BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Sebagian besar sumber energi yang dieksploitasi di Indonesia berasal dari energi fosil berupa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi saat ini yang melanda dunia masih dapat dirasakan terutama di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

Logo SEMINAR TUGAS AKHIR. Henni Eka Wulandari Pembimbing : Drs. Gontjang Prajitno, M.Si

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang yang kaya akan radiasi matahari yang tinggi,

STUDI AWAL FABRIKASI DYE SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC) DENGAN EKSTRAKSI DAUN BAYAM SEBAGAI DYE SENSITIZER DENGAN VARIASI JARAK SUMBER CAHAYA PADA DSSC

BAB I PENDAHULUAN. Listrik merupakan kebutuhan esensial yang sangat dominan kegunaannya

4 FABRIKASI DAN KARAKTERISASI SEL SURYA HIBRID ZnO-KLOROFIL

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. Energi merupakan aspek kehidupan yang kini menjadi sorotan manusia di

Logo SEMINAR TUGAS AKHIR. Ana Thoyyibatun Nasukhah Pembimbing : Drs. Gontjang Prajitno, M.Si

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Hari Gambar 17. Kurva pertumbuhan Spirulina fusiformis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. energi cahaya (foton) menjadi energi listrik tanpa proses yang menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Struktur (a) porfirin dan (b) corrole (Jaung, 2005)

SEL SURYA BERBASIS TITANIA SEBAGAI SUMBER ENERGI LISTRIK ALTERNATIF

POTENSI APLIKASI BAYAM MERAH DAN JAHE MERAH SEBAGAI DYE PADA SEL SURYA BERBASIS DYE (DSSC) LAPORAN AKHIR PENELITIAN

Pengaruh Konsentrasi Ruthenium (N719) sebagai Fotosensitizer dalam Dye-Sensitized Solar Cells (DSSC) Transparan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi yang dialami hampir oleh seluruh negara di dunia

PENGARUH LAMA PERENDAMAN TERHADAP EFISIENSI SEL SURYA TERSENSITISASI DYE DARI TINTA SOTONG DAN EKSTRAK TEH HITAM

Edisi Juli 2015 Volume IX No. 2 ISSN STUDI KOMPUTASI SENYAWA DOPAMIN DAN DOPAMIN-TI(OH) 2 UNTUK APLIKASI SEL SURYA TERSENSITASI ZAT WARNA

BAB I PENDAHULUAN I.1

commit to user BAB II TINJAUAN PUSTAKA

F- 1. PENGARUH PENYISIPAN LOGAM Fe PADA LAPISAN TiO 2 TERHADAP PERFORMANSI SEL SURYA BERBASIS TITANIA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

DYE - SENSITIZED SOLAR CELLS (DSSC) MENGGUNAKAN PEWARNA ALAMI DARI EKSTRAK KOL MERAH DAN COUNTER ELECTRODE BERBASIS KOMPOSIT TiO2-GRAFIT

SEL SURYA FOTOELEKTROKIMIA DENGAN MENGGUNAKAN NANOPARTIKEL PLATINUM SEBAGAI ELEKTRODA COUNTER GROWTH

KESTABILAN SEL SURYA DENGAN FOTOSENSITIZER EKSTRAK ZAT WARNA KULIT JENGKOL (Pithecellobium lobatum Benth.)

TiO 2 jatuh pada 650 nm sedangkan pada kompleks itu sendiri jatuh pada 600 nm, dengan konstanta laju injeksi elektron sekitar 5,5 x 10 8 s -1 sampai

PERFORMA SEL SURYA TERSENSITASI ZAT PEWARNA (DSSC) BERBASIS ZnO DENGAN VARIASI TINGKAT PENGISIAN DAN BESAR KRISTALIT TiO 2 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SEBAGAI DYE SENSITISER ALAMI PADA DYE SENSITIZED SOLAR CELL

DAFTAR ISI. Persetujuan Pernyataan Penghargaan Abstrak Abstract Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Lampiran

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No.2, (2013) X 1

PEMANFAATAN EKSTRAK ANTOSIANIN KELOPAK BUNGA ROSELLA (Hibiscus Sabdariffa) SEBAGAI SENSITIZER DALAM PEMBUATAN DYE SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC)

PEMBUATAN PROTOTIPE DYE SENSITIZED SOLAR CELL(DSSC) DENGAN MEMANFAATKAN EKSTRAK ANTOSIANIN STRAWBERRY

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI KLOROFIL TERHADAP DAYA KELUARAN DYE-SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Struktur Porfirin (Jaung, 2005)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Mariya Al Qibriya, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Sel surya generasi pertama berbahan semikonduktor slikon (Si) yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Peranan Elektrolit Pada Performa Sel Surya Pewarna Tersensitisasi (SSPT)

DAFTAR ISI. PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME... ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. HALAMAN TUGAS... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... v. HALAMAN MOTO...

PENGAWETAN KLOROFIL DAUN KATUK SEBAGAI ZAT PEWARNA UNTUK BAHAN DSSC (DYE SENSITIZED SOLAR CELL) DENGAN MENGGUNAKAN FREEZE DRYING ABSTRAK

STUDI KOMPUTASI SENYAWA BERBASIS ANISIL INDOL DENGAN SENYAWA AKSEPTOR ASAM SIANOAKRILIK SEBAGAI SENSITIZER SOLAR SEL ORGANIK

VARIASI KECEPATAN PUTAR DAN WAKTU PEMUTARAN SPIN COATING

4 FABRIKASI DAN KARAKTERISASI DSSC TiO 2 /FIKOSIANIN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Sintesis dan Karakterisasi Dye Sensitized Solar Cells (DSSC) dengan Sensitizer Antosianin dari Bunga Rosella

LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI

PERKEMBANGAN SEL SURYA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

FABRIKASI SEL SURYA PEWARNA TERSENSITISASI (SSPT) DENGAN MEMANFAATKAN EKSTRAK ANTOSIANIN UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas L)

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

Karakterisasi Ekstrak Antosianin Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L) sebagai Fotosensitiser pada Sel Surya Pewarna Tersensitisasi

Karakterisasi Dye Organik Alam Dan Ruthenium (N719) Sebagai Fotosensitizer Dalam Dye Sensitized Solar Cells (DSSC) TESIS

Pembuatan Prototipe Dari Dye Sentized Solar Cell (DSSC) Yang Menggunakan Antosianin Daun Miana/Iler ( Coleus Scutellariodes

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Mekanisme Pembentukan Lapisan ZnO

Asisten : Fitri A. P / Astari Rantiza / Tanggal Praktikum : ( )

SINTESIS DAN KARAKTERISASI DYE SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC) DENGAN SENSITIZER ANTOSIANIN DARI BUNGA ROSELLA (HIBISCUS SABDARIFFA)

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingkat kehidupan dan perkembangan teknologi, kebutuhan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Karakterisasi XRD. Pengukuran

Studi Eksperimental Pengaruh Intensitas Cahaya terhadap Performa DSSC (Dye Sensitized Solar Cell) dengan Ekstrak Buah dan Sayur sebagai Dye Sensitizer

STUDI AWAL FABRIKASI DYE SENSITIZED SOLAR CELL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2012 pemanfaatan bahan bakar fosil mengakibatkan pelepasan CO 2 ke atmosfer sebesar

EMISI TERSTIMULASI DARI ELEKTRON PADA ASETALDEHID DAN PROPUNAL YANG DIAPLIKASIKAN DALAM ZAT PEWARNA DENGAN PENDEKATAN ASSYMETRIC TOPS

BAB 1 PENDAHULUAN UNIVERSITAS INDONESIA. Pengaruh tingkat kekristalan..., Arif Rahman, FT UI, 2009

BAB II DASAR TEORI 2.1 PHOTOVOLTAIC Efek Photovoltaic

Pengaruh ph Larutan Antosianin Strawberry dalam Prototipe Dye Sensitized Solar Cell (DSSC)

PENGARUH PENYISIPAN TEMBAGA Cu MENGGUNAKAN METODE PULSE PLATING PADA SEL SURYA TiO 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PROGRAM STUDI ILMU FISIKA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2014

Optimasi Parameter Sintesis Nanopartikel TiO 2 untuk Dye Sensitized Solar Cell

SKRIPSI DELOVITA GINTING

EKSTRAK BETA KAROTEN WORTEL (DAUCUS CAROTA) SEBAGAI DYE SENSITIZER PADA DSSC

I. KEASAMAN ION LOGAM TERHIDRAT

Gravitasi Vol. 15 No. 1 ISSN:

KAJIAN PENGARUH VARIASI JUMLAH LAPISAN TRANSPARAN TiO 2 TERHADAP PERFORMA KERJA SEL SURYA YANG DISENSITISASI DENGAN DYE (DSSC)

BAB III METODE PENELITIAN

PEMANFAATAN EKSTRAK ANTOSIANIN KOL MERAH (Brassica oleracea var) SEBAGAI DYE SENSITIZED DALAM PEMBUATAN PROTOTIPE SOLAR CELL(DSSC)

KARAKTERISASI ZAT WARNA TOMAT (Solanum lycopersicum) FRAKSI METANOL:N-HEKSAN SEBAGAI PHOTOSENSITIZER PADA DYE SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC)

Pemanfaatan Zat Warna Alam Kayu Jambal (Pelthophorumferugineum) sebagai Sensitizer pada Sel Surya Fotoelektrokimia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PENGGUNAAN CAMPURAN PEWARNA ALAMI PADA SEL SURYA PEWARNA TERSENSITISASI (SSPT)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

3 EKSTRAKSI, MODIFIKASI DAN KARAKTERISASI KLOROFIL

Konstruksi Sel Surya Bio menggunakan Campuran Klorofil-Karotenoid sebagai Sensitizer

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH WAKTU SPIN COATING TERHADAP STRUKTUR DAN SIFAT LISTRIK SEL SURYA PEWARNA TERSENSITASI SKRIPSI

PENGARUH FILTER WARNA KUNING TERHADAP EFESIENSI SEL SURYA ABSTRAK

STUDI PERFORMANSI NATURAL DYE SENSITIZED SOLAR CELL MENGGUNAKAN FOTOELEKTRODE TiO 2 NANOPARTIKEL TESIS

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Listrik merupakan salah satu kebutuhan pokok untuk mendukung hampir seluruh aktifitas manusia. Seiring dengan perkembangan dunia industri dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang sangat pesat, tingkat konsumsi energi listrik terus meningkat karena dibutuhkan energi dalam jumlah yang besar. Hal ini didukung oleh pernyataan kementrian ESDM yang menyatakan bahwa untuk mendukung pertumbuhan ekonomi 6% per tahun dibutuhkan pertumbuhan tenaga listrik sebesar 7,5% hingga 8% (Herdiman, 2015). Indonesia merupakan negara kepulauan dengan sebaran penduduk yang tidak merata. Penyediaan listrik belum mencapai seluruh daerah, khususnya daerah terpencil. Jika membangun PLTA, atau pembangkit listrik setingkatnya di daerah terpencil tentu kurang efektif karena memerlukan anggaran yang besar. Selain itu, kebutuhan listrik di daerah terpencil pun belum terlalu besar seperti di Jawa yang padat penduduknya. Dalam rangka mendukung pertumbuhan tenaga listrik di Indonesia dan memenuhi kebutuhan listrik regional daerah terpencil akan lebih efisien jika digunakan energi alternatif. Penggunaan energi alternatif memiliki beberapa keuntungan diantaranya tidak memerlukan anggaran yang besar, membantu mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, ramah lingkungan dan mampu mengembangkan potensi sumber daya energi lokal. Indonesia termasuk negara beriklim tropis yang mendapat lama penyinaran yang panjang dengan total intensitas penyinaran matahari di Kawasan Barat dan Kawasan Timur Indonesia rata rata 4.500 Wh/m 2 dan 5.100 Wh/m 2 setiap hari. Nilai tersebut jauh lebih besar dibandingkan dengan Jepang yang total intensitas penyinarannya hanya 150 180 Wh/m 2 setiap hari (Mardiana, 2010). Meninjau potensi energi matahari yang besar di Indonesia, pemanfaatan energi matahari dengan pembuatan sel surya merupakan prospek yang sangat menjanjikan. Selain itu, energi matahari termasuk energi alternatif yang sangat potensial karena ramah lingkungan dan tersedia dalam jumlah besar untuk waktu yang sangat panjang.

2 Sel surya bekerja dengan cara mengkonversi secara langsung energi matahari menjadi energi listrik. Sel surya yang banyak digunakan saat ini adalah sel surya berbasis teknologi silikon yang merupakan hasil dari perkembangan pesat teknologi semikonduktor elektronik. Hingga saat ini, masih terus dilakukan penelitian sel surya hingga ditemukan sel surya generasi ketiga yang terbuat dari bahan organik atau yang dikenal sebagai DSSC (Dye-Sensitized Solar Cell). DSSC merupakan sel surya yang memiliki beberapa keunggulan diantaranya bersahabat dengan lingkungan, biaya produksinya yang murah, dye tersedia dalam jumlah banyak, mudah mengekstraksi dan mudah terurai dilingkungan serta tidak diperlukan proses pemurnian lebih lanjut (Zhou dkk., 2011; K. Singh dkk., 2013). DSSC pertama kali ditemukan oleh Michael Gratzel dan Brian O Regan pada tahun 1991 di École Polytechnique Fédérale de Lausanne, Swiss. DSSC secara garis besar terdiri dari tiga bagian yaitu photoanoda transparan (elektroda kerja), larutan elektrolit, dan counter elektrode (CE) atau elektroda lawan. Dari sejumlah penelitian, diketahui bahwa penggunaan Ruthenium kompleks sebagai dye yang berfungsi sebagai penangkap cahaya (photosensitizer) menghasilkan efisiensi yang tinggi, tetapi terdapat sejumlah kekurangan karena biaya produksi yang mahal, kerumitan dalam sistesis, tidak ramah lingkungan dan cenderung mengalami degradasi ketika berinteraksi dengan air (Yusoff dkk., 2013 ). Oleh karena itu, para peneliti mulai beralih dengan menggunakan dye alami yang berasal dari alam. Dye alami seperti antosianin, karoten, klorofil, dan lainya bisa diperoleh dari daun, buah, bunga dan batang tumbuh-tumbuhan. Mengingat indonesia merupakan daerah yang kaya akan spesies tumbuhan, hal ini menginspirasi penulis untuk memanfaatkan potensi yang ada di lingkungan sekitar dengan melakukan penelitian DSSC menggunakan tumbuhan Hanjuang (Cordyline Fruticosa) sebagai dye-nya. Tumbuhan ini dipilih karena diperkirakan dalam daun tumbuhan Cordyline Fruticosa terdapat pigmen antosianin klorofil yang akan berguna sebagai penangkap cahaya dalam DSSC. Antosianin memiliki rentang penyerapan pada rentang panjang gelombang 500-600 nm dan klorofil a memiliki puncak penyerapan pada panjang gelombang 658 nm, 661,6 nm (diekstrak dengan aseton), 664,2 nm (diekstrak dengan etanol), dan 665,2 nm (diekstrak dengan metanol) (Hemalatha dkk., 2012; Wrolstad dkk., 2001; dan

3 Nurhayati & Suendo V,2011). Beberapa peneliti sebelumnya memperoleh kesimpulan bahwa kombinasi beberapa pigmen bisa meningkatkan performa absorpsi dye. Antosianin dari Ipomoea Pescapreae menghasilkan puncak absorpsi pada panjang gelombang 526 nm. Ekstrak klorofil dari Imperata cylindrica (L.) Beauv menghasilkan puncak absorpsi pada panjang gelombang 656 nm. Ekstrak kombinasi antosianin dan klorofil dari kedua tumbuhan tersebut menghasilkan puncak absorpsi pada panjang gelombang 516 nm, dan 650 nm (Prima, 2013). Selain itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan Chang dkk. (2009), ekstrak dari Ipomoea Pescapreae menghasilkan puncak penyerapan pada panjang gelombang 410 nm, sedangkan ekstrak dari bayam menghasilkan puncak penyerapan pada panjang gelombang 437 nm dan paduannya menghasilkan penyerapan pada rentang panjang gelombang 400-500 nm. Adanya paduan antosianin dan klorofil dalam tumbuhan Hanjuang (Cordyline Fruticosa) diharapkan akan memperlebar rentang panjang gelombang penyerapan sehingga menghasilkan efisiensi DSSC yang tinggi. Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya, diketahui bahwa penggunaan tipe pelarut dalam proses maserasi dye akan berpengaruh pada efisiensi DSSC. Penggunaan pelarut etanol menghasilkan efisiensi lebih tinggi yaitu 0,71% dibandingkan menggunakan pelarut air yang menghasilkan efisiensi 0,52%. Hal ini disebabkan karena penggunaan etanol menghasilkan tingkat agregasi molekul yang rendah dan dispersi molekul dye yang baik pada permukaan titanium oksida sehingga mampu meningkatkan efisiensi sistem (Wongcharee dkk., 2007). Peneliti lainya menggunakn metanol dan menghasilkan efisiensi DSSC yang cukup tinggi. Li dkk. (2013) menggunakan pelarut metanol dalam ekstraksi dye dari kubis merah dan menghasilkan efisiensi DSSC sebesar 2,908%. Selain itu, Calogero dkk. (2013) menggunakan aseton untuk mengkestraksi klorofil dari Undaria Pinnatifida dan menghasilkan efisiensi DSSC sebesar 0,178%. Tumbuhan Hanjuang (Cordyline Fruticosa) diduga memiliki kandungan klorofil dan antosianin, untuk itu perlu dilakukan penelitian dengan memvariasikan pelarut selama proses maserasi dengan harapan memperoleh pelarut yang paling optimal dalam mengkestrak pigmen dari daun Hanjuang sehingga akan menghasilkan DSSC yang memiliki efisiensi tinggi.

4 Dalam mekanisme kerja DSSC, arus dihasilkan dari rangkaian proses fotofisika dan fotokimia : ketika cahaya mengenai sistem DSSC, elektron dalam molekul dyes akan mengalami fotoeksitasi dari keadaan dasar (level energi HOMO) ke keadaan tereksitasi (level energi LUMO) kemudian elektron tersebut diinjeksikan pada pita konduksi oksida semikonduktor. Elekron di pita konduksi semikonduktor selanjutnya diinjeksikan pada substrat TCO dan akan melewati rangkaian eksternal menuju elektroda lawan. Elektron di elektroda lawan akan kembali pada molekul dye yang teroksidasi dengan bantuan elektrolit. Rangkaian proses ini akan terus berlangsung sehingga membentuk sebuah siklus. Rangkaian proses fotofisika dan fotokimia dalam DSSC dapat dijelaskan lebih mendalam dengan mengetahui karakteristik fotofisika dan fotokimianya yang diuraikan dalam beberapa karakteristik : pertama karakteristik absorpsi, dye idealnya memiliki absorpsi yang tinggi pada rentang panjang gelombang yang lebar sehingga elektron yang dieksitasikan oleh foton dalam molekul dye akan lebih banyak. Kedua, karakteristik gugus organik, dye sebaiknya memiliki anchoring grup (gugus jangkar) yaitu gugus hidroksil dan karbonil agar dye terikat dengan baik pada oksida semikonduktor. Ketiga, karakteristik transfer muatan antarmuka fotosensitizer dan oksida semikonduktor yang dijelaskan dengan menganalisa level energi HOMO-LUMO dye dan resistansi internal DSSC. Dye idealnya memiliki level energi LUMO (Lowest Unoccupied Molecular Orbital) yang lebih besar daripada pita konduksi elektroda TiO 2 untuk mencegah rekombinasi elektron dengan molekul dye lainya yang teroksidasi dan transfer balik elektron pada elektrolit, juga memiliki level energi HOMO (Highest Occupied Molecular Orbital) yang lebih kecil dibandingkan dengan potensial redoks ( ) untuk untuk mempercepat regenerasi dye teroksidasi melalui transfer elektron dari donor elektron (Prima, 2013). Selain itu, agar transfer muatan antara antarmuka dalam DSSC lancar sebaiknya memiliki resistansi internal yang kecil sehingga menghasilkan efisiensi yang tinggi. Keempat karakteristik kelistrikan (I-V), DSSC yang baik memiliki performa tinggi yang salah satunya direfresentasikan oleh nilai efisiensi. Dalam penelitian ini, digunakan tumbuhan Hanjuang (Cordyline Fruticosa) sebagai dye DSSC yang dimaserasi dalam tiga jenis pelarut berbeda yaitu dalam

5 aseton, dalam etanol, dan dalam metanol. Kemudian dilakukan sejumlah karakterisasi untuk mengetahui karakteristik fotofisika dan fotokimia DSSC yang terbuat dari ketiga jenis dye Cordyline Fruticosa. Karakteristik absorpsi dye dapat diketahui melalui karakterisasi dengan alat spektroskopi UV-Vis, kandungan organik dye untuk mencari gugus hidroksil dan karbonil dapat diketahui melalui karakterisasi dengan alat spektroskopi FTIR, level energi HOMO dan LUMO dye diteliti melalui karakterisasi dengan alat Cyclic Voltametry (CV), karakteristik resistansi internal DSSC diteliti melalui karakterisasi dengan alat Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS) dan karakteristik kelistrikan DSSC diuji dengan lampu LED berintensitas 100 mw/cm 2. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimana karakteristik serapan cahaya (absorpsi) Hanjuang (Cordyline Fruticosa) yang dimaserasi dalam pelarut berbeda yaitu dalam aseton, dalam etanol dan dalam metanol? 2. Bagaimana karakteristik kandungan gugus organik Hanjuang (Cordyline Fruticosa) yang dimaserasi dalam pelarut berbeda yaitu dalam aseton, dalam etanol dan dalam metanol? 3. Bagaimana karakteristik level energi (HOMO-LUMO) Hanjuang (Cordyline Fruticosa) yang dimaserasi dalam pelarut berbeda yaitu dalam aseton, dalam etanol dan dalam metanol? 4. Bagaimana karakteristik resistansi internal DSSC yang dibuat dari dye Hanjuang (Cordyline Fruticosa) yang dimaserasi dalam pelarut berbeda yaitu dalam aseton, dalam etanol dan dalam metanol? 5. Bagaimana karakteristik kelistrikan DSSC yang dibuat dari dye Hanjuang (Cordyline Fruticosa) yang dimaserasi dalam pelarut berbeda yaitu dalam aseton, dalam etanol dan dalam metanol? 1.3 Batasan Masalah Agar pembahasan dalam penelitian ini tidak terlalu melebar, masalah dalam penelitian ini dibatasi pada beberapa hal yaitu :

6 1. Penelitian berfokus pada dye untuk mengetahui karakteristik absorpsi dan karakteristik transfer muatan antarmuka photosensitizer Cordyline Fruticosa Titanium Dioksida nanoparticle pada Dye Sensitized Solar Cells (DSSC). 2. Proses maserasi tumbuhan Hanjuang (Cordyline Fruticosa) dilakukan dalam tiga jenis pelarut yang berbeda yaitu dalam aseton, dalam etanol dan dalam metanol. 3. Penelitian ini dibatasi hanya pada ranah eksperimen tanpa melibatkan aspek teoretikal. 4. Menggunakan elektroda kerja TiO 2 nanopartikel MS001610, elektrolit HSE (High Stability Electrolyte) MS005616, sealant MS004610 dan elektroda lawan berlapis platina MS001651 produksi Dyesol. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari pelaksanaan penelitian ini sebagai berikut: 1. Menganalisis karakteristik serapan cahaya (absorpsi) Hanjuang (Cordyline Fruticosa) yang dimaserasi dalam pelarut berbeda yaitu dalam aseton, dalam etanol dan dalam metanol. 2. Menganalisis karakteristik kandungan gugus organik Hanjuang (Cordyline Fruticosa) yang dimaserasi dalam pelarut berbeda yaitu dalam aseton, dalam etanol dan dalam metanol. 3. Menganalisis karakteristik level energi (HOMO-LUMO) Hanjuang (Cordyline Fruticosa) yang dimaserasi dalam pelarut berbeda yaitu dalam aseton, dalam etanol dan dalam metanol. 4. Menganalisis karakteristik resistansi internal DSSC yang dibuat dengan dye Hanjuang (Cordyline Fruticosa) yang dimaserasi dalam pelarut berbeda yaitu dalam aseton, dalam etanol dan dalam metanol. 5. Mengetahui karakteristik kelistrikan DSSC yang dibuat dengan dye Hanjuang (Cordyline Fruticosa) yang dimaserasi dalam pelarut berbeda yaitu dalam aseton, dalam etanol dan dalam metanol. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat dari pelaksanaan penelitian ini adalah 1. Sebagai salah satu upaya untuk mendukung pertumbuhan energi listrik di Indonesia.

7 2. Sebagai salah satu usaha untuk membantu pengembangan energi alternatif yang ramah lingkungan. 3. Mengembangkan dan memanfaatkan potensi alam yang ada dilingkungan sekitar. 4. Meningkatkan nilai guna tumbuhan yang belum termaksimalkan. 5. Data-data dari penelitian ini dapat digunakann sebagai rujukan untuk penelitian selanjutnya. 1.6 Struktur Organisasi Penulisan Struktur organisasi penulisan dalam skripsi ini terdiri dari : 1. Bab I, memaparkan latar belakang dilakukannya penelitian tentang DSSC yang menggunakan tumbuhan hanjuang (Cordyline Fruticosa ) sebagai dye-nya. Rumusan masalah dan batasan masalah yang merupakan identifikasi spesifik dari permasalahan yang diteliti. Kemudian diikuti tujuan dan manfaat penelitian serta struktur organisasi penulisan skripsi. 2. Bab II, menjelaskan kanjian pustaka yang berisi hukum-hukum, teoriteori, rumus-rumus, dalil-dalil, konsep-konsep, dan model-model yang berhubungan dengan topik penelitian yang diperoleh dari studi literatur. 3. Bab III, menjelaskan metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini teridiri dari metode yang digunakan, lokasi penelitian, alat dan bahan yang digunakan, desain penelitian, langkah kerja beserta karakterisasi dalam penelitian yang telah dilakukan. 4. Bab IV, membahas dan menganalisis hasil dari pengujian dan pengolahan data yang telah dilakukan. 5. BAB V, teridiri dari kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan beserta saran untuk penelitian selanjutnya.