Sri Wira Karina 1), Elis Kartika 2), dan Sosiawan Nusifera 2) Fakultas Pertanian Universitas Jambi

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 32 meter di

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kopi merupakan produk tanaman perkebunan yang dibutuhkan oleh

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil Percobaan I. Pengaruh Suhu Air dan Intensitas Perendaman terhadap Perkecambahan Benih Kelapa Sawit

47 Tabel 3. Rata-rata Persentase kecambah Benih Merbau yang di skarifikasi dengan air panas, larutan rebung dan ekstrak bawang merah Perlakuan Ulangan

STUDI PERLAKUAN PEMATAHAN DORMANSI BENIH DENGAN SKARIFIKASI MEKANIK DAN KIMIAWI

Pemberian H 2 so 4 dan Air Kelapa pada Uji Viabilitas Biji Kopi Arabika (Coffea arabika L.)

PENGARUH BERBAGAI MEDIA SIMPAN ALAMI TERHADAP VIABILITAS DAN VIGOR BENIH KAKAO (Theobroma cacao L.) SELAMA PERIODE SIMPAN ARTIKEL ILMIAH IRMAWATI

I. Judul Pematahan Dormansi Biji II. Tujuan Untuk mengetahui pengaruh cara pematahan dormansi pada biji berkulit keras dengan fisik dan kimiawi.

PENGARUH PERLAKUAN PENGAMPLASAN TERHADAP KECEPATAN BERKECAMBAH BENIH AREN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penanaman tanaman kacangan penutup tanah (Legume Cover Crop/LCC)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. multiguna karena hampir seluruh bagian pohonnya dapat dimanfaatkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan tanaman sumber karbohidrat

PENGGUNAAN LARUTAN KIMIA DALAM PEMATAHAN DORMANSI BENIH KOPI LIBERIKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Asam jawa merupakan tanaman keras berumur panjang yang dapat mencapai

PENDAHULUAN. Tanamanaren(ArengapinnataMerr. ) banyakterdapatdantersebarhamperdiseluruhwilayah di Nusantara, khususnya di

PEMATAHAN DORMANSI BENIH

PENGARUH SUHU AIR AWAL DAN LAMA PERENDAMAN BENIH TERHADAP VIABILITAS DAN VIGOR BENIH KOPI ARABIKA (Coffea arabica L.)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Tanaman kacang buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan salah satu tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. (United States Department of Agriculture, 2011). vertikal dan horizontal. Bagian akar yang aktif adalah pada kedalaman cm,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pengaruh Konsentrasi dan Lama Perendaman dalam Asam Sulfat (H 2 SO 4 ) terhadap Perkecambahan Benih Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.

PERENDAMAN BENIH PADA BERBAGAI SUHU LARUTAN URIN SAPI TERHADAP DAYA KECAMBAH KALIANDRA (Calliandra calothyrsus)

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman penghasil beras yang menjadi

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) dengan 20 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan dalam penelitian ini

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pendahuluan. ACARA I Perkecambahan Benih. (eksternal). Faktor Dalam Faktor dalam yang mempengaruhi perkecambahan benih antara lain :

BAB I PENDAHULUAN. ada. Sehubungan dengan peranan air bagi kehidupan Allah SWT berfirman dalam

I. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Lama Perendaman di Dalam Polyethylene Glycol (PEG) 6000

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. panennya menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata (hasil analisis disajikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman srikaya memiliki bentuk pohon yang tegak dan hidup tahunan.

Respons Pertumbuhan Benih Kopi Robusta terhadap Waktu Perendaman dan Konsentrasi Giberelin (GA 3 )

II. TINJAUAN PUSTAK A. 2.1 Karakteristik dan Komposisi Kimia Benih Kedelai

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

PERENDAMAN BENIH SAGA (Adenanthera pavonina L.) DENGAN BERBAGAI KONSENTRASI AIR KELAPA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS KECAMBAH

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Produktivitas Tahun Luas Area (ha) Produksi (ton) (ton/ha)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tomat termasuk tanaman semusim Ordo Solanales, family solanaceae,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen dengan menggunakan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 21 hari setelah tanam. Sedangkan analisis pengaruh konsentrasi dan lama perendaman

MATERI 1 STRUKTUR BENIH DAN TIPE PERKECAMBAHAN I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) merupakan tanaman yang di

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh-tumbuhan. Terkait dengan tumbuh-tumbuhan sebenarnya telah

PENGARUH SUHU DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP MUTU BENIH JAGUNG MANIS (Zea Mays Sachaarata Strurt) DI PT. SANG HYANG SERI (PERSERO) SUKAMANDI

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

Pematahan Dormansi dan Perkecambahan Biji Kopi Arabika (Coffea arabika L.) dengan Asam Sulfat (H2SO4) dan Giberelin (GA3)

(Glycine max (L. ) Merr. )

PENGARUH KONSENTRASI ETANOL DAN LAMA PENDERAAN PADA VIABILITAS BENIH TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill.) VARIETAS OVAL

I. PENDAHULUAN. karena nilai gizinya yang tinggi. Untuk memenuhi konsumsi dalam negeri,

I. PENDAHULUAN. Tengah dan Amerika Selatan sebelah utara, tetapi pohon trembesi banyak

PENGARUH KONDISI PENYIMPANAN DAN BERBAGAI VARIETAS BAWANG MERAH LOKAL SULAWESI TENGAH TERHADAP VIABILITAS DAN VIGOR BENIH IF ALL 1 DAN IDRIS 2

LAPORAN PRATIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH DORMANSI

BAB I PENDAHULUAN. banyak ditanam di Amerika yang beriklim tropis, misalnya Mexico, Amerika

Pengaruh Pemberian Hormon Giberellin Terhadap Perkecambahan Benih Tanaman

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Mortalitas. biopestisida berpengaruh nyata terhadap tingkat mortalitas Tribolium castaneum

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Uji perkecambahan benih padi dengan menggunakan konsentrasi larutan Kalium Nitrat (KNO 3 ) 3%

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian eksperimen menggunakan Rancangan Acak

PENGGUNAAN KERTAS MERANG DAN KERTAS CD SEBAGAI ALTERNATIF MEDIA PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH BENIH WIJEN (SesamumIndicum L)

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Pala (Myristica fragrans Houtt.) merupakan produk asli Indonesia, dengan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembuatan Lot Benih

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta dalam suhu ruang. Parameter penelitian di. normal di akhir pengamatan (Fridayanti, 2015).

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Konsentrasi Asam Sulfat terhadap Perkecambahan Biji Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN. terdiri dari 4 taraf perlakuan. Faktor kedua adalah lama perendaman (L) di dalam

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

TINJAUAN PUSTAKA Pembiakan Vegetatif Viabilitas dan Vigoritas

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) termasuk dalam jenis tanaman sayuran,

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari kulit batangnya. Kenaf sebagai tanaman penghasil serat banyak

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi botani tanaman palem botol adalah sebagai berikut:

Jurnal Sylva Lestari ISSN Vol. 2 No. 2, Mei 2014 (71 78)

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

PENENTUAN STADIA KEMASAKAN BUAH NANGKA TOAYA MELALUI KAJIAN MORFOLOGI DAN FISIOLOGI BENIH ABSTRAK

Pengaruh Perendaman Beberapa Konsentrasi Potassium Nitrat (KNO3) dan Air Kelapa Terhadap Viabilitas Biji Delima (Punica granatum L.

Pengaruh Konsentrasi Dan Lama Perendaman Asam Sulfat Terhadap Perkecambahan Biji Aren ( Arenga pinnata Merr. )

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di lahan di Desa Jatimulyo, Kecamatan Jati Agung,

Stratifikasi III. METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Waktu dan Tempat Penelitian

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

UJI DAYA KECAMBAH BENIH JAWAWUT (Setaria italica) DENGAN BERBAGAI LAMA WAKTU PERENDAMAN BENIH DALAM LARUTAN URINE SAPI

BAB III METODE PENELITIAN. adalah konsentrasi PEG 6000 (Polietilena glikol) (K) yang terdiri dari 4 taraf

Transkripsi:

PENGARUH PERLAKUAN PEMECAHAN DORMANSI TERHADAP PERKECAMBAHAN BENIH KOPI LIBERIKA TUNGKAL JAMBI (Coffea liberica var. liberica cv. Liberika Tungkal Jambi) Sri Wira Karina 1), Elis Kartika 2), dan Sosiawan Nusifera 2) Fakultas Pertanian Universitas Jambi sriwirakarinaa@yahoo.com 1) Alumni Jurusan Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jambi 2) Dosen Fakultas Pertanian Universitas Jambi ABSTRAK Kopi Liberika Tungkal Jambi merupakan salah satu tanaman perkebunan yang penting di Provinsi Jambi. Benih kopi membutuhkan waktu 6 8 minggu untuk berkecambah dalam kondisi lingkungan normal. Lamanya waktu perkecambahan ini dapat diatasi dengan metode pemecahan dormansi benih. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Jambi dari bulan Januari sampai bulan Maret 2017, dengan tujuan mendapatkan perlakuan terbaik pemecahan dormansi benih pada perkecambahan kopi Liberika Tungkal Jambi. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap sederhana dengan perlakuan pemecahan dormansi benih, terdiri dari 5 taraf yaitu : kontrol, pengupasan kulit benih, perendaman benih dalam air panas, perendaman benih dalam H 2 SO 4, dan penyimpanan benih pada suhu rendah. Peubah yang diamati adalah kadar air benih, hitungan pertama, kecepatan tumbuh benih, daya berkecambah, keserempakan berkecambah, persentase benih tidak tumbuh, dan bobot kering. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemecahan dormansi benih mampu mempercepat dan meningkatkan perkecambahan kopi Liberika Tungkal Jambi. Perlakuan pengupasan kulit benih merupakan perlakuan terbaik dalam pemecahan dormansi kopi Liberika Tungkal Jambi. Kata kunci: Pemecahan Dormansi, Perkecambahan, Kopi Liberika Tungkal Jambi PENDAHULUAN Kopi merupakan salah satu komoditas unggulan dalam sektor perkebunan yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Tanaman ini mampu meningkatkan devisa negara melalui sumbangannya terhadap nilai ekspor yang terus meningkat. Provinsi Jambi menduduki posisi ke 13 dengan luas areal dan produksi perkebunan kopi terbesar di Indonesia. Kabupaten Tanjung Jabung Barat merupakan Kabupaten yang menjadi sentra budidaya kopi Liberika Tungkal 1

Jambi (Libtujam) di Provinsi Jambi. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Tanjung Jabung Barat (2015), pada tahun 2011 terjadi penurunan produktivitas tanaman kopi Libtujam. Tahun 2013, terjadi penurunan baik dari segi luas areal maupun produktivitas. Namun, pada tahun 2014, luas areal perkebunan kopi libtujam kembali meningkat, tetapi tidak disertai dengan peningkatan produktivitasnya. Hal ini diduga karena telah dilakukannya replanting guna meningkatkan produksi dan produktivitas kopi di Provinsi Jambi. Replanting dilakukan karena kondisi tanaman kopi Libtujam yang ada saat ini sudah tua, umurnya mencapai 40-50 tahun sedangkan umur ekonomis harapannya 30 tahun. Oleh karena itu, perlu dilakukan peremajaan guna memperbaiki kualitas perkebunan kopi masyarakat. Salah satu kegiatan dalam upaya peremajaan tanaman kopi adalah penyediaan bibit kopi berkualitas. Untuk memperoleh bibit kopi yang berkualitas baik, maka dalam perbanyakan secara generatif membutuhkan benih yang bermutu baik. Benih kopi merupakan salah satu tanaman yang memiliki masa dormansi yang cukup lama. Menurut Najiyati dan Danarti (2009), untuk mencapai stadium serdadu (hipokotil tegak lurus) butuh waktu 4-6 minggu, sementara untuk mencapai stadium kepelan (membukanya kotiledon) membutuhkan waktu 8-12 minggu. Lamanya masa dormansi tersebut diakibatkan oleh hambatan fisik dan kulit benihnya yang keras. Keadaan ini mengakibatkan sulitnya air dan oksigen dalam menembus kulit benih serta menghalangi pertumbuhan embrio. Pemecahan dormansi kulit benih dapat dilakukan dengan berbagai metode skarifikasi yaitu secara mekanik, fisik, dan kimiawi. merupakan cara pemecahan dormansi yang paling sederhana. Hasil penelitian Muniarti dan Zuhry (2002) menjelaskan bahwa kulit benih kopi robusta yang dikupas dengan persentase pengupasan 100% (dikupas seluruhnya) dapat mempercepat perkecambahan dari hari ke 40 dan 60 setelah semai (tanpa pengupasan kulit) menjadi hari ke 27 dan 60 setelah semai. Salah satu metode skarifikasi secara fisik yaitu perendaman benih dalam air suhu tinggi pada waktu tertentu. Desmawan et al. (2011) melaporkan bahwa perendaman benih kopi dengan suhu awal 90 C dan waktu perendaman 30 menit dilakukan selama 7 hari berurut-turut dapat meningkatkan indeks vigor dan daya 2

tumbuh benih kopi sebesar 77,71%. Selain perendaman benih dalam air panas, metode skarifikasi fisik juga dapat dilakukan dengan cara penyimpanan benih pada suhu rendah. Penelitian yang dilakukan oleh Cahyanti (2009) dalam Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (2013), menyatakan bahwa penyimpanan benih pada suhu 10 C selama 12 jam mampu mempercepat laju perkecambahan benih kopi arabika. Secara kimia dilakukan dengan cara perendaman menggunakan larutan asam kuat seperti H 2 SO 4. Penelitian yang terkait dengan penggunaan H 2 SO 4 pernah dilakukan oleh Hedty et al. (2014), perlakuan terbaik untuk uji viabilitas benih kopi arabika adalah perendaman benih pada larutan H 2 SO 4 dengan konsentrasi 20% dan air kelapa dengan konsentrasi 100% yang menunjukkan persentase perkecambahan sebesar 86,66% dan persentase pertumbuhan kecambah sebesar 30,46%. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perlakuan pemecahan dormansi pada perkecambahan benih kopi Liberika Tungkal Jambi dan mendapatkan perlakuan terbaik pemecahan dormansi benih pada perkecambahan kopi Liberika Tungkal Jambi. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Jambi, Desa Mendalo Indah, Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro Jambi, Jambi. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Januari sampai dengan bulan Maret 2017. Penelitian ini disusun dalam rancangan acak lengkap (RAL) dengan perlakuan pemecahan dormansi yang terdiri dari 5 taraf : p 0 = p 1 = p 2 = p 3 = p 4 = Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 5 kali sehingga diperoleh 25 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan dibutuhkan benih sebanyak 625 butir 3

ditambah dengan 225 butir benih untuk pengukuran kadar air. Sehingga jumlah seluruh benih yang dibutuhkan adalah 850 butir benih. Peubah yang diamati pada penelitian ini meliputi kadar air benih, hitungan pertama, kecepatan tumbuh benih, daya berkecambah, keserempakan berkecambah, persentase benih tidak tumbuh, dan bobot kering. Data hasil penelitian terlebih dahulu diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Kolmogorov-smirnov dan homogenitsnya dengan menggunakan uji Levene. Selanjutnya data yang teruji normal dianalisis dengan menggunakan analisis ragam (Anova) kemudian untuk melihat perbedaan dilanjutkan dengan uji Duncan dengan taraf α = 5 %. Analisis dilakukan dengan bantuan software yang meliputi SPSS 16.0 untuk uji normalitas, Minitab 1.6 untuk uji homogenitas serta software DSAASTAT 1.2 untuk Anova dan DMRT. Hasil 1. Kadar Air Benih HASIL DAN PEMBAHASAN Rata-rata kadar air benih kopi Libtujam akibat perlakuan pemecahan dormansi disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Rata-rata kadar air benih pada perlakuan pemecahan dormansi kopi Libtujam Perlakuan Kadar Air (%) 32,78 b 43,15 a 31,14 b 34,72 b 35,82 b Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukan berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf α 5%. Berdasarkan Tabel 1, persentase kadar air benih tertinggi terdapat pada perlakuan pengupasan kulit benih dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Sementara itu, pada perlakuan kontrol, perendaman benih dalam air panas, perendaman benih dalam larutan H 2 SO 4 dan perendaman benih dalam larutan H 2 SO 4 tidak berpengaruh nyata diantaranya. 4

2. Hitungan Pertama Rata-rata uji hitung pertama benih kopi Libtujam akibat perlakuan pemecahan dormansi disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Rata-rata uji hitung pertama pada perlakuan pemecahan dormansi kopi Libtujam Perlakuan Hitungan Pertama (Hari) 45,2 bc 31,4 d 53,6 a 43,2 c 46,4 b Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukan berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf α 5%. Berdasarkan Tabel 2, terlihat bahwa perlakuan pengupasan kulit benih memiliki waktu perkecambahan tercepat dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Sementara itu, perlakuan yang memiliki waktu paling lama untuk berkecambah yaitu perendaman benih dalam air panas namun tidak berbeda nyata bila dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Perlakuan kontrol juga tidak berbeda nyata dengan penyimpanan benih pada suhu rendah. 3. Kecepatan Tumbuh Benih Rata-rata uji kecepatan tumbuh benih kopi Libtujam akibat perlakuan pemecahan dormansi disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Rata-rata uji kecepatan tumbuh benih pada perlakuan pemecahan dormansi kopi Libtujam Perlakuan Kecepatan Tumbuh Benih ( kec / hari ) 0,4808 b 1,1838 a 0,0744 c 0,4898 b 0,4254 b Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukan berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf α 5%. Berdasarkan Tabel 3, terlihat bahwa perlakuan pengupasan kulit benih memiliki kemampuan tumbuh tercepat dan berbeda nyata bila dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Sementara itu, perlakuan yang memiliki kemampuan tumbuh paling lama untuk berkecambah yaitu perendaman benih 5

dalam air panas yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Namun, terdapat pengaruh tidak nyata diantara perlakuan kontrol, perendaman benih dalam larutan H 2 SO 4, dan penyimpanan benih pada suhu rendah. 4. Daya Berkecambah Rata-rata daya berkecambah benih kopi Libtujam akibat perlakuan pemecahan dormansi disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Rata-rata daya berkecambah pada perlakuan pemecahan dormansi kopi Libtujam Perlakuan Daya Berkecambah (%) 88,80 a 96,00 a 15,20 b 91,20 a 77,60 ab Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukan berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf α 5%. Berdasarkan Tabel 4, terlihat bahwa persentase daya berkecambah tertinggi diperoleh pada perlakuan pengupasan kulit benih, namun terdapat pengaruh tidak nyata bila dibandingkan dengan perlakuan kontrol, perendaman benih dalam larutan H 2 SO 4, dan penyimpanan benih pada suhu rendah. Perlakuan penyimpanan benih pada suhu rendah juga tidak berpengaruh nyata dengan perlakuan perendaman benih dalam air panas. 5. Keserempakan Berkecambah Rata-rata keserempakan berkecambah benih kopi Libtujam akibat perlakuan pemecahan dormansi disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Rata-rata keserempakan berkecambah pada perlakuan pemecahan dormansi kopi Libtujam Perlakuan Keserempakan Berkecambah (%) 82,40 bc 96,00 a 13,60 d 88,80 ab 74,40 c Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukan berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf α 5%. 6

Berdasarkan Tabel 5, terlihat bahwa perlakuan pengupasan kulit benih memiliki persentase keserempakan berkecambah tertinggi dan tidak berbeda nyata bila dibandingkan dengan perlakuan perendaman benih dalam larutan H 2 SO 4. Sementara itu, perlakuan perendaman benih dalam larutan H 2 SO 4 tidak berbeda nyata dengan kontrol, namun kontrol tidak berbeda nyata dengan perlakuan penyimpanan benih pada suhu rendah. Persentase keserempakan berkecambah terendah diperoleh pada perlakuan perendaman benih dalam air panas dan berbeda nyata bila dibandingkan perlakuan lainnya. 6. Persentase Benih Tidak Tumbuh Rata-rata persentase benih tidak tumbuh benih kopi Libtujam akibat perlakuan pemecahan dormansi disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Rata-rata Persentase benih tidak tumbuh pada perlakuan pemecahan dormansi kopi Libtujam Perlakuan Persentase benih tidak tumbuh (%) 11,20 bc 4,00 d 85,60 a 10,40 cd 22,40 b Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukan berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf α 5%. Berdasarkan Tabel 6, terlihat bahwa pada perlakuan perendaman benih dalam air panas memiliki Persentase benih tidak tumbuh paling tinggi dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Sementara itu, persentase benih tidak tumbuh terendah diperoleh pada perlakuan pengupasan kulit benih tidak berbeda nyata bila dibandingkan dengan perendaman benih dalam larutan H 2 SO 4. Namun, perlakuan perendaman benih dalam larutan H 2 SO 4 tidak berbeda nyata dengan kontrol, begitu juga dengan kontrol tidak berbeda nyata dengan perlakuan penyimpanan benih pada suhu rendah 7. Bobot Kering Rata-rata bobot kering benih kopi Libtujam akibat perlakuan pemecahan dormansi disajikan pada Tabel 7. 7

Tabel 7. Rata-rata bobot kering pada perlakuan pemecahan dormansi kopi Libtujam Perlakuan Bobot Kering (g) 1,05912 a 1,05784 a 0,16324 b 1,20220 a 1,11066 a Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukan berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf α 5%. Berdasarkan Tabel 7, terlihat bahwa rata-rata bobot kering terendah diperoleh pada perlakuan perendaman benih dalam air panas dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya, sementara itu pada perlakuan kontrol, pengupasan kulit benih, perendaman benih dalam larutan H 2 SO 4, dan penyimpanan benih pada suhu rendah, tidak berpengaruh nyata diantara perlakuan tersebut. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa perlakuan pemecahan dormansi benih berpengaruh terhadap perkecambahan kopi Libtujam. Pengupasan kulit benih memiliki hasil terbaik dibandingkan perlakuan lainnya, seperti terlihat pada peubah kadar air benih (Tabel 1), hitungan pertama (Tabel 2), kecepatan tumbuh benih (Tabel 3), daya berkecambah (Tabel 4), keserempakan berkecambah (Tabel 5), dan persentase benih tidak tumbuh (Tabel 6). Pada peubah kadar air benih, perlakuan pengupasan kulit benih memiliki persentase kadar air tertinggi, hal ini disebabkan karena struktur kulit tanduk lebih kering dibandingkan embrio. Meskipun begitu, perlakuan pengupasan kulit benih tidak berbeda nyata dengan perlakuan penyimpanan benih pada suhu rendah. Hal ini disebabkan karena pada perlakuan penyimpanan benih pada suhu rendah, kondisi ruang simpan memiliki kelembaban yang tinggi dimana lingkungan sekitarnya dipenuhi oleh uap air sehingga dapat meningkatkan kadar air pada benih. Menurut Rozen et al (2016), benih bersifat higroskopis, sehingga kandungan uap air yang tinggi dalam ruang penyimpanan dapat menyebabkan benih menyerap air dari sekitarnya dan meningkatkan kadar air benih. Sementara 8

itu, perlakuan penyimpanan benih pada suhu rendah tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Hal ini diduga karena proses penyerapan air terhalang oleh kulit benih yang keras. Meskipun benih telah diberikan perlakuan, namun air yang terserap oleh kulit benih langsung di transfer ke permukaan embrio sehingga jumlah air yang berada pada kulit benih berkurang. Pada peubah daya berkecambah, persentase daya berkecambah tertinggi diperoleh pada perlakuan pengupasan kulit benih, namun terdapat pengaruh tidak nyata bila dibandingkan dengan perlakuan kontrol, perendaman benih dalam larutan H 2 SO 4, dan penyimpanan benih pada suhu rendah. Hal ini dapat diartikan bahwa keempat perlakuan tersebut dapat meningkatkan daya perkecambahan, namun setiap perlakuan memiliki persentase perkecambahan yang berbeda-beda. Kondisi ini disebabkan karena mekanisme kerja setiap perlakuan tidak sama. Seperti halnya perlakuan pengupasan kulit benih yang memiliki persentase daya berkecambah tertinggi disebabkan karena kulit benih yang dihilangkan sehingga tidak adanya penghalang proses imbibisi, berikutnya kontrol disebabkan karena benih ditumbuhkan pada kondisi yang normal, dan perlakuan penyimpanan benih pada suhu rendah yang disebabkan karena kelembaban yang tinggi pada ruang simpan sehingga dapat menyebabkan benih menyerap air lebih banyak dari sekitarnya. Pengaruh tidak nyata juga terlihat pada peubah keserempakan berkecambah dan bobot kering apabila pengupasan kulit benih dibandingkan dengan perlakuan perendaman benih dalam larutan H 2 SO 4. Hal ini disebabkan karena larutan asam sulfat mampu melunakan kulit benih sehingga memudahkan proses imbibisi. merupakan perlakuan terbaik, hal ini disebabkan karena dengan dikupasnya kulit benih, benih akan kontak langsung dengan air selain itu penyerapan oksigen terjadi secara langsung tanpa adanya penghalang kulit benih. Air memegang peranan penting dalam perkecambahan karena air yang diserap benih akan mengembangkan embrio dan endosperma selain itu suplai O 2 akan meningkat sehingga sel-sel benih lebih aktif dalam proses pencernaan, asimilasi, dan respirasi (Kamil, 1992). Meningkatnya proses imbibisi dan suplai oksigen dapat mengaktifkan proses metabolisme dalam benih yang pada akhirnya dapat mempercepat munculnya kecambah, seperti terlihat pada peubah hitungan 9

pertama dan kecepatan tumbuh benih (Tabel 2 dan 3). Pada peubah hitungan pertama menunjukkan perkecambahan yang seharusnya terjadi pada hari ke 44 setelah semai (6 minggu) menjadi hari ke 31,4 setelah semai (4 minggu). Begitu juga halnya dengan peubah kecepatan berkecambah, perlakuan pengupasan kulit benih memiliki kecepatan perkecambahan sebesar 1,1838 per hari. Perlakuan terbaik berikutnya setelah pengupasan kulit benih adalah perendaman benih dalam larutan H 2 SO 4. Pada peubah hitungan pertama, perlakuan ini menghasilkan hari perkecambahan tercepat setelah pengupasan kulit benih yaitu pada hari ke 43,2 setelah semai (Tabel 2). Begitu juga dengan kecepatan berkecambah, perlakuan perendaman benih dalam larutan H 2 SO 4 memiliki kecepatan perkecambahan sebesar 0,4898 per hari (Tabel 3). Hal ini disebabkan karena larutan H 2 SO 4 mampu melunakkan kulit biji sehingga biji lebih mudah untuk menyerap air yang diperlukan dalam proses imbibisi. Sadjad (1993) menjelaskan bahwa H 2 SO 4 dapat membebaskan koloid yang bersifat hidrofil pada kulit benih sehingga tekanan imbibisi meningkat dan akan meningkatkan penyerapan benih terhadap air. Hal ini mampu meningkatkan daya perkecambahan (Tabel 4) dan keserempakan berkecambah (Tabel 5). Perlakuan terbaik berikutnya adalah kontrol. Perlakuan kontrol merupakan perlakuan yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan penyimpanan benih pada suhu rendah dan perendaman benih dalam air panas. Hal tersebut dapat diamati dari peubah hitungan pertama (Tabel 2), kecepatan tumbuh benih (Tabel 3), daya berkecambah (Tabel 4), keserempakan berkecambah (Tabel 5), persentase benih tidak tumbuh benih (Tabel 6), dan bobot kering kecambah (Tabel 7). Hal ini diduga karena perlakuan kontrol benih dikecambahkan pada kondisi lingkungan yang secara normal baik untuk perkecambahan, seperti kelembaban yang cukup, suhu dan cahaya yang sesuai. Sementara itu, tidak sama halnya dengan perlakuan penyimpanan benih pada suhu rendah dan perendaman benih dalam air panas. Perlakuan penyimpanan benih pada suhu rendah menunjukkan pengaruh yang tidak terlalu signifikan bila dibandingkan dengan kontrol. Namun pada peubah kadar air benih, perlakuan penyimpanan benih pada suhu rendah memiliki persentase kadar air tertinggi (Tabel 1). Hal ini diduga karena kondisi ruang 10

simpan memiliki kelembaban yang tinggi sehingga dapat meningkatkan kadar air pada benih. Menurut Rozen et al (2016), benih bersifat higroskopis, sehingga kandungan uap air yang tinggi dalam ruang penyimpanan dapat menyebabkan benih menyerap air dari sekitarnya dan meningkatkan kadar air benih. Meskipun begitu, uap air yang diserap oleh benih masih terbatas, hal ini disebabkan karena masih adanya inhibitor berupa kulit benih yang keras sehingga proses imbibisi terhalang. Perlakuan perendaman benih dalam air panas memiliki hasil yang paling rendah terhadap peubah hitungan pertama (Tabel 2), kecepatan tumbuh benih (Tabel 3), daya berkecambah (Tabel 4), keserempakan berkecambah (Tabel 5), dan bobot kering (Tabel 7). Rendahnya peubah-peubah tersebut, disebabkan persentase benih mati yang tinggi, yaitu 85,60% (Tabel 6). Perendaman benih dengan suhu tinggi diduga terjadi karena adanya kerusakan embrio akibat suhu air perendaman yang terlalu tinggi. Temperatur tertentu dapat menyebabkan terjadinya disintegrasi lapisan kulit benih sehingga membuat benih permeabel terhadap air, namun pada suhu air yang terlalu tinggi diasumsikan air panas bukan hanya merusak kulit benih tapi juga merusak embrio sehingga menyebabkan benih tidak dapat tumbuh dengan baik (Farhana et al, 2013). KESIMPULAN Adapun kesimpulan yang didapat setelah dilakukannya penelitian ini, adalah : 1. Perlakuan pemecahan dormansi benih mampu mempercepat dan meningkatkan perkecambahan Kopi Liberika Tungkal Jambi. 2. Perlakuan pengupasan kulit benih merupakan perlakuan terbaik dalam pemecahan dormansi Kopi Liberika Tungkal Jambi. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Tanjung Jabung Barat. 2015. Tanjung Jabung Barat Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Tanjung Jabung Barat. Jambi Cahyanti, Eka. 2009. Pengaruh Perlakuan Pemecahan Dormansi Benih Pada Perkecambahan Kopi Arabika Klon USDA (Coffea Arabica L.). [tesis]. Malang : Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya 11

Farhana, D., Ilyas, S., Budiman, F. 2013. Pematahan Dormansi Benih Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jaq.) dengan Perendaman Dalam Air Panas dan Variasi Konsentrasi Ethepon. J. Bul. Agrohorti 1 (1) : 72-78 Desmawan, P., Rohmanti, R., dan Nasrullah. 2011. Pengaruh Suhu dan Lama Perendaman Benih Terhadap Perkecambahan dan Pertumbuhan Awal Bibit Kopi Arabika (Coffea arabica (LENN)). Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. Hedty, Mukarlina, dan Turnip, M. 2014. Pemberian H 2 SO 4 dan Air Kelapa pada Uji Viabilitas Biji Kopi Arabika (Coffea arabika L.). J. Probiont 3 (1) : 7-11 Kamil, J. 1992. Teknologi benih. Angkasa Raya. Bandung Muniarti, dan Zuhry, E. 2002. Peranan Gibberellin Terhadap Perkecambahan Benih Kopi Robusta (Coffea canephora Pierre) Tanpa Kulit. J. Sagu 1 (1) : 1-5 Najiyati S, dan Danarti. 2009. Kopi, Budidaya dan Penanganan Lepas Panen. Penebar Swadaya. Jakarta Rozen, N., Thaib, R., Darvis, I., Firdaus. 2016. Pematahan Dormansi Benih Enau (Arenga pinnata) dengan Berbagai Perlakuan serta Evaluasi Pertumbuhan Bibit di Lapangan. J. Biodiv Indon 2 (1) : 27-31 Sajad, S., Hari, S., Sri, S.H., Jusup, S., Sugihharsono dan Sudarsono. 1993. Dasar- Dasar Teknologi Benih. Biro Penataran. Institut Pertanian Bogor. Bogor 12