BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agus Latif, 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA. keterampilan-keterampilan tertentu yang disebut keterampilan proses. Keterampilan Proses menurut Rustaman dalam Nisa (2011: 13)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN S LEARNING IN SCIENCE

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI LEARNING CYCLE 5E DAN DISCOVERY LEARNING

TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle (LC) adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH MODEL LEARNING CYCLE TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD KELAS IV PADA MATERI HUBUNGAN ANTARA SIFAT BAHAN DENGAN KEGUNAANNYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Devi Esti Anggraeni, 2013

SUATU MODEL DALAM PEMBELAJARAN KIMIA

Model SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) SUSIWI S

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA

II. TINJAUAN PUSTAKA. sesuatu. Pengetahuan itu bukanlah suatu fakta yang tinggal ditemukan, melainkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA Hakikat ilmu pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari tentang fenomena alam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan eksperimen yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa,

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

II. TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang pendidikan. Dalam era globalisasi ini, sumber daya

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan konstruksi

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE (5E) TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS BIOLOGI SISWA KELAS X SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar merupakan salah satu bentuk satuan pendidikan dasar

I. PENDAHULUAN. proses kognitif. Proses belajar yang dimaksud ditandai oleh adanya perubahanperubahan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Siklus belajar 5E (The 5E Learning Cycle Model) (Science Curriculum Improvement Study), suatu program pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkan upaya tersebut, Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31. Ayat (3) mengamanatkan agar pemerintah mengusahakan dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya

I. PENDAHULUAN. pada kenyataan bahwa pendidikan merupakan pilar tegaknya bangsa, melalui

2014 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) 5E UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN GENERALISASI MATEMATIS SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. satuan pendidikan (KTSP) adalah mengembangkan aktifitas kreatif dari siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model Learning Cycle merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global

Komang Gde Suastika, Hj. Titik Utami, Meriana Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Palangka Raya

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (IPA) yang pada awalnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbedaan Gain yang signifikan antara keterampilan proses sains awal. dengan keterampilan proses sains setelah pembelajaran.

I. PENDAHULUAN. yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses aktualisasi peserta didik melalui berbagai pengalaman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. dan prinsip-prinsip sains yang hanya terdapat dalam buku pelajaran.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia.

I. PENDAHULUAN. terbangunnya sebuah peradaban suatu bangsa. Pendidikan di Indonesia banyak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Von Glasersfeld dalam Sardiman ( 2007 ) konstruktivisme adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) terdiri dari tiga aspek yaitu Fisika, Biologi,

I. PENDAHULUAN. penyampaian informasi (transfer of knowledge) dari guru ke siswa. Padahal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Pada saat ini pemerintah telah berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 19 ayat (1) tentang Standar Proses, pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebaiknya

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks melibatkan berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. sendiri, masyarakat maupun bangsa. Di dalam Undang-undang nomor 20 tahun. 2003Pasal 1 tentang sistem Pendidikan Nasional bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan Sekolah Dasar adalah memberikan bekal pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. hasil yang optimal dalam menciptakan lulusan-lulusan. menempatkan siswa sebagai pusat pelaksanaan pembelajaran di kelas.

A. LATAR BELAKANG MASALAH

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi merupakan bagian dari IPA. Pendidikan Ilmu. hipotesis, menggunakan alat dan bahan secara benar dengan selalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kepribadiannya dengan jalan membina potensi potensi yang ada, yaitu rohani

I. PENDAHULUAN. pengembangan diri atau pribadi siswa secara utuh, artinya pengembangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:7), belajar merupakan tindakan dan

BAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia tidak pernah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Elita Lismiana, 2013

2015 PENERAPAN MODEL INQUIRY PADA PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Saat ini keunggulan suatu bangsa tidak lagi bertumpu pada kekayaan alam,

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala

BAB II KAJIAN TEORI. Robert Karplus. Learning cycle merupakan rangkaian dari tahap-tahap kegiatan

Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Gaya Magnet di Kelas V SDN 2 Labuan Lobo Toli-Toli

BAB I PENDAHULUAN. terencana untuk mewujudkan suasana belajar, dalam proses pembelajaran agar

BAB II KAJIAN PUSTAKA

MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tidak lagi terbatas oleh jarak dan waktu. Perkembangan ini menyebabkan

UPAYA MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR SAINS PADA MATERI SIFAT DAN PERUBAHAN WUJUD SUATU BENDA MELALUI PENERAPAN METODE DISCOVERY LEARNING

Artikel diterima: April 2017; Dipublikasikan: Mei 2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme menurut Von Glasersfeld dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Buldan Abdul Rohman, 2013

1. PENDAHULUAN. dengan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu ilmu kimia yang diperoleh siswa

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tujuan pembelajaran IPA di atas yakni menumbuh kembangkan pengetahuan dan keterampilan, maka hal ini sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mendapat perhatian yang

BAB I PENDAHULUAN. Endi Rohendi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pembangunan di Indonesia antara lain diarahkan untuk

I. PENDAHULUAN. mengatur dan menyelesaikan tugas-tugas yang mempengaruhi kehidupannya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan kontekstual,

II. TINJAUAN PUSTAKA. saling berkaitan. Dalam kegiatan pembelajaran terjadi proses interaksi (hubungan timbal

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki kekuatan yang dinamis dalam menyiapkan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu dan teknologi dewasa ini berkembang sangat cepat,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia Diciptakan oleh Allah SWT. Sebagai Khalifah dibumi. Sebagai Khalifah, manusia memiliki tugas untuk mengolah dan merawat alam dengan seoptimal mungkin,memperhatikan kesejahteraan bersama, dan menjaga amanah yang diberikan kepadanya agar tidak merugikan makhluk lain dengan berpegang teguh pada Allah dan Rasul-Nya. Dalam menjalankan tugasnya sebagai Khalifah, manusia diberi petunjuk berupa Ayat kauniah dan ayat kauliah. Ayat Kauliyah adalah firman-firman Allah dalam bentuk al-qur'an dan ayat-ayat kauniyah, yakni tanda-tanda yang bertebaran di sekitar manusia yang dapat dipelajari berupa alam yang membentang luas (Syairania, 2012). Agar dapat menjalankan tugas sebagai khalifah dengan baik, kedua ayat tersebut harus dipahami oleh manusia. Namun sayangnya, manusia pada umumnya hanya mempelajari ayat kauliyah saja dan kurang mempelajari ayat kauniah, bahkan menganggap ayat-ayat kauniah sebagai bagian terpisah dari ayat-ayat kauliyah. Mereka menganggap bahwa ayat-ayat kauniah dan ayat-ayat kauliyah berdiri sendiri sendiri. Padahal ayat kauniah dan ayat kauliyah merupakan suatu kesatuan yang tak terpisahkan sebagai petunjuk bagi manusia dalam menjalankan tugasnya sebagai khalifah. Bahkan dalam faktanya, jumlah ayat kauniah lebih banyak daripada ayat kauliah itu sendiri. Menurut hasil kajian Agus Purwanto (Syairania, 2012 ) bahwa proporsi ayat kauniyah dalam al-qur an berjumlah lebih banyak 800 ayat berbanding dengan tidak lebih 150 ayat-ayat hukum. Salah satu perwujudan normatif dari ayat kauniah adalah Ilmu Pengetahuan Alam. Ilmu Pengetahuan Alam dianggap sangat penting karena hanya dengan IPA manusia akan mampu menguasai dan mengatur alam semesta. Dengan IPA tugas manusia sebagai khalifah yaitu mengolah dan merawat alam dengan seoptimal mungkin akan dapat dilaksanakan karena IPA mempelajari alam itu secara lebih mendalam, bagaimana melestarikannya dan mengolahnya dengan bijak sehingga tidak merusak alam itu sendiri. 1

2 Praginda dan Alit Mariana (2009: 18) menyatakan bahwa: Pada hakikatnya sains adalah ilmu pengetahuan atau kumpulan konsep, prinsip, hukum, dan teori yang dibentuk melalui proses kreatif yang sistematis melalui inkuari yang dilanjutkan dengan proses observasi (empiris) secara terus-menerus; merupakan suatu upaya manusia yang meliputi operasi mental, keterampilan, dan strategi memanipulasi dan menghitung, yang dapat diuji kembali kebenarannya yang dilandasi dengan sikap keingintahuan (curiousity), keteguhan hati (courage), ketekunan (persistence) yang dilakukan oleh individu untuk menyingkap rahasia alam semesta. Dari definisi di atas, dapat diketahui bahwa sains memiliki tiga komponen yaitu produk ilmiah, proses ilmiah dan sikap ilmiah. Sebagai produk ilmiah, sains dipandang sebagai kumpulan konsep, prinsip, teori dan hukum yang merupakan hasil dari suatu kegiatan ilmiah yang dilakukan oleh ilmuwan dan dimanfaatkan di dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai proses ilmiah, sains merupakan cara kerja, cara berpikir dan cara memecahkan suatu masalah; sehingga meliputi kegiatan bagaimana mengumpulkan data, menghubungkan fakta satu dengan yang lain, menginterpretasi data dan menarik kesimpulan (Asy ari, 2006:12). Dalam pandangan sains sebagai proses, Sains digunakan sebagai suatu alat untuk menemukan pengetahuan. Sains dipandang bukan saja kumpulan pengetahuan tetapi juga bagaimana proses di dalam pencarian pengetahuan tersebut. Selain sebagai produk dan proses ilmiah, sains juga memiliki Sikap ilmiah yaitu sikap yang dimiliki para ilmuwan dalam mencari dan mengembangkan pengetahuan baru, misalnya obyektif terhadap fakta, hati-hati, bertanggung jawab, berhati terbuka, selalu ingin meneliti, dan sebagainya (Bundu,2006:13). Dengan adanya sikap sains ini, individu akan berhati-hati di dalam melakukan kegiatan, bersikap jujur dan selalu mengedepankan bukti-bukti di dalam aktivitas seharihari. Ketiga komponen sains yang telah disebutkan di atas yaitu sains sebagai produk, proses dan juga sikap telah tercakup kedalam literasi sains. Literasi sains menjadi sebuah hal pokok di dalam sains. Dalam arti lain, inti dari semua komponen sains telah terdapat di dalam literasi sains. PISA mendefinisikan

3 literasi sains sebagai kemampuan menggunakan pengetahuan sains, mengidentifikasi permasalahan, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti, dalam rangka mengerti serta membuat keputusan tentang alam dan perubahan yang terjadi pada alam sebagai akibat aktivitas manusia.literasi sains menjadi kunci utama di dalam menjelaskan komponen-komponen sains yang telah disebutkan di atas. Pembelajaran sains di Sekolah Dasar harus mencakup tiga komponen sains tersebut, yaitu sains sebagai produk, proses dan sikap ilmiah seperti yang termaktub dalam Kurikulum 2006 (Depdiknas,2006) bahwa tujuan pembelajaran sains adalah sebagai berikut. 1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-nya 2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari 3. Mengembangkan rasa ingn tau, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat 4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan. 5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam. 6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. 7. Memperoleh bekal pengetaampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs. Seharusnya ketiga aspek tersebut harus diajarkan secara bersamaan, bukan hanya sains sebagai produk yaitu dalam bentuk pengetahuan saja tetapi juga sains sebagai proses ilmiah dan juga sebagai sikap ilmiah.untuk mengajarkan ketiga aspek tersebut kepada siswa, tentu dibutuhkan sebuah model pembelajaran yang tepat. Sebuah model pembelajaran yang bukan sekedar mengasah keterampilan berpikir siswa tetapi juga keterampilan proses siswa atau sebuah model yang bersifat hands on dan minds-on. Model tersebut haruslah mampu mengasah pengetahuan,keterampilan proses siswa, dan juga sikap ilmiah pada saat pembelajaran berlangsung.

4 Dalam dunia pendidikan, model pembelajaran sangatlah banyak. Model pembelajaran tersebut masing-masing memiliki ciri khas dan kelebihan tersendiri. Dari model-model pembelajaran yang ada. Beberapa model pembelajaran dikhususkan untuk pembelajaran IPA. Beberapa model tersebut dianggap sebagai model yang cocok digunakan di dalam pembelajaran IPA. Salah satu model pembelajaran yang dianggap cocok untuk pembelajaran IPA adalah model pembelajaran Learning Cycle. Model Learning Cycle merupakan hasil dari pengembangan Science Curiculum Improvement Study (SCIS) yang dilakukan oleh Robert Karplus. Model Learning Cycle ini berdasarkan pada pandangan konstruktivisme Jean Piaget. Piaget (Dahar, 2006: 152) mengemukakan bahwa belajar sains merupakan suatu proses konstruktif yang menghendaki partisipasi aktif siswa. Piaget berpendapat bahwa pengetahuan diperoleh menurut proses konstruksi selama hidup melalui suatu proses ekuilibrasi antara skema pengetahuan dan pengalaman baru. Jadi siswa akan mendapatkan pengetahuan manakala terjadi kecocokan atau kesinambungan antara skema pengetahuan yang telah ada dengan pengalaman baru yang dalam hal ini adalah konsep atau prinsip sains yang sedang dipelajari. Dalam kenyataannya, konsepsi anak mengenai suatu hal berbeda dengan konsepsi ilmiah. Dahar (2006: 153) mengemukakan bahwa konsepsi anak sebagai hasil konstruksi tentang alam sekitarnya berbeda dengan konsepsi ilmiah. Dengan adanya perbedaan tersbut, maka terjadilah miskonsepsi pada konsep anak ini. Miskonsepsi inilah yang menjadi penghambat di dalam pendidikan sains sehingga perlu diusahakan untuk mengubahnya. Untuk menekan atau bahkan meniadakan miskonsepsi yang menjadi penghambat di dalam pendidikan sains, maka dilakukanlah perubahan konseptual oleh para ahli. Posner dan Hewson (Dahar, 2006: 156) mengemukakan bahwa agar terjadi perubahan konseptual pada anak, harus ada tiga kondisi yang terpenuhi yaitu gagasan baru yang dipelajari harus intelligible (dapat dimengerti), plausible (masuk akal), dan fruitful (memberi suatu kegunaan). Berdasarkan kondisi yang harus terpenuhi diatas, maka disusunlah strategi pembelajaran yang mengakomodasi ketiga kondisi tersebut di dalam

5 pembelajaran. Lawson menyusun strategi pembelajaran yang berlandaskan konstruktivisme yang mencakup tiga kondisi yang bisa memunculkan terjadinya perubahan konseptual dalam diri siswa. Lawson menamakan strategi pembelajarannya dengan Learning Cycle atau yang lebih dikenal dengan 3 E Learning Cycle. Dalam perkembangannya, model pembelajaran Lawson ini mendapat beberapa pengembangan dari para ahli sehingga tercipta 4 E Learning Cycle, 5 E Learning Cycle dan seterusnya. Meskipun memiliki tahap yang berbeda pada tiap model Learning Cycle diatas, namun pada intinya pokok langkah pembelajaran pada model Learning Cycle diatas, mengacu pada model 3 E Learning Cycle yang dicetuskan oleh Lawson. Dalam pelaksanaannya, model Learning Cycle pada awalnya terdiri dari tiga fase. Lawson (Indrawati & Setiawan, 2009: 40) menamai fase-fase tersebut sebagai fase eksplorasi (exploration), fase pengenalan istilah (term condition),dan fase penerapan konsep (concept application). Namun dalam perkembangannya fase-fase tersebut dikembangkang menjadi 4 fase, 5 fase bahkan sampai 7 fase. Salah satu hasil pengembangan model Learning Cycle adalah the 5 E Learning Cycle, yaitu model pembelajaran Learning Cycle yang memiliki 5 fase. lima fase kegiatannya adalah pendahuluan (engagement), eksplorasi (exploration), eksplanasi (explanation), elaborasi (elaboration), dan evaluasi (evaluation). Model Learning Cycle dianggap cocok bagi siswa SD karena memberikan pengalaman konkrit pada siswa di dalam pembelajaran. Hal ini tentu sesuai dengan karakteristik siswa SD yang berada pada tahap operasional konkrit. Namun, apakah model Learning Cycle memang benar-benar tepat digunakan dalam pembelajaran IPA terlebih dalam rangka meningkatkan kemampuan literasi sains siswa? Tentu harus diadakan studi lebih lanjut tentang hal itu. Berdasarkan uraian diatas, dilakukanlah penelitian ini dengan judul Pengaruh Model Learning Cycle Terhadap Kemampuan Literasi Sains Siswa SD Kelas V Pada Materi Gaya Gesek dan Gaya Gravitasi.

6 B. Rumusan dan Batasan Masalah Adapun rumusan masalah yang menjadi kajian penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah pembelajaran dengan menggunakan model Learning Cycle dapat meningkatkan literasi sains siswa pada materi gaya gesek dan gaya gravitasi di kelas V secara signifikan? 2. Adakah perbedaan kemampuan literasi sains siswa antara siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model Learning Cycle dan pembelajaran konvensional? 3. Adakah perbedaan pengaruh model Learning Cycle terhadap peningkatan kemampuan literasi sains pada kelompok siswa rendah, sedang dan tinggi? Penelitian ini dibatasi hanya mengenai keterampilan literasi sains pada materi gaya gesek dan gaya gravitasi di kelas V Sekolah Dasar semester genap. Terlalu luasnya cakupan materi literasi sains menjadi alasan dilakukannya pembatasan masalah. Selain itu, pembatasan masalah juga dilakukan karena keterbatasan waktu dan biaya. C. Tujuan Penelitian Adapun rumusan masalah yang menjadi kajian penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui apakah pembelajaran dengan menggunakan model Learning Cycle dapat meningkatkan literasi sains siswa pada materi gaya gesek dan gaya gravitasi di kelas V secara signifikan? 2. Untuk mengetahui adakah perbedaan kemampuan literasi sains siswa antara siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model Learning Cycle dan pembelajaran konvensional? 3. Untuk mengetahui adakah perbedaan pengaruh model Learning Cycle terhadap peningkatan kemampuan literasi sains pada kelompok siswa rendah, sedang dan tinggi?

7 D. Manfaat Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa manfaat. Adapun menfaat tersebut adalah sebagai berikut : 1. Bagi Peneliti Peneliti dapat mengetahui pengaruh model pembelajaran Learning Cycle pada Keterampilan Proses Sains siswa dalam materi gaya gesek dan gaya gravitasi di kelas V. 2. Bagi Siswa Siswa akan merasakan perubahan suasana di saat belajar dengan model Learning Cycle. Siswa juga dilatih keterampilan literasi sainsnya di dalam pembelajaran. 3. Bagi Guru IPA Guru IPA di Sekolah Dasar dapat menggunakan model pembelajaran Learning Cycle sebagai alternatif pembelajaran di Sekolah Dasar. Guru juga dapat mengetahui pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan literasi sains siswa. 4. Bagi Pihak Sekolah Pihak sekolah dapat meningkatkan mutu dalam melaksanakan pembelajaran dengan adanya penelitian ini. 5. Bagi Peneliti Lain Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi oleh peneliti lain terkait dengan keterampilan literasi sains atau juga model pembelajaran Learning Cycle. E. Batasan Istilah Dalam penelitian eksperimen ini terdapat beberapa istilah yang perlu dijelaskan supaya tidak terjadi salah penefsiran terhadap istilah tersebut. Adapun istilah tersebut adalah : 1. Model Pembelajaran Learning Cycle Model Pembelajaran Learning Cycle yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah the 5 E Learning Cycle yang memiliki 5 fase yaitu pendahuluan

8 (engagement), eksplorasi (exploration), eksplanasi (explanation), elaborasi (elaboration), dan evaluasi (evaluation). 2. Kemampuan literasi sains Kemampuan literasi sains di sini mengacu pada aspek-aspek literasi sains di PISA tetapi hanya pada materi gaya gesek dan gaya gravitasi. 3. Gaya Gesek Gaya gesekan merupakan gaya yang ditimbulkan oleh dua permukaan yang saling bersentuhan (Sulistyanto dan Wiyono, 2008: 106). 4. Gaya Gravitasi Gaya Gravitasi adalah gaya tarik yang arahnya ke pusat bumi (Muslim,2009:60).