KESANTUNAN BERBAHASA MINANGKABAU DALAM TINDAKTUTUR DIREKTIF ANAK KEPADA ORANG TUA DI KENAGARIAN GAUANG KECAMATAN KUBUNG KABUPATEN SOLOK

dokumen-dokumen yang mirip
ABSTRACT

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU TAMAN KANAK-KANAK DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR TK AISYIYAH 29 PADANG

Helvina Septia 1), Yetty Morelent 2), Dainur Putri 2. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidkan Universitas Bung Hatta


TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 12 KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI

KESANTUNAN BERBAHASA PEDAGANG SAYUR DALAM MELAYANI PEMBELI DI PASAR KAMBANG KABUPATEN PESISIR SELATAN

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM NOVEL LELAKI YANG MENGGENGGAM AYAT-AYAT TUHAN KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY E JURNAL ILMIAH

PRINSIP KESANTUNAN DALAM TUTURAN PENUTUR PADA ACARA TALKSHOW INDONESIA LAWYERS CLUB; SUATU TINJAUAN PRAGMATIK.

TINDAK TUTUR PERLOKUSI PADA PERCAKAPAN PARA TOKOH OPERA VAN JAVA DI TRANS7. Naskah Publikasi Ilmiah

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana,

TINDAK TUTUR PEDAGANG MAKANAN KAKI LIMA DI PASAR RAYA KOTA PADANG (STUDI KASUS PEDAGANG MAKANAN IBU ERI)

ALIH KODE GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA KELAS VII DI SMP NEGERI 3 PADANG

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan

PEMANFAATAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM KEGIATAN DISKUSI KELAS PADA SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan,

TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA KISAH CINTA 40 MENIT KARYA DIDI ARSANDI

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin

BAB V PENUTUP. Kelas Siswa Kelas XI SMA N 1 Sleman, implikasi penelitian ini bagi pembelajaran

ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 2 TANJUNGPINANG

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dalam tuturannya (Chaer dan Leoni. 1995:65).

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa

TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DAN IMPLIKASINYA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istilah dan teori tentang tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J. L.

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi mereka membentuk sebuah komunikasi yang bertujuan untuk

TINDAK TUTUR BAHASA MINANGKABAU PEDAGANG PAKAIAN DI PASAR BARU DHARMASRAYA KENAGARIAN PULAU PUNJUNG KABUPATEN DHARMASRAYA ELPI SUNETA ABSTRACT

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama

KESANTUNAN BERBAHASA MINANGKABAU SISWA KELAS VIII F DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI SMPN 2 PULAU PUNJUNG KABUPATEN DHARMASRAYA.

ANALISIS TINDAK TUTUR PEDAGANG DI STASIUN BALAPAN SOLO NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam

PENERAPAN MAKSIM TUTUR DALAM TINDAK TUTUR CERAMAH PENGAJIAN RUTIN HARI MINGGU MALAM SENIN DI MASJID BAITURROHMAN BULAN JANUARI JUNI TAHUN 2014

TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM SCRIP ADA APA DENGAN CINTA? KARYA RUDI SOEDJARWO

IMPLIKATUR PERCAKAPAN MAHASISWA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS ANDALAS. Tinjauan Pragmatik. Skripsi

DAFTAR ISI. BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian... 31

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. lain, alat yang digunakan berkomunikasi tersebut adalah bahasa. Chaer

PENGGUNAAN KALIMAT EFEKTIF DALAM KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 9 PADANG

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat tutur bahasa Minangkabau dalam berinteraksi cenderung

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property

ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. yaitu bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa lisan dan bahasa tulis salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peristiwa tutur merupakan gejala sosial, sedangkan tindak tutur

TUTURAN EKSPRESIF PADA PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA DI BEBERAPA SD NEGERI KECAMATAN KARANGMALANG KABUPATEN SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA NEGERI 15 PADANG

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk

ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM TRANSAKSI JUAL BELI DI PASAR INDUK MODERN PUSPA AGRO SIDOARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. mengkaji makna dalam hubungannya dengan situasi-situasi ujar.

BAB I PENDAHULUAN. hasil perkembangan ilmu dan teknologi tersebut. Iklan terdiri dari dua

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat agar terjalin suatu kehidupan yang nyaman. komunitas selalu terlibat dalam pemakaian bahasa, baik dia bertindak

REGISTER BAHASA NELAYAN DI KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN SUATU TINJAUAN SOSIOLINGUISTIK

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks,

TINDAK TUTUR REMAJA KOMPLEK PERUMAHAN UNAND. Sucy Kurnia Wati

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri di dunia ini, manusia

I. PENDAHULUAN. Bagian pendahuluan dalam tesis ini terdiri dari, latar belakang yang berisi hal-hal

TINDAK TUTUR LOKUSI DAN PERLOKUSI DALAM NOVEL SURAT KECIL UNTUK TUHAN KARYA AGNES DAVONAR

TINDAK TUTUR GURU BAHASA INDONESIA DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI SMK NEGERI SE-KABUPATEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi.

TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 CIAMIS

I. PENDAHULUAN. lain, sehingga orang lain mengetahui informasi untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Chaer (2010:14)

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa selalu digunakan manusia dalam kehidupan sehari-hari untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai

ARTIKEL PENELITIAN PERBEDAAN DIALEK DESA SUNGAI LINTANG DENGAN DIALEK DESA TALANG PETAI KECAMATAN V KOTO KABUPATEN MUKOMUKO PROVINSI BENGKULU

directive utterance, situational context, speech act and politeness principles

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat adalah penerima informasi atau berita dari segala informasi

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun

BAB I PENDAHULUAN. bahasa tulis salah satu fungsinya adalah untuk berkomunikasi. Bahasa tulis dapat

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NEGOSIASI HARGA DI DAERAH BANDA AIA KELURAHAN PASIA NAN TIGO PADANG: STUDI KASUS DI PASAR IKAN

TINDAK TUTUR PEMBELI DENGAN PENJUAL SAYURAN DI PASAR SRENGAT KABUPATEN BLITAR

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk

TINDAK TUTUR DIREKTIF PEDAGANG PAKAIAN DALAM BAHASA MANDAILING DI PASAR UJUNG GADING KABUPATEN PASAMAN BARAT

ANALISIS TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM FILM DI BAWAH LINDUNGAN KABAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA DI KALANGAN MAHASISWA DALAM BERINTERAKSI DENGAN DOSEN DAN KARYAWAN

BAB I PENDAHULUAN. tetapi juga pada pemilihan kata-kata dan kalimat-kalimat yang digunakan,

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik

PERWUJUDAN TINDAK KESANTUNAN PRAGMATIK TUTURAN IMPERATIF GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS XI SMK NEGERI 8 SURAKARTA

BAB II KAJIAN TEORI. keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah teori pragmatik, aspek-aspek situasi

TINDAK TUTUR DIREKTIF LANGSUNG LITERAL GURU PADA PEMBELAJARAN TEKS EKSPOSISI DI KELAS X IPS-3 SMA NEGERI 3 BOYOLALI

Transkripsi:

KESANTUNAN BERBAHASA MINANGKABAU DALAM TINDAKTUTUR DIREKTIF ANAK KEPADA ORANG TUA DI KENAGARIAN GAUANG KECAMATAN KUBUNG KABUPATEN SOLOK Yasmin Delta Kori 1), Hasnul Fikri 2), DainurPutri 2) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia 2) Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta Padang E-mail: yasmindeltakori78@gmail.com ABSTRACT The purpose of this research are to describe politeness of language by students to their parents in Minang language at Gauang, Kecamatan Kubung, Kabupaten Solok Sumatera in directive speech act. Theory that used in this research are pragmatic, said context, politeness by Wijana (2009), speech act, the cause of impoliteness by Abdul Chaer (2009), politeness in Minang language by Christyawaty (2004). This type research is descriptive qualitative research method. The steps in collect the data are (1) to collect all child pronunciation to their parents, (2) organize pronunciation that include directive pronunciation, (3) analyze the politeness of language focus on speech act, said context, and analyze the data of politeness of the culture and politeness princip, (4) interprete the child speak to the parents, (5) making a conclusion. From the directive pronunciation aspect that frequently used is directive pronunciation of ask and suggest. The high education family from five family, three of them are polite, the two others are impolite. The middle education family, three of them are polite, one of them is less polite and the other one is impolite. The low education of five family, one of them is polite, two of the are less polite and two others are impolite. Based on the data analysis, it can be concluded that the politeness of Minangkabau language in pronunciation to parents at Gauang, Kubung, Solok is less polite caused by the background of the family education is low. Key Words: Politeness, Directive Pronunciation A. Pendahuluan Kridalaksana (2008:24) menyatakan bahasa adalah sistem lambang bunyi yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, mengidentifikasi diri. Selain itu, bahasa merupakan suatu alat berkomunikasi, baik formal maupun nonformal. Keterampilan berbahasa, baik 1

secara lisan maupun secara tulisan, adalah salah satu aspek yang sangat menunjang kegiatan komunikasi. Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat berkomunikasi atau alat interaksi yang hanya dimiliki oleh manusia. Chaer dan Agustina, (2009:15) mengemukakan bahasa itu berfungsi direktif, yaitu mengatur tingkah laku pendengar. Bahasa tidak hanya membuat si pendengar melakukan sesuatu, tetapi melakukan kegiatan yang sesuai dengan yang diingini si pembicara. Hal ini dapat dilakukan si pembicara dengan menggunakan kalimatkalimat yang menyatakan perintah, himbauan, permintaan, maupun rayuan. Percakapan merupakan satu kegiatan/peristiwa berbahasa lisan antara dua atau lebih penutur yang saling memberikan informasi, dan mempertahankan hubungan yang baik. Dalam proses berkomunikasi, terjadilah peristiwa tutur dan tindak tutur. Peristiwa tutur adalah berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan petutur, dengan satu pokok tuturan, di dalam waktu, tempat, dan situasi tertentu. Tindak tutur merupakan gejala individual bersifat psikologis, dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Tindak tutur dilihat pada makna atau arti tindakan dalam tuturannya (Chaer dan Agustina, 2009:47-50). Tindak tutur di bagi menjadi lima kategori. Pertama asertif yaitu tindak tutur yang mengikat penuturnya kepada kebenaran atas apa yang dikatakannya, misalnya mengatakan, melaporkan dan menyebutkan. Kedua direktif yaitu tindak tutur yang dilakukan penuturnya dengan maksud agar lawan tutur melakukan tindak tutur yang disebutkan dalam bertutur. Misalnya menyuruh, memohon, menyarankan dan menantang. Ketiga ekspresif yaitu tindak tutur yang dilakukan sebagai evaluasi mengenai hal-hal yang disebutkan. Misalnya memuji, mengucapkan, terima kasih, mengeritik, dan menyela. Keempat komisif yaitu tindak tutur yang mengikat penuturnya untuk melaksanakan apa yang disebutkan didalam tuturannya. Misalnya berjanji, bersumpah, dan mengancam. Kelima deklarasi yaitu tindak tutur yang dilakukan si penutur dengan maksud untuk menciptakan hal yang baru. Misalnya memutuskan, membatalkan, melarang, mengizinkan, dan member maaf. Searle (dalam Chaer, 2010: 27-28) Dalam komunikasi sehari-hari, masyarakat Minangkabau memiliki tata krama berbicara. Mengarahkan pemakai bahasa dalam etika berbahasa. Tata- krama itu dikenal dengan istilah kato nan ampek, 2

yaitu mandaki (mendaki) contohnya: seorang anak berbicara dengan orang yang lebih tua, maleriang (melereng) contohnya: ipar, besan, mertua dan menantu, mandata (mendatar) contohnya: seorang anak berbicara dengan teman sebaya, manurun (menurun) contohnya: seorang anak berbicara dengan orang yang lebih kecil usianya. Setiap individu Minangkabau menempatkan diri sesuai dengan kondisi lingkungan dan orang yang dihadapi. Pada zaman sekarang ini anak seakan mengabaikan kesantunan berbahasa kepada kedua orang tuanya, di mana anak tidak lagi mengenal kesantunan dalam tata krama berbahasa Minangkabau. Menurunnya kesantunan anak kepada orang tuanya di Nagari Gauang ini dipengaruhi oleh perkembangan teknologi seperti TV, internet, dan sebagainya. Berdasarkan pengamatan penulis di Kenagarian Gauang Kecamatan Kubung Kabupaten Solok pada bulan November 2012, kesantunan berbahasa anak pada orang tuanya semakin menurun, contohnya pada saat ini anak-anak yang berada pada Kenagarian Gauang lebih sering menggunakan kata-kata yang kasar dan suka menggunakan nada keras atau nada membentak. Oleh karena itu, penulis perlu meneliti Kesantunan Berbahasa Minangkabau dalam Tindak Tutur kepada Orang Tua di Kenagarian Gauang Kecamatan Kubung Kabupaten Solok. Penelitian ini untuk mengetahui kesantunan berbahasa anak kepada orang tua yang ada di Kanagarian Gauang Kecamatan Kubung Kabupaten Solok pada sekarang ini. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan kesantunan berbahasa yang digunakan oleh anak terhadap orang tuanya dalam bahasa Minangkabau di Kenagarian Gauang Kecamatan Kubung Kabupaten Solok ditinjau dari kesantunan dan klasifikasi tindak tutur direktif. B. Kajian Teori Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yaitu bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan di dalam komunikasi (Wijana, 2011:4). Leech (dalam Wijana, 2009:5) mengemukakan pragmatik adalah sebagai cabang ilmu bahasa yang mengkaji penggunaan bahasa berinteraksi dengan tata bahasa yang terdiri dari atas fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Pragmatik merupakan cabang ilmu bahasa yang semakin dikenal pada masa sekarang ini walaupun dengan perubahan masa ilmu ini jarang atau hampir hilang tidak disebut oleh para ahli bahasa. Menurut Yule (2006:99) peristiwa tutur merupakan suatu kegiatan di mana 3

para peserta berinteraksi dengan bahasa dalam cara-cara konvensional untuk mencapai suatu hasil. Peristiwa tutur adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistik di dalam ujaran yang melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan lawan tutur, dengan satu pokok tuturan, di dalam waktu dan tempat tertentu (Chaer dan Agustina, 2009:47). Austin (dalam Chaer dan Agustina,2011:53), mengemukakan bahwa secara pragmatis setidak-tidaknya ada tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur, yakni tindak lokusi, tindak ilokusi, tindak perlokusi. Tindak lokusi adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu dalam arti berkata atau tindak tutur dalam bentuk kalimat yang bermakna dan dapat dipahami. Tindak ilokusi adalah tindak tutur yang biasanya diidentifikiasikan dengan kalimat performatif yang eksplisit. Tindak perlokusi adalah tindak tutur yang berkenaan dengan adanya ucapan orang lain sehubungan dengan sikap dan prilaku nonlinguistik dari orang lain. Konteks tuturan penelitian linguistik adalah konteks dalam semua aspek fisik atau seting sosial yang relevan dari tuturan yang bersangkutan. Konteks yang bersifat fisik lazim disebut (context), sedangkan konteks seting sosial disebut konteks. Di dalam pragmatik konteks itu pada hakikatnya adalah semua latar belakang pengetahuan yang dipahami bersama oleh penutur dan lawan tutur (Wijana, 2009:15). Wijana dan Rohmadi, (2009:53-59) mengemukakan bahwa prinsip kesopanan atau kesantunan terdiri dari beberapa maksim, yakni maksim kebijaksanaan, maksim kemurahan, maksim penerimaan, maksim kerendahan hati, maksim kecocokan, dan maksim kesimpatian. Prinsip kesopanan ini berhubungan dengan dua peserta percakapan, yakni diri sendiri dan orang lain. Diri sendiri adalah penutur dan orang lain adalah lawan tutur dan orang ketiga yang dibicarakan penutur dan lawan tutur Menurut Christyawaty, dkk (2004:51) adat sopan santun, dalam budaya Minangkabau merupakan pakaian sehari-hari sebagai insan yang baik. Tata krama yang mengatur cara berbicara seseorang menurut lawan bicaranya disebut langgam kata. Langgam kata ( kato nan ampek ) terdiri dari: kato mandaki, yaitu bahasa yang digunakan orang yang statusnya rendah dari lawan bicara. Kato manurun, yaitu bahasa yang digunakan orang yang lebih tinggi dari lawan bicara. Kato malereng, yaitu bahasa yang digunakan kepada orang yang posisinya sama. Kato mandata, yaitu bahasa yang digunakan oleh status sosialnya sama dan sudah akrab. Menurut Christyawaty, dkk 4

(2004:51) kata mendaki adalah bahasa yang digunakan orang yang status sosialnya lebih rendah dari lawan bicaranya. Dalam adat Minangkabau kato mandaki disebut dengan jalan mendaki yaitu cara seseorang bersikap dan bertindak yang sesuai dengan adat sopan santun dengan orang yang status sosialnya lebih tinggi menurut statusnya, umpamanya anak terhadap orang tua. Berbicara dengan orang tua di dalam keluarga harus dengan baik dan sopan, artinya apabila bicara dengan orang tua harus baik, lemah lembut, dan sopan, dan menjawab pertanyaan orang tua dengan cara membentak atau dengan cara kasar maka si anak bisa dikatakan tidak beradat. C. Metodologi Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menghasilkan data-data deskriptif. Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong 1994:3) metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa katakata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Menurut Lincoln dan Guba (dalam Moleong 1994: 6) metode deskriptif berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Menurut Suryabrata (2003:76) deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk membuat pencandraan (deskripsi) mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian. Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat pecandraan cara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Pada penelitian ini, penelitian kualitatif digunakan untuk mengambarkan untuk mendapatkan gambaran tuturan anak kepada orang tua dalam bahasa Minangkabau. Metode deskriptif pada penelitian ini digunakan untuk menggambarkan dan mendapatkan gambaran mengenai kesantunan berbahasa anak pada tindak tutur direktif kepada orang tua dalam bahasa Minangkabau di Kanagarian Gauang. Penelitian ini dilakukan di Kenagarian Gauang Kecamatan Kubung Kabupaten Solok. Pada tahap awal, peneliti menemukan masalah yang akan diteliti, dengan cara meminta izin kepada Wali Nagari, Ketua Jorong dan kepada masyarakat yang akan diteliti. Sebagai entri penelitian ini adalah tindak tutur direktif dalam kesantunan tuturan anak kepada orang tua dalam bahasa Minangkabau yang tinggal di Kenagarian Gauang Kecamatan Kubung Kabupaten Solok. Dalam penelitian ini, peneliti terlibat langsung dengan informan. Keterlibatan peneliti dalam pengambilan data dalam bentuk pengamatan dan 5

perekaman ujaran anak kepada orang tuanya. Informan dalam penelitian ini adalah 15 orang masyarakat Nagari Gauang Kecamatan Kubung Kabupaten Solok. Informan terbagi antara 3 bagian sesuai dengan tingkatan pendidikannya (1) 5 keluarga informan dari keluarga yang berpendidikan tinggi, kriteria keluarga yang berpendidikan tinggi adalah kedua orang tuanya atau salah satu tamatan dari Perguruan Tinggi (2) 5 keluarga informan dari keluarga yang berpendidikan menengah, kriteria keluarga yang berpendidikan menengah adalah kedua orang tuanya tamatan SMA dan SMP (3) 5 keluarga informan dari keluarga yang berpendidikan rendah, kriteria keluarganya yang berpendidikan rendah adalah sekurang-kurangnya salah satu atau keduanya tamat SMP atau SD. Instrumen utama penelitian ini adalah peneliti sendiri, instrumen pembantu penelitian ini adalah berupa lembaran pengamatan dan dilengkapi dengan alat bantu instrumen berupa tape recorder dan alat tulis. Tape recorder digunakan untuk merekam tuturan informan, dan alat tulis digunakan untuk mencatat sebagian ujaran informan pada saat perekaman. Penulis menggunakan instrumen tersebut agar data saling melengkapi sehingga data yang diperoleh lebih akurat. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah pengamatan, dan catatan lapangan. Pengamatan digunakan untuk mengumpulkan tuturan anak kepada orang tua. Catatan lapangan digunakan untuk mencatat hal-hal yang tidak tercakup dalam pengamatan.teknik pengamatan dilakukan dengan cara mengamati tindak tutur anak kepada orang tua. Catatan lapangan dilakukan dengan cara mencatat tindak tutur direktif anak kepada orang tua. Untuk menganalisis data penelitian menggunakan langkah-langkah berikut ini: (1) mengumpulkan semua tuturan anak kepada orang tua, (2) mengelompokkan tuturan yang termasuk tutur direktif, (3) dalam menganalisis kesantunan berbahasa, yang diperhatikan adalah peristiwa tutur, tindak tutur, konteks tutur. Dalam menganalisis data kesantunan yang diperhatikan adalah kesesuainya dengan budaya Minangkabau dan prinsip kesantunan, (4) menginterpretasikan tuturan anak kepada orang tua, (5) membuat kesimpulan. Teknik pengujian keabsahan data yang digunakan adalah ketekunan pengamatan. Menurut Moleong (1994:170) keabsahan data adalah usaha meningkatkan derajat kepercayaan data. Kegunaan dari keabsahan data ini adalah untuk dapat mempertanggungjawabkan data yang didapatkan di lapangan. 6

D. Hasil dan Pembahasan Pada bagian ini akan dibahas hasil analisis dan mengenai nilai-nilai tindak tutur direktif anak kepada orang tua. Sesuai dengan hasil penelitian dan analisis data, di Kenagarian Gauang Kecamatan Kubung Kabupaten Solok ditemukan tindak tutur direktif menyarankan dan tindak tutur memohon yang digunakan antara anak dengan orang tua dengan tingkat kesantunan kurang santun karena pada umumnya tindak tutur yang digunakan tidak menggunakan kato mandaki (kata mendaki), sebagaimana seharusnya, tapi anak sering menggunakan kato mandata ( kata mendatar) dan kato manurun (kata menurun). Kata mendatar seharusnya digunakan dalam berkomunikasi dengan orang yang sama besar, dan kata menurun digunakan kepada orang yang lebih kecil. Di Kenagarian Gauang Kecamatan Kubung Kabupaten Solok, cara orang tua atau keluarga bertutur sangat mempengaruhi cara anak dalam bertutur. Di Nagari tersebut, lingkungan membentuk karakter berbahasa dengan sangat kuat, bahkan tingkat pendidikan keluarga tidak berpengaruh besar terhadap kesantunan anak dalam bertutur dengan orang tua. Keluaga berpendidikan tinggi di lihat dari keluarga 2 tindak tutur memohon keluarga yang santun sebagai berikut: : Lai ado pitih Mak (Ada uang Mak?) : Wak cari luu. (Kita cari dulu) : Ko sakola maadokan jalanjalan. Biayanyo limo ratuih ribu lai kaado rasonyo Mak (Sekolah akan mengadakan jalan-jalan, biayanya lima ratus ribu, kira-kira ada Mak?) : Wak cari pitih lu (Kita cari uangnya dulu) Tuturan anak pada keluarga ini berasal dari keluarga berpendidikan. Dilihat dari aspek kesantunan anak pada keluarga 1 anak yang santun saat bertutur dengan orang tuanya. Keluaga berpendidikan tinggi dari keluarga 2 tindak tutur memohon keluarga yang kurang santun sebagai berikut: : Tu jo apo ka mak latakkan pucuak ubi tu (Dengan apa mak bungkus daun singkong itu) : Ko kaden cari lu (Ini mau dicari dulu) : Yo carilah palataknyo, ndak takao mambao pucuak ubi co iko (Ya carilah tempatnya, saya tidak mau membawa daun singkong seperti ini) Tuturan anak pada keluarga ini rekaman berasal dari keluarga berpendidikan. Dilihat dari aspek kesantunan anak, tuturan ini termasuk tidak santun. Karena hal ini membuktikan bahwa tingkat pendidikan tidak memberi 7

pengaruh kuat dalam kesantunan anak bertutur dengan orang tua. Keluaga berpendidikan menengah di lihat dari keluarga 2 tindak tutur memohon keluarga yang santun sebagai berikut: : Bako malam den pai dih mak (Nanti malam saya pergi ya bu) : Kama kapai malam-malam koh (Mau kemana malam-malam) : Den pai caliak konser (Saya pergi lihat konser) : Konser apo pulo itu (Konser apa pula itu) Tuturan anak pada keluarga ini berasal dari keluarga berpendidikan menengah. Dilihat dari aspek kesantunan anak pada keluarga ini anak yang santun saat bertutur dengan orang tuanya. Keluaga berpendidikan tinggi dari keluarga ini tindak tutur menyarankan keluarga yang kurang santun sebagai berikut: : Mak ndak jadi pai baralek (Mak tidak jadi kepesta) : Yo, agak sabantalailah, jam bara kini tu? (Ya, agak sebentarlagi, jam berapa sekarang?) : Jam limo, alah sanjo hari ndak kapai ko (Jam lima, sudah sore tidak jadi pergi) : Yo (ya) : Ndak susuan adiak lu (Tidak susukan adik dulu) Tuturan anak pada keluarga ini rekaman berasal dari keluarga berpendidikan menengah. Dilihat dari aspek kesantunan anak, tuturan ini termasuk tidak santun. Karena hal ini membuktikan bahwa tingkat pendidikan tidak memberi pengaruh kuat dalam kesantunan anak bertutur dengan orang tua. Keluaga berpendidikan rendah di lihat dari keluarga ini tindak tutur memohon keluarga yang santun sebagai berikut: : Mak, kasuah anak den ciek dih, den pai baralek santany (Mak jaga anak saya sebentar, saya pergi ke pesta dulu) : Jadih, dakehlah baliak den kapai pulo bako (Jadi, cepat pulang. Saya juga mau pergi nanti) Tuturan anak pada keluarga ini berasal dari informan dari keluarga yang berpendidikan rendah, namun kesantunan anak dalam bertutur pada orang tuanya termasuk santun karena nak menggunakan bahasa yang lemah lembut dan sopan, anak tidak mengabaikan kato nan ampek (kata yang empat), karena anak menggunakan kato mandaki (kata mendaki). Keluaga berpendidikan tinggi dari keluarga ini tindak tutur menyarankan keluarga yang kurang santun sebagai berikut: 8

: Yo suruahlah Uni tuha ko Ulan ka Ulan setaruih patang Ulan kini Ulan lo baliak (Ya suruhlah Kakak tu, ni ulan saja terus, kemaren ulan sekarang Ulan lagi) : Uni karajonyo jak tadi banyak bana (Kerjaan kakak dari tadi sudah banyak) :Ulan ndak takao lai doh (Tidak mau ulan lagi) Tuturan anak pada keluarga ini rekaman berasal dari keluarga berpendidikan menengah. Dilihat dari aspek kesantunan anak, tuturan ini termasuk tidak santun. Namun secara keseluruhan dapat dilihat tuturan dari informan dengan kriteria berpendidikan tinggi dan berpendidikan menengah lebih santun dibandingkan dengan tuturan informan berpendidikan rendah. Hal ini dapat dibuktikan dari 5 yang berasal dari informan yang berpendidikan tinggi, 4 keluarga di antaranya tergolong tuturan santun, 1 keluarga tidak santun. Pada informan berpendidikan menengah dari 5 keluarga, 3 keluarga di antaranya tergolong tuturan santun, 1 keluarga tergolong kurang santun dan 1 keluarga tergolong tidak santun. Sementara itu, data yang berasal dari informan dengan kriteria berpendidikan rendah sebanyak 5 keluarga, 1 keluarga di antaranya yang tergolong tuturan santun, 2 keluarga tergolong tuturan kurang santun dan 2 keluarga yang tergolong kurang santun. Dari hasil penelitian terlihat jelas bahwa tingkat pendidikan orang tua, tidak menjamin anak akan bisa bertutur dengan santun. Orang tuanya yang berpendidikan tinggi anaknya bisa saja tidak santun saat berbicara, dan anak dari orang tuanya yang berpendidikan menengah juga ada yang santun, kurang santun dan tidak santun dalam bertutur kepada orang tuanya. Pada orang tua yang berpendidikan rendah dalam bertutur anaknya cendrung berbicara kurang santun dan tidak santun. Dilihat dari kelompok pendidikan prinsip kesantunan, di Kenagarian Gauang Kecamatan Kubung Kabupaten Solok, kesantunan anak kepada orang tuanya tergolong kurang santun disebabkan oleh latar belakang keluarga yang tidak berpendidikan atau berpendidikan rendah. Penelitian ini berkaitan dengan sikap (kesantunan bertutur) yang ada pada kurikulm 2013, karena guru ataupun siswa harus lebih meningkatkan kesantunan bertutur di dalam proses belajar mengajar agar sesuai dengan KD yang ada di dalam kurikulum. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian relevan yang telah dilakukan oleh Ilawati pada tahun 2012 dengan judul kesantunan berbahasa Minangkabau dalam tindak tutur anak kepada orang yang lebih tua di Kenagarian Inderapura 9

Kecamatan Pancung Soal Kabupaten Pesisir Selatan. Dengan demikian, hasil penelitian yang peniliti lakukan dan penelitian yang dilakukan Ilawati, terlihat bahwa nilai kesantunan sudah mulai berkurang. E. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang kesantunan berbahasa Minangkabau dalam tindak tutur anak kepada orang tua di Kenagarian Gauang Kecamatan Kubung Kabupaten Solok dilihat dari kategori pendidikan orang tua. Hasil penelitian tersebut terlihat jelas bahwa tingkat pendidikan orang tua menjamin kesantunan anak dalam bertindak tutur. Berdasarkan hasil analisis data, maka dapat disimpulkan bahwa kesantunan berbahasa Minangkabau dalam tindak tutur pada orang tua di kenagarian Gauang Kecamatan Kubung Kabupaten Solok tergolong kurang santun, disebabkan oleh latar belakang keluarga. F. Ucapan Terima Kasih Syukur Alhamdulillah penulis aturkan ke hadirat Allah Swt yang telah memberikan rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan artikel dengan judul Kesantunan Berbahasa Minangkabau dalam Tindak Tutur Direktif Kepada Orang Tua di Kenagarian Gauang Kecamatan Kubung Kabupaten Solok. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Hasnul Fikri, M. Pd. dan Dra. Dainur Putri, M.Pd. Selaku Pembimbing I dan II yang banyak memberikan saran, nasehat, motivasi, dan telah bersedia menyediakan waktu yang banyak untuk penulis, mulai dari awal penyelesaian proposal sampai selesainya penulisan skripsi ini, DAFTAR PUSTAKA Chaer, Abdul. 2010. Kesantunan Berbahasa. Jakarta: Rineka Cipta. Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2009. Sosiolinguistik Perkenala Awal. Jakarta: Rineka Cipta. Christyawaty, dkk. 2004. Tatakrama Suku Bangsa Minangkabau Di Kabupaten Pesisir Selatan Propinsi Sumatera Barat. Padang: Proyek PPST Padang. Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia. Kushartanti, dkk.2005. Pesona Bahasa (Langkah Awal Memahami Linguistik). Jakarta: Gramedia Putaka Utama. Maleong,Lexy J. 1994. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya. Suryabrata, Sumadi. 2005. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Wijana, I Dewa Putu dan Muhammad Rohmadi.2011. Analisis Wacana Pragmatik. Surakarta: Yuma Pustaka. 10

Yule, George. 2006. Pragmatik. Yogyakarta. Pustaka Pelajar 11