BAB I PENDAHULUAN. peranan minyak dan gas bumi terhadap penerimaan negara (Munari,2005:120).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. nasional secara bertahap, terencana, dan berkelanjutan. Untuk melaksanakan

Pengaruh Pemeriksaan Pajak Dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan masyarakat, hal ini ditujukan agar pembangunan tersebut berjalan

BAB I PENDAHULUAN. dimana semua hasil penerimaan tersebut akan digunakan untuk membiayai

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari official assessment system menjadi self assessment system.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah tentunya berusaha untuk dapat meningkatkan dan meratakan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terusmenerus. dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. non migas. Siti Kurnia Rahayu (2010) mengungkapkan bahwa Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. negeri berupa ekspor dan juga dari penerimaan dalam negeri terutama dari sektor

BAB 1 PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat kecil baik materiil maupun spiritual. Untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sumber utama penerimaan yang potensial untuk negara dalam. membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. kontraprestasi yang langsung dapat digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. pemungutan pajak dari sistem official assesment ke sistem self assessment yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Penerimaan sektor pajak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

BAB I PENDAHULUAN. langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. juga untuk kepentingan rakyat yang tidak wajib membayar pajak. pajak, yaitu dengan memperluas subyek dan obyek pajak atau dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pemungutan Pajak Daerah dalam upaya peningkatan pendapatan asli. secara terus menerus melalui penggarapan sumber-sumber baru dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak dapat memperbaiki hal tersebut dan menjadi solusi yang efektif.

BAB I PENDAHULUAN. adalah pajak. Pajak merupakan suatu hal yang wajib untuk dipahami dengan baik.

BAB I PENDAHULUAN. dalam undang undang. Dalam pembangunan ini tidak akan tercapai apabila

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian global terutama di Indonesia, ikut memacu

BAB I PENDAHULUAN. dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

BAB I PENDAHULUAN. kenyataannya Indonesia tidak bisa memanfaatkan berbagai potensi itu. Bisa dilihat

BAB I PENDAHULUAN. Negara dalam menyelenggarakan pemerintahannya mempunyai kewajiban

BAB 1 PENDAHULUAN. Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Undang-Undang Negara. kewajiban perpajakannya (John Hutagaol, 2007:275).

BAB I PENDAHULUAN. iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu negara akan berkembang dan berjalan dengan lancar

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 bertujuan mewujudkan tata. Tujuan yang luhur demikian itu hanya dapat diwujudkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. Pembiayaan suatu Negara sangatlah bergantung kepada besarnya

BAB I PENDAHULUAN. dan Belanja Negara (APBN) dimana penerimaan pajak. merupakan penerimaan dalam negeri yang terbesar (Mardiasmo, 2011: 21).

BAB I PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Hal tersebut tertuang dalam Anggaran Penerimaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

2015 PENGARUH PENAGIHAN PAJAK DAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan penerimaan dari sektor pajak sangatlah penting, karena dana

BAB I PENDAHULUAN. Penjualan atas Barang Mewah (PPN & PPnBM), Pajak Lain, dan Surat

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut perlu banyak memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembiayaan pemerintah dan pembangunan sangatlah penting. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Sumber penerimaan negara berasal dari berbagai sektor, baik sektor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional yang sedang dilaksanakan dalam rangka mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. umum (Mohammad Zain, 2007). Pajak diartikan sebagai pungutan yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. negeri misalnya pinjaman luar negeri dan hibah (garant), sedangkan sumber dana

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Menurut Gunadi (2012:9)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian An Inguiry Into The Nature and Causes of the Wealth of Nation

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pemerintahan suatu negara dibentuk sebagai perwakilan suatu rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara dari sektor pajak melalui intensifikasi dan ekstensifikasi

Pengaruh Pemeriksaan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dan Implikasinya pada Penerimaan Pajak (Survey Pada KPP Di Kanwil Jawa Barat I)

BAB 1 PENDAHULUAN. kesenjangan antara sisi pengeluaran dan sisi penerimaan negara. Penerimaan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana yang tercantum dalam. Pembukaan UUD Upaya untuk mewujudkan tujuan tersebut salah

BAB I PENDAHULUAN. Belanja Negara. Salah satu yang termasuk dalam APBN adalah pajak.

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian bangsa. Suparmono dan Damayanti (2010) mengatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. sektor perpajakan diarahkan untuk mendorong perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Berbagai kasus yang menyeret aparatur pajak dalam beberapa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penerimaan pajak merupakan sumber pembiayaan negara yang dominan

BAB 1 PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang - undang, keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. dengan menghasilkan suatu perundang-undangan yang menjadi dasar pelaksanaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suryani N. A., 2016 Pengaruh Pelayanan Fiskus dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tidak bisa hanya

BAB I PENDAHULUAN. Sumber-sumber penerimaan Negara Indonesia berasal dari berbagai sektor,

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Realisasi Penerimaan Negara (Milyar Rupiah),

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. maupun pembangunan. Self assessment system merupakan suatu sistem pemungutan

B A B I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai tujuan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran

BAB I PENDAHULUAN. pajak,yang diterapkan di Amerika, Jepang, juga di Hindia Belanda dahulu, dalam

BAB I PENDAHULUAN. besar. Saat ini sekitar 70% APBN Indonesia dibiayai dari penerimaan pajak.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dari tahun ke tahun kontribusi pajak pada penerimaan negara terus

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia pajak merupakan bagian dari sumber penerimaan negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang sangat dominan. Pada

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. membiayai pengeluaran rutin dan juga membiayai pembangunan. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menjadi Negara yang lebih maju, Indonesia sebagai negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat

BAB I PENDAHULAN. perundang undangan. Setiap wajib pajak dituntut untuk memahami. semua aturan perpajakan yang berlaku. Tetapi tidak semua semua wajib

BAB I PENDAHULUAN. langkah strategi meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak melalui upaya-upaya

BAB I PENDAHULUAN. perpajakan, penerimaan negara bukan pajak, dan penerimaan hibah. Penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. oleh Wajib Pajak akan masuk ke kas negara, kemudian melalui Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat baik material maupun spiritual. Pemerintah membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. membiayai kegiatan pemerintahan dan pembangunan (Dina dan Putu,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak adalah pembayaran yang bersifat paksaan kepada negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara Indonesia dalam

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan masyarakat, hal ini ditujukan agar pembangunan tersebut berjalan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional Indonesia merupakan suatu proses yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan target awal APBN-P 2015 sebesar Rp 1.379,9 triliun, angka tersebut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang berasal dari ekspor dan berbagai jenis bantuan dari luar negeri masih dirasa

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pemerintah yang berlangsung secara berkesinambungan. Tentunya

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah gencar melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan penerimaan dari sektor pajak seperti halnya penentuan target penerimaan yang sangat tinggi dan selalu meningkat secara signifikan dari tahun ke tahun merupakan salah satu bukti, pajak merupakan primadona bagi sumber pendapatan negara, kebutuhan dana untuk menjalankan roda pemerintahan dan pelayanan publik, serta semakin terbatasnya alternatif sumber-sumber keuangan negara, memang menuntut Pemerintah meningkatkan penerimaan sektor pajak sehingga tak heran saat ini pajak memegang peranan sangat penting dalam struktur penerimaan negara (Miyasto,1997). Kontribusi penerimaan pajak terhadap penerimaan negara diharapkan semakin meningkat dari tahun ke tahun. Seiring dengan semakin menurunnya peranan minyak dan gas bumi terhadap penerimaan negara (Munari,2005:120). Dalam APBN setiap tahun kontribusi pajak selalu meningkat hal ini dibuktikan pada tahun 2014 peranan pajak yang dihimpun oleh Direktorat Jendral Pajak direncanakan sebesar 80 % dari APBN (Fuad Rachmany,2012). Hal itu karena, pada tahun sebelumnya 2013 penerimaan negara dari sektor pajak sebesar Rp 1.099,94 T ( 73,23%). Dana tersebut didistribusikan ke masing-masing departemen selaku penanggung jawab pemanfaatan dana itu. Dengan kata lain, 1

pajak dibayarkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk fasilitas umum yang diberikan pemerintah (Miyasto,1997). Menurut pegawai Kementrian Keuangan yang dikutip dari situs Kementrian Keuangan Republik Indonesia (www. kemenkeu.go.id) menyatakan bahwa: Penerimaan perpajakan pada tahun 2015 direncanakan meningkat 10 persen dibanding target dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) tahun 2014 yang sebesar Rp1.246,1 triliun. Tahun depan, pemerintah memperkirakan penerimaan perpajakan akan mencapai Rp1.370,8 triliun. Fuad Rachmany selaku Direktur Jendral Pajak mengatakan bahwa : untuk mencapai target penerimaan pajak tahun 2015, langkah yang ditempuh pemerintah antara lain melakukan penggalian potensi wajib pajak orang pribadi golongan pendapatan tinggi dan menengah atas, serta menggali sektor ekonomi non tradable seperti properti, jasa keuangan dan perdagangan. Selain itu, Fuad mengatakan akan melakukan berbagai upaya ekstensifikasi untuk mencapai target penerimaan pajak, meskipun tindakan itu belum maksimal, karena terbatasnya kemampuan dan kapasitas dari Direktorat Jenderal Pajak. Dalam usaha untuk meningkatkan penerimaan pajak, antara lain fiskus melakukan ekstensifikasi dan intensifikasi penerimaan pajak. Ekstensifikasi ditempuh dengan meningkatkan jumlah Wajib Pajak yang aktif. Sedangkan intesifikasi dapat ditempuh dengan cara pemeriksaan, meningkatkan kepatuhan 2

Wajib Pajak dan pembinaan kepada Wajib Pajak, pengawasan admisintratif, penyidikan dan penagihan serta penegakan hukum. Target penerimaan pajak yang besar seharusnya tidak sulit dicapai jika kepatuhan masyarakat sebagai pembayar pajak telah tinggi. pajak dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan ketika Wajib Pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya. tersebut meliputi kepatuhan formal dan materil (Siti Kurnia,2010). Menurut Fuad Rachmany (2014) yang dikuti dalam situs www.inilah.com, penerimaan pajak pada tahun 2014 tidak memenuhi target, realisasi tersebut mencapai 75,73 persen dari target penerimaan pajak tahun 2014 sebesar Rp 1.072,37 triliun. Kegagalan ini dapat terjadi karena saat ini terdapat potensi 60 juta wajib pajak pribadi, namun baru 40 persennya atau sekitar 25 juta yang patuh membayar pajak. Sementara, dari lima juta unit badan usaha, baru 11 persen atau 550 ribu yang taat membayar pajak. Dan menurut Fuad Rachmany (2014) juga menambahkan, faktor eksternal yang memepengaruhi tidak tercapainya target penerimaan pajak salah satunya adalah masalah tingkat kepatuhan di Indonesia yang masih sangat rendah. Menurut pengamat UI (2014) yang dikutip dari artikel di situs (www.wartaekonomi.com) menyatakan bahwa : Selama ini Ditjen Pajak (DJP) terlalu fokus pada sektor pajak penghasilan (PPh) badan usaha sebagai penyumbang penerimaan terbesar negara. Padahal, negara maju seperti Amerika Serikat mendorong pajak penghasilan (PPh) orang pribadi sebagai sumber penerimaan terbesarnya. Di Amerika PPh orang pribadi itu porsinya 47% dari total penerimaan pajak. Sedangkan, di Indonesia PPh orang pribadi hanya 0,4% dari total penerimaan pajak. Namun, sayangnya untuk menggenjot penerimaan dari pajak orang pribadi ini banyak menemui hambatan dan tantangan. Alasannya, Indonesia saat ini menganut self assessment system di mana 3

setiap individu wajib pajak diberi kepercayaan untuk menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri pajak yang seharusnya dibayar. Jika tingkat kepatuhan penyampaian SPT tahunan PPH orang pribadi saja masih rendah, tentunya hal tersebut berpengaruh pada penerimaan pajaknya, oleh sebab itu dibutuhkan kerja keras dan cerdas dari seluruh komponen penyelenggara pemerintahan, serta penumbuhan kesadaran masyarakat untuk membantu penyerapan pendapatan pada sektor pajak penghasilan orang pribadi. Rendahnya kewajiban membayar pajak menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat yang belum memahami pentingnya dana pajak untuk pembangunan (Ajat Djatnika:2012). Wajib pajak di Kota Bandung tercatat 385 ribu wajib pajak tapi yang menyerahkan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan (SPT) hanya 42 persen, perusahaan wajib pajak ada 42 ribu badan usaha tapi hanya 32 persen perusahaan yang menyampaikan SPT. Tidak patuhnya wajib pajak menyerahkan SPT kemungkinan berbagai hal diantaranya karena malas, tidak patuh dan mungkin juga sosialisasi kurang tepat, Di Jabar wajib pajak sebanyak 1,6 juta yang patuh bayar pajak sebesar 46 persen diatas kepatuhan warga Kota Bandung (Ajat Djatnika:2010). 4

KPP Cicadas KPP Karees KPP Cibeunying KPP Majalaya KPP Cimahi KPP Bojonegara Tabel 1.1 Tingkat Penyampaian SPT Tahunan Orang Pribadi 2009-2013 2009 2010 2011 2012 2013 53.661 32.763 61,05% 48.074 32.070 66,71% 62.987 23.789 37,77% 43.065 20.104 46,68% 121.859 75.653 62,09% 73.035 24.567 33,64% 59.354 35.551 59,9% 61.296 38.339 62,54% 71.664 26.471 36,94% 61.023 29.840 48,9% 136.455 78.060 57,21% 82.313 29.890 36,32% 62.962 40.251 63,9% 70.177 49.600 70,67% 83.222 26.933 32,44% 69.497 30.562 43,98% 140.438 59.568 42,42% 88.841 30.762 34,63% 79.247 43.541 54,94% 78.060 61.360 78,60% 91.424 37.391 40,9% 73.624 32.557 44,23% 149.411 69.384 46,44% 97.561 32.557 33,38% 97.887 50.551 51,64% 83.458 66.789 80,02% 96.358 46.451 48,21% 86.768 34.667 39,96% 158.541 76.788 48,44% 107.002 37.231 34,81% Sumber : Seksi Bagian Umum masing-masing KPP, Data Diolah Kembali 5

Berdasarkan tabel 1.1 diatas, dapat dilihat bahwa tingkat kepatuhan wajib pajak pada enam KPP Pratama di wilayah bandung masih rendah. Meskipun di beberapa KPP terjadi peningkatan jumlah wajib pajak yang terdaftar. Namun hal tersebut tidak terlalu menunjukan peningkatan yang signifikan. Hal itu tidak menjamin bahwa dengan peningkatan jumlah wajik pajak yang terdaftar, wajib pajak tersebut akan patuh dalam penyampaian SPT tahunan. Dengan adanya fenomena tersebut tentunya hal itu merupakan fakta bahwa masih kurangnya kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya yang menjadi salah satu faktor penerimaan negara tidak tercapai. Pada umunya Wajib Pajak ada kecenderungan untuk melakukan penyelewengan dalam pembayaran pajak. kecenderungan melakukan penyelewengan oleh Wajib Pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya lebih banyak terjadi, karena di Indonesia masih menganut self assessment. system, yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya utang pajaknya. Dalam literatur perpajakan saat ini dikenal dengan dua istilah Wajib Pajak dalam meminimalkan jumlah pajak yang terutang yaitu : penggelapan pajak (tax evasion) dan penghindaran pajak (tax avoidance). Sampai saat ini belum ada penggarisan yang tegas yang dapat memberikan indikasi dan rincian perbedaan penghindaran pajak dan penyelundupan pajak. Persoalan pajak adalah perundangundangan sehingga hanya aktivitas yang berwenang memutuskan apa yang benar sesuai apa yang dimaksudkan oleh ketentuan peraturan perundangan-undangan 6

perpajakan yang memberikan interpretasi sesuai undang-undang pajak atau petunjuk pelaksanaan. Agar self assessment system ini berjalan dengan efektif, keterbukaan dan pelaksanaan penegakan hukum merupakan hal yang paling penting. penegakan hukum itu salah satunya dapat dilakukan dengan adanya pemeriksaan pajak. Pemeriksaan pajak adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, mengelola data dan atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (Undang-Undang no 16 tahun 2000). Pemeriksaan pajak yang dilakukan secara professional oleh aparat pajak dalam kerangka SAS merupakan bentuk penegakan hukum perpajakan pemeriksaan Pajak merupakan hal pengawasan pelaksanaan system SAS yang dilakukan oleh Wajib Pajak (Siti Kurnia,2010). Adapun tujuan pemeriksaan pajak dibagi menjadi dua, pertama untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan, kedua adalah untuk tujuan lain (Raden Agus,2011). Tanpa adanya penelitian dan pemeriksaan pajak serta adanya ketegasan dari instansi pajak, maka ketidakpatuhan Wajib Pajak tersebut dapat berkembang sedemikian rupa sehingga bisa mencapai suatu tingkat dimana system perpajakan akan menjadi lumpuh. Untuk menjaga agar Wajib Pajak tetap berada dalam koridor peraturan perpajakan, maka diantisipasi dengan melakukan pemeriksaan terhadap Wajib Pajak yang mmenuhi kriteria untuk diperiksa (Agusti dan Herawaty,2008). 7

Kriteria Wajib Pajak yang diperiksa oleh Direktorat Jenderal Pajak, antara lain: wajib pajak yang menyampaikan SPT lebih bayar, wajib pajak yang melakukan perubahan tahun buku, metode pembukuan atau lantaran ada penilaian kembali aktiva tetap, wajib pajak melakukan penggabungan usaha, peleburan usaha, pemekaran usaha, likuiditas/penutupan usaha dan pengambilalihan usaha, wajib pajak orang pribadi yang akan meninggalkan Indonesia untuk selamalamanya, terdapat hasil analisis, pengembangan atas informasi, data, laporan dan pengaduan hasil analisis risiko yang menunjukkan ketidakpatuhan wajib pajak (Raden Agus,2011). Dengan demikian, pemeriksaan pajak menjadi salah satu hal yang penting sebagai alat pengontrol, yaitu untuk mengetahui apakah peraturan perpajakan telah diterapkan sebagaimana mestinya oleh Wajib Pajak atau belum. Juga untuk meningkatkan penerimaan yang merupakan sumber penghasilan negara. Berdasarkan Latar belakang yang telah diuraikan diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Pemeriksaan Pajak terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Kasus pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Wilayah Bandung) 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis merumuskan masalahmasalah penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana pemeriksaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Wilayah Bandung. 8

2. Bagaimana kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Wilayah Bandung. 3. Apakah pemeriksaan pajak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Wilayah Bandung. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pemeriksaan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Wilayah Bandung. 2. Untuk mengetahui kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Wilayah Bandung. 3. Untuk mengetahui apakah pemeriksaan pajak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak Orang Pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Wilayah Bandung. 1.4 Kegunaan Penelitian Dari hasil penelitian ini, penulis mengharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut: 1. Bagi peneliti, dapat menambah wawasan dan pemahaman mengenai pengaruh pemeriksaan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak di KPP. 9

2. Bagi Instansi (KPP), diharapkan dapat memberikan sedikit masukan yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan terutama dalam hal pemeriksaan pajak dan kepatuhan wajib pajak. 3. Bagi peneliti lain, dapat dijadikan bahan tambahan pertimbangan dan pemikiran dalam penelitian lebih lanjut dalam bidang yang sama, yaitu Pemeriksaan Pajak dan Wajib Pajak. 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Dalam rangka penyusunan skripsi ini penulis melakukan penelitian pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang berada di wilayah Bandung. Tabel 1.2 Nama dan Alamat Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Wilayah Bandung No Nama KPP Alamat 1 KPP Cibeunying Jalan Punawarman No 21 2 KPP Karees Jalan Ibrahim Adjie Bandung No.372 3 KPP Cicadas Jalan Soekarno Hatta 4 KPP Bojonegara Jalan Terusan Prof Dr. Soetami No.2 5 KPP Majalaya Jalan Peta No.7 6 KPP Cimahi Jalan Jend. H. Amir Machmud No. 574, Padasuka Adapun waktu penelitian dilaksanakan pada bulan November 2014 sampai dengan selesai. 10