PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL MULTILITERASI SAINTIFIK PADA KONSEP ENERGI

dokumen-dokumen yang mirip
PENERAPAN MODEL QUANTUM LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA KONSEP CAHAYA

Akbar et al., Peningkatan Minat dan Hasil Belajar...

Joyful Learning Journal

PENERAPAN ACTIVE LEARNING DENGAN SILENT DEMONSTRATION UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII D SMP NEGERI 14 SURAKARTA

ARTIKEL PENELITIAN. Oleh RANTI EFRIZAL NPM

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Cibiru.

A R T I K E L PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA SISWA MELALUI METODE EKSPERIMEN DI KELAS IV SDN 09 KEPALA BUKIT KEC. SUNGAI PAGU KAB.

PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MELALUI PENERAPAN STRATEGI PREDICT DISCUSS EXPLAIN OBSERVE DISCUSS EXPLAIN

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP GAYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY (TSTS)

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMPULKAN MELALUI PENERAPAN SCIENTIFIC APPROACH PADA MATA PELAJARAN IPA SISWA SEKOLAH DASAR

Yunita Fitri Anggraeni 1), Kartono 2), Idam Ragil Widianto Atmojo 3) PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jalan Slamet Riyadi 449 Surakarta

PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

PENERAPAN MODEL GUIDED INQUIRY DENGAN SUMBER BELAJAR LINGKUNGAN DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SDN 1 SIKAYU TAHUN 2015/2016

ARTIKEL PENELITIAN. oleh. RiaParamita NPM

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING DI KELAS V SD NEGERI TERBAHSARI ARTIKEL SKRIPSI

PENGGUNAAN MODEL DISCOVERY LEARNING

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG PECAHAN SISWA KELAS IV SD

ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V-A DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DI SD NEGERI 09 KAYU ARO KOTA PADANG

Kata Kunci: aktivitas belajar siswa, hasil belajar siswa, pendidikan matematika, teori Bruner dalam metode diskusi kelompok.

PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI KONSEP CAHAYA

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE INKUIRI PADA SISWA KELAS IV SDN 27 SAGO PESISIR SELATAN

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER PADA SISWA KELAS V SDN 26 PASAMAN

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta Abstract

Joyful Learning Journal

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCIENCE, ENVIRONMENT, TECHNOLOGY, AND SOCIETY (SETS) UNTUK MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH PADA PEMBELAJARAN IPA

Mukarromah et al., Penerapan Model Pembelajaran...

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI METODE GLOBAL PADA SISWA KELAS I SD NEGERI KAPUKANDA ARTIKEL JURNAL

Surianti Ajriah 1, Edrizon 1, Ira Rahmayuni Jusar 1. Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta.

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PESAWAT SEDERHANA

Kata Kunci: Hasil Belajar, Keterampilan Proses,, Media Lingkungan,, Metode Eksperimen, Pembelajaran IPA. Abstract

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN MEDIA KONKRET DALAM PENINGKATAN BERPIKIR KRITIS PEMBELAJARAN IPA TENTANG CAHAYA PADA SISWA KELAS V SD

PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV A PADA PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL SCRAMBLE DI SDN 03 KOTO PULAI PESISIR SELATAN.

PENGGUNAN MODEL MULTILITERASI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN EKSPOSISI

Kata Kunci: metode inkuiri, kemampuan berpikir kritis, hasil belajar, kegiatan ekonomi

KALAM CENDEKIA, Volume 5, Nomor 2.1, hlm

ilmiah serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan yang Maha Esa perlu ditanamkan kepada siswa. Hal tersebut dapat tercapai salah

Model Sains Teknologi Masyarakat (STM) untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Peserta Didik Mengenai Konsep Sumber Daya Alam

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA SD KELAS III

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENERAPKAN PENGGUNAAN ENERGI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING

Keywords: Creative Problem Solving, process skill, Natural Science

PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PARTISIPASI SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI PENERAPAN INKUIRI TERBIMBING DI KELAS X

Hannaning dkk : Penerapan pembelajaran Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan

ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV DALAM PEMBELAJARAN

ABSTRAK. Kata Kunci: Mind Mapping, Kosakata Bahasa Jawa

ALAT PERAGA TORSO UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SD NEGERI BINAWARGA CIANJUR

Pendahuluan. Keywords: Mastery Learning, Student Activities, Result Of Learning

PENGGUNAAN MODEL ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BAGI SISWA KELAS IV SDN 1 LUNDONG

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS LINGKUNGAN

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES PADA PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS VI SDN PURO PAKUALAMAN ARTIKEL SKRIPSI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS BUNG HATTA PADANG

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V.E DENGAN MENGGUNAKAN MODEL WORD SQUARE DI SD KARTIKA I-10 PADANG

Kata Kunci: pendekatan SAVI melalui metode eksperimen, aktivitas belajar siswa dan hasil belajar siswa

ABSTRACT. Keywords: Cooperative, Jigsaw, Cultural History of Islam. implementation of model cooperative learning type of jigsaw on the subjects of

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PELAJARAN IPA DENGAN METODE DEMONSTRASI BERBANTU MEDIA GAMBAR PADA KELAS IV SDN LOMPIO. Oleh.

PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS II SDN BENGKAYANG ARTIKEL PENELITIAN OLEH YUSPITA NIM.

PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DENGAN METODE EKSPERIMEN DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SD

PENINGKATAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL WORD SQUARE DI SDN 26 PELANGAI KECIL KABUPATEN PESISIR SELATAN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN IPS DENGAN PENDEKATAN PETA KONSEP DI SDN 07 GURUN LAWEH NANGGALO PADANG

MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA MATA PELAJARAN IPA MELALUI PENGGUNAAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DI KELAS IV SDN NO. 3 PANII

Keywords: Method demonstrations, picture media, learning activities, learning out

ARTIKEL PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENJUMLAHAN SISWA KELAS II MELALUI ALAT PERAGA SEDOTAN DAN KANTONG BILANGAN DI SDN 13 BANGKO KABUPATEN SOLOK SELATAN

LINDA ROSETA RISTIYANI K

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KIMIA MATERI ASAM DAN BASA DENGAN MENGGUNAKAN INQUIRY BASED LEARNING (IBL) PADA KELAS XI IPA 2 SMA NEGERI 5 MAKASSAR

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN DI SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO PADA PEMBELAJARAN PKn DI SD NEGERI 22 LUBUK MINTURUN

Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Sains Pada Siswa Kelas V SDN No. 2 Sikara Kecamatan Sindue Tobata

MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN COURSE REVIEW HOREY PADA SISWA KELAS IV DI SDN 17 SUNGAI GERINGGING PARIAMAN

PENINGKATAN PARTISIPASI BERBICARA SISWA KELAS V MELALUI METODE DISKUSI KELOMPOK SDN 10 SINTOGA KABUPATEN PADANG PARIAMAN

ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL TALKING STICK PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS IV DI SDN 10 SUNGAI SAPIH PADANG

386 Penggunaan Pendekatan Scientific

PENGGUNAAN MEDIA KIT BERBASIS SEQIP UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP GAYA

ARTIKEL PENELITIAN PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR STRUKTUR BUMI

Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember Abstract

Santi Helmi et al., Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA (Fisika)...

Rahayu 6, Chumi Z F 7, Ika L R 8

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PEMELAJARAN IPS MELALUI METODE PROBLEM SOLVING DI SD NEGERI 03 KOTO KACIAK MANINJAU

PENERAPAN MODEL PROJECT BASED LEARNING

PENGGUNAAN MODEL POE (PREDICT OBSERVE EXPLAIN) UNTUK PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA KONSEP PESAWAT SEDERHANA

APPLICATION OF LEARNING INKUIRI LEARNING MODEL TO IMPROVE IPS LEARNING RESULT IN STUDENT CLASS IV SD NEGERI 15 PANGKALAN NYIRIH RUPAT

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV SEMESTER 2 SD

MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V DALAM PEMBELAJARAN PKn DENGAN MODEL GROUP INVESTIGATION DI SDN 05 PADANG PASIR KOTA PADANG

J. Pijar MIPA, Vol. X No.1, Maret 2015: ISSN (Cetak) ISSN (Online)

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE TGT DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 BOCOR

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN METODE INKUIRI DI KELAS VI SD NEGERI 30 SUNGAI NANAM KABUPATEN SOLOK

Pendahuluan. Handayani et al., Penerapan fase-fase Pembelajaran Geometri... 1

ARTIKEL JURNAL. Oleh: Ahmad HeruWibowo NIM

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING DI SDN 20 KURAO PAGANG

Mivafarlian et al., Penerapan Metode Diskusi Berbantuan Garis Bilangan. 1

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA MELALUI PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN PAIRED STORYTELLING

Nur Khasananah 1, Triyono 2, Joharman 3 FKIP, PGSD Universitas Sebelas Maret

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siti Nurhasanah, 2013

PENINGKATAN KETERAMPILAN BEREKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE PADA SISWA SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN PARTISIPASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MENGGUNAKAN MODEL EXPLICIT INSTRUCTION DI KELAS V SDN 22 LUBUK ALUNG KAB PADANG PARIAMAN

Amelia dan Syahmani. Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar Melalui Pendekatan Scientific 32

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI DALAM PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR ARTIKEL PENELITIAN IMACULATA NIM F

PENERAPAN PENDEKATAN KETRAMPILAN PROSES UNTUK MENINGKATKAN KETRAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMP PADA KONSEP TEKANAN

PENERAPAN MODEL PBL (PROBLEM BASED LEARNING) DALAM PENINGKATAN BERPIKIR KRITIS IPA SISWA KELAS V SD

Transkripsi:

PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL MULTILITERASI SAINTIFIK PADA KONSEP ENERGI (Penelitian Tindakan Kelas Terhadap Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Pilangsari I di Kecamatan Jatitujuh Kabupaten Majalengka) ARTIKEL Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar Oleh VIDIA WULAN SARI 1203633 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR KAMPUS CIBIRU UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2016

Antologi UPI,Volume, Nomor, Agustus 2016, hlm. 1-9 PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL MULTILITERASI SAINTIFIK PADA KONSEP ENERGI Vidia Wulan Sari 1, Novi Yanthi 2, Lely Halimah 3 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Cibiru Email : vidia128@gmail.com ABSTRAK Penelitian dilatarbelakangi oleh permasalahan mengenai rendahya pengembangan keterampilan proses sains siswa. Oleh karena itu alternatif yang digunakan yaitu melalui penerapan model multiliterasi saintifik untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa pada konsep energi. Tujuan penelitian yaitu untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa dan mengetahui kendala yang dihadapi dalam meningkatkan keterampilan proses sains menggunakan model multiliterasi saintifik. Desain penelitian yang digunakan yaitu model PTK John Elliot yang terdiri dari tiga siklus. Subyek penelitiannya yaitu siswa kelas IV SD Negeri Pilangsari I yang berjumlah 30 orang. Data penelitian diperoleh dari catatan lapangan, lembar observasi, lembar evaluasi, lembar kerja siswa, lembar wawancara dan kamera. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa keterampilan proses sains siswa mengalami peningkatan. Skor rata-rata proses keterampilan siswa pada siklus I yaitu 1,58, siklus II yaitu 1,93 dan siklus III yaitu 2,28. Nilai rata-rata hasil evaluasi pada siklus I yaitu 59,22, siklus II yaitu 64,22 dan siklus III yaitu 71,67. Kendala yang dihadapi dalam meningkatkan keterampilan proses sains menggunakan model multiliterasi saintifik yaitu berkaitan dengan alokasi waktu yang kurang untuk mengoptimalkan setiap tahapan pembelajaran. Kendala dalam pengembangan keterampilan mengamati yaitu siswa kesulitan dalam mengamati fitur yang harus diamati. Siswa juga kesulitan dalam membuat prediksi dengan menggunakan alasan yang tepat. Pada saat mengkomunikasikan siswa sudah mampu membuat kesimpulan sesuai dengan tabel hasil percobaan namun dalam membacanya masih ada yang kurang jelas. Sejalan dengan pemaparan tersebut, maka model multiliterasi saintifik dapat menjadi alternatif bagi pihak sekolah untuk meningkatkan keterampilan proses mengamati, memprediksi dan mengkomunikasikan pada mata pelajaran IPA di SD. Kata Kunci : Model Multiliterasi Santifik, Keterampilan Proses Sains, Konsep Dasar, Ilmu Pengetahuan Alam. Energi, Sekolah 1 Penulis 2 Penulis Penanggung Jawab 3 Penulis Penanggung Jawab

Vidia Wulan Sari, Novi Yanthi, dan Lely Halimah Peningkatan Keterampilan Proses Sains Siswa melalui Penerapan Model Multiliterasi Saintifik pada Konsep Energi SCIENCE PROCESS SKILLS STUDENTS IMPROVEMENT THROUGH THE APPLICATION OF SCIENTIFIC MULTILITERACIES MODEL ON THE CONCEPT OF ENERGY Vidia Wulan Sari 1, Novi Yanthi 2, Lely Halimah 3 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Cibiru Email : vidia128@gmail.com ABSTRACT The research based on backround by the problems that appear on low development of science process skills students. Therefore, it required an effort to overcome these problems by using scientific multiliteracies model to improve the skills of the process science students on the concept of energy. The purpose of the research is to improve the skills of the process of science students and knows the obstacles faced in improving science process skills using the scientific multiliteracies model. The research design used John Elliot PTK model consisting of three cycles. The research subjects was grade IV SD Negeri Pilangsari I of 30 people. Research data obtained from field note sheet of observation, evaluation sheets, student worksheets, interview sheets and camera. Results of the study concluded that the process skills science students has increased. An average score of process skills of students in cycle I was 1.58, cycle II was 1.93 and cycle III was 2.28. The average value of the results of the evaluation cycle I was 59.22, cycle II was. 64.22 and cycle III was 71.67. Obstacles faced in improving science process skills using scientific multiliteracies model that is associated with a less time allocation to optimize each stage of learning. Constraints in the development of the skills of observing, students difficulty in observing the features that must be observed. Students also difficulty in making predictions by using a proper reason. At a time when students are able to communicate makes a conclusion in accordance with the table of results of experiments but in reading it there is still less clear. In line with the exposure, then scientific multiliteracies model can be an alternative of the school to improve the skills of the process observe, predict and communicate on subjects natural science in elementary school. Keywords: Scientific Multiliteracies Model, Science Process Skills, The Concept of Energy, Elementary School, The Nature of Science.

Antologi UPI,Volume, Nomor, Agustus 2016, hlm. 1-9 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran di Sekolah Dasar (SD) yang bertujuan untuk memahami fenomena, kejadian dan keragaman yang terjadi di alam semesta dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya melalui proses ilmiah. Dalam pembelajaran IPA, kita akan berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam semesta. IPA bukan hanya tentang pengetahuan dan hafalan mengenai fenomena alam, namun lebih jauh dari itu IPA merupakan suatu proses untuk menemukan sesuatu. Aspek yang dikembangkan dalam pembelajaran IPA bukan hanya pengetahuannya saja, namun sikap dan keterampilan siswa dalam proses pembelajaran pun dikembangkan secara maksimal dengan pengalaman secara langsung. Rustaman (2011) mengemukakan bahwa hakikat IPA dapat ditinjau sebagai produk, IPA sebagai proses dan IPA sebagai sikap. IPA sebagai produk berarti konsep, fakta, teori dan hukum yang dipelajari dalam IPA merupakan produk dari pemikiran para ahli yang senantiasa melakukan penelitian untuk menemukan sesuatu yang baru. Hakikat IPA sebagai proses berarti para ahli dalam melakukan penelitian untuk menemukan suatu konsep pasti melewati suatu proses yang sistematis dan berkesinambungan. Idealnya, agar siswa memiliki pemahaman yang mendalam tentang IPA maka siswa harus menguasai keterampilan proses sains. IPA bukan hanya tentang produk dan proses, namun juga tentang sikap. Diantaranya sikap ilmiah yang harus dikuasai oleh siswa yaitu objektif, jujur, kritis, bertanggung jawab dan terbuka. Berdasarkan tujuan pembelajaran IPA di SD menurut KTSP, proses pembelajaran sangat penting diperhatikan, karena proses menentukan hasil. Apabila prosesnya berjalan baik maka pada akhirnya tujuan pembelajaran pun akan tercapai dengan baik pula. Namun, berdasarkan data hasil PISA (Programme for International Student Assessment) tahun 2012, Indonesia hanya berada di peringkat ke-64 dari 65 negara peserta. Nilai rata-rata matematika siswa Indonesia hanya 375, rata-rata nilai membaca 396, dan rata-rata nilai sains adalah 382. Dengan skor rata-rata internasional 500 (OECD, 2014, hlm. 5). Berdasarkan hasil PISA yang mengungkapkan literasi sains atau kemampuan menggunakan sains, bahwa literasi sains siswa Indonesia masih rendah dibandingkan dengan siswa-siswa dari negara lain. Pada pembelajaran IPA di SD, peneliti menemukan beberapa fakta diantaranya yaitu pembelajaran di kelas masih menggunakan model konvensional. Siswa belajar dengan cara menghafal, namun kurang terampil dalam menerapkan pengetahuan yang telah didapatnya. Pada pembelajaran konvensional guru berperan sebagai fokus utama pembelajaran (teacher centered), proses pembelajaran didominasi oleh ceramah dari guru. Siswa kurang diberikan kesempatan untuk menemukan pengetahuan sendiri, sehingga produk yang dihasilkan siswa pun hanya sebatas pengetahuan dan hafalan saja tanpa pemahaman yang mendalam. Berdasarkan beberapa permasalahan yang telah dikemukakan, perlu adanya pembaharuan dalam pembelajaran IPA di SD. IPA bukan hanya sebuah produk berupa konsep dan teori, tetapi IPA juga mencakup proses dan sikap ilmiah untuk menemukan produk tersebut. Maka dari itu siswa harus memiliki keterampilan proses sains agar dapat memahami suatu konsep. Pengembangan keterampilan proses pun merupakan salah satu tujuan pembelajaran IPA yang harus dicapai, karena dengan mengembangkan keterampilan proses maka siswa dapat menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

Vidia Wulan Sari, Novi Yanthi, dan Lely Halimah Peningkatan Keterampilan Proses Sains Siswa melalui Penerapan Model Multiliterasi Saintifik pada Konsep Energi Bundu (2006, hlm. 12) mengemukakan bahwa keterampilan proses sains adalah sejumlah keterampilan untuk mengkaji fenomena alam dengan cara-cara tertentu untuk memperoleh ilmu dan pengembangan ilmu selanjutnya. Untuk mengkaji fenomena-fenomena alam yang dipelajari dalam IPA, siswa harus memiliki keterampilan proses sains agar produk yang dihasilkan dari pembelajaran tersebut dapat berkesan dan tidak mudah dilupakan oleh siswa. Menurut Karamustafaoğlu (2011) keterampilan proses sains dapat membangun kerangka aplikasi laboratorium berbasis penelitian. Sehingga melalui pengembangan keterampilan proses sains, siswa dapat belajar bermakna dan membangun pengtahuannya sendiri melalui kegiatan percobaan. Keterampilan proses sains merupakan sejumlah keterampilan yang harus dimiliki siswa untuk memahami IPA. Penguasaan keterampilan proses sains tersebut dapat digunakan untuk mengkaji IPA dari segi proses. Keterampilan proses sains yang dikembangkan pada penelitian yaitu keterampilan mengamati, memprediksi dan mengkomunikasikan. Untuk mengembangkan keterampilan proses sains siswa, maka peneliti menerapkan model multiliterasi saintifik. Model multiliterasi saintifik merupakan jawaban dari tantangan pendidikan di abad ke-21. Menurut Morocco, et al (dalam Abidin, 2015) bahwa ada empat kompetensi penting dalam belajar dan berkehidupan yaitu pemahaman yang tinggi, berpikir kritis, berkolaborasi dan berkomunikasi dan berpikir kreatif. Dengan mengembangkan keterampilan proses sains, maka siswa juga dapat memiliki kompetensi penting di abad ke-21 diantaranya yaitu berkomunikasi, berkolaborasi dan pemahaman yang tinggi. Kegiatan pembelajaran dengan model multiliterasi saintifik dapat meningkatkan keterampilan proses sains karena dalam pembelajaran siswa dapat berperan seperti ilmuwan karena menerapkan langkahlangkah saintifik. Hal ini selaras dengan pendapat Abidin (2015, hlm. 236) bahwa tujuan pembelajaran multiliterasi di antaranya yaitu Pemahaman yang mendalam terhadap berbagai konsep, proses dan sikap ilmiah serta disiplin ilmu yang yang sedang dipelajari. Jika dikaitkan dengan permasalahan yang ada di kelas khususnya berkaitan dengan penguasaan keterampilan proses sains, maka model multiliterasi saintifik dapat meningkatkan konsep, proses dan sikap ilmiah dalam IPA. Ketika siswa sudah memiliki keterampilan, maka siswa tersebut pasti memiliki pemahaman terhadap konsep yang baik dan dalam prosesnya dikembangkan pula sikap ilmiahnya. Dalam kegiatan pembelajarannya, ada beberapa langkah yang harus dilaksanakan oleh siswa di antaranya yaitu merumuskan masalah, membuat hipotesis, mengumpulkan dan mencatat data, menganalisis data, menguji hipotesis, membuat kesimpulan dan memproduksi karya. METODE Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan, maka peneliti melaksanakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang mendeskripsikan fenomena yang bersifat unik, khas, menarik dan bermasalah sehingga patut untuk dilakukan penelitian untuk mencari kebenaran dan memecahkan masalah. Jenis penelitian kualitatif yang dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Arikunto, dkk. (2010, hlm. 3) mengemukakan bahwa PTK adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Jadi PTK merupakan upaya yang dilakukan oleh guru dan siswa untuk memperbaiki dan

Antologi UPI,Volume, Nomor, Agustus 2016, hlm. 1-9 meningkatkan mutu pembelajaran. PTK juga berguna untuk memecahkan permasalahan secara ilmiah, sehingga guru dapat mengembangkan sikap ilmiah seperti sistematis, kritis dan empiris. Sejalan dengan hal tersebut, Arikunto, dkk. (2010) menyatakan bahwa tujuan PTK adalah untuk meningkatkan mutu pembelajaran, mengatasi permasalahan yang terdapat dalam pembelajaran dan meningkatkan sikap profesional guru. Desain PTK yang dilakukan yaitu model John Elliott (dalam Hopkins, 2008). Dalam model Elliott kegiatan penelitian dibagi ke dalam tiga siklus, setiap siklus terdiri dari tiga tindakan. Jadi terdapat tiga siklus dengan sembilan tindakan atau sembilan pertemuan kegiatan pembelajaran yang harus dilaksanakan di SD. Pada penelitian ini peneliti mengambil subyek yaitu siswa kelas IV SDN Pilangsari I, Kecamatan Jatitujuh, Kabupaten Majalengka. Di kelas IV terdapat 30 orang siswa yang terdiri dari 11 orang siswa laki-laki dan 19 siswa perempuan. Peneliti mengambil subyek tersebut karena berdasarkan hasil observasi, bahwa pembelajaran IPA di kelas IV diperlukan adanya sebuah pembaharuan yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dalam hal proses maupun hasil belajar. Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data yaitu lembar observasi, catatan lapangan, lembar wawancara, lembar penilaian proses, lembar penilaian evaluasi dan kamera. Data-data tersebut diperlukan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan kegiatan pembelajaran untuk selanjutnya dianlisis pada seiap akhir siklus. Teknik analisis yang peneliti gunakan yaitu teknik analisis data kualitatif, teknik analisis data kuantitatif dan teknik triangulasi. Teknik analisis data kualitatif adalah teknik pengolahan data dengan cara mendeskripsikan berbagai temuan yang didapatkan di lapangan kemudian dianalisis. Teknik analisis data kuantitatif adalah teknik pengolahan data berupa angkaangka. Data berupa nilai keterampilan proses sains masing-masing siswa tersebut kemudian dianalisis. Teknik analisis data kuantitaif dilakukan untuk menghitung nilai rata-rata keterampilan proses sains siswa. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung rata-rata nilai siswa menurut Sudjana (2006, hlm. 138) adalah sebagai berikut: Σfx X = n Keterangan : X = Rata-rata f = Frekuensi siswa x = Nilai siswa n = Jumlah siswa Adapun skala kategori kemampuan keterampilan proses sains menurut Arikunto (dalam Zulfatin, 2014, hlm. 46) yaitu. Tabel 3.1 Skala Kategori Kemampuan Keterampilan Proses Sains Nilai (%) Keterangan 81-100 Sangat Baik 61-80 Baik 41-60 Cukup 21-40 Kurang 0-20 Sangat Kurang Teknik triangulasi adalah teknik pengolahan data dengan cara membandingkan data dari sumber data yang berbeda. Misalnya dengan membandingkan antara data hasil observasi dengan data hasil wawancara, membandingkan data kualitatif dan kuantitatif.

Vidia Wulan Sari, Novi Yanthi, dan Lely Halimah Peningkatan Keterampilan Proses Sains Siswa melalui Penerapan Model Multiliterasi Saintifik pada Konsep Energi HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan berdasarkan masalah yag ditemukan oleh peneliti yaitu masih rendahnya pengembangan keterampilan proses sans siswa di SD pada mata pelajaran IPA. Keterampilan proses yang dikembangkan pada penelitian ini yaitu keterampilan mengamati, memprediksi dan mengkomunikasikan. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan model multiliterasi saintifik. Pada tahap pertama,siswa dengan bimbingan peneliti menentukan masalah yang akan diteliti. Setelah masalah ditentukan, maka siswa harus membuat prediksi mengenai kejadian yang akan terjadi berdasarkan data dan fenmena yang telah diamati. Tahap selanjutnya yaitu mengumpulkan dan mencatat data melalui kegiatan percobaan yang dapat mengembangkan keterampilan mengamati siswa. Setelah data terkumpul maka dilakukan analisis data untuk menjawab beberapa pertanyaan yang ada di LKS. Tahap berikutnya yaitu siswa menguji kesesuaian prediksi dengan hasil percobaan, kemudian siswa menyimpulkan hasil percobaan tersebut. Tahap akhir model multiliterasi saintifik yaitu memproduksi karya, siswa membuat minibok secara berkelompok. Minibook tersebut terdiri dari empat halaman. Kelompok siswa yang paling cepat menyelesaikan minibooknya diberikan kesempatan untuk melaporkan karyanya di depan kelas. Pada kegiatan akhir pembelajaran, siswa diberikan soal evaluasi pilihan ganda untuk mengukur keterampilan proses sains siswa. Untuk mengetahui peningkatan keterampilan proses sains siswa, peneliti melakukan penilaian terhadap proses pembelajaran dan penilaian evaluasi akhir dengan memberikan soal pilihan ganda setiap akhir tindakan. Berdasarkan penilaian proses terhadap keterampilan proses sains siswa, berikut ini merupakan skor rata-rata aspek keterampilan proses sains siswa kelas IV SD Negeri Pilangsari I pada siklus I, siklus II dan siklus III. Skor 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0 1,65 1,541,56 2,33 2,34 2,15 2,1 2,08 Siklus I Siklus II Siklus III 2,42 Mengamati Memprediksi Mengkomunikasikan Berdasarkan penilaian proses yang dilakukan terhadap keterampilan proses sains aspek mengamati pada setiap tindakan pembelajaran diperoleh data pada siklus I skor rata-rata siswa yaitu 1,54. Pada siklus II mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan siklus sebelumnya dengan skor rata-rata siswa yaitu 2,33. Sedangkan pada siklus III skor rata-rata siswa juga mengalami peningkatan menjadi 2,34. Berdasarkan penilaian proses yang dilakukan terhadap keterampilan proses sains aspek memprediksi pada setiap tindakan pembelajaran diperoleh data pada siklus I skor rata-rata siswa yaitu 1,56. Pada siklus II mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan siklus sebelumnya dengan skor rata-rata siswa yaitu 2,15. Sedangkan pada siklus III skor rata-rata siswa mengalami penurunan menjadi 2,08. Hal tersebut dikarenakan materi yang dipelajari pada siklus III yaitu perambatan bunyi pada benda padat, cair dan gas dianggap sulit oleh siswa, sehingga ketika siswa melakukan pembuktian untuk

Antologi UPI,Volume, Nomor, Agustus 2016, hlm. 1-9 melakukan prediksi terlihat siswa yang tidak ikut mencoba. Siswa kesulitan dalam mengungkapkan alasan prediksinya karena konsep perambatan bunyi merupakan konsep yang abstrak sehingga sulit untuk dipahami. Berdasarkan penilaian proses yang dilakukan terhadap keterampilan proses sains aspek mengkomunikasikan pada setiap tindakan pembelajaran siklus I, siklus II dan siklus III diperoleh data pada siklus I skor rata-rata siswa yaitu 1,65. Pada siklus II mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan siklus sebelumnya dengan skor rata-rata siswa yaitu 2,10. Sedangkan pada siklus III skor rata-rata siswa mengalami peningkatan menjadi 2,42. Adapun nilai rata-rata hasil penilaian proses keterampilan proses sains siswa dapat dilihat pada diagram berikut. Skor 3 2,5 2 1,5 1 0,5 1,58 1,93 2,28 Berdasarkan diagram di atas, rata-rata skor keterampilan proses sains pada setiap siklusnya mengalami peningkatan. Pada siklus I, nilai rata-rata keterampilan proses sains siswa yaitu 1,58. Skor tersebut masih rendah, karena siswa belum terbiasa melaksanakan kegiatan pembelajaran menggunakan model multiliterasi saintifik untuk mengembangkan keterampilan proses sainsnya. Pada siklus II, skor ratarata siswa mengalami peningkatan menjadi 1,93 dan pada siklus III juga mengalami peningkatan menjadi 2,28. Peningkatan tersebut terjadi karena siswa sudah terbiasa melaksanakan kegiatan pembelajaran untuk mengembangkan keterampilan prosesnya melalui penerapan model multiliterasi saintifik. Selain penilaian proses, peneliti juga melakukan penilaian hasil berdasarkan soal evaluasi keterampilan proses sains yang diberikan kepada siswa. Berikut ini merupakan data nilai rata-rata hasil evaluasi keterampilan proses sains siswa mengamati, memprediksi dan mengkomunikasikan pada setiap siklus. Nilai 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Mengamati 69,67 71,59 55,68 47,49 62,74 58,41 84,03 71,02 62,61 Siklus I Siklus II Siklus III Mengkomunikasikan Memprediksi 0 Siklus I Siklus II Siklus III Berdasarkan data pada diagram, keterampilan mengamati, memprediksi dan mengkomunikasikan mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Peningkatan keterampilan proses sains berdasarkan penilaian proses dan penilaian evaluasi akhir yang paling tinggi yaitu pada keterampilan mengkomunikasikan. Sedangkan peningkatan keterampilan proses yang paling rendah yaitu pada keterampilan mengamati.

Vidia Wulan Sari, Novi Yanthi, dan Lely Halimah Peningkatan Keterampilan Proses Sains Siswa melalui Penerapan Model Multiliterasi Saintifik pada Konsep Energi Berikut ini merupakan data nilai ratarata hasil evaluasi akhir keterampilan proses sains siswa pada setiap siklus. Nilai 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 59,22 64,22 71,67 Siklus I Siklus II Siklus III Berdasarkan diagram di atas, ratarata nilai hasil evaluasi keterampilan proses sains pada setiap siklusnya mengalami peningkatan. Pada siklus I, nilai rata-rata keterampilan proses sains siswa yaitu 59,22. Nilai tersebut masuk dalam kategori cukup karena siswa belum terbiasa mengerjakan soal evaluasi dalam bentuk keterampilan proses sains. Pada siklus II, nilai rata-rata siswa mengalami peningkatan menjadi 64,22 dan pada siklus III juga mengalami peningkatan menjadi 71,67. Nilai pada siklus II dan siklus III sudah masuk dalam kategori baik. Peningkatan tersebut terjadi karena siswa sudah terbiasa mengerjakan soal evaluasi yang berbentuk keterampilan proses sains dengan menggunakan model multiliterasi saintifik. Kendala yang dihadapi dalam penerapan model multiliterasi saintifik untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa adalah dalam mengembangkan keterampilan proses sains mengamati terutama kemampuan dalam mengidentifikasi ciri-ciri, persamaan dan perbedaan benda. Siswa harus dibimbing dengan pertanyaan terlebih dahulu agar mampu mengamati dengan benar. Kendala lain tampak pada pengembangan keterampilan memprediksi di mana siswa mengalami kesulitan dalam mengungkapkan alasan dari prediksinya sehingga siswa harus melaksanakan percobaan atau mengamati demonstrasi dari guru terlebih dahulu untuk menemukan fakta yang dihubungkan dengan peristiwa yang akan terjadi. Dalam mengembangkan keterampilan mengkomunikasikan juga terdapat kendala yaitu masih ada siswa yang belum mampu mengkomunikasikan data yang ada pada tabel menjadi kesimpulan yang sesuai dengan data. Pada saat membacakan kesimpulan juga masih ada siswa yang membaca dengan kurang jelas dan kurang lantang sehingga siswa yang lain tidak dapat mendengarkannya. Selain kendala yang dihadapi siswa, adapula kendala yang dihadapi peneliti yaitu berkaitan dengan alokasi waktu pembelajaran. Hal itu karena siswa baru pertama kali melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan model multiliterasi saintifik. Peneliti berupaya agar setiap tahapan model multiliterasi saintifik dapat berlangsung secara optimal agar siswa dapat mengembangkan keterampilan proses sains mengamati, memprediksi dan mengkomunikasikan dengan maksimal. KESIMPULAN Keterampilan proses sains siswa di kelas IV SD Negeri Pilangsari I menggunakan model multiliterasi saintifik pada konsep energi telah mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Skor rata-rata keterampilan proses sains siswa secara keseluruhan pada siklus I yaitu 1,58, pada siklus II meningkat menjadi 1,93 dan pada siklus III menjadi 2,28. Nilai rata-rata hasil evaluasi keterampilan proses sains siswa juga mengalami peningkatan dari siklus I yaitu 59,22 menjadi 64,22 pada siklus II dan pada siklus III menjadi 71,67. Seluruh aspek keterampilan proses sains meningkat, namun aspek keterampilan proses yang paling tinggi peningkatannya yaitu mengkomunikasikan dan yang rendah peningkatannya yaitu mengamati.

Antologi UPI,Volume, Nomor, Agustus 2016, hlm. 1-9 Kendala yang dihadapi dalam meningkatkan keterampilan proses sains menggunakan model multiliterasi saintifik yaitu berkaitan dengan alokasi waktu yang kurang untuk mengoptimalkan setiap tahapan pembelajaran. Kendala dalam pengembangan keterampilan mengamati yaitu siswa kesulitan dalam mengamati fitur yang harus diamati. Siswa juga kesulitan dalam membuat prediksi dengan menggunakan alasan yang tepat. Pada saat mengkomunikasikan siswa sudah mampu membuat kesimpulan sesuai dengan tabel hasil percobaan namun dalam membacanya masih ada yang kurang jelas. Sejalan dengan pemaparan tersebut, maka model multiliterasi saintifik dapat menjadi alternatif bagi pihak sekolah untuk meningkatkan keterampilan proses mengamati, memprediksi dan mengkomunikasikan pada mata pelajaran IPA di SD. DAFTAR PUSTAKA Abidin, Mulyati, Yunansah. (2015). Pembelajaran literasi dalam konteks pendidikan multiliterasi, integratif, dan berdiferensiasi. Bandung: Rizqi Press. OECD. (2014). PISA 2012 results in focus what 15-year-olds know and what they can do with what they know : OECD. Rustaman, dkk. (2011). Materi dan pembelajaran IPA SD. Jakarta : Penerbit Universitas Terbuka. Sudjana, N. (2006). Tuntunan penyusunan karya ilmiah makalah-skripsi-tesisdisertasi. Bandung : Penerbit Sinar Baru Algensindo. Zulfatin, V. (2014). Profil keterampilan proses sains siswa SMA dalam kegiatan praktikum materi elastisitas yang dinilai menggunakan penilaian kinerja. (Skripsi). Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Arikunto, S, dkk. (2010). Penelitian tindakan kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Bundu, P. (2006). Penilaian keterampilan proses dan sikap ilmiah dalam pembelajaran sains SD. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Hopkins, D. (2008). A teacher s guide to classroom research. New York : Open University Press. Karamustafaoğlu, S. (2011). Improving the Science Process Skills Ability of Science Student Teachers Using I Diagrams. Eurasian Journal Physics and Chemistry Education, 3 (1). hlm 26-38.