I. PENDAHULUAN. Sumber :

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08

1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Peternakan 2010

ANALISIS COST-VOLUME-PROFIT SEBAGAI PENUNJANG RENCANA PENCAPAIAN LABA USAHA PENGGEMUKAN DOMBA DAN KAMBING MITRA TANI FARM DI KABUPATEN BOGOR

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. potensi sumber daya alam yang besar untuk dikembangkan terutama dalam

I. PENDAHULUAN. Kontribusi sektor pertanian cukup besar bagi masyarakat Indonesia, karena

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Dengan kondisi geografis

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan salah satu sumber protein hewani yang paling

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 1 Tahun : 2017

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Kondisi geografis

Bab XIII STUDI KELAYAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN , , ,99. Total PDRB , , ,92

PENDAHULUAN. begitu ekonomi riil Indonesia belum benar-benar pulih, kemudian terjadi lagi

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

POLA PERDAGANGAN MASUKAN DAN KELUARAN USAHA TERNAK AYAM RAS"

BAB I PENDAHULUAN. penyedia protein, energi, vitamin, dan mineral semakin meningkat seiring

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas

I. PENDAHULUAN. industri dan sektor pertanian saling berkaitan sebab bahan baku dalam proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan umum Ayam Broiler. sebagai penghasil daging, konversi pakan irit, siap dipotong pada umur relatif

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian adalah suatu proses perubahan sosial. Hal tersebut tidak

I. PENDAHULUAN. industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam

SAHABAT BRILLIANT PROGRAM KEMANDIRIAN EKONOMI KREATIF SEKTOR PETERNAKAN DAN PERTANIAN TERPADU BIDANG USAHA

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MATRIK RENSTRA DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber

KA-DO UNTUK PETERNAKAN INDONESIA Oleh: Fitria Nur Aini

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. ( Populasi Ternak (000) Ekor Diakses Tanggal 3 Oktober 2011.

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya ayam ras khususnya ayam broiler sebagai ayam pedaging,

I. PENDAHULUAN an sejalan dengan semakin meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali di Indonesa. Peranan UMKM dalam perekonomian Indonesia diakui

I. PENDAHULUAN. Dalam pembangunan nasional Indonesia, sub sektor peternakan merupakan

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PRODUKSI PANGAN INDONESIA

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor potensial yang memiliki peranan

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah telah ditindaklanjuti dengan ditetapkannya Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pesat. Perkembangan usaha peternakan di Indonesia meliputi

DESKRIPSI HARGA JUAL DAN VOLUME PENJUALAN PEDAGANG PENGUMPUL AYAM POTONG DI KOTA MAKASSAR

I. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar

KATA PENGANTAR. Dukungan Data yang akurat dan tepat waktu sangat diperlukan. dan telah dilaksanakan serta merupakan indikator kinerja pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan produktivitas ayam buras agar lebih baik. Perkembangan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

1 BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN. Indonesia dengan populasi mencapai lebih dari 110 juta ekor (Data Direktorat

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian memiliki beberapa sektor seperti peternakan, perikanan, perkebunan,

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penggemukan domba dilakukan guna memenuhi. konsumsi, aqiqah, dan qurban. Perusahaan terletak di Kampung Dawuan Oncom,

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan produksi yang memadai.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam

Jl.Veteran No.53.A Lamongan ABSTRAK

PUBLIKASI KINERJA SERETARIAT DAERAH TAHUN 2016

I. PENDAHULUAN. Permintaan dunia terhadap pangan hewani (daging, telur dan susu serta produk

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. bahwa Kabupaten Kendal merupakan salah satu kabupaten yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II. PERJANJIAN KINERJA

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis pembuatan kerupuk kulina (kulit ikan nila) merupakan salah satu

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG PERIZINAN DAN PENDAFTARAN USAHA PETERNAKAN DI KABUPATEN KUTAI

I. PENDAHULUAN. Prioritas pembangunan di Indonesia diletakkan pada pembangunan bidang

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU

TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi Nasional sangatlah besar. Hal ini tercermin dalam

I. PENDAHULUAN. atau sumber energi, serta pengelolaan lingkungan hidupnya. Kegiatan pengolahan

Bab 4 P E T E R N A K A N

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penduduk Indonesia merupakan penduduk terbesar keempat di dunia setelah Republik Rakyat Cina (RRC), India, dan Amerika Serikat. Jumlah penduduk Indonesia sejak tahun 1971 sampai 2010 dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Jumlah penduduk Indonesia Jumlah Penduduk Indonesia Jumlah (jiwa) Tahun 1971 1980 1990 1995 2000 2010 119.208. 229 Sumber : www.bps.go.id 147.490. 298 179.378.946 194.754. 808 206.264. 595 237.641. Percepatan pertumbuhan penduduk Indonesia yang luar biasa dibandingkan dengan pertumbuhan lapangan pekerjaan yang ada saat ini sangat memprihatinkan. Rata-rata persentase pertumbuhan penduduk di Indonesia selama sepuluh tahun terakhir mencapai sekitar 1,49% atau 4,5 juta jiwa per tahun 1. Sedangkan jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Februari 2012 mencapai 120,4 juta orang, bertambah 1 juta orang dibanding jumlah angkatan kerja pada bulan Februari 2011. Jumlah pengangguran pada Februari 2012 sebesar 6,32% 2. Hal ini menunjukkan bahwa lapangan pekerjaan yang ada saat ini belum mampu menampung seluruh angkatan kerja di Indonesia. Permasalahan klasik ini akan menjadi ancaman besar apabila tidak diatasi dengan baik. Salah satu solusi untuk mengurangi jumlah pengangguran adalah dengan mendirikan usaha. Data dari Badan Pusat Statistik pada tahun 2011 menunjukkan bahwa jumlah Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang ada di Indonesia sekitar 52 juta unit. Nilai transaksi dari UMKM di Indonesia pada tahun tersebut mencapai lebih dari dua ribu triliun rupiah, sehingga 60% PDB Indonesia berasal dari UMKM 3. Sedangkan jumlah usaha besar kurang dari 1% dari jumlah usaha yang ada di Indonesia. 326 1 www.kompas.com [diakses 28 Februari 2012] 2 www.bps.go.id. [diakses 12 Mei 2012] 3 www.jabar.tribunnews.com [diakses 12 Mei 2012]

2 UMKM memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap perekonomian nasional. Peran dari UMKM dapat ditinjau dari dua sisi, internal dan eksternal. Secara internal, dengan adanya UMKM maka dapat mengurangi tingkat ketergantungan terhadap orang lain. Bila ditinjau dari sisi eksternal, UMKM berperan dalam menciptakan lapangan pekerjaan, mengurangi pengangguran, dan dapat meningkatkan produktivitas nasional. Sektor pertanian, kehutanan, peternakan, dan perikanan merupakan modal utama Indonesia karena wilayah daratan dan lautan yang luas, sehingga mata pencaharian utamanya berasal dari sektor-sektor tersebut. Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang menyebutkan bahwa nilai PDB dari hasil pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan atas dasar harga konstan 2000 adalah sebesar 284,6 triliun rupiah atau sebesar 14,5% pada tahun 2008, dan 296,4 triliun rupiah atau sebesar 15,3% pada tahun 2009. Oleh karena itu, pertanian, kehutanan, peternakan, dan perikanan memiliki peranan penting dan memberikan kontribusi berarti terhadap ekonomi Indonesia. Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah perkembangan usaha bidang pertanian di Jawa Barat. Subsektor pertanian yang berkembang di Kabupaten Bogor salah satunya adalah perikanan dan peternakan. Tabel 2 menerangkan tentang produksi ternak dan persentase kontribusi berbagai jenis ternak di Kabupaten Bogor pada tahun 2006 dan 2007. Tabel 2. Produksi ternak dan kontribusi berbagai jenis ternak di Kabupaten Bogor tahun 2006-2007 No Jenis Tahun 2006 Kontribusi Tahun 2007 Kontribusi Peningkatan Ternak (kg) (%) (kg) (%) (%) 1. Ayam Ras 59.061.545,00 78,94 63.499.899,00 81,64 7,51 2. Sapi 9.422.706,00 12,59 9.504.130,00 12,22 0,86 3. Domba 3.239.999,00 4,33 2.722.128,00 3,50-15,98 4. Kambing 1.577.450,00 2,11 915.199,00 1,18-41,98 5. Ayam Buras 1.112.349,00 78,94 932.356,00 81,64 7,51 6. Kerbau 249.444,00 0,33 113.497,00 0,15-54,50 7. Itik 150.515,00 0,20 94.181,00 0,12-37,43 Jumlah 74.814.008,00 100,00 77.781.390,00 100,00 3,97 Sumber : Dinas Peternakan Kabupaten Bogor, 2008

3 Produksi ternak di Kabupaten Bogor pada tahun 2006 berjumlah 74.814.008 kg. Pada tahun 2007 produksi ternak secara umum mengalami kenaikan sebesar 3,97% menjadi 77.781.390 kg. Namun kenaikan tersebut terjadi hanya pada beberapa komoditi hewan ternak, yaitu sapi dan ayam ras, sedangkan hewan ternak lainnya mengalami penurunan produksi. Salah satu komoditi hewan ternak yang mengalami penurunan produksi adalah domba dan kambing. Produksi domba dan kambing pada tahun 2006 adalah 3.239.999 kg dan 1.577.450 kg dengan persentase kontribusi sebesar 4,33% untuk produksi domba dan 2,11% untuk produksi kambing. Pada tahun 2007, persentase penurunan produksi domba sebesar 15,98% menjadi 2.722.128 kg. Pada produksi kambing, persentase terjadi penurunan produksi sebesar 41,98% menjadi 915.199 kg. Jumlah populasi domba di Kabupaten Bogor pada tahun 2004 hingga tahun 2008 mengalami perubahan yang cukup fluktuatif. Gambar 1 adalah grafik populasi domba pada Kabupaten Bogor pada tahun 2004 hingga 2008. Dari tahun 2004 hingga 2006, populasi domba mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Namun pada tahun 2007 dan 2008 populasi domba mengalami penurunan. 230000 228000 226000 224000 222000 220000 218000 216000 214000 212000 229.012 223.253 221.149 220.467 217.855 2004 2005 2006 2007 2008 Jumlah populasi domba (ekor) Sumber: Dinas Peternakan Kabupaten Bogor (diolah), 2008 Gambar 1. Jumlah populasi domba di Kabupaten Bogor tahun 2004-2008

4 Menurut Dinas Peternakan Kabupaten Bogor, Kecamatan Ciampea yang terletak di Kabupaten Bogor memiliki kelompok peternak domba, kambing, dan sapi sebanyak 16 kelompok, yang tersebar di tiga belas desa. Jumlah peternak domba dan kambing pada masing-masing desa di Kecamatan Ciampea bervariasi. Jumlah relatif peternak domba dua kali lebih banyak dari peternak kambing. Dan jumlah populasi ternak domba hampir dua kali dari populasi ternak kambing. Pada semester kedua tahun 2011, tercatat bahwa jumlah peternak domba di Kecamatan Ciampea adalah 891 orang, dengan jumlah populasi domba sebanyak 5.933 ekor. Sedangkan jumlah peternak kambing di daerah tersebut sebanyak 357 orang, dengan jumlah populasi sebanyak 2.236 ekor. Usaha dalam bidang peternakan memiliki beberapa keuntungan, selain permintaan pasar yang masih besar, nilai tambah dari kegiatan usaha ternak lainnya adalah pemanfaatan limbah yang dapat meningkatkan pendapatan peternak, seperti kotoran hewan yang dijadikan sebagai pupuk organik dan kulit hewan ternak yang dapat dimanfaatkan untuk produk komersil sehingga memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Maka dari itu, subsektor peternakan merupakan salah satu subsektor yang memberikan pengaruh cukup besar terhadap pertanian. Kendala utama yang menghambat berkembangnya usaha peternakan adalah resiko dari faktor eksternal dan internal yang cukup tinggi. Beberapa faktor penyebab resiko seperti penyakit, sulitnya memperoleh ternak bakalan, lahan yang semakin sempit, serta kekurangan modal untuk pengembangan usaha sangat berpengaruh terhadap keberlanjutan suatu usaha peternakan. Manajemen yang baik sangat diperlukan untuk meminimisasi resiko, baik internal maupun eksternal pada usaha ternak. 1.2. Perumusan Masalah Mitra Tani Farm adalah sebuah usaha ternak penggemukan domba dan kambing yang terletak di Jalan Manunggal 51 nomor 39 RT 04/05, Desa Tegal Waru, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Perusahaan ini sudah berdiri sejak tahun 2004. Wilayah pemasaran yang dilakukan oleh MT Farm ini meliputi Bogor, Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Produk berupa

5 domba dan kambing untuk kurban dan daging domba siap saji (seperti sate dan gulai) yang dihasilkan oleh MT Farm yang dipasarkan melalui lembaga aqiqah merupakan anak perusahaan dari MT Farm sendiri. Usaha bidang peternakan sangat sensitif terhadap resiko yang berasal dari faktor eksternal, seperti langkanya bakalan, fluktuasi harga bakalan, fluktuasi permintaan produk oleh pasar, resiko kematian hewan ternak, dan sebagainya. Meskipun perusahaan ini sudah berdiri lebih dari tujuh tahun, namun kendala yang dihadapi seperti kesulitan mendapatkan domba bakalan masih menjadi salah satu kendala yang dialami perusahaan. Bakalan domba adalah domba yang berusia 10-14 bulan, atau domba yang masih disapih. Bakalan merupakan bahan baku utama dari penggemukan domba dan kambing. Hingga saat ini di Indonesia masih belum ada petani yang menjadi pembibit domba dan kambing secara massal, maka dari itu pemenuhan permintaan perusahaan terhadap bakalan masih sulit didapat. Ketika perusahaan memerlukan bakalan untuk memenuhi permintaan konsumen, pemasok bakalan harus mengumpulkan bakalan terlebih dahulu agar sesuai dengan jumlah yang dipesan, dan itu membutuhkan waktu yang cukup lama. Sebagai gambaran, untuk pemesanan 100 ekor bakalan yang dijual di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur, pemasok memerlukan waktu kurang lebih seminggu untuk mengumpulkan bakalan. Pemasok mengumpulkan bakalan dari petani-petani setempat di pasar ternak. Sehingga bakalan yang dipesan MT Farm baru akan datang seminggu lebih dari waktu pemesanan. Dengan adanya kesulitan dalam mencari bakalan, maka produksi perusahaan pun menjadi terganggu, sehingga produk yang dihasilkan menjadi fluktuatif. Hal ini berdampak pada tidak terpenuhinya permintaan konsumen akan domba dan kambing. Pada usaha penggemukan domba dan kambing, biaya yang digunakan terdiri dari biaya tetap dan variabel. Biaya tetap yang dikeluarkan MT Farm berupa upah karyawan, biaya telepon dan listrik, dan biaya penyusutan peralatan. Sedangkan biaya variabelnya berupa biaya pembelian bakalan, biaya pakan, biaya transportasi, dan biaya obat-obatan.

6 Apabila ditinjau dari biaya tetap, seperti biaya penyusutan peralatan, semakin banyak produk yang dihasilkan maka biaya per unit produknya menjadi semakin kecil. Namun karena produk yang dihasilkan perusahaan fluktuatif, maka ketika penjualan tidak banyak, biaya penyusutan peralatan per unit produk menjadi besar. Pada biaya variabel seperti pembelian bakalan, harganya sangat fluktuatif. Harga bakalan dipengaruhi oleh harga keseimbangan di pasar. Ketika harga bakalan sedang tinggi, otomatis harga pokok produksi pun meningkat. Dari beberapa hal tersebut, maka harga pokok produksi MT Farm relatif tinggi, sehingga ini merupakan masalah bagi perusahaan, karena akan mengakibatkan penetapan harga jual yang menjadi lebih mahal atau perusahaan akan kehilangan laba atau rugi. Penjualan domba dan kambing di MT Farm cukup fluktuatif. Pada saat hari raya kurban penjualan melonjak tajam hingga puluhan kali lipat dibandingkan pada bulan-bulan lain. Perusahaan juga bukan sebagai pemasok tetap yang menjual produknya pada pola waktu dan jumlah tertentu, sehingga penjualan setiap bulan sulit untuk diprediksi. Hal tersebut merupakan salah satu permasalahan perusahaan saat ini. Laporan keuangan MT Farm masih sederhana dan kurang terspesifikasi antara pemasukan dan pengeluaran dari usaha penggemukan domba dan kambing dengan jenis usaha lainnya, seperti penggemukan sapi. Hal tersebut berpengaruh terhadap perhitungan laba yang diperoleh perusahaan, sehingga perusahaan sulit mengetahui laba yang diperoleh pada tahun tersebut, apakah sudah sesuai target atau belum. Biaya, volume penjualan, dan laba merupakan komponen utama dalam suatu bisnis. Maka dari itu, MT Farm perlu memahami hubungan timbal balik antara biaya, volume, dan laba organisasi untuk pencapaian target perusahaan. Berdasarkan uraian di atas, maka terdapat beberapa permasalahan yang dianggap perlu untuk dikaji, yaitu sebagai berikut: 1. Biaya apa saja yang merupakan komponen utama untuk berproduksi? 2. Mengapa pertumbuhan volume penjualan berfluktuasi?

7 3. Berapa jumlah volume penjualan yang harus dicapai oleh MT Farm agar dapat mencapai break-even point? 4. Bagaimana penentuan biaya dan volume penjualan untuk mencapai laba yang diharapkan MT Farm? 1.3. Tujuan Penelitian 1. Mengidentifikasi biaya apa saja yang merupakan komponen utama untuk berproduksi. 2. Mengetahui penyebab pertumbuhan volume penjualan yang fluktuatif. 3. Menentukan jumlah volume penjualan yang harus dicapai oleh MT Farm agar dapat mencapai break-even point. 4. Menentukan nilai biaya dan volume penjualan untuk mencapai laba yang diharapkan MT Farm. 1.4. Manfaat Penelitian Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, dan tujuan dari penelitian ini, maka penelitian ini bermanfaat sebagai masukan untuk pengambilan keputusan dan penyusunan rencana perusahaan mengenai pertimbangan perhitungan biaya dalam produksi, serta untuk menentukan jumlah volume penjualan agar mencapai profit yang diharapkan. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Lingkup penelitian ini adalah sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang bergerak di bidang peternakan yang dijalankan oleh perusahaan MT Farm. Penelitian ini dibatasi hanya pada jenis usaha penggemukan domba dan kambing, dengan menganalisis data keuangan pada tahun 2010 hingga 2011. Untuk analisis data keuangan pada tahun-tahun sebelumnya tidak dapat dilakukan karena keterbatasan data keuangan yang dimiliki perusahaan. Jenis usaha lainnya tidak dilakukan analisis CVP dikarenakan keterbatasan data keuangan yang dimiliki perusahaan. Penelitian ini dilaksanakan sampai tahap rekomendasi biaya dan jumlah volume penjualan untuk mencapai laba yang diinginkan, sedangkan implementasinya diserahkan kepada perusahaan MT Farm karena lebih mengetahui strategi yang paling sesuai dengan kondisi yang dihadapi perusahaan saat ini.