BAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia merupakan hal yang bisa dipelajari, baik bentuk maupun

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mandiri ilmu yang dipelajarinya. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. gembira dapat memotivasi anak untuk belajar. Lingkungan harus diciptakan

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan potensi sumber daya manusia serta penerus cita-cita perjuangan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. kandungan hingga usia 8 tahun. Pendidikan bagi anak usia dini dilakukan melalui

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini pada hakikatnya adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang

BAB I PENDAHULUAN. salah satu cara untuk mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan sangat cepat, hal ini terlihat dari sikap anak yang terlihat jarang

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat di zaman modren saat. Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 dinyatakan bahwa :

Modul 3 PPG-Konten Kurikulum 1

BAB I PENDAHULUAN. masa keemasan karena pada masa itu keadaan fisik maupun segala. kemampuan anak sedang berkembang cepat.

BAB I PENDAHULUAN. untuk memberikan bimbingan belajar kepada anak-anaknya yang mulai memasuki

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia dini pada hakikatnya merupakan anak yang berusia 0-6 tahun

2014 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN MENGANYAM

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan perilaku dari tidak matang menjadi matang. Gerakan yang menggunakan yaitu otot-otot halus atau sebagian anggota

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu

I. PENDAHULUAN. merupakan harta yang tak ternilai harganya. Pada usia dini di mana anak berada

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Secara alamiah anak-anak sangat suka menggambar atau membuat coretancoretan

Tinjauan Mata Kuliah Masa TK : perkembangan fisik dan kemampuan anak berlangsung sangat cepat. Perkembangan Motorik Perkembangan motorik identik denga

BAB I PENDAHULUAN. mudah bosan, sulit memecahkan suatu masalah dan mengikuti pelajaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia dini (0 6 tahun) merupakan usia peka dimana pada usia ini anak memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. (tumbuh dan kembang) terjadi bersama dengan golden age (masa peka).

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan fisik, motorik, kognitif, sosial emosi serta perkembangan bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya anak usia dini merupakan masa-masa keemasan yang harus

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Perkembangan Kecerdasan Kinestetik. berhubungan dengan kematangan seorang individu yang ditinjau dari perubahan

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembentukan kualitas SDM yang optimal, baik sehat secara fisik maupun

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Orang tua dan guru belum memahami akan perkembangan potensi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2016 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI PEMBELAJARAN TARI KREASI BALI

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak sebanyak-banyaknya. Di masa peka ini, kecepatan. pertumbuhan otak anak sangat tinggi hingga mencapai 50 persen dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. telah menempatkannya sebagai pasal tersendiri dalam UU Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. l.1 Latar Belakang. Golden age atau masa keemasan anak adalah masa paling penting pada

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan generasi sumber daya manusia yang lebih baik. Pendidikan anak usia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (early childhood education) merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. usia Taman Kanak-kanak memiliki karakteristik yaitu rasa ingin tahu dan antusias

PENINGKATAN KECERDASAN KINESTETIK ANAK MELALUI TARI KE SAWAH DI TAMAN KANAK-KANAK TOYIBAH TALAWI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Roslinawati Nur Hamidah, 2013

I. PENDAHULUAN. dalam memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini merupakan pendidikan yang. diselenggarakan untuk mengembangkan kepribadian, pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang dapat mempengaruhi proses serta hasil pendidikan pada

BAB I PENDAHULUAN. dari dalam kandungan maupun sejak dilahirkan ke bumi. Kemampuan yang

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan kognitif saja tetapi juga tidak mengesampingkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

DESKRIPSI KECERDASAN KINESTETIK KELOMPOK B DI TK NEGERI PEMBINA KIHADJAR DEWANTORO KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO

PENINGKATAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI SENAM IRAMA DI TAMAN KANAK-KANAK BINA UMMAT PESISIR SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. adalah segala perubahan yang terjadi pada anak yang meliputi seluruh perubahan, baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang di miliki. Di dalam diri mereka telah melekat harkat dan martabat sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan universal dalam kegiatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan anak usia dini (PAUD) menurut Hasan (2011: 15), adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan

PERANAN KEGIATAN MENGGAMBAR DALAM MENINGKATKAN MOTORIK HALUS PADA ANAK DI KELOMPOK B TK BUNGAMPUTI DWP UNTAD PALU

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan anak adalah suatu proses perubahan perilaku yang belum matang menjadi

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MENGANYAM DI KELOMPOK B TK ABA II PANTOLOAN

BAB I PENDAHULUAN. Anak sebagai makhluk individu yang unik dan memiliki karakteristik yang

2015 PEMBELAJARAN TARI MELALUI STIMULUS GERAK BURUNG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KINESTETIK PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB YPLAB LEMBANG

SKRIPSI. DiajukanUntukMemenuhi Sebagian Syarat Guna MemperolehGelarSarjanaPendidikan (S.Pd) PadaProgram Studi PG-PAUD

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini adalah suatu proses pembinaan tumbuh kembang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 Tahun 1989 pasal 4. Untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional tersebut, perlu

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami

BAB I PENDAHULUAN. usia enam tahun menurut Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar),

BAB I PENDAHULUAN. melalui jalur pendidikan formal (Taman Kanak Kanak, Raudhatul Athfal,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya

KEGIATAN LATIHAN GERAK DAN LAGU (JERUK BALI) UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK USIA DINI

Modul 3 PPG-Konten Kurikulum 1

KREATIF LEWAT MENGGUNTING DAN MENEMPEL

PENGARUH METODE PEMBERIAN TUGAS TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK KELOMPOK B2 DI TK SAMPOROA DHARMA WANITA PERSATUAN KOTA PALU. Ari Okta Pratiwi 1

Pembelajaran Pendidikan Jasmani untuk Tingkat Raudhatul Athfal ( Khusus pengembangan motorik anak TK / RA )

Tangani PAUD Secara Holistik-Integratif! Monday, 04 November :18

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, yang mencakup beberapa sub bidang, salah satu lingkup

HUBUNGAN MENGGAMBAR BEBAS TERHADAP KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK B2 TK AL-KHAIRAAT III PALU

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. usia 6 tahun atau di bawahnya) dalam bentuk pendidikan formal. Kurikulum TK ditekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN DI LEMBAGA PAUD ISLAM TERPADU MUTIARA HATI BABAGAN KECAMATAN LASEM KABUPATEN REMBANG

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan dasar yang diberikan kepada

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN. anak diri anak yang bersangkutan dan lingkungan sekitaranya. Perkembangan anak

SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna memperoleh gelas Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK MELALUI PENERAPAN GERAK DASAR TARI SOUMPAK PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya penyelenggaran pendidikan diupayakan untuk membangun

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tubuh manusia merupakan hal yang bisa dipelajari, baik bentuk maupun perilakunya (gerakan anggota tubuh). Tubuh manusia akan terlihat kelenturannya apabila sering melakukan olah tubuh. Hal tersebut sangatlah diperlukan oleh manusia pada umumnya supaya gerak tubuhnya tidak terlihat kaku. Perkembangan gerak tubuh manusia pada dasarnya akan meningkatkan kecerdasan kinestetik. Jasmine, (2007:129) mengungkapkan pendapatnya mengenai kecerdasan kinestetik, bahwa kecerdasan badani-kinestetik dapat didiskusikan dan kemudian digambarkan dengan aktivitas-aktivitas yang melibatkan hal-hal sebagai berikut: 1) keterampilan otot besar dan otot kecil, 2) kegiatan fisik, 3) bahan-bahan rekayasaan, 4) membuat dan membangun suatu benda, 5) peragaan, 6) modeling, 7) tarian, 8 olahraga, 9) berkeliling, 10) mengerjakan sesuatu secara fisik, 11) bahasa tubuh, 12) koordinasi matatangan. Tubuh manusia sebagai simbol yang kiranya sudah menjadi umum untuk semua orang. Oleh karena itu, harus ada suatu daya atau kekuatan penggerak di dalam tubuh dan dipertegas oleh perilaku fisik sehingga lebih mudah untuk mengungkapkan diri dan berkomunikasi dengan orang lain. Perilaku fisik manusia akan menjelaskan pada orang lain yang mengamatinya tentang konsep diri. Oleh karena itu, potensi fisik tersebut harus terlatih agar dapat difungsikan secara optimal. Latihan-latihan anggota tubuh perlu dilakukan sejak usia dini, baik kekuatannya maupun kelenturannya. Kelenturan gerakan anggota tubuh akan mempertegas makna komunikasi supaya dapat dipahami. Semua itu akan terwujud melalui latihan dan kebiasaan sejak anak usia dini. Kebiasaan diperoleh melalui latihan-latihan menirukan dan 1

2 melakukan ulangan-ulangan. Mula-mula, semua latihan peniruan ulangan itu berlangsung secara sadar dan disengaja. Lambat laun segalanya berlangsung secara otomatis. Kebiasaan adalah salah satu proses pendidikan yang paling penting, terutama bagi anak-anak yang masih kecil. Penanaman kebiasaan sesuatu hal pada anak-anak adalah sukar dan proses pembelajarannya sangat lama. Maka dari itu, perlu adanya model pembelajaran bagi anak usia dini untuk lebih memfokuskan pada kebiasaan maupun latihan-latihan untuk mengembangkan, perilaku atau sikap, bahasa, serta gerak tubuhnya.sejak dilahirkan anak harus dilatih kepada kebiasaan-kebiasaan untuk bergerak atau menggerakan tubuhnya dengan baik dan anak juga harus dilatih pada perbuatan yang baik, seperti dalam hal makan, mandi, bermain-main, berbicara, belajar, bekerja, dan sebagainya. Penguasaan fungsi seluruh anggota tubuh anak usia dini akan berdampak positif pada kecerdasan kinestetik. Sehingga apa yang dikatakan oleh pikiran kemudian dituangkan ke dalam sebuah gerakan-gerakan badan yang indah, kreatif dan mempunyai makna. Hal tersebut perlu dilakukan sejak usia dini. Dalam pelatihan olah tubuh ada beberapa gerak yang dapat mengembangkan kelenturan dan pembentukan tubuh secara optimal khususnya pada anak usia dini diantaranya koordinasi tubuh, kelincahan, kelenturan, kekuatan, keseimbangan, serta koordinasi mata dengan kaki. Gerak-gerak koordinasi tubuh apabila terus dipelajari dan dikembangkan pada anak usia dini, maka anak akan lebih paham mengenai makna gerak. Pada akhirnya gerak tersebut akan dikembangkan ke dalam sebuah bentuk olah gerak yang akan menjadi stimulus-stimulus bagi anak

3 untuk mengekspresikan ide pikirannya kemudian dikemukakan ke dalam bentuk gerak tubuh yang mengandung makna. Latihan gerak tubuh bagi manusia merupakan suatu kebiasaan dan tergolong kebutuhan dasar seperti halnya makan dan minum, karena dengan bergerak manusia mampu bertahan hidup. Melalui gerak itulah manusia mencapai beberapa tujuan seperti pertumbuhan fisik, perkembangan mental dan perkembangan sosial. Begitu pula dengan perkembangan gerak dan kurang berkembangnya pembelajaran dan pelatihan koordinasi tubuh terhadap anak usia dini apabila tidak dikembangakan sejak dini maka tidak menutup kemungkinan perkembangan dalam gerak tubuhnya akan terhambat dan menyebabkan anak menjadi pasif dalam bergerak. Anak usia dini merupakan masa-masa perkembangan gerak tubuhnya harus terlatih supaya kemampuan cerdas kinestetiknya berkembang. Cerdas kinestetik sebagai kemampuan manusia menghubungkan dan menggunakan pikiran selaras dengan gerakan tubuh, termasuk kemampuan tubuh untuk memanipulasi benda dan membuat aneka gerakan. Anak yang cerdas kinestetik, mampu menggunakan dan menghubungkan antara pikiran dan tubuhnya secara bersamaan untuk mencapai tujuan tertentu. Karakteristik anak yang cerdas secara kinestetik dapat teramati dan dapat terlihat apabila anak sedang bergerak seperti berlari, berjalan, melompat, dan sebagainya. Meski terkadang jatuh, tapi keadaan ini masih normal bila anak berusia di bawah tiga tahun, maka dari itu jangan dibatasi geraknya, karena memang fisiknya sedang berkembang.

4 Bentuk kecerdasan kinestetik memungkinkan terjadinya hubungan antara pikiran dan tubuh yang diperlukan dalam aktivitas seperti menari, melakukan pantomim, berolahraga, seni bela diri dan memainkan drama. Kecerdasan kinestetik adalah kemampuan untuk mengolah tubuh serta melakukan pekerjaan yang membutuhkan keterampilan anggota tubuh tertentu, seperti keterampilan tangan dan kaki. Anak dengan kecerdasan kinestetik yang tinggi dalam hal motorik kasar umumnya adalah anak yang tidak bisa diam, selalu bergerak ke sana kemari. Biasanya anak tersebut memiliki keseimbangan dan koordinasi tubuh yang baik (bisa dalam hal olahraga, bisa juga dalam hal tarian, atau senam). Adapun anak dengan kecerdasan kinestetik motorik halus mungkin sudah mulai suka corat-coret, menggambar, memegang pensil, dengan benar, dan lain sebagainya. Barangkali ia juga terampil dalam beberapa aktivitas meronce dan lain-lain, yang membutuhkan keterampilan jari-jari tangan. Pada hakekatnya sejak lahir seorang anak telah mempunyai kemampuan untuk bergerak. Oleh sebab itu, seorang pendidik haruslah memberikan stimulusstimulus yang mampu mengembangkan aspek gerak yang lebih dikhususkan pada gerak anggota tubuh. Memberikan kebebasan kepada anak untuk bergerak sesuai dengan imajinasinya dan ide yang keluar dari pikirannya. Sehingga anak mampu mengungkapkannya ke dalam bentuk gerak. Oleh sebab itu, perlu adanya suatu pembelajaran yang khusus untuk mengatasi ketidakteraturan dalam proses pelatihan gerak pada anak supaya perkembangan olah gerak anak bisa mengarahkan anak untuk mengembangkan kecerdasan kinestetiknya.

5 Dunia anak adalah dunia bermain, karena selama rentang perkembangan usia dini anak melakukan kegiatan dengan bermain, mulai dari bayi, balita hingga masa kanak-kanak. Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan anak dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian dan memberikan informasi, memberi kesenangan dan mengembangkan imajinasi anak spontan dan tanpa beban. Kebutuhan atau dorongan internal (terutama tumbuhnya sel saraf di otak) sangat memungkinkan anak melakukan berbagai aktivitas bermain tanpa mengenal lelah. Selama ini jika anak sudah bersekolah di Taman Kanak-Kanak, orangtua kebanyakan membebani anak dengan tuntutan yang berat. Seperti anak harus pandai menulis, berhitung dan membaca. Padahal anak usia Taman Kanak-Kanak masih termasuk usia dini yaitu 0-6 tahun. Begitu juga dengan pihak sekolah, ada sebagian sekolah yang dalam kegiatan pembelajarannya tidak menggunakan konsep bermain dengan tepat, sehingga tujuan bermain bagi anak tidak tercapai. Seharusnya Taman Kanak-Kanak dalam aktivitas belajar benar-benar menerapkan Bermain sambil belajar, belajar sambil bermain. Dengan demikian, anak benar-benar merasakan dunianya dengan sempurna, berkesempatan mengembangkan segala aspek kecerdasan yang ada pada dirinya. Ketika bermain, fisik anak juga belajar memahami bagaimana kerja tubuhnya, memperkuat dan mengembangkan otot dan koordinasinya melalui gerak, melatih motorik halusnya dengan cara berlatih menggunting kertas, menggambar, mengutak-atik benda, dan lain sebagainya. Begitu juga dengan motorik kasar dan keseimbangannya, seperti memanjat, berlari, melompat, berjalan dan lain-lain. Kegiatan tersebut mungkin saja akan tercipta pada anak

6 usia Taman Kanak-Kanak apabila adanya suatu rangsangan atau pembelajaran khusus yang mengacu ke arah pengembangan kecerdasan kinestetik. Cara mendidik dan mengajar anak-anak, baik di rumah, maupun di sekolah masih kurang efektif. Pada dasarnya kemauan dan perasaan anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh sebab itu, seorang anak harus dilatih dan dibiasakan melakukan segala sesuatu yang nantinya dapat dipergunakan sebagai bekal hidup di masa yang akan datang. Dengan demikian, pendidikan bagi anak usia dini harus dimulai dari dalam pikiran anak dan jiwa anak, dan harus berdasarkan kegiatan anak itu sendiri. Untuk itu, perlu motivasi bagi anak untuk berbuat sendiri dan bukan pasif hanya menerima saja. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti, walaupun pengembangan kecerdasan kinestetik khususnya dalam gerak tubuh di Taman Kanak-Kanak Lab. School UPI sudah dilaksanakan, akan tetapi dalam pelaksanaannya kurang optimal. Guru lebih menekankan pada siswa untuk selalu mengikuti gerak yang diberikan dan dicontohkan guru saja melalui senam pagi, tanpa melakukan tindak lanjut pada olah gerak anak yang perlu untuk dikembangkan lagi seperti keterampilan tangan dan pembelajaran gerak tubuh sehingga aspek psikomotorik anak berkembang dengan optimal. Hal tersebut apabila dikembangkan mungkin saja dapat merangsang kreativitas, imajinasi, dan olah pikir anak yang nantinya akan diungkapkan dalam bentuk gerak. Dari pemaparan di atas, peneliti merasa tertarik untuk lebih memahami gerak tubuh anak dalam mengembangkan kecerdasan kinestetik pada anak usia ini. Oleh sebab itu, peneliti merasa perlu untuk mengadakan penelitian melalui kegiatan pembelajaran yang berjudul Pengembangan Model Olah Gerak untuk

7 Peningkatan Kecerdasan Kinestetik Anak Usia Dini (Penelitian Tindakan Kelas terhadap Siswa Kelompok B1 Taman Kanak-Kanak Laboratoriun-Percontohan UPI). B. Rumusan Masalah Berdasarkan paparan di atas, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana proses pengembangan model olah gerak untuk kecerdasan kinestetik anak usia dini bagi siswa kelompok B1Taman Kanak-kanak Lab. School UPI? 2. Bagaimana hasil dari pengembangan model olah gerak untuk kecerdasan kinestetik pada anak usia dini siswa kelompok B1 Taman Kanak-Kanak Lab. School UPI? C. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui dan mendeskripsikan proses pengembangan model olah gerak untuk peningkatan kecerdasan kinestetik anak usia dini bagi siswa kelompok B1 Taman Kanak-kanak Lab. School UPI? 2. Mengetahui dan mendeskripsikan hasil dari pengembangan model olah gerak untuk peningkatan kecerdasan kinestetik anak usia dini pada siswa kelompok B1 Taman Kanak-Kanak Lab. School UPI?

8 D. Asumsi Anggapan dasar dalam suatu penelitian memegang peranan penting karena anggapan dasar merupakan suatu dasar untuk melakukan penelitian. Anggapan dasar menurut Arikunto (1996:96) adalah suatu yang diyakini kebenarannya oleh peneliti yang akan berfungsi sebagai hal-hal yang dipakai untuk berpijak bagi penelitian di dalam melaksanakan penelitiannya. Adapun asumsi pada penelitian ini adalah melalui pembiasaan melakukan gerakan-gerakan anggota tubuh pada anak usia dini akan membentuk generasi cerdas secara kinestetik. Kecerdasan kinestetik merupakan penyelarasan pikiran ataupun ide yang diungkapkan ke dalam bentuk gerak yang kreatif dan indah. E. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian diharapkan dapat memperoleh manfaat-manfaat sebagai berikut: 1. Sekolah - Sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan kebijakan pada pembelajaran olah gerak melalui model pengembangan kecerdasan kinestetik. 2. Lembaga Pendidikan Perguruan Tinggi - Dapat dijadikan bahan kajian bagi mahasiswa khususnya program pendidikan seni tari.

9 - Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan, pertimbangan dan sarana bagi berbagai pihak untuk dijadikan alternatif dalam pengembangan metodologi pendidikan seni tari. 3. Guru Taman Kanak-Kanak - Sebagai bahan acuan dengan mempergunakan model pembelajaran baru dalam proses pembelajaran khususnya seni tari di sekolah. - Memberikan masukan bagi guru dan calon guru mengenai model pembelajaran, salah satunya melalui model pembelajaran olah gerak. 4. Peneliti - Berguna untuk menambah pengalaman langsung dalam proses belajar mengajar. Selain itu, penelitian ini dapat menambah pengalaman dalam memberikan alternatif pengajaran seni tari melalui penelitian tindakan kelas sebagai stimulus yang dapat memotivasi siswa untuk belajar kreatif dalam mencapai hasil yang diharapkan, khususnya pendidikan seni tari. F. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Action Research Classroom (Penelitian Tindakan Kelas) dengan pendekatan kualitatif. Action Research Classroom (Penelitian Tindakan Kelas) adalah penelitian yang dilakukan oleh seseorang yang bekerja mengenai apa yang sedang ia laksanakan tanpa mengubah sistem pelaksanaannya (Suharsimi, 1998: 2). Pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kara-kata tertulis atau lisan dari perilaku yang dapat diamati. Pendekatan

10 Kualitatif juga merupakan metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, analisis data induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi. G. Lokasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Peneliti mengambil lokasi di Taman Kanak-Kanak Laboratorium- Percontohan UPI, yang beralamat di Jl. Senjaya Guru No. 2 Kampus UPI.Peneliti memilih sekolah tersebut sebagai tempat penelitian karena lokasi Taman Kanak-Kanak Lab. School berdekatan dengan kampus tempat peneliti kuliah, sehingga peneliti tidak kesulitan dalam melakukan proses bimbingan. 2. Sampel Penelitian Pada penelitian ini peneliti memilih Purposive Sample (Sampel Bertujuan) yang merupakan teknik pengambilan sampel yang digunakan dengan berdasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri. Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelompok B1 (Nol Besar) Taman Kanak-Kanak Lab. School UPI.