 33 33 35 35 21 21 P2 15 21 23 20 20 15 16 Gambar 3. Grafik Keluhan Subjektif pada perlakuan kedua (P 1S ) Gambar 4. Skor keluhan subjektif pada beberapa bagian otot skeletal masing-masing perlakuan Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Vol. 6 No. 1Agustus 2007, hal. 9 17

16 Setelah pekerja menggunakan stagen tradisional pada aktivitasnya (P 1 ), ternyata terjadi penurunan keluhan subjektif yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan keadaan awal yakni turun sebesar 35,79%. Besarnya penurunan pada yang terjadi pada leher bawah, punggung, pinggang, bokong, pantat, betis kiri dan betis kanan pada masing-masing perlakuan dapat dilihat pada gambar 4. Kondisi tersebut disebabkan karena terjadinya sikap kerja paksa pada beberapa bagian otot skeletal pada aktivitas angkat-angkut tanpa menggunakan stagen (P 0 ), beraktivitas dengan menggunakan korset dan beraktivitas dengan menggunakan stagen menyebabkan pembebanan statis pada bagian otot skeletal yang hampir sama yaitu pada leher bawah, punggung, pinggang, bokong, pantat, betis kiri dan betis kanan. Pembebanan statis dan berulang tersebut menyebabkan aliran darah terhambat, sehingga suplai oksigen tidak cukup untuk proses metabolisme aerobik. Keadaan tersebut menyebabkan akumulasi tertimbunnya asam laktat dan panas tubuh dan pada akhirnya menyebabkan kelelahan otot skeletal yang dirasakan sebagai bentuk kenyerian otot pekerja. Kesimpulan Dari uraian seperti tersebut dalam pembahasan analisa, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa hasil uji yang signifikan dan juga terdapat beberapa hasil analisis yang tidak signifikan. Selanjutnya dapat dirinci butir-butir kesimpulan dari analisa diatas sebagai tersebut berikut ini. 1. Dari hasil kuesioner data Nordic Body Map dapat diketahui bahwa bagian tubuh yang dirasakan tidak nyaman atau sakit adalah leher bawah, punggung, pinggang, bokong, pantat, betis kiri dan betis kanan. 2. Perlakuan perbaikan dengan menggunakan stagen jenis pertama/korset hanya dapat menurunkan beban kerja sebesar 1,72% sedangkan perlakuan perbaikan dengan menggunakan stagen jenis kedua/stagen tradisional dapat menurunkan beban kerja sebesar 6,9% dan penurunan tersebut signifikan. Dengan demikian bahwa perlakuan perbaikan kedua dapat menurunkan beban kerja lebih besar dari pada perlakuan perbaikan pertama. 3. Dari hasil perhitungan nadi pemulihan dapat disimpulkan bahwa nadi pemulihan pada semua perlakuan adalah normal karena P1-P3 > 10 dan P1, P2, P3 < 90, sehingga penambahan fasilitas kerja berupa penggunaan stagen tidak mengganggu pekerja dan tidak menambah beban kerja bagi pekerja angkat-angkut di Pasar Legi Surakarta. 4. Bekerja dengan menggunakan stagen (P 2 ) bagi pekerja angkat-angkut di Pasar Legi dapat menurunkan keluhan subjektif berupa gangguan otot skeletal secara signifikan sebesar 24,15 % dibandingkan dengan bekerja tanpa menggunakan stagen dan dibandingkan dengan bekerja hanya menggunakan korset menurunkan keluhan subjektif sebesar 22,05%. 5. Dari hasil analisis pembahasan dapat disimpulkan bahwa penambahan fasilitas kerja dengan menggunakan stagen sebagai landasan punggung dapat mengurangi rasa sakit pada bagian tubuh yang dirasa kurang nyaman pada saat melakukan aktivitas. Anis, dkk. Analisis Pengaruh Penggunaan STAGEN pada...

Saran Hal-hal yang dapat disarankan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Dalam upaya menurunkan beban kerja dan keluhan subjektif berupa gangguan otot skeletal, maka sebaiknya para pekerja angkat-angkut wanita lain di Pasar Legi juga menggunakan stagen. 2. Dalam melakukan aktivitas sebaiknya pekerja tidak hanya mempedulikan output tetapi juga harus memperhatikan sikap kerja sehingga dapat mengurangi terjadinya cedera otot skeletal. Daftar Pustaka Nurmianto, Eko. 2003. Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya. PT. Guna Widya. Surabaya. Suma mur, P. K. 1982. Ergonomi untuk Produktivitas Kerja. Yayasan Swabhawa Karya. Jakarta. Suma mur, P. K. 1984. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. PT. Gunung Agung. Jakarta. Tarwaka; Hadi, Solihul;, dan Sudiajeng, Lilik. 2004. Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Uniba Press. Surakarta. Winar, Frank; Netrawati, Iga Oka; Ardiana, I Wayan. Gangguan Muskuloskeletal Meningkatkan Beban Kerja Porter di Terminal Ubung. Editor: M. Sutajaya. 2001. Proceeding Seminar Nasional Ergonomi 2001. Udayana University Press. Bali. 17 Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Vol. 6 No. 1Agustus 2007, hal. 9 17