THE USE OF GELATIN AS PEGAGAN EXTRACTED ENKAPSULAN (Centella asiatica) ON WATER CONTENT, ASH CONTENT, SOLUBILITY AND RENDEMEN ABSTRACT

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. poliaromatik hidrokarbon / PAH (Panagan dan Nirwan, 2009). Redestilat asap cair

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi terhadap flavor dan berperan terhadap pembentukan warna.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan Laboratorium Peternakan Universitas

The Quality of Encapsulation Pegagan Extract (Centella asiatica) with Different Level of Gelatin for As An Ingredient

METODE. Waktu dan Tempat

4. PEMBAHASAN 4.1. Penelitian Pendahuluan Penentuan Konsentrasi Mikroenkapsulan

I. PENDAHULUAN. membentuk lapisan kompleks yang menyelimuti inti. Bahan inti yang dilindungi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. hemiselulosa dan lignin dan telah dikondensasi. Asap cair masih mengandung

adalah produk pangan dengan menggunakan bakteri probiotik. Produk pangan Bakteri probiotik merupakan bakteri baik yang dapat memberikan keseimbangan

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

Pengaruh Suhu Pengeringan Dan Konsentrasi Natrium Metabisulfit (Na 2 S 2 O 5 ) Terhadap Sifat Fisik-Kimia Tepung Biji Durian (Durio zibethinus)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia disebut sebagai negara penghasil rempah-rempah, yang juga

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif sejak beberapa dasawarsa silam telah menjadi penyebab

III. METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium Peternakan Universiatas Muhammadiyah Malang dan Laboratorium

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III MATERI DAN METODE. Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ternak Fakultas Peternakan dan Pertanian,

Effect on Fermentation Time to Water Content, Rendement, Foaming Capacity and Foaming Stability of Pan Drying Egg Powder ABSTRACT

BAB III BAHAN DAN METODE

UJI BEDA UKURAN MESH TERHADAP MUTU PADA ALAT PENGGILING MULTIFUCER

KAJIAN MIKROENKAPSULASI EKSTRAK VANILI THE STUDY ON MICROENCAPSULATION OF VANILLA EXTRACT ABSTRACT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

pangan fungsional yang beredar di pasaran. Salah satu pangan fungsional yang

PENGARUH PERBANDINGAN BAHAN PELAPIS MALTODEKSTRIN DAN GUM ARAB DALAM MIKROKAPSUL BERBAHAN INTI SITRONELAL ABSTRAK ABSTRACT

Pengaruh Jenis dan Konsentrasi Larutan Perendam terhadap Rendemen Gelatin

KAJIAN PENAMBAHAN TETES SEBAGAI ADITIF TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN NUTRISI SILASE KULIT PISANG

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permen jelly merupakan salah satu produk pangan yang disukai semua orang dari kalangan anak-anak hingga dewasa.

I. PENDAHULUAN. selama penyimpanan (teroksidasinya senyawa fenol, perubahan warna), kurang praktis dalam penanganan, distribusi dan aplikasinya.

1. BAB I PENDAHULUAN. karena kandungan gizi yang ada didalamnya. Susu merupakan sumber protein,

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

PENGARUH KONSENTRASI BUSA

EVALUASI MUTU MI INSTAN YANG DIBUAT DARI PATI SAGU LOKAL RIAU. Evaluation on the Quality of Instant Noodles Made From Riau Sago Starch

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan istilahnya, mikroenkapsulasi berarti suatu teknik enkapsulasi untuk

BAB III METODE PENELITIAN

) FLOUR AS A SUBSTITUTION OF TAPIOCA FLOUR ON WATER CONTENT, WATER HOLDING CAPACITY, ELASTICITY, AND SHEAR FORCE OF BEEF MEATBALL

PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Fisik Daya Larut

PENGARUH KONSENTRASI KALSIUM KARBONAT TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK SUSU BERAS MERAH-KEDELAI PROPOSAL SKRIPSI

OPTIMALISASI PRODUKSI SEMI-REFINED CARRAGEENAN DARI RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONII DENGAN VARIASI TEKNIK PENGERINGAN DAN KADAR AIR BAHAN BAKU

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. waktu penelitian ini dimulai pada bulan April 2016 sampai Desember 2016.

1 I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji

I. PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

5.1 Total Bakteri Probiotik

METODE. Materi. Rancangan

BAB I PENDAHULUAN. Pati merupakan polisakarida yang terdiri atas unit-unit glukosa anhidrat.

4. PEMBAHASAN 4.1. Analisa Kimia

KARAKTERISTIK BUBUK EKSTRAK KULIT BUAH JERUK MANDARIN (Citrusreticulata)PADA PERLAKUAN LAMA MASERASI DAN KONSENTRASI MALTODEKSTRIN ABSTRACT

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat

BAB III METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE di Laboratorium Teknologi Pasca Panen, Ilmu Nutrisi dan Kimia Fakultas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cincau hijau Premna oblongifolia disebut juga cincau hijau perdu atau cincau hijau

SIFAT FISIK DAN FUNGSIONAL TEPUNG PUTIH TELUR AYAM RAS DENGAN WAKTU DESUGARISASI BERBEDA SKRIPSI RATNA PUSPITASARI

Enkapsulasi Minyak Kopi Menggunakan Polisakarida Larut Air Kulit Buah Kopi Sebagai Flavoring

STUDI PEMBUATAN TEH DAUN KOPI

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

ANALISIS PROKSIMAT CHIPS RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONII PADA SUHU PENGGORENGAN DAN LAMA PENGGORENGAN BERBEDA ABSTRAK

TEKNOLOGI ENKAPSULASI FLAVOR REMPAH-REMPAH. Ir. Sutrisno Koswara, MSi

ABSTRAK

PENGARUH SUBSTITUSI PARSIAL TELUR DENGAN ISOLAT PROTEIN KEDELAI DAN KONSENTRASI EMULSIFIER TERHADAP KARAKTERISTIK CAKE BERAS SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN

%, laktosa 4,80 % dan mineral 0,65 % (Muchtadi dkk., 2010).

PENGARUH PENAMBAHAN KOSENTRAT PROTEIN IKAN GABUS (Channa striata) TERHADAP MUTU KUE SEMPRONG. Oleh:

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

PERUBAHAN BEBERAPA SIFAT FISIS DAN KIMIA PASTA GAMBIR SELAMA PENYIMPANAN

PENGARUH KONSENTRASI STABILIZED CALCIUM CARBONATE 140 TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK SUSU BERAS MERAH-KEDELAI SKRIPSI

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Penelitian,

BAB III MATERI DAN METODE. Mozzarela dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 di Laboratorium Kimia dan

Peluang Aplikasi Mikroenkapsulat Vitamin A dan Zat Besi sebagai. Chance of Microencapsulat Application of Vitamin A and Iron as

METODE. Bahan dan Alat

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KARAKTERISTIK TEPUNG KACANG HIJAU PADA BEBERAPA WAKTU PERENDAMAN

III. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Di industri pangan, penerapan teknologi nanoenkapsulasi akan memberikan

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2012

BAB I PENDAHULUAN. Hemoglobin merupakan salah satu komponen sel darah merah yang berfungsi. pembentukan Hb yang mengakibatkan kondisi anemia.

BAB I PENDAHULUAN. Gelatin memiliki sifat yang khas, yaitu berubah secara reversible dari bentuk sol

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISTIK TEPUNG KACANG HIJAU AKIBAT PERBEDAAN SUHU PENGERINGAN

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif seperti diabetes melitus tipe 2, hipertensi,

SIFAT ORGANOLEPTIK ES KRIM DENGAN PENAMBAHAN JUS WORTEL (Daucus carotal.)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON THE PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN STARTER PERIOD

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Bahan Baku Karet Crepe

KARAKTERISTIK SIFAT FUNGSIONAL KACANG MERAH REBUS DENGAN VARIASI WAKTU PEREBUSAN SKRIPSI OLEH: RICHARD WANG

PENGARUH PROPORSI DAGING BUAH PALA DENGAN AIR DAN KONSENTRASI PUTIH TELUR TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK SARI DAGING BUAH PALA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kata Kunci: Dodol Susu, Sukrosa, Kadar air, Gula reduksi, Indeks pencoklatan. ABSTRACT. Kajian Penggunaan Sukrosa (A. Manab) 58

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei Agustus 2014 di Laboratorium

BAB VI KANDUNGAN AIR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAHAN DAN METODE. Laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

Transkripsi:

THE USE OF GELATIN AS PEGAGAN EXTRACTED ENKAPSULAN (Centella asiatica) ON WATER CONTENT, ASH CONTENT, SOLUBILITY AND RENDEMEN Sri Maita Eka Permatasari 1), Purwadi 2) and Imam Thohari 2) 1) Student at Department of Animal Food Technology, Faculty of Animal Husbandry, Brawijaya University. 2) Lecturer at Department of Animal Food Technology, Faculty of Animal Husbandry, Brawijaya University. ABSTRACT This research was conducted to determine the effect of gelatin concentration as pegagan extracted enkapsulan on water content, ash content, solubility,and rendemen. The material used for this research were extract of prgagan (Centella asiatica) and gelatin, namely the addition of gelatin as a encapsulation of pegagan extracted processing used spray drying method. Method was used in this experiment was Completely Randomized Design with four treatment and tree replication, if there were signifikan influence would tested by Duncan s Multiple Range test method. The result of this research showed that the treatment gelatin 6 % (P3) significant different effect (P<0,01) on water content, ash content, solubility, and rendemen. The best treatment on the water content 5,70±0,21%, ash content 3,30±0,08%, solubility 96,59±0,32%, and 16,54±0,09 g respectively.recommended research to improve of gelatin more 6% concentration as pegagan extracted Key words : gelatin, pegagan, microencapsulation and spray drying Pengaruh Penambahan Gelatin sebagai Enkapsulan Ekstrak Pegagan (Centella asiatica) terhadap Kadar Air, Kadar Abu, Kelarutan, dan Rendemen Sri Maita Eka Permatasari 1), Purwadi 2) dan Imam Thohari 2) 1) Mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang. 2) Dosen Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi gelatin yang tepat sebagai penyalut terhadap kadar air, kadar abu, kelarutan, dan rendemen pada mikroenkapsulasi ekstrak pegagan dengan metode spray drying. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak pegagan (Centella asiatica) dan gelatin.metode yang digunakan adalah percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan yaitu penambahan gelatin sebagai penyalut pada ekstrak pegagan dengan konsentrasi tanpa gelatin (P0), penambahan 2 % (P1), 4 % (P2) dan 6 % (P3) dengan masing-masing perlakuan dilakukan 3 ulangan. Variabel yang diamati adalah kadar air, kadar abu, kelarutan dan rendemen. Analisis data menggunakan analisis ragam, dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan untuk pengamatan yang menunjukkan perbedaan pengaruh.hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan gelatin sebagai penyalut pada berbagai konsentrasi pada mikroenkapsulasi ekstrak pegagan memberikan perpedaan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar 1

air, kadar abu, kelarutan dan rendemen pada mikroenkapsulasi pegagan terenkapsulasi. Penggunaan gelatin sebagai bahan penyalut dengan konsentrasi 6 persen memberikan hasil terbaik pada kadar air, kadar abu, kelarutan dan rendemen pada ekstrak pegagan terenkapsulasi dengan nilai rataan masing-masing sebesar 5,70+0,21 %; 3,30+0,08 %; 96,59+0,32 %, dan 16,54+0,09 %. Disarankan dilakukan penelitian dengan meningkatan konsentrasi gelatin sebagai enkapsulan lebih dari 6 % terhadap pembuatan mikroenkapsulasi ekstrak pegagan Kata kunci: Gelatin, Mikroenkapsulasi, Spray Drying. PENDAHULUAN Proses pengeringan bahan pangan mengakibatkan hal-hal seperti hilangnya air dan menyebabkan pemekatan dari bahan yang tertinggal seperti karbohidrat, lemak dan protein, sehingga akan terdapat dalam jumlah yang lebih besar per satuan berat kering bila dibandingkan dalam bentuk segarnya. Pengaruh pengeringan dapat menyebabkan terjadinya degradasi protein terutama untuk asam-asam amino yang peka terhadap panas misalnya lisin dan methionin yang tersedia karena akanbereaksi dengan gula reduksi membentuk reaksi Maillard. Dalam berbagai kasus proses mikroenkapsulasi pada bahan pangan yang digunakan sebagai cara untuk memecahkan persoalan tersebut. Prinsip enkapsulasi bertujuan untuk melindungi bahan aktif yang sensitif terhadap kerusakan, karena oksidasi, kehilangan nutrisi, melindungi flavor, aroma, pigmen serta meningkatkan kelarutan.gelatin memiliki sifat diantaranya pada pendinginan, gelatin larut, sebagian molekul gelatin teragregasi; agregat-agregat yang terbentuk saling berhubungan membentuk jaringan yang lemah dan pada pendinginan yang lebih lanjut atau dengan dibantu suhu yang konstan, gel gelatin meningkat kekuatannya.oleh karena itu, gelatin digunakan sebagai pembentuk film, gelatin telah banyak dimanfaatkan pada industri pangan dan farmasi termasuk mikroenkapsulasi dan pembuatan tablet atau kapsul (Anonymous, 2007).Metode mikroenkapsulasi yang umum digunakan adalah pengeringan semprot, karena biayanya yang relatif lebih rendah dan rentang bahan yang dapat dienkapsulasi cukup lebar.salah satu bahan pangan yang bisa dimikroenkapsulasi dengan penambahan bahan enkapsulan diantaranya adalah pegagan. Pegagan (Centella asiatica) merupakan salah satu tanaman darifamili Umbeliferae yang sejak dulu telah digunakan sebagai obat kulit dansebagai lalapan yang dikonsumsi dalambentuk segar maupun direbus (vansteenis, 1997). Tanaman ini juga digunakanuntuk meningkatkan ketahanan tubuh, sebagai brain tonic atau obat antilupa bagi orang dewasa dan manula (manusia usia lanjut) karena dapat meningkatkan fungsi kognitif. Pegagan memiliki kandungan kimia diantaranya asam amino, flavonoid, terpenoid, dan minyak atsiri.asam amino terdiri atas sejumlah besar alanin dan serine, amino butirat, aspartat, glutamat, histidin, lisin, dan threonin, sedangkan flavonoid terdiri atas kuersitin, kaempferol, dan bermacam-macam glikosida.senyawa tersebut memiliki sifat yang sangat labil terhadap panas dan reaksi oksidasi. Oleh 2

karena itu perlu dilakukan upaya untuk melindungi senyawa tersebut dari lingkungan sekitarnya yang dapat menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara melindunginya dalam matriks polimer yang biasanya disebut dengan proses enkapsulasi dan jika matriks yang melindungi merupakan matriks yang berukuran 0.2 μm sampai beberapa milimeter disebut juga dengan mikroenkapsulasi (Clarke, 2000). Berdasarkan uraian diatas maka dilakukan penelitian tentang penggunaan gelatin sebagai enkapsulan dalam mikroenkapsulasi pegagan ditinjau dari uji kadar air, kadar abu, kelarutan dan rendemen sehingga nantinya diharapkan dapat ditemukan formula susunan gelatin yang tepat sebagai enkapsulan. MATERI DAN METODE Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak pegagan (Centella asiatica) dan gelatin (e-merk, Jerman) yang diperoleh dari toko kimia Panadia lab Jalan Taman Sulfat X/16-27 Malang. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah peralatan gelas (gelas ukur 250 ml, labu takar 10 ml, gelas ukur 100 ml, gelas pengaduk), Spray dryer Merk Armfield SD-04 buatan Inggris, oven, timbangan analitik merek Sartorius, saringan (ukuran 100 mesh) dan kertas saring Whatman no. 42. Metode yang digunakan adalah percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan yaitu penambahan gelatin sebagai enkapsulan pada ekstrak pegagan dengan konsentrasi 0% (P 0 ), 2%(P 1 ); 4% (P 2 ) dan 6% (P 3 ) dengan masing-masing perlakuan dilakukan 3 ulangan. Variabel penelitian yang diamati adalahkadar air, kadar abu, kelarutan dan rendemen. Data yang diperoleh dari penelitian ditabulasi dan dianalisis menggunakan analisis ragam (ANOVA) dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL).Apabila ada perbedaan pengaruh antar perlakuan, maka data dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan s. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Penambahan Gelatin Terhadap Kadar Air Ekstrak Pegagan Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa konsentrasi gelatin sebagai bahan enkapsulan memberikan perbedaan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar air ekstrak pegagan. Perbedaan ini karena meningkatnya kadar gelatin. Semakin tinggi kadar gelatin maka semakin rendah kadar air yang terkandung di dalamnya. Hal ini disebabkan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai bentuk butiran pada proses enkapsulasi pada produk yang berkonsentrasi gelatin lebih tinggi akan lebih lama daripada waktu yang dibutuhkan oleh produk yang berkonsentrasi rendah, sehingga penguapan pada produk yang berkonsentrasi lebih tinggi akan lebih besar dan akan menyebabkan kadar airnya lebih rendah. Rata-rata hasil pengujian kadar air (%) pegagan dengan perlakuan konsentrasi gelatin yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 1. 3

Tabel 1. Rataan kadar air ekstrak pegagan (%) terenkapsulasi dengan gelatin Perlakuan Kadar Air (%) P0 (0% gelatin) 10,93c+0,38 P1 (2% gelatin) 9,85c+0,49 P2 (4% gelatin) 8,19b+0,67 P3 (6% gelatin) 5,70a+0,21 Keterangan: Notasi yang berbeda menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) antar perlakuan. Penurunan kadar air ini ternyata berbanding lurus dengan peningkatan konsentrasi penambahan gelatin pada tiap perlakuan. Hal ini disebabkan karena gelatin dapat meningkatkan total padatan bahan yang dikeringkan. Sehingga jumlah air yang diuapkan semakin sedikit, akibatnya peningkatan konsentrasi konsentrasi gelatin akan menurunkan kadar air ekstrak pegagan. Hal sesuai dengan pendapat Gustavo and Canovas (1999), semakin tinggi total padatan yang dikeringkan sampai batas tertentu maka kecepatan penguapan akan semakin tinggi sehingga kadar air bahan menjadi rendah. Jika dalam air (gugus hidroksil) gelatin akan membentuk ikatan hidrogen dengan molekul-molekul air sekitarnya, jika air dihilangkan akan terjadi pengkristalan, karena gugus hidroksil akan membentuk ikatan hidrogen dengan ikatan gugus hidroksil yang lain sesama monomer, oleh karena itu semakin banyak gelatin yang ditambahkan semakin cepat terjadi pengkristalan dan penguapan air kadar air bahan akan semakin rendah Kadar air sangat penting untuk peranannya dalam mempertahankan mutu bahan pangan. Menurut Susrini (1995) aroma normal dari segala macam produk bahan pangan dalam beberapa bulan apabila produk tersebut kadar airnya rendah. Produk bahan pangan yang kadarairnya 5 % atau lebih akan mengalami penggumpalan setelah disimpan. Dalam kondisi yang ekstrim, gumpalan tersebut akan besar dan menjadi sangat keras sehingga hanya dapat dipecah kan oleh palu. Kenampakan fisik akan sangat berbeda dengan yang normal termasuk perubahan warna. Berdasarkan hasil pengujian kadar air ekstrak pegagan yang dienkapsulasi dengan gelatin diperoleh hasil rataan terendah adalah 5,70+0,21 %, penelitian ini ternyata memberikan hasil yang lebih tinggi dengan penelitian sebelumnya (Arsyaf dan Marliyati, 2012) yaitu penelitian dengan menggunakan pegagan yang dibuat dengan bahan enkapsulan maltodekstrin dan natrium kaseinat dengan perbandingan 80:20 yaitu 4,84 %. Pengaruh Penambahan Gelatin terhadap Kadar Abu Ekstrak Pegagan Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa konsentrasi gelatin sebagai bahan enkapsulan memberikan perbedaan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar abu ekstrak pegagan. Perbedaan kadar abu ini disebabkan karena mineral yang terdapat pada pegagan terlarut dalam air dalam pembuatan ekstrak pegagan, selain itu juga dikarenakan kadar mineral dalam gelatin yang rendah. Rata-rata hasil pengujian kadar abu (%) pegagan dengan perlakuan konsentrasi gelatin yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 2. 4

Tabel 2. Rataan kadar abu ekstrak pegagan (%) terenkapsulasi dengan gelatin Perlakuan Kadar Abu (%) P0 (0% gelatin) 10,85c+0,72 P1 (2% gelatin) 10,13c+0,14 P2 (4% gelatin) 5,30b+0,20 P3 (6% gelatin) 3,30a+0,08 Keterangan: Notasi yang berbeda menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) antar perlakuan. Kadar abu mikrokapsul semakin menurun seiring dengan meningkatnya penambabahan gelatin sebagai enkapsulan. Kadar abu terendah terdapat pada ekstrak pegagan terenkapsulasi dengan konsentrasi gelatin sebesar 6 % dengan jumlah sebesar 3,30+0,08 %. Nilai kadar abu tertinggi terdapat pada perlakuan P0 (tanpa penambahan gelatin) atau ekstrak pegagan murni sebesar 10,85+0,72 %. Kadar abu pegagan murni hasil penelitian ini lebih rendah daripada penelitianarsyaf dan Marliyati (2012) yang melaporkan kadar abu pegagan yang dikeringkan secara oven sebesar sebesar 15,37 %, dengan kandungan mineral 0,99mg/100g zat besi; 2.363,80mg/100g kalsium; dan 36,06mg/100g selenium. Kadar bau terbaik hasil penelitian ini diperoleh pada perlakuan penambahan gelatin 6 % sebagai enkapsulan pada ekstrak pegagan. Rendahnya kadar abu ini menunjukkan bahwa kandungan mineral yang rendah. Semakin rendah kadar abu yang dihasilkan maka mutu dan tingkat kemurnian ekstrak pegagan semakin tinggi. Selain itu, kadar abu yang rendah mineral yang telah terlepas dari bahan dan berikatandengan pelarut dapat terbuang dan larut bersama air (Angka dan Suhartono 2000).Kadar abu menunjukkan jumlah unsur anorganik atau mineral dari suatu bahan. Nilai kadar abu yang diperoleh menunjukkan bahwa gelatin yang digunakan tidak mengandung unsur anorganik atau mineral, karena semakin kecil kadar abu suatu bahan, maka mineral yang terkandung dalam suatu bahan juga kecil. Pengaruh Penambahan Gelatin terhadap Kelarutan Ekstrak Pegagan Perubahan bentuk fisik mikroenkapsulat ekstrak pegagan menyebabkan perubahan persentase kelarutan. Semakin besar ukuran mikroenkaspul menyebabkan mikroenkapsul susah larut. Semakin tinggi kadar air yang terkandung pada mikroenkapsulat ekstrak pegagan, maka akan semakin sedikit rendemen yang dihasilkan dari hasil mikroenkapsulasi. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa konsentrasi gelatin sebagai bahan enkapsulan memberikan perbedaan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap kelarutan ekstrak pegagan. Perbedaan kelarutan ini disebabkan karena meningkatnya kadar air. Rata-rata hasil pengujian kelarutan ekstrak pegagan dengan perlakuan konsentrasi enkapsulan gelatin yang berbeda disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Rataan kelarutan ekstrak pegagan (%) terenkapsulasi dengan gelatin Perlakuan Kelarutan (%) P0 (0% gelatin) 43,18 a +0,30 P1 (2% gelatin) 93,01 b +0,16 P2 (4% gelatin) 93,19 b +0,06 P3 (6% gelatin) 96,59 c +0,32 Keterangan: Notasi yang berbeda menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) antar perlakuan. 5

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan gelatin 6% sebagai enkapsulan pada ekstrak pegagan memiliki nilai kelarutan terbaik daripada perlakuan yang lain. Hal ini sesuai pendapat Wukirsari (2006) yang menyatakan bahwa nilai kelarutan yang semakin besar menunjukkan bahwa semakin larutnya suatu bahan dalam pelarut.kelarutandinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Kelarutan dipengaruhi oleh bahan enkapsulan suatu produk. Semakin tinggi konsentrasi gelatin yang digunakan cenderung meningkat kelarutannya. Larutan enkapsulan tersusun dari gelatin yang dalam proses pembentukan matriks melibatkan panas.gelatin dapat berubah dari bentuk sol menjadi gel dan sebaliknya dapat berubah dari bentuk gel menjadi sol kembali.gelatin juga dapat membengkak atau mengembang dalam air dingin, membentuk film, mempengaruhi viskositas suatu bahan, dan dapat melindungi sistem koloid. Sifat gelatin yang dapat berubah darisol menjadi gel secara reversible itulah yang membuat gelatin lebih istimewa daripada gel hidrokoloid lain yang tidak dapat berubah secara reversible seperti pati, alginat, protein susu, dan albumin telur. Pengaruh Penambahan Gelatin terhadap Rendemen Ekstrak Pegagan Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa konsentrasi gelatin sebagai bahan enkapsulan memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap rendemen ekstrak pegagan. Perbedaan rendeman ini disebabkan karena viskositas bahan yang akan dikeringkan semakin tinggi. Menurut Young, Sarda and Rosenberg (1993), viskositas yang terlalu tinggi mengganggu proses atomisasi dan mengakibatkan pembentukan droplet yang besar dan panjang yang menyebabkan kecepatan pengering berkurang sehingga rendemen mikrokapsul berkurang.rata-rata hasil pengujian kelarutan ekstrak pegagan dengan perlakuan konsentrasi enkapsulan gelatin yang berbeda disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Rataan rendemen dan kadarekstrak pegagan terenkapsulasi dengan gelatin Perlakuan Rendemen (%) Kadar (g) P0 (0% gelatin) 23,36 d +0,14 7,01 a +0,04 P1 (2% gelatin) 21,39 c +0,25 10,69 b +0,13 P2 (4% gelatin) 20,85 b +0,06 14,59 c +0,04 P3 (6% gelatin) 18,38 a +0,10 16,54 d +0,09 Keterangan: Notasi yang berbeda menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) antar perlakuan. Hasil rataan enkapsulasi pegagan menunjukkan semakin tinggi konsentrasi jenis enkapsulan terhadap ekstrak pegagan semakin rendah rendemen yang dihasilkan. Menurut Hustiany (2006), semakin besar jumlah enkapsulan semakin besar pula rendemen produk terenkapsulasi. Hal ini disebabkan jumlah enkapsulan sangat berperan terhadap rendemen produk terenkapsulasi. Sementara itu, air dan komponen flavor ada yang menguap selama proses pengeringan dan peranannya kecil terhadap rendemen produk terenkapsulasi. Meskipun peningkatan konsentrasi atau viskositas akan meningkatkan rendemen mikrokapsul tetapi masing-masing bahan mempunyai batas maksimal untuk peningkatan viskositas sampai akhirnya tidak tidak terjadi peningkatan viskositas lagi, bahkan peningkatan viskositas akan menurunkan 6

rendemen mikrokapsul (Bhandari, Dumoulin, Richard, Nouleau and Lebert, 1992). Perbedaan rendemen dalam ekstrak pegagan ini disebabkan oleh perlakuan pemberian gelatin dengan level yang berbeda. Dengan penambahan gelatin yang berbeda berarti adanya penambahan total padatan yang terdapat pada gelatin, sehingga dapat menaikkan total padatan pegagan bubuk. Konsentrasi penambahan bahan enkapsulan gelatin yang tinggi, akan mempertinggi total rendemen dari pegagan bubuk seperti tersaji pada Tabel 4. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Koc.,et al (2010), semakin tinggi total padatan pada bahan yang dikeringkan maka kadar rendemen yang dihasilkan akan semakin tinggi. KESIMPULAN DAN SARAN Hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa penggunaan gelatin sebagai bahan enkapsulan berpengaruh terhadapkadar air, kadar abu, kelarutan dan rendemen pada ekstrak pegagan terenkapsulasi. Penggunaan gelatin sebagai bahan enkapsulan dengan konsentrasi 6 persen memberikan hasil terbaik berdasarkan kadar air, kadar abu, kelarutan dan rendemen pada ekstrak pegagan terenkapsulasi dengan nilai rataan masing-masing sebesar 5,70+0,21%; 3,30+0,08%; 96,59+0,32 %, dan 16,54+0,09%. Disarankan dilakukan penelitian dengan meningkatan konsentrasi gelatin sebagai enkapsulan lebih dari 6 % terhadap pembuatan mikroenkapsulasi ekstrak pegagan DAFTAR PUSTAKA Anonymous. 2007. What Is Gelatin.http://www.Geltech.co m/whatisgelatin.html.diakses 15 Januari 2013. Angka, S.L dan M.T. Suhartono., 2000.Bioteknologi Hasil Laut.. Fakultas Perikanan, Institutn Pertanian Bogor. Bogor Arsyaf, R. A dan S.A.Marliyati., 2012 Pembuatan Roti Bagelen Pegagan (Centella asiatica) sebagai Pangan Fungsional untuk Lansia. J. Tek. Ind. Pert,: 64-70 Bhandari, B. R., E. D. Dumoulin., H. M. Richartd., I. Nouleau, and A. M. Lebert., 1992.Flavor encapsulation by pengeringan semprot : application to citral and linalyl acetate. J. of Food Sci., 57 (1): 217-221 Clarke, P., 2000. Spray Drying edition 5. Food Science Australia, Australia Gustavo, V and B. Canovas., 1999.Food Powders : Physical Properties, Processing, and Functionality. Spinger publisher. Texas Hustiany, R., 2006. Modifikasi Asilasi dan Suksinilasi Pati Tapioka sebagai Bahan Enkaapsulasi Komponen Flavor. Disertasi.Institut Pertanian Bogor. Bogor. 7

Koç, M, S.Y Mazer and F.K. Erfekin. 2010.Use of Gelatin, Pullulan, Lactose and Sucrose as Coating Material for Microencapsulation of Fish Oil by Freeze Drying.Research Paper.Ege University.Faculty of Engineering.Department of Food Engineering.İzmir. Turkey Susrini, I. 1995. Pengantar Pengolahan Susu. Penerbit Fajar. Malang. Van Steenis, C.G.G.J. 1997. Flora. Moeso Surjowinoto, Penerjemah. Jakarta. Pradnya Paramitha. hal. 324. Wukirsari, T. 2006.Enkapsulasi Ibuprofen dengan Penyalut Alginat- Kitosan. Skripsi. Departemen Kimia. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.Institut Pertanian Bogor. Bogor. Young S.L., X. Sarda, and M. Rosenberg. 1993. Microencaptulating Propeerties of Whey Proteins. J. Dairy Sci., 76: 2878-2885. 8