HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG KEPUTIHAN DENGAN UPAYA PENCEGAHAN KEPUTIHAN PADA REMAJA PUTRI

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KEPUTIHAN DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN KEPUTIHAN PADA REMAJA PUTRI

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan

BAB I PENDAHULUAN. dari kesehatan secara umum, sehingga upaya untuk mempertahankan. kondisi sehat dalam hal kesehatan reproduksi harus didukung oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG FLOUR ALBUS FISIOLOGI DAN FLOUR ALBUS PATOLOGI DI SMK NEGERI 2 ADIWERNA KABUPATEN TEGAL

BAB I PENDAHULUAN. kondisi inilah akan mudah terkena infeksi jamur. Keputihan yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan adalah suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenal usia. Keputihan juga dapat menimbulkan rasa tidak nyaman yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. kelamin) (Manuaba Ida Bagus Gde, 2009: 61). Wanita yang mengalami

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PRILAKU REMAJA PUTRI DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI KELAS XII SMA NEGERI I SEUNUDDON KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang penting dan patut. bagi kehidupan seorang pria maupun wanita.

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KEBERSIHAN GENETALIA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SISWI SMA KELAS XI IPA DI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan,

BAB I PENDAHULUAN. biak dan ekosistem di vagina terganggu sehingga menimbulkan bau tidak sedap

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi resiko resiko kesehatan reproduksi. Kegiatan kegiatan seksual

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada masa remaja bisa meningkat terutama dalam bidang repoduksi dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan sistem reproduksi termasuk kebersihan daerah genetalia, khususnya

HUBUNGAN PERAN IBU SEBAGAI PENDIDIK DENGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE SISWI KELAS VII SMP NEGERI I TANGEN SRAGEN NASKAH PUBLIKASI

SURAT PERNYATAAN EDITOR BAHASA INDONESIA. Judul : Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas X SMA AL AZHAR Medan

Hubungan Personal Hygiene Organ Reproduksi dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Siswi Smk N 1 Sumber Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA (13-15 TAHUN) KELAS VII DAN VIII TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMPN 29 BANDUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. sikap dan tekad kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia dalam rangka

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEPUTIHAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMK NEGERI 3 KABUPATEN PURWOREJO. Asih Setyorini, Deni Pratma Sari

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan, remaja adalah masa transisi dari kanan-kanak menuju dewasa

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Pertumbuhan merupakan perubahan secara fisiologis sebagai

HUBUNGAN PERILAKU HYGIENE ORGAN REPRODUKSI DENGAN KEJADIAN ABNORMAL FLUOR ALBUS PADA REMAJA PUTRI DI SMP N 17 SURAKARTA

HUBUNGAN PERAWATAN GENETALIA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SANTRIWATI PONDOK PESANTREN AL IMAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang ditandai

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja dan Pencegahan Keputihan di SMK Muhammadiyah 1 Moyudan Sleman Yogyakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. kognitif, moral, maupun sosial (Mahfiana&Yuliani,2009:1). Pada masa ini

BAB I PENDAHULUAN. Keputihan (Leukore/fluor albus) merupakan cairan yang keluar dari vagina.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan, munculnya berbagai kesempatan, dan seringkali mengahadapi resikoresiko

PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan

Atnesia Ajeng, Asridini Annisatya Universitas Muhammadiyah Tangerang ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO)

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMAS CUT NYAK DHIEN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. pematangan organ reproduksi manusia dan sering disebut dengan masa pubertas. Masa

I. PENDAHULUAN. manusia, dan sering disebut masa peralihan. Tanda - tanda remaja pada

PENGETAHUAN TENTANG HYGIENE GENETALIA EKSTERNA SAAT MENSTRUASI PADA REMAJA DI DESA MINGGIRAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanakkanak

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

Perilaku Vulva Hygiene Berhubungan dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Putri Kelas XII SMA GAMA 3 Maret Yogyakarta

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

HUBUNGAN PERILAKU EKSTERNAL DOUCHING DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA IBU RUMAH TANGGA DI DESA CATUR TUNGGAL DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pada saluran reproduksi (Romauli&Vindari, 2012). Beberapa masalah

PENGARUH PENGETAHUAN REMAJA TENTANG VULVA HYGIENE

BAB 1 PENDAHULUAN. proses) yang dimiliki oleh remaja baik secara fisik, mental, emosional dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS 2 TENTANG VULVA HYGIENE DENGAN KEPUTIHAN DI MTs MASHLAHIYAH KRECEK BADAS

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU REMAJA TERHADAP PERSONAL HYGIENE (GENETALIA) SAAT MENSTRUASI DI SMAN 2 CIKARANG UTARA TAHUN 2015

PENGARUH PENYULUHAN PERSONAL HYGIENE TERHADAP PERSEPSI MENJAGA KEBERSIHAN ORGAN GENETALIA PADA SISWI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN PERILAKU MENJAGA KEBERSIHAN ORGAN GENITAL SISWI KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH PLUS GUNUNGPRING MUNTILAN MAGELANG

Jurnal Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup, 21/11 (2016), 69-78

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat, salah satunya adalah perilaku perineal hygiene. Perilaku

BAB I PENDAHULUAN. berupa lendir jernih, tidak berwarna dan tidak berbau busuk (Putu, 2009).

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU PERAWATAN VULVA HYGIENE PADA WANITA DI LAPAS SEMARANG TAHUN 2014

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG PERSONAL HYGIENE DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN KEPUTIHAN DI SMA NEGERI 9 SEMARANG TAHUN 2012

Rahmawati, Murwati, Henik Istikhomah Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Kebidanan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN CARA PENCEGAHAN FLOUR ALBUS

PERILAKU SANTRI MENJAGA KEBERSIHAN ORGAN GENITAL EKSTERNA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN

BAB 1 PENDAHULUAN. segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran dan proses reproduksi yang

Universitas Alma Ata Yogyakarta Jalan Ringroad Barat Daya No 1 Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta

Eka Puspa Janurviningsih 1, Rina Suparyanti 2, Syaifuddin 3

HUBUNGAN MASALAH KEBERSIHAN VULVA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN (FLOUR ALBUS) PADA SISWI SMA NEGERI 2 BANGKINANG TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, seseorang paling tepat dan murah apabila tidak menunggu

BAB I PENDAHULUAN. bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari. bahasa latin adolescere yang artinya tumbuh kembang untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. selaput dinding perut atau peritonitis ( Manuaba, 2009). salah satunya adalah Keputihan Leukorea (Manuaba, 2009).

PERILAKU PERSONAL HYGIENE REMAJA PUTERI PADA SAAT MENSTRUASI PERSONAL HYGIENE BEHAVIOR FEMALE TEENAGER WHEN TO MENSTRUATING

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PERAWATAN GENITALIA EKSTERNA DENGAN KEJADIAN FLUOR ALBUS

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Kata kunci : penyuluhan kesehatan, perilaku personal hygiene, menstruasi

BAB 1 PENDAHULUAN. hormone yang dikendalikan oleh kelenjar hipofisis anterior yang

BAB I PENDAHULUAN. Keputihan (leukorhea, white discharge atau flouralbus) merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sisten reproduksi dan fungsi serta proses-prosesnya, guna mencapai kesejahteraan yang

BAB PENDAHULUAN A. Latar Belakang

: Pendidikan Kesehatan, Pencegahan Keputihan, Perilaku, Remaja

BAB 1 PENDAHULUAN. mempertahankan perasaan kesegaran serta mencegah timbulnya penyakit akibat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan reproduksi telah menjadi perhatian bersama

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG VULVA HYGIENE DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA

Kata kunci : Pengetahuan, remaja puteri, kebersihan, genetalia eksterna PENDAHULUAN

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU GENITAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN FLUOR ALBUS PADA REMAJA PUTRI

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

umur tahun berjumlah 2.9 juta jiwa (Susenas, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. fisik maupun mental (Profil Kesehatan Jawa Tengah, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. usia tahun atau pada masa awal remaja di tengah masa pubertas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menstruasi merupakan ciri khas kedewasaan seorang wanita, terjadi

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU DENGAN TERJADINYA KEPUTIHAN PADA REMAJA PUTRI KELAS XI DI SMA KRISTEN 1 TOMOHON

UPAYA MENINGKATKAN KEBERSIHAN GENETALIA REMAJA PUTRI UNTUK MENCEGAH KEJADIAN FLOUR ALBUS DI SMA DALAM MUHAMMADIYAH KALIREJO LAMPUNG TENGAH

Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Kelas X Tentang Flour Albus Dengan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI LOKALISASI SUNAN KUNING SEMARANG

ANALISIS FAKTOR PERILAKU YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA KEPUTIHAN PADA SISWI SMK NEGERI 8 MEDAN. Oleh : RONAULI AGNES MARPAUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah negara kepulauan yang didiami oleh 222,6 juta jiwa, yang menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial secara utuh (tidak semata-mata bebas dari penyakit atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGETAHUAN REMAJA TENTANG MANDI BESAR PADA SISWI SMA 7 MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Saya Mahasiswa Universitas Sari Mutiara Indonesia dengan Program Studi Ilmu

Kata Kunci: Pengetahuan, Sumber Informasi, Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMP MUHAMMADIYAH 5 YOGYAKARTA TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

Transkripsi:

Anggit Eka Ratnawati dkk, Hubungan Pengetahuan tentang Keputihan dengan Upaya... 117 HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG KEPUTIHAN DENGAN UPAYA PENCEGAHAN KEPUTIHAN PADA REMAJA PUTRI Anggit Eka Ratnawati, Dewi Utami Akademi Kebidanan Ummi Khasanah, Jl. Pemuda Gandekan Bantul Yogyakarta email: anggiteka253@yahoo.com Abstrak: Hubungan Pengetahuan tentang Keputihan dengan Upaya Pencegahan Keputihan pada Remaja Putri. WHO (2005) menyebutkan bahwa 75% wanita di dunia menderita keputihan paling tidak sekali seumur hidup dan 45% diantaranya bisa mengalami sebanyak dua kali atau lebih. Sedangkan di Indonesia, jumlah wanita yang mengalami keputihan sebanyak 75%, wanita Indonesia pernah mengalami keputihan minimal satu kali dalam hidupnya (Nurmah, 2006). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Yogyakarta (2009), jumlah remaja putri yang terinfeksi alat reproduksi sebanyak 12 orang (0,013%). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang keputihan dengan upaya pencegahan keputihan pada remaja putri di SMP N 3 Jetis Bantul Yogyakarta. Metode penelitian ini adalah survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah siswi kelas VIII dari SMP N 3 Jetis Bantul Yogyakarta dengan jumlah 100 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik proportionnate random sampling, sampel berjumlah 80 orang. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang sebelumnya telah dilakukan uji validitas dengan hasil 30 soal valid tentang keputihan dan 16 soal valid tentang upaya pencegahan dan uji reliabilitas dengan hasil 0,755. Data dianalisis dengan menggunakan Spearman Rho. Hasil dari penelitian ini yaitu remaja memiliki pengetahuan tentang keputihan cukup sebanyak 63 siswi (78%), dan upaya pencegahan tentang keputihan dalam kategori cukup sebanyak 58 siswi (72%). Hubungan pengetahuan pada hasil menunjukkan (p=0,000<0,05), dengan nilai r sebesar 0,413 sehingga masuk kategori sedang. Ada hubungan pengetahuan tentang keputihan dengan upaya pencegahan keputihan pada remaja putri di SMP N 3 Jetis, Bantul, Yogyakarta dengan kategori sedang. Diharapkan remaja dapat selalu menjaga kebersihan diri terutama daerah kewanitaan dengan benar sehingga dapat mencegah terjadinya masalah gangguan reproduksi. Kata Kunci: pengetahuan, upaya pencegahan tentang keputihan, remaja putri maleteenagers lifetime and 45% of them can experience twice or more. While in Indonesia, the number of women who have leucorrhea is as much as 75%, Indonesian women have experienced leucorrhea at least once in their life time (Nurmah, 2006). Based on data from Health Department Yogyakarta (2009), the number of female teenagers infected with reproduction tools was as many as 12 people (0.013%). The purpose of this study is to determine the relationship between knowledge on female teenagers in State Junior High School (SMP N) 3 Jetis 117

118 Jurnal Ilmu Kebidanan, Jilid 3, Nomor 2, hlm 117-123 Bantul Yogyakarta. This research method is analytic survey with cross sectional approach. Population in this research is female students of class VIII from SMP N 3 Jetis Bantul Yogyakarta with amount 100 persons. The sampling technique uses proportionnate random sampling technique, the sample amounted to 80 people. Data are collected by using questionnaires that had previously been tested for validity with the results of 30 valid questions about leucorrhea and 16 valid The result of this research is female teenagers who have knowledge about leucorrhea are as many as 63 students (78%), the result showed (p = 0,000 <0,05), with r value equal to 0,413, thus it enters medium category. There is a correlation Bantul, Yogyakarta with medium category. It is expected that female teenagers can always keep personal hygiene, especially female areas properly so as to prevent the reproduction problems. Keywords Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) adalah sik, mental dan sosial yang utuh dan bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan, dalam segala hal yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi-fungsinya serta proses-prosesnya. Ada- dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Remaja merupakan populasi terbesar di dunia dan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. WHO batas usia remaja adalah 10-24 tahun (Widyastuti, 2009). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2010 jumlah kelompok remaja usia 10-14 tahun sekitar 220.943 dan usia 15-19 tahun adalah 217.283 remaja, persentase remaja yang berusia 10-19 tahun sebesar 43,93%. WHO menyebutkan bahwa 75% wanita di dunia menderita keputihan paling tidak sekali seumur hidup dan 45% diantaranya bisa mengalaminya sebanyak dua kali atau lebih. Sedangkan di Indonesia, jumlah wanita yang mengalami keputihan ini sangat besar, yaitu 75% wanita Indonesia pernah mengalami keputihan minimal satu kali dalam hidupnya (Nurmah, 2006). Berdasarkan data survei yang di lakukan WHO di beberapa negara, remaja putri berusia 10-14 tahun berperilaku hygiene yang sangat buruk (Badan Pusat Statistik, 2010). Hygienitas yang buruk akan berisiko mengalami infeksi alat reproduksi (Widyastuti, 2009). Hal ini disebabkan oleh peristiwa menstruasi yang mengeluarkan darah kotor, sehingga apabila tidak diterapkan perilaku hygiene menstruasi akan berdampak negatif, yaitu akan menimbulkan infeksi alat reproduksi dengan adanya bakteri staphylococcus aureus yang dapat menurunkan kualitas hidup remaja putri yang bersangkutan (Aryani, 2014). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Yogyakarta tahun 2009, jumlah remaja putri yang terinfeksi alat reproduksi sebanyak 0,013% (12 jiwa). Keputihan tidak hanya bisa mengakibatkan infertilitas, keputihan juga bisa merupakan gejala awal dari kanker leher rahim, yang bisa berujung pada kematian. Bila tidak diatasi, keputihan juga dapat menimbulkan masalah kesehatan yang lebih serius, seperti penyakit radang panggul Pel- (PID) (Nurmah, 2006). Keputihan adalah semua pengeluaran cairan genitalia yang bukan darah. Keputihan bukan penyakit tersendiri, tetapi manifestasi gejala dari hampir semua penyakit kandungan. Keputihan dapat ter-

Anggit Eka Ratnawati dkk, Hubungan Pengetahuan tentang Keputihan dengan Upaya... 119 - kadang-kadang berupa mucus yang mengandung banyak epitel dengan jumlah leukosit jarang. Sedangkan pada keputihan patologis terdapat banyak leukosit (Manuaba, 2010). Menurut Depkes RI (2008 dalam Andi, 2011) keputihan merupakan gejala yang sering dialami oleh sebagian besar wanita. Gangguan ini merupakan masalah kedua setelah gangguan haid. Keputihan seringkali tidak ditangani dengan serius oleh para remaja. Padahal, keputihan bisa jadi indikasi adanya penyakit. Hampir semua perempuan pernah mengalami keputihan. Pada umumnya, orang menganggap keputihan pada wanita sebagai hal yang normal. Pendapat ini tidak sepenuhnya benar, karena ada berbagai sebab yang dapat mengakibatkan keputihan. Keputihan yang normal memang merupakan hal yang wajar. Namun, keputihan yang tidak normal dapat menjadi petunjuk adanya penyakit yang harus diobati (Widyastuti, 2009). Keadaan yang lembab pada daerah kewanitaan akan lebih mendukung berkembangnya jamur penyebab keputihan. Untuk itu sangat disarankan untuk menjaga agar daerah kewanitaan dalam keadaan bersih dan tidak lembab dengan mengenakan pakaian dalam yang cukup menyerap keringat atau terbuat dari jenis kain katun. Penggunaan cairan pembasuh vagina harus dilakukan secara bijaksana dengan mengetahui suatu prinsip bahwa lingkungan vagina bersifat asam yang juga merupakan lingkungan normal bagi normal di vagina. Adanya perubahan lingkungan normal tersebut, misalnya dengan penggunaan cairan pembasuh vagina yang bersifat basa, dapat memicu pertumbuhan kuman secara abnormal yang salah satu akibatnya adalah keputihan (Anolis, 2011). Menurut Bayu (2012), cara mengatasi keputihan yaitu kebersihan daerah vagina perlu diperhatikan, sebaiknya gunakan pakaian dalam dari bahan katun, hindari pula penggunaan celana panjang yang ketat dan tebal seperti jeans terus-menerus karena dapat mengganggu sirkulasi atau peredaran darah sehingga menimbulkan sekret berlebihan, hindari penggunaan cairan pencuci (douche) vagina, deodoran vagina dan menyabuni daerah kemaluan berlebihan sehingga kelembaban daerah tersebut terganggu. Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada tanggal 20 Januari 2016 yang dilakukan pada sembilan siswi SMP N 3 Jetis Bantul Yogyakarta, didapatkan sembilan siswi tersebut tidak tahu tentang keputihan dan upaya pencegahannya, dan belum mendapatkan informasi mengenai kebersihan organ genetalia dari orangtua maupun petugas kesehatan sehingga tidak melakukan perssonal hygine dengan baik. Hal ini menyebabkan mereka mengalami keputihan dan gatal-gatal di area genetalia. Menurut guru BK, SMP ini sudah ada penyuluhan tentang kesehatan reproduksi remaja tetapi hanya membahas tentang penyakit menular seksual dan pelajaran biologi hanya mempelajari organ-organ reproduksi. Berdasarkan latar belakang tersebut mendorong peneliti untuk melakukan penelitian tentang hubungan pengetahuan tentang keputihan dengan upaya pencegahan keputihan pada remaja putri SMP N 3 Jetis Bantul Yogyakarta. METODE Jenis penelitian ini menggunakan survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilaksanakan di SMP N 3 Jetis, Bantul, Yogyakarta pada bulan Desember 2015-Juni 2016. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja putri di SMP N 3 Jetis, Bantul, Yogyakarta berjumlah 100 orang. Teknik sampling menggunakan proportionate dengan jumlah sampel sebanyak 80 remaja putri. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang dikembangkan sendiri oleh peneliti berdasarkan kajian literatur. Kuesioner sebelumnya telah dilakukan uji validitas dengan hasil

120 Jurnal Ilmu Kebidanan, Jilid 3, Nomor 2, hlm 117-123 30 soal pengetahuan valid dan 16 soal upaya pencegahan keputihan valid. Hasil uji reliabilitas untuk kedua instrument 0,755 sehingga semua soal reliabel. Proses pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dengan cara mengumpulkan subjek penelitian selama tiga hari. Analisis bivariat menggunakan Spearman rho untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang keputihan dengan upaya pencegahan keputihan pada remaja putri. HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL Tabel 1. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Remaja Putri tentang Keputihan Pengetahuan F % Baik 13 16,3 Cukup 63 78,8 Kurang 4 5,0 Total 80 100,0 (Sumber: Data Primer, 2016) Berdasarkan tabel 1. mayoritas responden memiliku pengetahuan cukup sebanyak 63 siswi atau (78,8%). Tabel 2. Distribusi Frekuensi Upaya Pencegahan Keputihan Remaja Putri Upaya Pencegahan F % Baik 17 21.3 Cukup 58 72.5 Kurang 5 6.3 Total 80 100.0 (Sumber: Data Primer, 2016) Berdasarkan tabel 2. mayoritas responden memiliki upaya pencegahan cukup sebanyak 58 siswi (72,5%). Tabel 3. Hubungan Pengetahuan Keputihan Dan Upaya Pencegahan Keputihan Pada Remaja Putri Kelas VIII di SMP N 3 Jetis Bantul,Yogyakarta Upaya Pencegahan Total Pengetahuan Baik Cukup Kurang p r F % F % F % F % Baik 7 8,8 5 6,3 1 1,3 13 16,2 Cukup 10 12,5 52 65 1 1,3 63 78,8 Kurang 0 0 1 1,3 3 3,8 4 5 0,000 0,413 Total 17 21,3 58 72,5 5 6,3 80 100,0 (Sumber: Data Primer, 2016) Berdasarkan tabel 3. menunjukkan bahwa ada hubungan pengetahuan keputihan dengan upaya pencegahan keputihan pada remaja putri kelas VIII di SMP N 3 Jetis Bantul Yogyakarta, (p=0,000<0,05). Dengan r senilai 0,413 sehingga masuk kategori sedang. PEMBAHASAN Pengetahuan Remaja Putri Tentang Keputihan di SMP N 3 Jetis, Bantul, Yogyakarta Karakteristik responden berdasarkan tingkat pengetahuan remaja putri tentang keputihan di SMP N 3 Jetis, Bantul, Yogyakarta, sebagian besar adalah responden adalah termasuk kategori cukup yaitu sebanyak 63 responden (78,8%). Hal ini menunjukkan bahwa responden memiliki pengetahuan yang cukup baik tentang keputihan yang rawan dialami oleh responden. Salah satu masalah kesehatan reproduksi yang sering dikeluhkan dan sering terjadi pada wanita adalah keputihan yang tidak jarang sangat mengganggu hingga menyebabkan ketidak nyamanan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Keputihan adalah keluarnya cairan selain darah dari liang vagina diluar kebiasaan baik berbau atau tidak, serta disertai rasa gatal setempat. Keputihan bukan suatu penyakit tersendiri, tetapi dapat merupakan gejala dari suatu

Anggit Eka Ratnawati dkk, Hubungan Pengetahuan tentang Keputihan dengan Upaya... 121 penyakit lain. Keputihan yang berlangsung terus- -menerus dalam waktu yang lama dan menimbulkan keluhan perlu dilakukan pemeriksaan lanjut untuk mengetahui penyebabnya. Keputihan tidak bisa dianggap remeh karena keputihan dapat berakibat fatal bila terlambat ditangani, misalnya salah satunya dapat menimbulkan kemandulan, kanker, radang penyakit panggul dan hampir setiap wanita pernah mengalaminya (Shadine, 2012). Pengetahuan adalah salah satu faktor predisposing terbentuknya perilaku pada remaja, yaitu faktor yang memotivasi (Notoatmodjo, 2007). Faktor ini berasal dari dalam diri seorang remaja yang menjadi alasan atau motivasi untuk melakukan suatu perilaku. Pentingnya remaja mengetahui tentang keputihan adalah agar wanita khususnya remaja mengetahui tentang keputihan, tanda dan gejala keputihan, penyebab, dan dapat membeda- hingga wanita dapat mencegah, menangani dan segera melakukan pemeriksaan apabila terdapat tanda dan gejala keputihan yang tidak normal. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Noer (2007) dalam penelitiannya yang berjudul hubungan pengetahuan dan sikap remaja puteri tentang keputihan (Fluor Albus) dengan upaya pencegahannya (Studi Pada Siswi Tunas Patria Unggaran Tahun 2007), mengungkapkan bahwa pengetahuan siswi sangat penting bagi kesehatan dirinya sendiri. Karena menjaga kebersihan organ genitalia dalam mencegah keputihan berperan penting dalam membentuk tindakan remaja putri menjaga kebersihan organ genitalia dalam mencegah keputihan. Upaya Pencegahan Keputihan yang di Lakukan Remaja Putri untuk Mencegah Keputihan di SMP N 3 Jetis, Bantul, Yogyakarta Karakteristik responden berdasarkan upaya pencegahan keputihan yang di lakukan remaja putri untuk mencegah keputihan di SMP N 3 Jetis, Bantul, Yogyakarta, sebagian besar adalah responden adalah termasuk kategori cukup yaitu sebanyak 58 responden (72,5%). Upaya pencegahan yang dilakukan oleh responden sudah termasuk kategori cukup baik. Perilaku adalah faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat. Pada remaja, penyebab keputihan adalah perilaku pencegahan keputihan yang kurang baik, yaitu hygiene yang buruk setelah buang air kecil dan buang air besar, menyebabkan patogen mengontaminasi vulva. Cuci tangan yang tidak adekuat dapat mengiritasi atau kontaminasi bakteri pada vulva. Pakaian ketat, celana dalam yang tidak menyerap juga dapat menyebabkan iritasi. Organ intim wanita, seperti vagina sangat sensitif dengan kondisi lingkungan. Karena letaknya tersembunyi dan tertutup, vagina memerlukan suasana kering. Kondisi lembab akan mengundang berkembang biaknya jamur dan patogen, ini adalah salah satu penyebab keputihan (Widyastuti, 2009). Memakai celana dalam yang terbuat dari katun. Kain katun menyerap lembab dan memberikan sirkulasi udara yang bebas ke area genitalia. Lembab dapat meningkatkan infeksi vagina tertentu. Tidak memakai pakaian yang ketat untuk memberikan sirkulasi udara yang lebih baik. Celana atau jeans yang ketat dapat menyebabkan lembab terperangkap dan menyebabkan iritasi. Menghindari penggunaan pengharum atau sabun deodorant, mandi busa dan tisu berwarna. Mereka mengandung bahan kimia yang dapat mengiritasi vagina dan genitalia eksternal. Hindari bilas vagi- vagina dan jika ada infeksi akan menyebabkan berpindahnya patogen ke alat genitalia yang lebih tinggi. Mengganti pembalut paling sedikit tiga kali sehari. Jika pembalut terlalu banyak menyerap lembab, akan menyebabkan iritasi. Bersihkan genitalia dari depan ke belakang. Bakteri dari daerah rektal dapat menyebabkan infeksi vagina. Hindari penggunaan pakaian maupun handuk orang lain. Perilaku ini yang menyebabkan remaja yang me-

122 Jurnal Ilmu Kebidanan, Jilid 3, Nomor 2, hlm 117-123 miliki risiko rendah akan mengalami keputihan patologis. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rita (2010) yang menyatakan bahwa prilaku remaja berpengaruh dengan keputihan. Prilaku yang baik dalam kehidupan sehari-hari sangat berpengaruh terhadap upaya pencegahan keputihan. Hubungan Pengetahuan Keputihan dan Upaya Pencegahan Keputihan pada Remaja Putri Kelas VIII di SMP N 3 Jetis Bantul Yogyakarta Ada hubungan pengetahuan keputihan dan upaya pencegahan keputihan pada remaja putri kelas VIII di SMP N 3 Jetis Bantul Yogyakarta, pada hasil menunjukkan (p=0,000<0,05). Dengan r senilai 0,413 sehingga masuk kategori sedang. Remaja yang memiliki pengetahuan yang baik tentang keputihan cenderung memiliki perilaku yang baik tentang pencegahan keputihan. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku katan pengetahuannya. Pada penelitian ini, berdasarkan umur sebagian besar masih SMP berada dalam kategori remaja pertengahan. Pada masa ini, remaja sedang mengembangkan cara berpikir yang baru untuk membuat keputusan sendiri. Masa remaja adalah masa yang rentan dengan terpaparnya mode atau trend, hal ini sangat mempengaruhi remaja putri dalam berperilaku terutama masalah kebersihan organ genitalia dalam mencegah keputihan. Banyak media yang menyediakan iklan tentang pembersihan organ genitalia akan memicu remaja putri untuk mencoba tanpa memikirkan dampaknya pada organ genitalia, ini disebabkan karena remaja putri kurang mengetahui tentang masalah organ genitalia dan akibat perilaku yang buruk terhadap kesehatan organ genitalia. Umur merupakan faktor penentu dalam tingkat pengetahuan, pemahaman, pengalaman, keyakinan dan motivasi, sehingga umur mempengaruhi perilaku seseorang terhadap objek tertentu. Dalam perilaku hygiene organ reproduksi, maka yang paling mempengaruhi adalah lingkungan keluarga terutama ibu sebagai sumber informasi, karena seorang putri akan belajar dan menganut kebiasaan yang sudah ada sebelumnya dari keluarga terutama dari ibu. Menurut Widjayanti (2009), tingkat pengetahuan remaja berpengaruh terhadap kesehatannya yang dimiliki oleh remaja jika terjadinya kelainan atau gangguan kesehatan pada remaja, maka dapat segera diatasi secepat mungkin. Jadi, tingkat pengetahuan sangatlah erat kaitannya. Remaja wanita harus mengetahui tentang keputihan dan penyebabnya secara dini. Karena pada masa peralihan anak-anak ke masa dewasa terdapat per- erah organ reproduksi dan dapat menjadi masalah pada remaja jika tidak mengetahui permasalahan seputar organ reproduksinya dan hal tersebut merupakan pengalaman yang baru bagi remaja wanita. Banyaknya remaja putri pada penelitian ini yang kadang-kadang melakukan perilaku berisiko keputihan menunjukkan bahwa banyak remaja putri masih belum mengerti dengan benar perilaku-perilaku yang berisiko menimbulkan keputihan. Oleh karena itu, diperlukan pemberian pengertian kepada remaja putri mengenai keputihan dan perilaku pencegahan keputihan. Pada penelitian Remedina (2015) mengenai gambaran tingkat pengetahuan remaja putri tentang keputihan di SMP Al-Ikhlas Surabaya didapatkan hasil bahwa sebagian besar siswi memiliki pengetahuan yang baik tentang keputihan. Hal ini sejalan dengan hasil pada penelitian kali ini. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin mudah untuk menerima informasi, sehingga makin banyak pengetahuan yang dimiliki untuk meningkatkan kesehatan. Perlu adanya upaya peningkatan pengetahuan remaja putri tentang keputihan dan personal hygiene khususnya alat genital yaitu dengan memberikan konseling sehingga kejadian keputihan pada remaja putri dapat berkurang.

Anggit Eka Ratnawati dkk, Hubungan Pengetahuan tentang Keputihan dengan Upaya... 123 KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan, dapat diambil kesimpulan bahwa Pengetahuan remaja putri tentang keputihan di SMP N 3 Jetis, Bantul, Yogyakarta, sebagian besar responden adalah termasuk kategori cukup yaitu sebanyak 63 siswi (78,8%). Upaya pencegahan keputihan pada remaja putri di SMP N 3 Jetis, Bantul, Yogyakarta, sebagian besar adalah kategori cukup yaitu sebanyak 58 siswi (72,5%). Ada hubungan pengetahuan keputihan dan upaya pencegahan keputihan pada remaja putri kelas VIII di SMP N 3 Jetis Bantul, Yogyakarta, pada hasil menunjukkan (p=0,000<0,05). Dengan r senilai 0,413 sehingga masuk kategori sedang. Diharapkan remaja dapat selalu menjaga kebersihan diri terutama daerah kewanitaan dengan benar sehingga dapat mencegah terjadinya masalah gangguan reproduksi. DAFTAR RUJUKAN Andi. 2011. Gambaran Pengetahuan Remaja Putri terhadap Keputihan. http://www.othe. org/ilmu-pengetahuan/kedokteran/171/ gambaran-pengetahuan-remaja-putri-terhadap-keputihan-2/. Diunduh 20 Januari 2016. Anolis, AC. 2011. 17 Penyakit Wanita yang Paling Mematikan. Yogyakarta: Buana Pustaka. Ariyani. 2014. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Nuha Medika. Badan pusat statistik (BPS). 2010. Daerah Istimewa Yogyakarta. Bayu. 2012. Cara Mudah Atasi Keputihan. Yogyakarta: Buku Biru. Ekawati, D. 2016. Tingkat Pengetahuan Wanita Pekerja Seks (WPS) tentang Infeksi Menular Seksual. Jurnal Ilmu Kebidanan Akademi Kebidanan Ummi Khasanah. Jilid 2, Nomor 2 : 71-139.. Manuaba, I. 2010. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC. Noer,S. 2007. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri tentang Keputihan dengan Upaya Pencegahannya (Studi pada Siswi SMA Tunas Patria Ungaran Tahun 2007). Tesis Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Semarang. Notoatmodjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. Nurmah. 2006. Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Putri tentang Keputihan Fisiologis dan Patologis serta Sikap dalam Menangani Keputihan di Madrasah Aliyah Negri (MAN) 2 Mataram. Publikasi Ilmiah, FK Universitas Mataram. Diunduh pada tanggal 10 Januari 2016. Remedina. 2015. Pengalaman Remaja Putri yang Menderita Keputihan. Rita. 2010. Tingkat Pengetahuan Remaja Putri tentang Perawatan Alat Genitalia Eksterna. Medan. Shadine, Mahnnad. 2012. Penyakit Wanita. Yogyakarta: Citra Pustaka. Widyastuti. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya.